Disusun Oleh
Nama : Adriansyah
Npm.206610339
Prodi Penjaskesrek
Fakultas FKIP
Universitas Islam Riau
Kata Pengantar
Kami menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Media Berbasis Manusia..................................................................3
B. Pengertian Metode Socrates..............................................................................4
C. Ciri-Ciri Metode Socrates..................................................................................5
D. Langkah-Langkah Metode Socrates...................................................................6
E. Kelebihan Metode Socretes...............................................................................7
F. Kekurangan Metode Socretes............................................................................7
G. Langkah-Langkah untuk Mengembangkan Pembelajaran Interaktif.................7
H. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Interaktif.............................................................8
BAB III PENUTUP 10
A. Simpulan..........................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam
upaya memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua
pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting
dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar
1
berbasis audio-visual (video, film, slide bersama tape, televisi), dan media berbasis
komputer (pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif).
Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang bagaimana penggunaan media
pembelajaran berbasis manusia. Yaitu proses kegiatan pada pembelajaran yang
memposisikan manusia, guru dan siswa,tidak hanya dipandang sebagai makhluk ideal
dan stuktural,
tetapi diletakkan pada posisi potensial dalam masa perkembangan kegiatan pembelaja
ran tersebut. Sekali lagi, manusia bukanlah robot ataupun makhluk instrumental.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah tersebut adalah:
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
manusia sebagai media secara intuitif dapat merasakan kebutuhan siswanya dan
memberikan pengalaman belajar yang akan membantu mencapai tujuan
pembelajaran.
B. Pengertian Metode Socrates
Metode Socrates (Socrates Method), yaitu suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-
pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa
mampu atau dapat menemukan jawabannya, saling membantu dalam menemukan
sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara historis socrates
banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan kehidupan manusia yang
mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral, dan keadilan.
Menurut Al-Qhomairi (2014: 13), Metode Socrates adalah metode yang di
dalamnya terjadi dialog antara guru dengan siswa yang memuat pertanyaan-
pertanyaan kritis dengan tujuan membangun pola berpikir kritis siswa, menuntun
pada suatu penemuan baru, membuat siswa ingin tahu lebih jauh dan memahami lebih
dalam, serta menguji validitas keyakinan siswa dan membuat kesimpulan yang benar
akan suatu objek. Dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa
mampu atau dapat menemukan jawabannya, dan saling membantu dalam menemukan
sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit.[8]
Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan
dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban,
serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk
mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep
yang mereka maksud dengan mendetail.
Peserta dalam metode ini, antara yang satu dengan yang lainnya memiliki
sudut pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi sebuah pertanyaan atau topik
sehingga menyebabkan adanya kontradiksi dalam diskusi. Peserta yang melakukan
metode ini berusaha untuk mempertahankan argumennya masing-masing. Namun,
dari beberapa argumen tersebut berdasarkan hasil diskusi nantinya akan ditemukan
sebuah jawaban yang benar berdasarkan logika dan fakta.
Metode ini menelanjangi ketidaktahuan manusia, yang menganggap benar
banyak hal tapi sesungguhnya belumtentubenar (salah).Yang terpenting dari metode
ini bukanlah jawaban yang dihasilkan nanti, melainkan bagaimana proses dalam
mendiskusikan pertanyaan atau topik yang diajukan.
4
Dasar filsafat metode Socrates ini, adalah pandangan dari Socrates, bahwa
pada tiap individu anak didik telah ada potensi untuk mengetahui kebenaran dan
kebaikan serta kesalahan dan dengan demikian seseorang yang sekalipun
kelihatannya bodoh mungkin pula berpendapat atau berbuat sebaliknya.
Proses belajar-mengajar metode ini sangat baik digunakan dimana secara
teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang dosen melontarkan sebuah
pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa diketahui mahasiswa
sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani, percaya diri, berpartisipasi
secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik tersebut. Elemen kejutan memberikan
insentif yang kuat bagi mahasiswa untuk memenuhi tanggung jawab dan juga
mendorong untuk mempersiapkan kelas, yang akan memungkinkan mereka untuk
belajar lebih banyak terlebih dahulu.
Tujuan dari metode socrates ini adalah merangsang siswa untuk menganalisis
suatu masalah dengan sebuah analogi dan berpikir kritis tentang suatu argumen.
Metode ini juga membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan penalaran
serta menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-argumen
yang mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan merevisi
ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau penalaran
yang berbeda.
C. Ciri-Ciri Metode Socrates
1. Dialektik, artinya bahwa metode tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang pro dan kontra, atau yang memiliki perbedaan pendapat.
2. Konversasi, artinya bahwa metode dilakukan dalam bentuk percakapan atau
komunikasi lisan.
3. Tentatif dan provisional, artinya kebenaran yang dicari bersifat sementara tidak
mutlak, dan merupakan alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua kemungkinan.
4. Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara
penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal empiris.
5. Konsepsional, artinya metode ditujukan untuk tercapainya pengetahuan,
pengertian dan konsep yang telah definitif daripada sebelumnya.[9]
D. Langkah-Langkah Metode Socrates
1. Menyiapkan deretan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa,
dengan memberi tanda atau kode-kode tertentu yang diperlukan
2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa diharapkan
dapat menemukan jawabannya yang benar
5
3. Ajarkan mengapa pengetahuan itu terpenting dan bagaimana pengetahuan itu
dapat di terapkan untuk pemecahan masalah
4. Tuntun eksplorasi siswa. Sebagai seorang guru untuk pelajaran pemecahan
masalah, perannya adalah:
a. Membiarkan eksplorasi siswa tak terintangi, partisipasi aktif, dan bertanya.
b. Membantu siswa dalam menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
terdahulu.
c. Membantu siswa menbentuk dan menginternalisasi representasimasalah atau
tugas.
d. Membantu siswa mengidentifikasi persamaan antara masalah baru dan
pengalaman yang lalu yang berisikan masalah yang serupa.
e. Berikan umpan balik mengenai benar atau salahnya jalan pikiran dan jalur
pemecahan masalah. Penekanan teknik bertanya ala Socrates adalah penjelasan
konsep-konsep dan gagasan-gagasanmelalui penggunaan pertayaan-pertayaan
pancingan. Sebagai suatu teknik pembelajaran, ia harus di pikirkan dan di tatar
dengan baiak.
f. Instruktur yang menggunakan teknik ini harus belajar bagaimana mendengar
dengan hati-hati apa yang ditanyakan dan dibahas.
5. Jika pertanyaan yang diajukan itu terjawab oleh siswa, maka guru dapat
melanjutkan/mengalihkan pertanyaan berikutnya hingga semua soal dapat selesai
terjawab oleh siswa.
6. Jika pada setiap soal pertanyaan yang diajukan ternyata belum memenuhi
tujuan, maka guru hendaknya mengulangi kembali pertanyaan tersebut. Dengan cara
memberikan sedikit ilustrasi, apersepsi dan sekedar meningkatkan dan memudahkan
berpikir siswa, dalam menemukan jawaban yang tepat dan cermat.[10]
6
5. Meningkatkan partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang
menimbulkan persaingan yang dinamis
6. Menumbuhkan disiplin
F. Kekurangan Metode Socretes
1. Metode Socrates dalam pelaksanaannya masih sulit dilaksanakan, pada sekolah
tingkat rendah. Sebab siswa belum mampu berpikir secara mandiri
2. Metode Socrates terlalu bersifat mekanis, dimana anak didik dapat dipandang
sebagai mesin, yang selalu siap untuk digerakkan
3. Lebih menekankan dari segi efektif (aspek berfikir) daripada kognitif
(penghayatan/perasaan). Padahal pengajaran agama sangat menonjolkan segi
perasaan dan penghayatan ini
4. Kadang-kadang tidak semua guru selalu siap memakai metode Socrates, karena
metode Socrates menuntut dari semua pihak baik guru maupun siswa sama-sama aktif
untuk belajar dan menguasai bahan atau ilmu pengetahuan.
G. Langkah-Langkah untuk Mengembangkan Pembelajaran Interaktif
Salah satu faktor penting dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia ialah
rancangan pelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia sebagai pemeran utama
dalam proses belajar maka kesempatan interaksi semakin terbuka lebar. Pelajaran
interaktif yang terstruktur dengan baik bukan hanya lebih menarik tetapi juga
memberikan kesempatan untuk percobaan mental dan pemecahan masalah yang
kreatif. Di samping itu, pelajaran interaktif mendorong partisipasi siswa dan jika
digunakan dengan baik dapat mempertinggi hasil belajar dan pengalihan
pengetahuan. Sebagai penuntun untuk mengembangkan pelajaran interaktif
dikemukakan langkah-langkah berikut:
1. Mengidentifiksi pokok bahasan pelajaran
2. Mengembangkan sajian pembelajaran yang mencakup semua informasi
yang diharapkan siswa harus dikuasai
3. Membaca atau mengamati keseluruhan penyajian dan menentukan dimana
dialog-dialog interaktif dapat digabung dan disisipkan
4. Menetapkan jenis informasi yang diinginkan dari siswa, kembangkan
pertanyaan atau strategi lain yang memerlukan keikutsertaan siswa menganalis,
mensitesis, mengevaluasi, atau membuat keputusan
5. Menentukan pesan-pesan apa yang ingin disampaikan dengan kegiatan
interaktif
7
6. Menetapkan butir-butir diskusi penting; butir-butir penting ini dapat disajikan
setelah melibatkan siswa dalam diskusi atau kegiatan strategis lainnya.
Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai penarik perhatian adalah:
1. memulai pembelajaran dengan memusatkan pada aplikasi isi berbagai isu yang
relevan dengan siswa, bagaimana siswa akan menggunakan atau menerapkan
informasi baru ini
2. menginformasikan kepada siswa apa yang diharapkan mereka dapat dikerjakan
3. memulai dengan mengajukan pertanyaan atau mengajukan masalah yang
memusatkan perhatian terhadap informasi yang musti dipelajari oleh siswa.
H. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif dapat direalisasikan dalam beberapa bentuk. Berikut ini
dikemukakan beberapa jenis pembelajaran interaktif:
1. Pembelajaran partisipatori, yaitu jenis pembelajaran yang yang dimulai dengan
sesi curah pendapat dari seluruh siswa. Guru kemudian mengelompokkan,
mengevalusasi, dan membahas hasil curah pendapat itu bersama dengan siswa.
2. Pembelajaran main peran, dimulai dengan main peran yang diberi tahapan
dengan pelaku yang terdiri atas siswa dengan suka rela. Setelah bermain peran, butir-
butir informasi penting dibahas dan akhirnya disimpulkan.
3. Pembelajaran kuistim, dimulai dengan mengumumkan bahwa akan nada kuis
pada akhir pelajaran.Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang bersaing
mengumpulkan angka berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Teknik bukan saja
meriah tetapi juga membantu menarik perhatian siswa. Siswa akan lebih
berkonsentrasi ketika mereka mengetahui bahwa mereka akan ditanya, dan mereka
berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk timnya.
4. Pembelajaran kooperatif, menciptakan tim-tim atau kelompok-kelompok yang
bertanggung jawab untuk saling mengajar pengetahuan atau pengetahuan khusus.
Secara konseptual, siswa akan belajar lebih baik dan lebih banyak jika mereka harus
atau bertanggungjawab untuk mengajarkan pesan atau informasi kepada yang
lainnya.
5. Debat terstruktur amat bermanfaat apabila ada butir-butir informasi penting atau
pandangan yang berlawanan. Pertama-tama isu diuraikan kepada siswa. Siswa
kemudian ditunjuk (atau memilih) posisi pada pandangan yang sesungguhnya
bertentangan dengan pandangan mereka sendiri. Setiap tim mempersiapkan butir-
butir yang mendukung pandangan yang dibelanya. Kemudian tim bergantian
8
menyajikan posisi dan dukungan argumentasi timnya. Kegiatan ini diikuti dengan
pembahasan oleh guru mengenai isu yang diperdebatkan.
6. Pembelajaran 99detik merupakan rancangan pembelajaran yang membantu
siswa memproses informasi dengan meminta siswa mengorganisasikan secara singkat
informasi kedalam penyajian yang tidak lebih dari 99 detik. Organisasi ringkasan
tersebut memuat butir-butir penting keseluruhan informasi.[11]
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan media pembelajaran berbasis manusiadengan menggunakan metode
Socrates secara garis besar adalah manusia, dalam pandangan Socrates, setiap
individu anak didik sudah terdapat potensi untuk mengetahui kebenaran dan kebaikan
serta kesalahan dan dengan demikian seseorang yang sekalipun kelihatannya bodoh
mungkin pula berbuat sebaliknya.
Proses belajar-mengajar metode ini sangat baik digunakan dimana secara
teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang dosen melontarkan sebuah
pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa diketahui mahasiswa
sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani, percaya diri, berpartisipasi
secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik tersebut.
Tujuan dari metode socrates ini adalah merangsang siswa untuk menganalisis
suatu masalah dengan sebuah analogi dan berpikir kritis tentang suatu argumen.
Metode ini juga membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan penalaran
serta menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-argumen
yang mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan merevisi
ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau penalaran
yang berbeda.
B. Saran
Media pembelajaran berbasis manusia sangat dirasa penting untuk
meningkatkan kemampuan belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa didalam
kelas, maka seorang guru atau instruktur diharapkan mampu untuk mengkondisikan
kelas dengan baik dan menguasai berbagai pengetahuan untuk bisa mengarahkan atau
meluruskan dari berbagai permasalah yang menjadi topik pembahasan dalam kegiatan
belajar mengajar.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, H.Ronald. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Arsyad,Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Arsyad,Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:Rajawali
Al Qhomairi, Arifan. 2014. Penerapan Metode Socrates pada Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Kontekstual ditinjau dari Proses Belajardan
Kemampuan Berpikir Kritis (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada siswa Kelas X
SMA Negeri 15 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran
2012/2013).Skripsi., Bandarlampung:Universitas Lampung.
D.W. Johnson dan Johnson R.T. 2002. Meaningful assessment. Boston: Allyn
and Bacon.
Dananjaya, Utomo. 2013. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: PT. Nuansa
Cendekia
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. 2013. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia
Qosyim, Achmad. 2007. StudiImplikasi Socrates dalamPraktekPendidikan.
Surabaya: UNESA University Press
Sudjana,Nana dan Ahmad Rivai. 2013. Media Pengajaran . Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Susilana, Rudi dan CepiRiyana. 2009.Media Pembelajaran.Bandung: CV Wacana
Prima
11