Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL

KEHORMATAN GURU

Disusun Oleh :

Ali Imron 1911004

Teknik Mesin S1

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA BANDUNG

2021
Pendahuluan

Guru atau pendidik merupakan garda terdepan dalam pengembangan sumber


daya manusia. Guru mempunyai peran besar dalam menggapai cita-cita anak bangsa.
Profesi yang kurang menjanjikan di bidang finansial ini ternyata paling banyak
diminati.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,


guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Pembahasan

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Di era
tahun 90-an, sosok guru sangatlah dihormati. Dalam keseharian, kita cenderung
melihat sikap dan perilaku hormat siswa kepada guru yang diekspresikan dalam
berbagai bentuk, seperti senyuman, sapaan, cium tangan, menganggukkan kepala,
hingga memberikan kado tertentu yang sudah pasti bukan dihitung dari nilai ua
ngnya.

Rasa hormat dari para siswanya itu sebenarnya bukan muncul dengan
sendirinya, melainkan refleksi dari apa yang ditampilkan sang guru ketika siswa
tersebut dalam pengasuhannya di sekolah. Hubungan antara guru dengan siswa juga
relatif terjaga, interaksi terjalin bukan hanya pada saat berada di sekolah, melainkan
juga ketika tidak melaksanakan tugasnya sebagai guru, ataupun bahkan ketika sudah
pensiun.

Sekalipun dari segi keilmuan, guru tersebut tidak pernah mengenyam


pendidikan di perguruan tinggi, tidak masuk pada mata kuliah psikologi pendidikan,
bukan pula sarjana dengan predikat cumluade. Hanya bermodal keikhlasan dan
ketulusan untuk mendidik anak bangsa, rasa hormat itu tumbuh di hati sanubari
siswa.

Namun belakangan ini, rasa hormat siswa terhadap guru semakin menurun. Di
media massa sering ditemui, berita terkait siswa yang konflik dengan gurunya sendiri.
Ada siswa yang bersikap diluar batas kewajaran. Ada siswa yang mengucap kata-kata
kasar kepada gurunya, bahkan ada pula siswa yang berani menghajar gurunya.

Di sinilah peran orangtua sangat dibutuhkan untuk memberikan perhatian


lebih dalam upaya pembentukan karakter anaknya sendiri. Orangtua jangan serta
merta menyerahkan urusan anak kepada para guru, sebab sebagaimana diketahui,
ruang gerak guru juga dibatasi oleh beberapa peraturan dalam membimbing siswa.
Misalnya, di era sekarang guru takut menghukum siswa sekalipun tujuannya untuk
mendisiplinkan, karena khawatir orangtuanya tidak senang lalu melaporkan guru
tersebut kepada pihak berwajib. Oleh karena itu Guru harus mempunyai strategi agar
perannya sebagai guru mendapat tempat terbaik di hati anak didiknya. Ada beberapa
hal yang mesti dilakukan para guru.

1. Guru harus memperbaiki dirinya terlebih dahulu, yakni dengan menjaga


penampilan, tidak terlambat masuk ke kelas, serta memberikan teladan yang
baik bagi siswa.
2. Guru harus juga menghormati anak didiknya. Dalam artian, menghormati
sikap dan sifat positif siswa dan memberikan reward terhadap karya siswa.
Jangan sekali-kali pilih kasih, terlebih lagi membanding-bandingkan siswa.
3. Guru jangan pernah berpikir untuk berhenti belajar. Terkadang guru sudah
merasa puas dengan “embel-embel” sarjana di belakang namanya.
4. Guru harus mengikuti trend masa kini. Bukan ayal lagi, guru kekinian lebih
digemari siswa, seperti memiliki Facebook, Instagram, Twitter, dan lain
sebagainya. Tapi dalam hal ini, guru jangan terlalu mengekspos kehidupan
pribadinya di media sosial, seperti mengeluh dan memaki, hal tersebut malah
akan membuat marwah guru semakin memudar.
Penutup

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah
atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagaimana
yang pernah dituliskan Andrea Hirata dalam buku Laskar Pelangi, "Betapa
bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma di hadapan peserta
didiknya. Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur
katanya ditaati, dan kepergiannya ditangisi." Sejatinya guru memang untuk
dihormati, bukan dipandang sebelah mata, apalagi untuk dihina atau dimaki.
Sehingga generasi mendatang mendapatkan keberkahan ilmu yang luar bisa yang
ditularkan para guru.

Daftar Pustaka

Ramayulis, ilmu pendidikan islam, kalam mulia, Cet. VII, Jakarta 2002

Nata, Abuddin, filsafat pendidikan islam, UIN Jakarta Press, Jakarta 2003

Imam, Ghzali, ta’lim muta’alim, Pondok Pesantren An Warulhuda, Bandung 2020

Anda mungkin juga menyukai