Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Rumah Gadang dan Rangkiang


(makalah ini di buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keminangkabaun)

Disusun Oleh :
Kelompok 7
1.Khusnul Khotimah 2120220
2.Kiki Agustinar 2120235
3.Rani Yunita Putri 2120207

Dosen Pengampu:
Suci Agustia putri,M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BUKITTINGGI
2020/2021
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Rumah Gadang dan R
angkiang”.Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajan.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan oleh pihak yang
bersangkutan.Oleh karena itu,penulis menyampaikan terimakasih kepada:
Allah SWT
Ibuk Suci Agustia Putri,M.Pd,selaku dosen pemimbing Belajar dan Pembelajaran
Kedua orang tua serta keluarga yang senantiasa mendukung ,mendoakan,dan memberikan demi
terselesaikan makalah ini
Teman-teman yang terlibat dalam penyusunan makalah ini,yang telah memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
karya tulis ini.Penulis berharap semog lapaoran makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bukittinggi,30 September 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………….1

Daftar Isi……………………………………………………………………………………..2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..............


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….
1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Rumah Gadang…………………………………………………………………………


2.2 Rangkiang………………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah

Nenek moyang orang Minang ternyata berfikiran jauh maju melampaui zamannya dalam
membangun rumah.Konstruksi rumah gadang ternyata telah dirancang untuk menah gempuran
gempa bumi. Rumah gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi
yang memilki daya lentur dan solidaritas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di
atas 8 skala Richter. Bentuk rumah Gadang membuat rumah Gadang tetap stabil menerima
guncangan dari bumi.Getaran yang datangdari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua
bangunan. Karena wilayah Minangkabau rawan gempa sejak dulunya karena di pengunungan
Bukit Barisan, maka arsiktektur Rumah Gadang juga memperhitungan desain yang tahan gempa.
Pengertian Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan
rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga
disebut dengan nama Rumah Bagonjong atauada juga yang menyebut dengan nama Rumah
Baanjuang. Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama mempunyai ketentuan-ketentuan
tersendiri, di samping sebagai tempat tinggal, juga dapat berfungsi sebagai tempat musyawarah
keluarga, tempat mengadakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan merupakan
representasi dari budaya matrilineal.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk memaparkan
penjelasan lebih rinci tentang Rumah Gadang dan Rangkiang , menjelaskan bagaimana
fungsi,macam-macam Rumah Gadang dan Rangkiang dalam adat Minangkabau, serta manfaat
Rumah Gadang dan Rangkiang bagi masyarakat Mingkabau. Dengan demikian masyarakat
Minangkabau akan lebih tahu makna dari Rumah Gadang dan Rangkiang demi menjaga
keunikan & kelestarian budaya Minagkabau untuk generasi yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Rumah Gadang dan Rangkiang ?
2. Jenis-jenis Rumah Gadang dan Rangkiang ?
3. Apa saja fungsi dari Rumah Gadang dan Rangkiang ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Rumah Gadang dan Rangkiang
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Rumah Gadang dan Rangkiang
3. Untuk mengetahui fungsi dari Rumah Gadang dan Rangkiang
3
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Rumah Gadang


A. Pengertian Rumah Gadang
Rumah Gadang atau rumah Godang adalah nama untuk rumah adat tradisional Minangkabau
yang banyak dijumpai di provinsi Sumatera Barat. Rumah ini juga disebut dengannama lain oleh
masyarakat setempat denganrumah Bagonjong atau rumah Baanjuang.Rumah Gadang model ini
banyak dijumpai di Sumatera Barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang
boleh didirikan rumah adat ini, hanya kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja
Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan dengan rantau, rumah adat ini
juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

B. Fungsi
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri.
Contohnya saja seperti jumlah kamar yang tergantung pada jumlah perempuan yang tingggal di
dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah
kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur.
Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain. Seluruah bagian dalam rumah
Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan
ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan.
Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang dan dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah
lanjar bergantung pada besar rumah, bias dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang
ganjil antara tiga dan sebelas. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik
keluarga induk dari suku atau kelompok tertentu secara turun temurun dan hanya dimiliki dan
diwarisi dari dan kepada perempuan kelompok tersebut .Dihalaman depan Rumah Gadang
biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi.
Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa
Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat,
karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah baanjuang. Anjung pada kelarasan
Koto Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan pada kelarasan Bodi Chaniago tidak
memakai tongkat peyangga di bawahnya. Hal yang berbeda, golongan pertama menganut prinsip
pemerintah yang hierarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada
golongan kedua anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah
Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat
ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum
tersebut yang belum menikah.
Rumah Gadang, disamping sebagai tempat tinggal, juga dapat berfungsi sebagai tempat
musyawarah keluarga, tempat mengadakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan
merupakan representasi dari budaya matrilineal. Rumah Gadang sangat dimuliakan dan bahkan
dipandang sebai tempat suci oleh masyarakat Minangkabau.

4
C. Arsiktektur
Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsirektur dengan bentuk puncak atapnya runcing
yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya di buat dari ijuk yang dapat sampai puluhan
tahun, namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Rumah Gadang ini
dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian, muka dan belakang. Pada
bagian depan didinding rumah Gadang dibuat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari
bahan bambu. Papan dinding dipasang vertical dan semua papan yang menjadi dinding atau
menjadi bingkai diberi ukiran sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran. Penempatan
motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding rumah Gadang.
Sesuai dengan ajaran falsafah Minangkabau yang bersumber dari alam, “alam takambang
jadi guru’.Ukiran-ukiran pada rumah Gadang juga merupakan simbolisasi dari alam. Pada
dasarnya ukiran pada rumah Gadang merupakan ragam hias dalam bentuk garis melingkar atau
persegi. Biasanya bermotif tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah. Pola
akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung
menyambung, cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam,ke atas dan ke bawah. Motif
lain yang dijumpai adalah motif geometri segi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bunga atau
buah dapat juga diukir tersendiri atau secara berjajaran
Nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran jauh melampaui zamannya dalam
membangun rumah. Kontruksi rumah gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran
gempa bumi. Rumah Gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa kontruksi
yang memiliki daya lentur dan solidaritas saat terjadi guncangangempa hingga berkekuatan di
atas 8 skala Richter. Bentuk rumah Gadang membuat rumah Gadang tetap stabil menerima
guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua
bangunan. Rumah Gadang tidak menggunakan paku sebagai pengikat,tetapi berupa pasak
sebagai sambungan. Hal ini membuat bangunan memiliki sifat lentur. Selain itu, kaki atau tiang
bangunan bagian bawah tidakpernah menyentuh bumi atau tanah.Tapak tiang dialasi dengan batu
sandi. Batu ini berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah sehingga tidak
mempengaruhi bangunan di atasnya. Jika ada getaran gempa bumi, rumah Gadang hanya akan
berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersbut. Darmansyah,
seorang ahli konstruksi di Sumatera Barat menyebutkan, dari sisi ilmu konsrtuksi bangunan
rumah Gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada di dunia
pada zamannya.
Status rumah Gadang yang begitu tinggi ini juga melahirkan berbagai macam tata karama.
Setiap orang yang ingin naik ke rumah Gadang harus terlebih dahulu mencuci kakinya. Bentuk
rumah Gadang sendiri dapat diibaratkan seperti bentuk kapal. Kecil di bawah dan besar di atas.
Bentuk atapnya mempunyai lengkung ke atas, kurang lebih setengah lingkaran, dan berasal dari
daun Rumbio (nipah). Bentuknya menyerupai tanduk kerbau dengan jumlah lengkung empat
atau enam, dengan satu lengkung ke arah depan rumah.
Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk mencapai Tuhan dan dinding,
yang secara tradisional terbuat dari potongan anyaman bambu, melambangkan kekuatan dan
utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk ketika tiap individu menjadi bagian
masyarakat yang lebih besar dan tidak berdiri sendiri.

5
Ada pula yang mengatakan bahwa atap gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau,
simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan simbol dari bukit. Kerbau karena kerbau dinilai
sebagai hewan yang sangat erat kaitannya dengan nama Mianagkabu. Pucuk rebung karena
merupakan bahan makanan adat. Kapal karena orang Minangkabau dianggap berasal dari
rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit karena daerah Minagkabau yang berbukit.
Pilar rumah Gadang yang ideal disusun dalam lima baris yang sejajar sepanjang rumah. Baris ini
membagi bagian interior menjadi empat ruang panjang yang disebut lanjar. Lanjar di belakang
rumah dibagi menjadi kamar tidur (ruang). Menurut adat, sebuah rumah Gadang harus memiliki
minimal lima ruang, dan jumlah yang ideal adalah Sembilan. Lanjar lain digunakan sebagai area
umum yang disebut labuah gajah (jalan gajah) yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan
acara seremonial.

D. Ukiran Rumah Gadang


Pada bagian dinding Rumah Gadang dibuat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan
bamboo. Papan dinding dipasang vertical, sementara semua papanyang menjadi dinding dammenjadi
penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding Rumah
Gadang. Pada darnya ukiran rumah Gadang merupakan ragam hias pengisi bidang dalm bentuk garis
melingkar atau persegi. Motifnya umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan
berbuah.Pola akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjejeran, berhimpitan,berjalinan dan juga
sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam,ke atas dan ke bawah. Di
samping motif akar,motif lain yang dijumpai adalah motif geometri bersegi tiga, empat dan genjang.
Motif daun bunga atau buah dapat juga diukir tersendiri atau secara berjajaran.

E. Proses Pembuatan Rumah Gadang


Menurut tradisinya, tiang utama Rumah Gadang yang disebut tonggak tuo yang berjumlah empat
buah/batang diambil dari hutan secara gotong royong oleh anak nagari, terutama kaum kerabat, dan
melibatkan puluhan orang. Batang pohon yang ditebang biasannya adalah pohon juha yang sudah tua dan
lurus dengan diameter antara 40 cm hingga 60 cm. Pohon juha terkenal keras dan kuat. Setelah di bawa
ke dalam nagari pohon tersebut tidak langsung di pakai, tetapi direndam dulu di kolam milik kaum atau
keluarga besar selama bertahun-tahun. SEtelah cukup waktu batang pohon tersebut diangkat atau
dibangkit untuk di pakai sebagai tonggak tuo. Prosesi mengangkat/membangkit batang tarandam
(membangkitkan pohon yang di rendam), lalu proses pembangunan Rumah Gadang berlanjut ke prosesi
berikutnya, mendirikan tonggak tuo atau tiang utama sebanyak empat buah, yang di pandang sebagai
menengakkan kebesaran. Batang pohon yang di rendam selama bertahun-tahun tersebut kemudian
menjadi sangat keras dan tak bias dimakan rayap, sehingga bisa bertahan sebagai tonggak tuo atau tiang
utama selama ratusan tahun. Perendaman batang pohon yang di jadikan tonggak tuo selama bertahun-
tahun tersebut merupakan salah satu kunci Rumah Gadang tradisional mampu bertahan hingga ratusan
tahun melintas zaman.

F. Adopsi Rumah Gadang


Keunikan bentuk atap Rumah Gadang yang melengkung dan lancip, telah menginspirasi beberapa
arsitek di belaha negeri lain, seperti Ton Van de Ven di Negeri Belanda yang mengadopsi desain Rumah
Gadang pada bangunan The House of the Five Senses. Bangunan yang dioperasikan sejak tahun 1996 itu
digunakan sebagai gerbang utama dari Taman Hiburan Efteling. Bangunan setinggi 52 meter dan luas
atap 4500 meter persegi itu merupakan bangunan berkontruksi kayu dengan atap jerami yang terbesar di
dunia menurut Guinness Book of Records.

6
G. Simbol Rumah Gadang
Gonjong (bagian atap yang melengkung dan lancip) Rumah Gadang menjadi symbol atau
ikon bagi masyarakat Minangkabu di samping ikon yang lain, Seperti warna hitam-merah-kuning
emas, rendang, dan lainnya. Hampir seluruh kantor pemerintahan di Sumatera Barat memakai
desain Rumah Gadang dengan atap gonjongnya, walaupun dibangun secara permanen degan
semen batu.
. Jenis-jenis Rumah Gadang
1. Gonjong Anam

Gambar rumah adat Sumatera Barat di atas adalah hunian khas minang. Rumah adat ini
terlihat seperti Gadang Gajah Maharam, tetapi bentuknya sudah dimodifikasi sebagaimana
mungkin sampai berubah menjadi hunian beranjung. Jika dibandingkan dengan rumah
tradisional Sumatera Barat lainnya, Gonjong Anam terlihat modern. Bagunannya dibuat
menggunakan anyaman bamboo dan papantebal, sehingga rumahnya kuat dan tahan lama.

2. Gonjong Ampek Baanjuang

Rumah adat Gonjong Ampek Baanjuang adalahrumah adat yang wajib dibangun di area
Luhak Nan Tigo. Bangunan ini merupakan hunian khas orang-orang Padang. Gonjong Ampek
Baanjuang dinamakan ampek karena memiliki 4 gonjongan pada setiap sisi rumah.

3. Gonjong Sibak Baju


Jenis rumah adat Sumatera Barat selanjutnya adalah Gonjomg Sibak Baju. Gonjong Sibak
Baju adalah rumah tradisional yang dibangun mirip dengan pakaian khas Sumatera Barat.
Gonjong sibak baju merupakan salah satu rumah adat tertua di Indonesia yang keberadaannya
sudah resmi dilestarikan.

4. Rumah Gadang Gajah Mataram

Gambar rumah adat Sumatera Barat di atas merupakansalah satu jenis darirumah Gadang,
rumah ini termasuk dalam kategori mewah karena ukurannya yang sangat luas dan desainnya
yang megah bak istana raja dan ratu. Untuk membangun rumah Gadang Mataram, ada yang
beberapa syarat yang harus dipenuhi seperti :
bangunan menghadapi utara

dinding sisi barat, timur, dan selatan wajib ditutupi sasak

memiliki 30 penompang rumah

atap terbuat dari seng,dan

bangunan dibangun menggunakan kayu


Rumah Gadang Gajah Mataram terdiri dari kamar tidur yanh dihiasi oleh pintu berukiran khas
Minangkabau.

5. Rumah Gadang Serambi Papek

Rumah Gadang Serambi Papek memiliki ciri khas bapamokok dan papek, yang mana merupakan
pengakhiran kiri dan kanan pada rumah. Dalam bahasa Minang, bapamok dan papek, berarti pintu masuk
dari belakang. Jadi, siapun yang berniat memasuki rumah harus memilih pintu belakang. Seiring
berjalannya waktu dan berkembangannya zaman, masyarakat Sumatera Barat mengubah peraturan ini dan
membangun pintu didepan rumah.

6. Rumah Gadang Batingkek (Bertingkat)

Melihat rumah Gadang Gajah Mataram sudah bikin terkesima dengan kemewahannya, tunggu sampai
lihat Gadang Batingkek. Walaupun desainnya hamper sama dengan Gadang Gajah Mataram, rumah ini
memiliki banyak tingkat dan dibangun lebih besar dibandingkan rumah adat lainnya di Indonesia. Pada
zaman dahulu, rumah ini banyak di temukan di Padang. Sayangnya semakin ke sini, semakinsedikit
Gadang Batingkek yang terlihat di Sumatera Barat.

7. Rumah Gadang Gonjong Limo


Gambar rumah adat Sumatera Barat yangterakhir adalah Gadang Gonjong Limo.Ciri khas
rumah adat Gonjong Limo adalah gonjong tambahan yang berada pada sisi kanandan kiri rumah.
Bangunannya hamper mirip dengan Gadang Gajah Mataram, tetapi tidak ditambah anjung.

2.2 Rangkiang

A. Pengertian Rangkiang
Rangkiang adalah lumbung padi yang digunakan oleh masyarakat Mingkabau untuk menyimpan
padai hasi panen. Bangunan ini pada umumnya dapat ditemui di halaman rumah Gadang.
Bentuknya mengikuti bentuk rumah Gadang dengan atap bergonjong dan lantai yang ditinggikan
dari atas tanaStatus rumah Gadang yang begitu tinggi ini juga melahirkan berbagai macam tata
karama. Setiap orang yang ingin naik ke rumah Gadang harus terlebih dahulu mencuci kakinya.
Bentuk rumah Gadang sendiri dapat diibaratkan seperti bentuk kapal. Kecil di bawah dan besar
di atas. Bentuk atapnya mempunyai lengkung ke atas, kurang lebih setengah lingkaran, dan
berasal dari daun Rumbio (nipah). Bentuknya menyerupai tanduk kerbau dengan jumlah
lengkung empat atau enam, dengan satu lengkung ke arah depan rumah.
Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk mencapai Tuhan dan dinding,
yang secara tradisional terbuat dari potongan anyaman bambu, melambangkan kekuatan dan
utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk ketika tiap individu menjadi bagian
masyarakat yang lebih besar dan tidak berdiri sendiri. Ada pula yang mengatakan bahwa atap
gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan
simbol dari bukit. Kerbau karena kerbau dinilai sebagai hewan yang sangat erat kaitannya
dengan nama Mianagkabu. Pucuk rebung karena merupakan bahan makanan adat. Kapal karena
orang Minangkabau dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit
karena daerah Minagkabau yang berbukit. Pilar rumah Gadang yang ideal disusun dalam lima
baris yang sejajar sepanjang rumah. Baris ini membagi bagian interior menjadi empat ruang
panjang yang disebut lanjar. Lanjar di belakang rumah dibagi menjadi kamar tidur (ruang).
Menurut adat, sebuah rumah Gadang harus memiliki minimal lima ruang, dan jumlah yang ideal
adalah Sembilan. Lanjar lain digunakan sebagai area umum yang disebut labuah gajah (jalan
gajah) yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan acara seremonial.

4
Sesuai dengan ajaran falsafah Minangkabau yang bersumber dari alam, “alam takambang
jadi guru’.Ukiran-ukiran pada rumah Gadang juga merupakan simbolisasi dari alam. Pada
dasarnya ukiran pada rumah Gadang merupakan ragam hias dalam bentuk garis melingkar atau
persegi. Biasanya bermotif tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah. Pola
akar biasanya berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga sambung
menyambung, cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam,ke atas dan ke bawah. Motif
lain yang dijumpai adalah motif geometri segi tiga, empat dan genjang. Motif daun, bunga atau
buah dapat juga diukir tersendiri atau secara berjajaran.
Nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran jauh melampaui zamannya dalam
membangun rumah. Kontruksi rumah gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran
gempa bumi. Rumah Gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa kontruksi
yang memiliki daya lentur dan solidaritas saat terjadi guncangangempa hingga berkekuatan di
atas 8 skala Richter. Bentuk rumah Gadang membuat rumah Gadang tetap stabil menerima
guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua
bangunan. Rumah Gadang tidak menggunakan paku sebagai pengikat,tetapi berupa pasak
sebagai sambungan. Hal ini membuat bangunan memiliki sifat lentur. Selain itu, kaki atau tiang
bangunan bagian bawah tidakpernah menyentuh bumi atau tanah.Tapak tiang dialasi dengan batu
sandi. Batu ini berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah sehingga tidak
mempengaruhi bangunan di atasnya. Jika ada getaran gempa bumi, rumah Gadang hanya akan
berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersbut. Darmansyah,
seorang ahli konstruksi di Sumatera Barat menyebutkan, dari sisi ilmu konsrtuksi bangunan
rumah Gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada di dunia
pada zamannya.

Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk mencapai Tuhan dan dinding,
yang secara tradisional terbuat dari potongan anyaman bambu, melambangkan kekuatan dan
utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk ketika tiap individu menjadi bagian
masyarakat yang lebih besar dan tidak berdiri sendiri. Ada pula yang mengatakan bahwa atap
gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan
simbol dari bukit. Kerbau karena kerbau dinilai sebagai hewan yang sangat erat kaitannya
dengan nama Mianagkabu. Pucuk rebung karena merupakan bahan makanan adat. Kapal karena
orang Minangkabau dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit
karena daerah Minagkabau yang berbukit. Pilar rumah Gadang yang ideal disusun dalam lima
baris yang sejajar sepanjang rumah. Baris ini membagi bagian interior menjadi empat ruang
panjang yang disebut lanjar. Lanjar di belakang rumah dibagi menjadi kamar tidur (ruang).
Menurut adat, sebuah rumah Gadang harus memiliki minimal lima ruang, dan jumlah yang ideal
adalah Sembilan. Lanjar lain digunakan sebagai area umum yang disebut labuah gajah (jalan
gajah) yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan acara seremonial.
Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk mencapai Tuhan dan dinding,
yang secara tradisional terbuat dari potongan anyaman bambu, melambangkan kekuatan dan
utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk ketika tiap individu menjadi bagian
masyarakat yang lebih besar dan tidak berdiri sendiri. Ada pula yang mengatakan bahwa atap
gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan
simbol dari bukit. Kerbau karena kerbau dinilai sebagai hewan yang sangat erat kaitannya
dengan nama Mianagkabu. Pucuk rebung karena merupakan bahan makanan adat. Kapal karena
orang Minangkabau dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit
karena daerah Minagkabau yang berbukit. Pilar rumah Gadang yang ideal disusun dalam lima
baris yang sejajar sepanjang rumah. Baris ini membagi bagian interior menjadi empat ruang
panjang yang disebut lanjar. Lanjar di belakang rumah dibagi menjadi kamar tidur (ruang).
Menurut adat, sebuah rumah Gadang harus memiliki minimal lima ruang, dan jumlah yang ideal
adalah Sembilan. Lanjar lain digunakan sebagai area umum yang disebut labuah gajah (jalan
gajah) yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan acara seremonial.

Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk mencapai Tuhan dan dinding,
yang secara tradisional terbuat dari potongan anyaman bambu, melambangkan kekuatan dan
utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk ketika tiap individu menjadi bagian
masyarakat yang lebih besar dan tidak berdiri sendiri. Ada pula yang mengatakan bahwa atap
gonjong merupakan simbol dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan
simbol dari bukit. Kerbau karena kerbau dinilai sebagai hewan yang sangat erat kaitannya
dengan nama Mianagkabu. Pucuk rebung karena merupakan bahan makanan adat. Kapal karena
orang Minangkabau dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar. Bukit
karena daerah Minagkabau yang berbukit. Pilar rumah Gadang yang ideal disusun dalam lima
baris yang sejajar sepanjang rumah. Baris ini membagi bagian interior menjadi empat ruang
panjang yang disebut lanjar. Lanjar di belakang rumah dibagi menjadi kamar tidur (ruang).
Menurut adat, sebuah rumah Gadang harus memiliki minimal lima ruang, dan jumlah yang ideal
adalah Sembilan. Lanjar lain digunakan sebagai area umum yang disebut labuah gajah (jalan
gajah) yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan acara seremonial.

-Jenis-jenis rangkiang

1. Si tinjau lauik (si tinjau taut), yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk membeli
barang atau keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibikin sendiri. Tipenya lebih langsing dan yang
lain, berdiri di atas empat tiang. Letaknya di tengah di antara rangkiang yang lain.
Angkringan sitinjau lauik

2. Si bayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk makan sehari-hari.
Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiangnya. Letaknya di sebelah kanan.
Rangkiang Si bayau-bayau

3. Si tangguang lapa (si tanggung lapar), yaitu tempat menyimpan padi cadangan yang akan
digunakan pada musim paceklik. Tipenya bersegi dan berdiri di atas empat tiangnya.
Si tangguang lapa

4. Rangkiang Kaciak (rangkiang kecil), yaitu tempat menyimpan padi abuan yang akan digunakan untuk
benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim berikutnya. Atapnya tidak bergonjong dan
bangunannya lebih kecil dan rendah. Ada kalanya bentuknya bundar.
Rangkiang kaciak

Fungsi dari rangkiang

Fungsi dari beberapa jenis rangkiang yakni:[4]

1. Rangkiang Si Bayau-bayau: menyimpan padi yang akan digunakan untuk makan


sehari-hari.
2. Rangkiang Si Tangguang Lapa: menyimpan padi cadangan yang akan digunakan pada
musim paceklik.
3. Rangkiang Si Tinjau Lauik: menyimpan padi yang akan dijual. Hasil penjualan
digunakan untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibikin
sendiri.
4. Rangkiang Kaciak: menyimpan pada yang akan digunakan untuk benih dan biaya
mengerjakan sawah pada musim berikutnya.

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan


tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap
perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara
perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja
memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian
dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke
belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar,
sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah,
bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum
tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada
kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan
Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah
kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin
bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai
rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan
pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya. Hal ini sesuai
filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, golongan pertama menganut prinsip
pemerintahan yang hierarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada
golongan kedua anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah
Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat
ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum
tersebut yang belum menikah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas,maka dapat disimpulkan bahwa rumah gadang adalah
Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan
banyak di jumpai di Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh
masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama
Rumah Baanjuang.

Sedangkan,rumah rangkiang adalah lumbung padi yang digunakan oleh masyarakat


Minangkabau untuk menyimpan padi hasil panen. Bangunan ini pada umumnya dapat ditemui di
halaman rumah gadang.[2] Bentuknya mengikuti bentuk rumah gadang dengan atap bergonjong dan
lantai yang ditinggikan dari atas tanah.

3.2 Saran

Demikian makalah Rumah Gadang dan Rangkiang , kami menyadari bahwa makalah
ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami menerima saran maupun kritik yang membangun
dan mengembangkan makalah ini.

Rumah Gadang dan Rangkiang amatlah penting bagi masyarakat Minangkabau baik
untuk tempat tinggal maupun untuk penyimpanan padi. Oleh karena itu Rumah Gadang dan
Rangkiang perlu dijaga dan dilestarikan.

Referensi

Ramzy Muliawan, Wikimedia Commons, CC BY-SA 3.0


http://readtiger.com/img/wkp/en/Pagaruyung_palace.JPG

Asnan, Gusti. 2003. “Kamus Sejarah Minangkabau”. Pusat Pengkajian


Islam dan Minangkabau.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatra Barat “Undang-
Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya” Tahun 2013.

Sudirman Ismail. 2007. Arsitektur Tradisional Minangkabau Nilai-nilai


Budaya Dalam Arsitektur Rumah Adat. Bung Hatta University:Padang. Hal
52.

Anda mungkin juga menyukai