KELOMPOK 7
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya. laporan ini membahas tentang pengamatan tanaman bawang merah tanpa
perlakuan.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
Penulis
1. Pendahuluan
Media tanam bawang merah yang baik adalah media yang gembur, porous dan
memiliki aerasi yang baik sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Selama ini penggunaan arang sekam dalam budidaya bawang merah belum
dimanfaatkan secara optimal, sementara ketersediaan sekam padi yang merupakan
bahan utama dalam pembuatan arang sekam sangat melimpah di Provinsi Lampung.
Sekitar 20-30% dari berat padi adalah sekam padi dan kandungan arang sekam padi
sekitar 13-29% dari komposisi sekam padi yang selalu dihasilkan setiap kali sekam
dibakar (Hara, 1996). Berdasarkan perhitungan diatas, bila kulit sekam padi
sebanyak 1.000 Kg dibakar maka akan dihasilkan arang sekam sebanyak 130-290
Kg dengan kadar air 0,895% atau sebanyak 1.452-3.240 Kg dengan kadar air 10 %.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sayidatul, dkk (2010), Kadar air arang sekam
padi dari hasil pembakaran selama 4 jam, akan dihasilkan arang sekam dengan kadar
air sebesar 0,895 %.
Arang sekam merupakan bahan organik yang dapat berperan dalam memperbaiki
sifat fisik tanah dan mengandung silica yang tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan
Riadi (2010), menyatakan bahwa pemberian arang sekam padi dapat memperbaiki
sifat fisik tanah. Dengan adanya perbaikan pada sifat fisik tanah maka selain
mempermudah pertumbuhan akar tanaman, juga akan mempermudah perkembangan
umbi sehingga diharapkan ukuran umbi bawang merah dapat tumbuh secara
maksimal. Penambahan arang sekam padi pada media tanam bawang merah
berpengaruh terhadap ukuran umbi bawang merah (Tarigan, dkk, 2015).
Unsur hara Kalium yang merupakan unsur hara makro dalam budidaya bawang
merah, pemupukan Kalium pada tanaman bawang merah dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas umbi bawang merah. Cadangan Kalium dalam tanah cukup
banyak, bahkan pada jerami padi kandungan Kalium mencapai 80%. Meski hanya
sebagian kecil Kalium tersedia didalam tanah yang dapat dimanfatkan oleh
tanaman, akan tetapi hara Kalium mudah bergerak, terikat oleh permukaan koloid
tanah. Kekurangan Kalium mempengaruhi system perakaran, tunas, pembentukan
patidan translokasi gula (Wibowo, 2006).
Selama ini rekomendasi dosis pemupukan kalium pada bawang merah masih bersifat
umum dan belum secara spesifiklokasi, sehingga dengan dosis tertentu akan
menghasilkan respon yang berbeda disetiap lokasi. Pemberian dosis pupuk kalium
yang tepat juga akan berpengaruh terhadap ketahanan tanaman bawang merah
terhadap serangan hama maupun penyakit. Pada bawang merah, kalium dapat
memberikan hasil umbi yang lebih baik, mutu dan daya simpan umbi yang lebih
tinggi dan umbi tetap padat meskipun disimpan lama (Gunadi, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam
untuk mengetahui pengaruh daridosis arang sekam dan pupuk kalium dengan proporsi
yang berbeda terhadap pertumbuhan maupun hasil bawang merah ditanah sawah.
2. Tujuan
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah cangkul, polibag, hand
sprayer, gembor, patok bambu, jangka sorong, mistar, meteran, timbangan,
kalkulator, kamera, tali rapia, alat tulis, dan papan nama. Bahan yang digunakan
dalam adalah tanah top soil, bibit bawang merah varietas Bima-Brebes, arang sekam,
pupuk KNO3, dan pestisida.
4. Metodologi
Data hasil pengamatan diuji homogenitasnya dengan uji Bartlett dan ketakaditifan
data diuji dengan uji Tuckey kemudian di analisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT), semua pengujian dilakukan dengan taraf 5%.
5. Pelaksanaan Praktikum
Media tanam yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari campuran tanah dan
arang sekam dengan perbandingan 4:1.Sebelum dicampurkan tanah diayak terlebih
dahulu untuk mendapatkan tanah yang halus.Setelah diayak tanah dan arang sekam
dicampurkan sesuai takaran kemudian diaduk hingga rata.Setelah itu campuran media
tanam tersebut dimasukkan kedalam polybag berukuran diameter 20 cm dan
ketinggian polibag 20 cm.
Umbi bawang merah yang digunakan adalah Varietas Bima Brebes (Lampiran
8).Umbi yang digunakan sudah disimpanselama 75hari setelah dipanen.Umbi dipilih
yang berukuran sedang dengan diameter 1,5 – 1,8 cm,tidakcacat, memiliki akar dan
bernas. Umbidibersihkan dari kulit terluar yang mengering, lalu pada
bagianujungumbidipotong sepertiga bagiandenganpisaubersih dan tajam, hal ini
dilakukanuntuk memutus masa dormansi umbi.Setelah seluruh bagian ujung umbi
dipotong, lalu umbi diberi perlakuan menggunakan fungisida berbahan aktif Propineb
yaitu Antracol 70 WP 2ml/l.Setiap 1 kg benih diberikan 5 gr Fungisida, kemudian
diaduk hingga seluruh umbi terlapisi fungisida.Selanjutnya umbi sudah siap untuk
ditanam.
3.5.3 Penanaman
Sebelum ditanam media disiram air hingga jenuh.Selanjutnya satu buah umbi ditanam
pada bagian tengah polibag dengan cara bagian umbi yang mengeluarkan akar
ditancapkan sedalam ± 2/3 bagian umbi. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore
hari.
3.5.4 Pemupukan
Polibag sebagai wadah media tanam memiliki Diameter = 20 cm/0,2 m& Tinggi =
20 cm/0,2 m, maka volume:
Kelompok Dosis Pemupukan Pemupukan Pupuk yang Pupuk yang Kebutuhan Kebutuhan air
Pupuk/polybag I II ditimbang ditimbang air per untuk 40 polibag
(g) (1/2 dosis) (1/2 dosis) pada pada polybag
(g) (g) pemupukan I pemupukan untuk
(40 polibag) II (40 pengocoran
polibag) pupuk
1= Ko 0 0 0 0 0 250 ml 10 liter
2= K1 0,3 0,15 0,15 6 6 250 ml 10 liter
3= K2 0,6 0,3 0,3 12 12 250 ml 10 liter
4= K3 0,9 0,45 0,45 18 18 250 ml 10 liter
5= K4 1,2 0,6 0,6 24 24 250 ml 10 liter
6= K5 1,5 0,75 0,75 30 30 250 ml 10 liter
7= K6 1,6 0,8 0,8 32 32 250 ml 10 liter
3.5.5 Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan maksimal hingga 7 hari setelah tanam. Bibit sulaman terlebih
dahulu akan disemai menggunakan pottray dan media tanam yang digunakan pada
pottray disesuaikan dengan kombinasi media tanam pada masing-masing percobaan.
Jumlah bibit sulaman yang disediakan sebanyak 5 (lima) tanaman pada setiap satuan
percobaan. Bibit sulaman disiapkan pada waktu yang bersamaan dengan penanaman
tanaman utama, sehingga umur bibit sulaman akan sama dengan tanaman utama.
Penyiraman/pengairan tanaman dengan cara dikocor dan dilakukan 2 (dua) kali dalam
sehari, yakni pagi hari antara pukul 07.00 - 08.00 dan sore hari antara pukul 16.30 -
17.30. Jika kondisi tanah masih basah, maka tidak akan dilakukan penyiraman.
3.5.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan bila tanaman bawang merah sudah menunjukkan tanda-tanda siap
untuk dipanen yaitu dengan ciri-ciri sebagian besar daun tanaman sudah mulai rebah
dan menguning, umbi bawang merekah secara kompak dan berwarna merah ke unguan,
umur tanaman maksimal 60 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara
mencabut seluruh bagian tanaman dan membersihkan tanah yang menempel pada akar.
Setelah dilakukan pengamatan panen pada semua peubah yang dibutuhkan, tanaman
sampel dari setiap satuan percobaan saling dipisahkan dan diberi kode sesuai dengan
perlakuannya. Selanjutnya sample dijemur dibawah sinar matahari yang diberi naungan
paranet dan kembali diamati saat kulit bagian terluar umbi sudah mudah terkelupas.
3.5.7 Pengamatan
Tinggi tanaman merupakan rerata tinggi tanaman sampel pada setiap satuan percobaan
yang diukur dari munculnya pangkal batang sampai pada ujung daun tertinggi.
Pengamatan dilakukan 6 kali yaitu pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST 40 HST, 50
HST dan 60 HST.
Jumlah daun merupakan rerata jumlah helaian daun yang terdapat pada tanaman sampel
disetiap satuan percobaan. Jumlah daun yang dihitung yaitu seluruh pucuk daun pada
tanaman sample yang muncul dan belum mengering. Pengamatan dilakukan sebanyak 6
kali yaitu pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST 40 HST, 50 HST dan 60 HST.
Jumlah anakan per rumpun merupakan rerata jumlah anakan yang terdapat pada
tanaman sampel disetiap satuan percobaan. Pengamatan dilakukan sebanyak 6 kali
yaitu pada umur 10 HST, 20 HST, 30 HST 40 HST, 50 HST dan 60 HST.
Bobot basah brangkasan tanaman merupakan rerata bobot basah seluruh bagian tanaman
cadangan yang berjumlah 2 (dua) tanaman disetiap satuan percobaan dan dilakukan
pada saat tanaman bawang berumur 45 HST. Pengukuran Bobot basah brangkasan
(Tanaman Destruktif) dengan cara terlebih dahulu membersihkan sisa-sisa tanah yang
masih menempel pada umbi, kemudian tanaman ditimbang.
Jumlah umbi per rumpun merupakan rerata jumlah umbi yang terdapat pada tanaman
sampel disetiap satuan percobaan dan dihitung pada saat pengamatan panen.Umbi
dihitung berdasarkan jumlah umbi yang memiliki diameter ≥ 1 cm yang terdapat dalam
setiap rumpun tanaman sample.
Diameter umbi merupakan rerata diameter umbi yang terdapat pada tanaman sampel
disetiap satuan percobaan. Diameter umbi dihitung menggunakan jangka sorong dan
umbi yang diukur pada setiap rumpun tanaman sample adalah umbi bawang yang
memiliki diameter ≥ 1 cm. Pengamatan diameter umbi dilakukan pada saat panen.
Bobot basah per umbi merupakan rata-rata bobot umbi basah umbi yang terdapat pada
tanaman sampel disetiap satuan percobaan dan dihitung pada saat pengamatan
panen.Bobot basah per umbi diperoleh dengan memisahkan bagian akar dan daun
tanaman, lalu setiap umbi pada tanaman sample ditimbang.
Bobot umbi basah per rumpun merupakan rerata bobot umbi basah per rumpun tanaman
sampel yang terdapat disetiap satuan percobaan dan dihitung pada saat pengamatan
panen.Bobot umbi basah diperoleh dengan memisahkan bagian akar dan daun tanaman,
lalu umbi ditimbang.
Bobot umbi kering per rumpun merupakan rerata bobot umbi kering dari tanaman
sampel yang terdapat disetiap satuan percobaan. Pengukuran bobot umbi kering per
rumpun dilakukan bila bagian kulit luar umbi sudah mudah terkelupas, yang diperoleh
dengan cara menjemur umbi dibawah sinar matahari yang diberi naungan paranet.
I 100 II III IV
cm
k3 k2 k1
50 cm
k0 k1 k6 U
k1 k5 k0
k5 k0 k3
k6 k3 k5
k2 k4 k4
k4 k6 k2
k0 = Dosis Kalium 0 kg / ha
k1 = Dosis Kalium 100 kg / ha
k2 = Dosis Kalium 200 kg / ha
k3 = Dosis Kalium 300 kg / ha
k4 = Dosis Kalium 400 kg / ha
k5 = Dosis Kalium 500 kg / ha
k6 = Dosis Kalium 600 kg / ha
I = Kelompok 1
= Kelompok 2
III = Kelompok 3
40 cm
100 cm
Keterangan:
Jumlah Daun
Tabel
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Ulangan IV
Grafik
140
120
100
K0
K1
80
K2
K3
60 K4
K5
40 K6
20
0
1 2 3 4
Ulangan
Jumlah Umbi Per-Rumpun
Tabel
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Ulangan IV
Grafik
14
12
K0
10 K1
K2
8
K3
K4
6
K5
4 K6
0
1 2 3 4
Ulangan
Tabel
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Ulangan IV
Grafik
Tabel
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Ulangan IV
Grafik
80
70
60
50 K0
K1
K2
40
K3
K4
30 K5
K6
20
10
0
1 2 3 4
Ulangan
BAB V
KESIMPULAN
Tinggi tanaman tertinggi dihasilkan oleh perlakuan k4, jumlah daun terbanyak dihasilkan
pada perlakuan k2, bobot basah berangkas terberat dihasilkan oleh k4 dengan berat rata – rata
129.53, diameter terbesar dihasilkan dari perlakuan k3 (324.415), jumlah umbi terbanyak
dihasilkan dari perlakuan k2 dan k4 dengan rata – rata jumlah 15.00, berat basah per rumpun
terberat dihasilkan dari perlakuan k3 dengan berat rata – rata 86.53, berat kering per rumpun
terberat dihasilkan dari perlakuan k6 dengan berat rata- rata 76.00, berat basah per umbi
terberat dihasilkan dari perlakuan k6 dengan berat rata – rata 89.40, bobot kering per umbi
terberat dihasilkan dari perlakuan k6 dengan berat rata – rata 75.20. Dari hasil penelitiaan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bawang merah yang paling baik adalah k6.
Daftar Pustaka
Riadi, Y.A. 2010.Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pupuk Organik Cair terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau(Skripsi). Pontianak: Universitas
Tanjungpura.
Sayidatul, U., Anton, P, dan Himmatul, B. 2010. Kajian Penambahan Abu Sekam Padi dari
Berbagai Suhu Pengabuan terhadap Plastisitas Kaolin. Jurnal Alchemy, 1 (2) : 53-
103.
Tarigan, E., Yaya, H., dan Mariati.2015. Respons Pertumbuhan dan ProduksiBawang Merah
(Allium Ascalonicum L.)terhadapPemberian Abu Vulkanik GunungSinabungdan
ArangSekamPadi.JurnalAgroekoteknologi, 3 (3) :956-962.
Wibowo, S. 2005. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. PenebarSwadaya. Jakarta.