Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Badan Layanan Umum Daerah atau disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah di Indonesia yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas.
Sebagai bagian dari perangkat pemerintah daerah, maka BLUD secara status
hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Berbeda dengan SKPD pada umumnya, pola
pengelolaan keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada
umumnya. Dengan berbagai persyaratan dan prakondisi, maka sebuah satuan kerja atau
unit kerja dapat ditingkatkan statusnya sebagai BLUD.
Praktek bisnis yang sehat berupa penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan
kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan
berkesinambungan. Praktek bisnis ini bukan hanya bersifat individual di satu satuan kerja,
namun dapat berupa koorporate (kerja sama) antara satuan-satuan kerja dalam satu BLUD.
Tentunya untuk melakukannya, BLUD membutuhkan standar kinerja agar dalam
pelaksanaannya tidak menyimpang dari kesepakatan atau merugikan satuan kerja tersebut.
Salah satu prasyarat pengelolaan BLUD adalah adanya Standar Pelayanan Minimum
(SPM) yang sebenarnya merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum
yang diberikan oleh BLU kepada masyarakat.
Selain itu, rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan
anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian Negara /lembaga /SKPD/
pemerintah daerah. Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola
keuangan dengan PPK-BLU apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan
administratif.
Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan:
• Penyediaan barang dan, atau jasa layanan umum
• Pengelolaan wilayah/ kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian
masyarakat atau layanan umum; dan, atau
• Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan, atau pelayanan
kepada masyarakat.
Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan,
atau tenaga profesional non pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU. Dengan
pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan
anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan
pengadaan barang/ jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan
tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai
sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU dikendalikan secara ketat
dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah, BLU wajib menghitung harga pokok dari
layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina.
Demikian pula dalam pertanggungjawabannya, BLU harus mampu menghitung dan
menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah
direalisasikan.
Oleh karena itu, BLU berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga
induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance
agreement), dimana menteri/pimpinan lembaga induk bertanggung jawab atas kebijakan
layanan yang hendak dihasilkan, dan BLU bertanggung jawab untuk menyajikan layanan
yang diminta. Dengan sifat-sifat tersebut, BLU tetap menjadi instansi pemerintah yang tidak
dipisahkan. Dan karenanya, seluruh pendapatan yang diperolehnya dari non APBN/ APBD
dilaporkan dan dikonsolidasikan dalam pertanggungjawaban APBN/ APBD.
Sehubungan dengan privilese yang diberikan dan tuntutan khusus yang diharapkan
dari BLU, keberadaannya harus diseleksi dengan tata kelola khusus. Untuk itu, menteri/
pimpinan lembaga/ satuan kerja dinas terkait diberi kewajiban untuk membina aspek teknis
BLU, sementara Menteri Keuangan/ PPKD berfungsi sebagai pembina di bidang
pengelolaan keuangan.
Pola BLU tersedia untuk diterapkan oleh setiap instansi pemerintah, terutama
puskesmas, yang secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional.
Instansi dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon atau
non eselon. Sehubungan dengan itu, organisasi dan struktur instansi pemerintah yang
berkehendak menerapkan PPK-BLU kemungkinan memerlukan penyesuaian dengan
memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. BLU diharapkan tidak
sekedar sebagai format baru dalam pengelolaan APBN/ APBD, tetapi BLU diharapkan
untuk menyuburkan pewadahan baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor
publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Asas BLU yang lainnya adalah:
• Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada
pimpinan instansi induk,
• BLU tidak mencari laba,
• Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah,
• Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
KEPUSTAKAAN
• PP RI No.23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
• Wikipedia Bahasa Indonesia
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah