Anda di halaman 1dari 19

STASE JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :

Belsi

2030020

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN 2020/2021
A. Definisi

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri

atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak

langsung diekspresikan ( Townsend, 2007 ).

Menurut Schult & Videbeck (2010), gangguan harga diri rendah adalah

penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang

diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa

gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 2009).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif

terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak

langsung.

B. Penyebab Harga Diri Rendah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga

diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena

individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku

klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu

memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.

Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya

individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),

individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul


pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan

peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan

fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan

tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi

secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri

rendah kronis.

Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga di

pengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis,

sosial dan kultural. faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik

yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula

berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar

serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan

pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar

karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri

rendah kronis, system Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien

dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa

tidak berguna atau gagal terus menerus. berdasarkan faktor psikologis , harga

diri rendah konis sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan

individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan

individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi  penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin

dan peran dalam pekerjaan. (Effendy, 2010).

Faktor sosial: secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses

terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal

didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang berubah misal ukuran

keberhasilan individu.

Faktor kultural: tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan

kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah

jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup

individualisme. Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-

faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi (Wong,

2008), yaitu

1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)

a. Neuroanatomi

b. Neurofisiologi

c. Neurokimia

d. Tingkat kematangan dan perkembangan organik

e. Faktor-faktor pre dan peri – natal


2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :

Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal

berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak

percaya dan kebimbangan)

a. Peranan ayah

b. Persaingan antara saudara kandung

c. Inteligensi

d. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

e. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau

rasa salah

f. Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri versus peran yang tidak

menentu

g. Keterampilan, bakat dan kreativitas

h. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya

i. Tingkat perkembangan emosi

3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)

a. Kestabilan keluarga

b. Pola mengasuh anak

c. Tingkat ekonomi

d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan


e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai

f. Pengaruh rasial dan keagamaan

g. Nilai-nilai

C. Pohon Masalah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu Tidak Efektif

D. Psikodinamika

1. Etiologi

Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronik

dikatakan situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya dioperasi,


kecelakaam, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan

malu kerena terjadi sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dan dipenjara

secara tiba-tiba). Dan dikatakan kronik yaitu perasaan negative terhadap diri

telah berlangsung lama. Klien ini mempunyai perasaan negative. Kejadian

sakit atau dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.

2. Proses terjadinya masalah

Harga diri terjadi karena perasaan dicintai dan mendapatkan pujian dari

orang lain. Harga diri akan menjadi rendah ketika tidak ada lagi cinta dan

ketika adanya kegagalan, tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain,

merasa tidak berharga, gangguan citra tubuh akibat suatu penyakit sehingga

akan menimbulkan suatu gambaran individu yang berperasaan negative

terhadap diri sendiri.

3. Komplikasi

Individu mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah pertama kali

akan merasa cemas dan takut. Individu akan takut ditolak, takut gagal, dan

takut dipermalukan. Akhirnya cenderung untuk menarik diri, akan

mengisolasi diri, yang pada akhirnya individu akan mengalami gangguan

realita. Komplikasi yang berbahaya individu mempunyai keinginan untuk

meciderai dirinya.
E. Rentang Respon Konsep Diri

1. Respon adaftif

Adalah pernyataan dimana klien jika menghadapi suatu masalah akan

dapat memecahkan masalah tersebut.

a. Aktualisasi diri

Adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang

pengalaman yang sukses dan dapat diterima.

b. Konsep diri positf

Adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam

beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negative

dari dirinya

2. Respon maladaftif

Adalah keadaan klien dalam menghadapi suatu masalah tidak dapat

memecahkan masalah tersebut.

a. Harga Diri Rendah

Adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa

lebih rendah dari orang lain


b. Identitas Kacau

Adalah kegagalan individu untuk mengintegritas aspek-aspek idintitas

masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial keperibadian

masa dewasa yang harmonis.

c. Depersonallisasi

Adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak membedakan

dirinya dengan orang lain. Menurut Suliswati Dkk komponen konsep diri

ada lima yaitu terdiri dari:

 Citra tubuh

Adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari

meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk,

fungsi, penampilan dan potensi tubuh.

 Ideal diri

Adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya bertingkah laku

berdasarkan standar peribadi.

 Harga diri

Adalah penilaian peribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa

berapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.


1) Peran

Adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan

oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi idividu di dalam kelompok

sosialnya.

2) Identitas diri

Adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari

observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari bahawa dirinya

berbeda dengan orang lain.

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

a. Faktor Predisposisi

1) Factor predisposisi citra tubuh

a. Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)

b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh

c. Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun

fungsi tubuh

d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi

2) Factor predisposisi harga diri

a. Penolakan dari orang lain

b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu

diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten

3) Faktor predisposisi peran

a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,

perubahan situai dan sehat-sakit

b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang

bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.

c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang

harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang

sesuai

d. Peran yang terlalu banyak

4) Factor predisposisi identitas diri

a. Ketidak percayaan orang tua dan anak

b. Tekanan dari teman sebaya

c. Perubahan dari struktur sosial

b. Faktor Presipitasi

1) Trauma

Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat

individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya

trauma emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada


masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan

kejadian berupa tindakan kejahatan.

2) Ketegangan peran

Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang

beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi,

dan sehat sakit.

c. Manifestasi klinik

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit

2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri

3) Merendahkan martabat

4) Gangguan hubungan social

5) Percaya diri kurang

6) Mencederai diri

d. Mekanisme koping

1) Koping jangka pendek

a) Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari

krisis, misalnya menonton TV, dan olah raga.

b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,

misalnya ikut kegiatan social politik dan agama.


c) Aktivitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara

terhadap konsep diri, misalnya aktivitas yang berkompetensi yaitu

pencapaian akademik atau olah raga.

d) Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah

identitas menjadi kurng berarti dalam kehidupan, misalnya

penyalahgunaan zat.

2) Koping jangka panjang

a) Penutupan identitas

Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting

bagi individu tampa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi

individu.

b) Identitas negative

Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai-

nilai dan harapan masyarkat.

e. Test diagnostik

1) Test psikologik: test keperibadian

2) EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis

3) Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi

4) Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik


f. Penatalaksanaan medis

a. Terapi keluarga

b. Terapi lingkungan

c. Terapi perilaku

d. Terapi kognitif

e. Terapi aktivitas kelompok

2. Diagnosa keperawatan

1. Harga diri rendah.

2. Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

3. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

4. solasi Sosial

3. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


Harga diri rendah Setelah dilakukan asuhan SP pada pasien

keperawatan selama 3x SP I

pertemuan klien dapat 1. Mengidenfikasi

berinteraksi baik dengan kemampuan dan

masyarakat sekitar. aspek positif yang

Kriteria hasil : dimiliki pasien

1. Klien dapat membina 2. Membantu pasien


hubungan saling menilai kemampuan

percaya dengan pasien yang masih

perawat dapat digunakan  

2. Klien dapat menilai 3. Membantu pasien

kemampuan dan aspek memilih kegiatan

positif yang dimiliki yang akan dilatih

3. Klien dapat Klien sesuai dengan

dapat menilai kemampuan pasien

kemampuan yang 4. Melatih pasien

dimiliki untuk kegiatan yang

dilaksanakan dipilih sesuai

4. Klien dapat kemampuan

merencanakan 5. Membimbing pasien

kegiatan sesuai dengan memasukkan dalam

kemampuan yang jadwal kegiatan

dimiliki harian.

5. Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai SP II

rencana yang dibuat 1 Memvalidasi

6. Klien dapat masalah dan latihan

memanfaatkan sitem sebelumnya.

pendukung 2 Melatih kegiatan

kedua (atau
selanjutnya) yang

dipilih sesuai

kemampuan

Membimbing pasien

memasukkan dalam

jadwal kegiatan

harian

SP pada keluarga

SP I

1 Mendiskusikan

masalah yang

dirasakan keluarga

dalam merawat

pasien

2 Menjelaskan

pengertian, tanda

dan gejala harga

diri rendah yang

dialami pasien

beserta proses

terjadinya

3 Menjelaskan cara-
cara merawat

pasien harga diri

rendah

SP II

1 Melatih keluarga

mempraktekkan

cara merawat

pasien dengan

harga diri rendah

2 Melatih keluarga

melakukan cara

merawat langsung

kepada pasien

harga diri rendah

SP III

1 Membantu

keluarga membuat

jadual aktivitas di

rumah termasuk

minum obat 

(discharge
planning)

2 Menjelaskan 

follow up pasien

setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. (2010). Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.


Keliat, A.B. (2007). Tingkah Laku Bunuh Dirí. Jakarta : Arcan.

Schultz dan Videback. (2010). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th

edition. Philadelphia : Lippincott- Raven Publisher.

Townsend. (2007). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for

Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Wong L. Donna. (2008). Essentials of Pediatric Nursing, 4th, Mosby Year Book,

Toronto.

Anda mungkin juga menyukai