Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bencana Gunung Meletus


2.1.1 Bencana Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat
keluarnya magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan (Ruwanto,
2008). Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi ". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan
dengan zona kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada
batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(magma). Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan
magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan
bisa mencapai 700- 1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan
abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya
bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km (Priambodo, 2009).
Berdasarkan kejadiannya, bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi dua
yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya tersebut
masing-masing mempunyai resiko merusak dan mematikan (Nurjanah dkk,
2011).
a. Bahaya utama (primer)
Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang langsung terjadi
ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan
panas, lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan lelehan lava.
b. Bahaya ikutan (sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah
proses peletusan berlangsung. Apabila suatu gunung api meletus akan
terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng
bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan
terbawa oleh air hujan dan tercipta lumpur turun ke lembah sebagai banjir
bebatuan. Biasanya banjir tersebut dikenal dengan banjir lahar dingin.

2.1.2 Jenis – jenis Letusan Gunung Meletus


a. Tipe A, magma naik melalui pipa kepundan dan memecahkan kubah yang
lama, kemudian membentuk kubah baru atau lidah lava. Pada fase ini, mulai
ada letusan kecil namun tidak terlalu berbahaya yang menghasilkan awan
panas atau Wadus gembel.
b. Tipe B, fase ini sangat umum dan dimulai dengan naiknya magma melalui
pipa kepundan dan memecahkan penutup di atasnya dengan letusan-letusan
kecil dan keluarnya lava. Fase utama akan menghancurkan sebagian puncak
gunung api. Pada fase akhir, lava membentuk kubah atau lidah lava dengan
viskositas tinggi atau sangat kental. Awan panas yang keluar bisa mencapai
sekitar 12-14 km dari pusat letusan.
c. Tipe C, letusan dimulai dengan naiknya magma dengan kandungangas yang
cukup tinggi. Ltusan yang terjadi memcahkan pantuup di atasnya dan
memlepaskan gas yang terkandung dan tidak ada aliran yang terbentuk.
Biasanya erupsi berlangusng singakat, setelah tekanan gas berkurang, kubah
atau lidah lava terbentuk.
d. Tipe D, merupakan letusan yang paling berbahaya, tanpa aliran lava adanya
aliran lava, puncak gunung api di hancurkan , kaldera terbentuk dan banyak
sekali awan panas atau wedus gembel.

2.1.3 Penyebab Gunung Meletus


a. Peningkatan kegempaan vulkanik
Aktivitas yang tidak biasa pada gunung berapi, seperti frekuensi
gempa bumi meningkat yang mana dalam sehari bisa terjadi puluhan kali
gempa tremor yang tercatat di alat Seismograf. Selain itu terjadi peningkatan
aktivitas Seismik dan kejadian vulkanis lainnya hal ini disebabkan oleh
pergerakan magma, hidrotermal yang berlangsung di dalam perut bumi. Jika
tanda-tanda seperti diatas muncul dan terus berlangsung dalam beberapa
waktu yang telah ditentukan maka status gunung berapi dapat ditingkatkan
menjadi level waspada. Pada level ini harus dilakukan penyuluhan kepada
masyarakat sekitar, melakukan penilaian bahaya dan potensi untuk naik ke
level selanjutnya dan kembali mengecek sarana serta pelaksanaan shift
pemantauan yang harus terus dilakukan.
b. Suhu kawah meningkat secara signifikan
Pada gunung dengan status normal, volume magma tidak terlalu
banyak terkumpul di daerah kawah sehingga menyebabkan suhu di sekitar
normal. Naiknya magma tersebut bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik
pada lapisan bumi dibawah gunung seperti gerakan lempeng sehingga
meningkatkan tekanan pada dapur magma dan pada akhirnya membuat
magma terdorong ke atas hingga berada tepat dibawah kawah. Pada kondisi
seperti ini, banyak hewan hewan di sekitar gunung bermigrasi dan terlihat
gelisah. Selain itu meningkatnya suhu kawah juga membuat air tanah di
sekitar gunung menjadi kering.
c. Terjadinya deformasi badan gunung
Peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga menyebabkan
perubahan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi
bagian dalam sepeti dapur magma yang volume-nya mengecil atau bisa juga
saluran yang menghubungkan kawah dengan dapur magma menjadi
tersumbat akibat deformasi batuan penyusun gunung.
d. Akibat tekanan yang sangat tinggi
Jika sepanjang perjalanan magma menyusuri saluran kawah terdapat
sumbatan, bisa menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung
berapi. Semakin besar tekanan dan volume magma-nya maka semakin kuat
ledakan yang akan terjadi.

2.1.4 Proses Terjadinya Gunung Meletus


Peristiwa vulkanisme sangat berhubungan dengan naiknya magma dari
dalam perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair,
liat dan sangat panas yang terdapat dalam perut bumi. Aktivitas magma
disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di
dalamnya. Adanya aktivitas ini dapat menyebabkan retakan-retakan dan
pergeseran kulit bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas
magma yang menyusup ke dalam litosfer (kulit bumi). Penyusupan magma ke
dalam litosfer dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut :
a) Intrusi magma
Instrusi magma merupakan peristiwa menyusupnya magma diantara lapisan
batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma dibedakan
sebagai berikut :
1. Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi) yaitu magma menyusup diantara
dua lapisan batuan, mendatar dan paralel dengan lapisan batuan
tersebut.
2. Lakolit yaitu magma yang menerobos diantara lapisan bumi paling atas.
Bentuknya seperti lensa cembung.
3. Gang (korok) yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan
membeku di sela –sela lipatan (korok).
4. Diatermis yaitu lubang (pipa) diantara dapur magma dan kepundan
gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.
b) Ekstrusi magma
Ekstrusi magma merupakan peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke
permukaan bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan
gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi sehingga menghasilkan
letusan yang sangat dahsyat.

2.1.5 Dampak Terjadinya Gunung Meletus


a. Dampak Negatif
1. Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur
Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida(NO2),
serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate
atau Particulate Matter).
2. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena
panik,serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
3. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang
kehilangan pekerjaan rutin kesehariannya.
4. Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA
5. Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang.
6. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu.Bahkan,
penerbangan dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu
7. Kebakaran hutan karena terkena laharnya.
8. Sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan
pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
9. Sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
10. Sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel dari 70 persen turun menjadi 30
persen.
b. Dampak Positif
1. Penambangan pasir mendapatkan pekerjaan baru yaitu bekerja untuk
mendapat pasir di pinggiran lahar dingin
2. Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan
tanah, namun dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar
gunung.
3. Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai
bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
2.1.6 Tanda dan Gejala Bencana Gunung Meletus

1. Suhu di sekitar gunung naik


2. Mata air menjadi kering
3. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan di sekitar gunung layu
5. Binatang di sekitar gunung bermigrasi
6. Peningkatan kegempaan vulkanik
7. Peningkatan suhu kawah
8. Peningkatan gelombang magnet dan listrik, hingga terjadinya deformasi
pada tubuh jantung
9. Lempeng-lempeng bumi saling berdesakan dan magma di perut bumi pun
mendesak serta mendorong permukaan bumi dan memicu aktivitas
geologis, vulkanik, dan tektonik
10. Akibat tekanan yang amat tinggi, magma mendesak keluar (erupsi) dari
permukaan bumi sebagai lava

2.1.7 Status Kegiatan Gunung Meletus


a. Aktif-Normal (level 1), kegiatan gunung api baik secara visual,  maupun
dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan. Tidak ada
gejala tekanan magma.
b. Waspada (level 2), berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi
mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa
vulkanik, suhu kawah (solfatara/fumarola) meningkat dari nilai normal.
Aktifitas vulkanik san seismik/kegempaan gunung sudah meningkat
c. Siaga (level 3), kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual
dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya.
Letusan dapat menjadi dalam waktu 2 minggu
d. Awas (level 4), semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera
menjelang. Letusan-letusan asap/abu sudah mulai terjadi. Letusan dapat
menjadi dalam waktu 24 jam

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1353/3/BAB%20II.pdf

https://id.scribd.com/document/391257247/Table-Top-Gunung-Meletus

Anda mungkin juga menyukai