Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ajeng Ayu Putri Audah

NIM : 6111181087
Kelas : Ilmu Pemerintahan C2
Mata Kuliah : Studi Kependudukan
Dosen Pengampu : Neneng Masto’ah, S. IP, M. Si

ANALISIS TEORI MALTHUS DALAM KONDISI SAAT INI


SERTA KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI MALTHUS

Analisis dampak pertumbuhan penduduk terhadap perekonomian khususnya terhadap


ancaman kekurangan pangan mendapat perhatian lebih luas ketika Malthus mengemukakan
teorinya tentang dampak pertumbuhan penduduk terhadap kecukupan bahan pangan. Dalam
tulisannnya yang berjudul Essay on the Principle of Population. Malthus mendebat ramalan
Godwin tentang suatu masa depan dunia yang sempurna dengan kebutuhan semua orang terpenuhi.
Menurut Malthus, hal itu tidak mungkin tercapai karena penduduk cenderung bertambah lebih
cepat daripada bahan pangan. Malthus merasa terdapat konflik antara dua kebutuhan pokok
manusia, yaitu kebutuhan akan “makanan” dan nafsu antar jenis kelamin (hubungan sex)”.

Teori Malthus menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur


sedangkan pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung, pada kasus ini dimana
terdapat permasalahan meledaknya jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan
ketersediaan pangan pun berkurang, hal ini merupakan perimbangan yang kurang menguntungkan
jika kita kembali kepada teori Malthus.

Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan pertambahan jumlah


penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan makanan menurut deret hitung. Teori
Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung lingkungan dan daya tampung
lingkungan. Tanah sebagai suatu komponen lingkungan alam tidak mampu menyediakan hasil
pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin banyak.
Daya dukung tanah sebagai komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang makin
banyak. Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar tidak menjadi
beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan
menampakkan bencana alam berupa banjir, kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah penyakit
dan kematian.

Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas


Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam
pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population tahun
1798 Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu:

- Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia


- Nafsu manusia tak dapat ditahan.

Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.
Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan
hidup.

Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan manusia


antara lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa nafsu dan pantangan
kawin), Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit, kejahatan dan peperangan).
Meskipun demikian teori mendapat berbagai kritik karena Malthus tidak memperhitungkan hal-
hal sebagai berikut:
a. Kemajuan bidang transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah dengan daerah lain
sehingga distribusi makana dapat berjalan
b. Kemajuan bidang teknologi, terutama bidang pertanian
c. Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah
d. Fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk dinaikkan

Kelebihan teori Malthus

Aliran Neomalthusian berusaha menyadarkan manusia dengan menggunakan fakta fakta


tentang jumlah penduduk dunia yang terus bertambah serta mengungkapkan proyeksi jumlah
penduduk dunia di masa mendatang dengan akibat yang ditimbulkan, misalnya: jumlah penduduk
dunia yang akan mendekati 7 milyar (2015) dan jumlah penduduk akan terus meningkat hingga
12 – 15 milyar di tahun 2050.
Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi. Pengikut Malthus ini disebut Neo
Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan hanya dengan moral restraint
(berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk
mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth control
dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Kelemahan teori Malthus


1. Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal
2. Pandangan negatif terhadap akumulasi modal
3. Komoditi tidak dipertukarkan dengan komiditi, tetapi dengan tenaga kerja
4. Konsumen tidak produktif memperlambat kemajuan dan dasar tabungan bersisi satu
5. Malthus tidak yakin akan hasil preventive cheks
6. Ia tak yakin bahwa ilmu pengetahan dapat mempertinggi produksi bahan makanan dengan
cepat
7. Ia tak menyukai adanya orang-orang miskin menjadi beban orang-orang kaya
8. Ia tak membenarkan bahwa perkembangan kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral
dari orang-orang dan mengurangi kekuatan dari Negara

Pemikiran Malthus, penekanan kelahiran, atau paling tidak pengaturan jumlah kelahiran
mutlak dilakukan. Dan itu adalah sebuah pilihan yang sangat rasional. Apalagi dengan mengajukan
pertanyaan, adakah tempat lain selain bumi untuk didiami manusia apabila jumlahnya sudah betul-
betul terus bertambah mengikuti logika Malthus? Persoalannya tidak lagi sekedar memberi
makanan bagi manusia tetapi sudah jauh lebih kompleks tentang hidup umat manusia yang lebih
lama di muka bumi dan kehidupan sekarang yang lebih berkualitas.

Teori Malhus di Indonesia

Indonesia sendiri sudah menerapkan beberapa cara seperti yang dimaksudkan oleh teori
kependudukan neo Malthusian, salah satunya adalah Program Keluarga Berencana (KB) yang
didengung-dengungkan sejak masa Orde Baru. Program ini dianggap merupakan salah satu solusi
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, Program KB yang selama ini digalakkan, untuk
mengentaskan masalah kependudukan ini menunjukkan bahwa Indonesia memang cukup
konsisten dalam pembangunan pada bidang kependudukan dan keluarga berencana.

Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) saat ini menjalankan misi
membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan,
sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui perkembangan kebijakan
penyediaan layanan promosi, fasilitasi, pelindung, informasi kependudukan dan keluarga, serta
penguatan kelembagaan dan jejaring keluarga berencana. Dengan tujuan utama membentuk
keluarga berkualitas 2015. BKKBN mempuyai tugas pokok melaksanakan tugas pemerintahan
dalam bidang keluarga berencana dan sejahtera sesuai ketentuan perundang-undangan.

Kebijakan Pemerintah ini diharapkan dapat berlangsung secara konsisten dan


menunjukkan hasil positif dalam penanggulangan masalah pertumbuhan penduduk dan masalah
aspek sosial yang tercakup didalamnya.

Menurut Sulistyawati (2013:21), Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur


jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan
program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan. Dengan adanya program tersebut
banyak harapan pemerintah agar program KB tersebut bisa menekan angka kelahiran guna
menciptakan masyarakat yang sejahtera.

Menurut Widiyanti (1987:157) keluarga berencana secara luas ialah merencanakan


keluarga atau perencanaan keluarga sehingga persoalannya bukan sekedar mengatur besarnya atau
jumlah anak atau mejarangkan anak akan tetapi lebih luas dari itu semua, yaitu merencanakan dan
mengatur segala aspek kehidupan keluarga supaya tercapai suatu keluarga yang bahagia. Keluarga
berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Program Keluarga
Berencana (KB) saat ini tidak hanya ditujukan untuk penurunan angka kelahiran namun dikaitkan
pula dengan tujuan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi, promosi, pencegahan dan penanganan
masalah-masalah kesehatan reproduksi seksual, kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi dan anak
(BKKBN, 2005).
Teori Malhus di Indonesia jika dikaitkan dengan kondisi saat ini

Covid-19 sebagai penyebab penyakit Korona yang banyak menghilangkan nyawa manusia,
menjadi menarik bila dikaitkan dengan Teori Malthus. Sesuai dengan namanya, teori ini
dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus (1776 -1834), seorang pakar demografi Inggris dan
ekonom politik yang paling terkenal karena pandangannya yang pesimistik namun sangat
berpengaruh tentang pertambahan penduduk.

Apakah pandemi COVID-19 saat ini dapat diartikan sebagai positive check dari
pemahaman teori Malthus? Rankin (2020) mengemukakan pendapatnya bahwa COVID-19 tidak
dapat dikatakan sebagai krisis Malthusian, tetapi merupakan peringatan bahwa positive checks
mungkin saja dapat terjadi di dunia di masa yang akan datang. Tulisan ini tidak difokuskan untuk
membahas COVID-19 sebagai Malthus positivecheck, tetapi mencermati upaya
penanggulangandan pengendalian pandemi COVID-19 sebagai preventive dan positive check
terhadap gangguan keseimbangan dalam kenyamanan kehidupan yangselama ini kita jalani.
Dampak pandemi COVID-19 sudah dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Sebelum pandemi terjadi, masyarakat biasa hidupdalam keseimbangan dan kenyamanan


padatingkatan yang beragam dan sangat relatif untuksetiap orang dan keluarga. Keseimbangan
dan kenyamanan dapat dilihat dari berbagai aspek seperti tercukupinya pangan, tersedianya
lapangan pekerjaan, serta adanya kesempatan dan keleluasaan untuk bersosialisasi atau melakukan
mobilitas, baik untuk keperluan sosial seperti mengunjungi kerabat atau berwisata maupun terkait
dengan urusan pekerjaan. Namun, situasi Pandemi saat ini jelas memperburuk kondisi kehidupan
yang selama ini kita jalani dan nikmati. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai upaya
dalam penanggulangan Pandemi saat ini. Upaya ini dilakukan untuk mengembalikan kehidupan
norma rakyat meskipun nantinya akan berada dalam tatanan baru atau adaptasi kebiasaan baru.

Dalam teorinya, Malthus menggambarkan bahwa pertambahan penduduk akan mengikuti


deret ukur dan pertambahan bahan makanan mengikuti deret hitung. Artinya, pertambahan
penduduk jauh lebih cepat dari pertambahan bahan makanan. Akibatnya suatu saat nanti akan
terjadi perbedaan yang besar antara jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan makanan,
sehingga bahaya kelaparan akan mengancam penduduk Bumi. Apalagi Malthus juga berpendapat
bahwa bahan makanan sangat penting untuk kehidupan manusia sementara nafsu manusia tidak
dapat ditahan, termasuk nafsu biologis untuk menghasilkan keturunan.
Dalam Teori Malthus, ada yang disebut dengan preventive checks dan positif checks
sebagai faktor pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap
perbandingan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan makanan. Sederhananya, preventive
dan posititive checks inilah yang akan menghambat pertambahan penduduk di mana pandemik
Covid-19 termasuk salah satu di antaranya. Preventive checks adalah faktor-faktor yang dapat
menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. T ermasuk di dalamnya
antara lain: penundaan masa perkawinan, mengendalikan hawa nafsu dan pantangan kawin.
Sementara positive checks adalah faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kematian, di
antaranya bencana alam, wabah penyakit, kejahatan dan peperangan.

Pandemi Covid-19 merupakan bagian dari wabah penyakit yang menambah jumlah
kematian. Data terupdate World Health Organization (WHO) hingga 29 April 2020, dari 2.995.758
jiwa di 213 negara yang terinfeksi Covid-19, 204.987 jiwa di antaranya meninggal dunia (mati).
Tentu jumlah ini akan menambah jumlah total kematian dari penduduk bumi oleh sebab lainnya
yang saat ini berjumlah 7.794.798.719 jiwa. Tentu saja kematian yang disebabkan oleh pandemi
Covid-19 sama sekali tidak kita harapkan. Sehingga dibutuhkan kesadaran dan kepedulian kita
bersama untuk mencegahnya agar korban tidak terus bertambah. Apalagi korban Covid-19 tidak
hanya orang dewasa dan para orangtua yang telah lama mengenyam hidup, tetapi juga bayi, anak -
anak dan remaja yang belum lama menikmati hidup dan membutuhkan lingkungan yang sehat
untuk tumbuh dan berkembang.

Caranya tentu saja dengan mengikuti anjuran pemerintah dalam bentuk social dan physical
distancing sementara waktu guna memutus rantai penyebaran virus ini. Selain itu selalu menjaga
kebersihan lingkungan serta kebersihan diri dengan mandi minimal dua kali sehari, cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan sesuatu serta gosok gigi sebelum dan sesudah makan. Tidak lupa
makan makanan dengan menu gizi seimbang dan minum air hangat minimal 8 gelas per hari.

Dalam teorinya, Malthus menggagas tentang positive check sebagai kondisi pertumbuhan
penduduk yang pesat dihambat dengan tingginya tingkat kematian yang terjadi, misalnya karena
kelaparan atau wabah penyakit. Pemerintah harus selalu mengadvokasi penduduk untuk
mengakumulasi Pemahaman dalam penanggulangan covid-19 Yang ramah penduduk serta
menyiapkan program program untuk membantu kondisi ekonomi penduduk.

Anda mungkin juga menyukai