Anda di halaman 1dari 25

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Geomorfologi Daerah Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yakni:

V.1.1 Satuan Geomorfologi Denudasional ( D3 )


Satuan denudasional ( D3 ) meliputi 75% daerah penelitian yang memiliki
ketinggian dari 200 – 800m diatas permukaan laut daerah penelitian ini terletak di
bagian barat daerah penelitian dengan arah penyebaran ke dari barat laut sampai
ke tenggara. Tersusun oleh litologi andesit, tufa pasiran dan aglomerat dengan
adanya gerakan tanah dan vegetasi sekitarnya di tumbuhan pepohonan.

V.1.2 Satuan Geomorfologi Daratan Denudasional (D1)


Satuan geomorfologi dataran denudasional (D1) ini arah penyebarannya dari
timur laut sampai ke arah tenggara. Daerah ini mencakup 35% dari luas daerah
penelitian dengan memiliki kemiringan lereng 15%, dan ketinggian 12, 5 – 200 m
diatas permukaan laut. Satuan ini terbentuk akibat dari hasil erosi dari sungai dan
aktivitas transportasi sedimen sehingga membentuk daratan banjir tempat
akumulasi endapan aluvial. Satuan ini terbentang di sepanjang tepian sungai.
Adapun litologi yang penyusun geomorfologi adalah aluvial, kerikil – pasir yang
merupakan penyusun utamanya. Pemanfaatan lahan ini sebagai lahan perkebunan
cokelat dan sayur-mayur milik masyarakat sekitar daerah penelitian.

V.1.3 Pola Pengaliran Sungai


Dari hasil penelitian, dengan membandingkan pola pengaliran menurut
Howard (1966) di daerah penelitian termasuk pola pengaliran dendritic dan
pararel. Pada pengaliran ini tersebar di seluruh daerah penelitian.

38
V.1.4 Stadia Sungai
Dari hasil pengamatan yang di lapangan, sungai yang berada di daerah
penelitian di kategorikan kedalam stadia sungai muda. Stadia sungai muda di
lapangan menunjukkan pencirian berbentuk “V” yang berada di daerah penelitian.

Gambar 5.1 Ketampakan sungai berbentuk “V “

V.1.5 Channel Bar dan Point Bar


Pada sungai yang terdapat di daerah penelitian menunjukkan adanya Chanel
Bar dan Point Bar. Channel bar yang di sebabkan oleh proses pengendapan yang
di bawah oleh media air yang berukuran kerikil dan terendapkan di tengah badan
sungai, sedangkan poin bar berupa material berukuran kerikil yang mengalami
proses yang Sama seperti Channel bar dan terendapkan di pinggir badan sungai
yang ada di daerah penelitian.

39
gambar 5.2 Kkenampakan point bar arah lensa timur lokasi?

Gambar 5.3 Kkentampakan channel bar arah lensa timur laut

V.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

40
Gambar 5.4 Stratigrafi Daerah penelitian
Berdasarkan satuan stratigrafi yang dominan di daerah penelitian Gunung
Bembab dan sekitarnya dapat di kelompokan dalam tiga satuan batuan dan
endapan dengan urutan tua sampai dengan muda sebagai berikut:

V.2.1 Satuan Batuan Tufa pasiran


Dari hasil pengamatan di lapangan satuan tufa pasiran mempunyai 25% dari
luas daerah penelitian. Penyebaran satuan ini mengarah dari bagian selatan dan
relatif ke barat daerah penelitian. Secara megaskopis memiliki warna segar
kuning keputih-putihan, warna lapuk kuning kecokelatan, tekstur klastik, ukuran
butir pasir sedang – pasir halus, kemas terbuka, porositas baik, permeabilitas baik,
porositas buruk struktur berlapis .secara mikroskopis Pada pengamatan tersebut
dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x dan pada
pengamatan diketahui struktur masif, tekstur meliputi ukuran butir 1->2mm,
kemas terbuka, bentuk butir membulat tanggung-menyudut tanggung, dan
porositas buruk. Terdapat fragmen berupa lithic, feldspar, hematit, mineral opak
dan matriks berupa gelas vulkanik. Berdasarkan dengan regional maka satuan ini

41
termasuk kedalam formasi Gunungapi Arfak yang berumur Eosen Akhir – Miosen
Awal.

Gambar 5.5 Kentampakan singkapan megaskopis satuan tufa pasiran di LP 28,


arah lensa timur laut.

Gambar 5.6 Ketampakan mikroskopis LP 28 satuan tufa pasiran

42
V.2.2 Satuan Aglomerat
Dari hasil pengamatan di lapangan satuan Aglomerat mempunyai 10% dari
luasan daerah penelitian. Penyebaran bagian Utara relatif mengarah ke Selatan.
Secara mikroskopis warna segar abu-abu, warna lapuk cokelat kekuningan, tekstur
klastik, ukuran butir kerakal – kerikil, kemas terbuka, porositas baik,
permeabilitas buruk, semen silika, matriks litik tuff, fragmen batuan beku andesit,
struktur masif. Secara mikroskopis Pada pengamatan tersebut dilakukan pada
perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x dan pada pengamatan diketahui
struktur masif, tekstur meliputi ukuran butir 1->2mm, kemas terbuka, bentuk butir
membulat tanggung – menyudut tanggung, dan porositas buruk. Terdapat fragmen
berupa litik, feldspar, hematit, mineral opak dan matriks berupa gelas vulkanik.
Berdasarkan dengan regional maka satuan ini termasuk kedalam formasi
GunungApi Arfak yang berumur. Eosen Akhir – Miosen Awal

Gambar 5.7 Kenampakan megaskopis satuan aglomerat LP 55 arah lensa barat


laut

43
Gambar 5.8 Kenampakan mikroskopis LP 55 satuan aglomerat

V.2.3 Satuan Andesit


Dari hasil pengamatan di lapangan satuan Andesit menempati 45% dari total
luas daerah penelitian. Penyebaran di bagian barat laut dan relatif ke utara daerah
penelitian. Secara megaskopis memiliki Warna segar hijau kehitaman ,Warna
lapuk kuning kecokelatan Tekstur afanitik Bentuk, kristal euhedral Keseragaman
butir inequigranular Komposisi mineral plagioklas, hoblende, piroksen, biotik.
Secara mikroskopis Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler
10x dan perbesaran objektif 4x dan pada pengamatan struktur masif, derajat
kristalisasi hol kristalin, granularitas fanerik sedang – halus, bentuk mineral
euhedral-subdural, relasi inequigranular porphyritic. Terdapat tekstur khusus
berupa tekstur aliran/trakhitik. Fenokris berupa plagioklas (andesin-oligoklas),
klinopiroksen, sanidin, hornblende, dan mineral opak. Berdasarkan kesamaan ciri
fisik batuan satuan ini dapat di seimbangan dengan formasi Gunungapi Arfak
yang berumur Eosen Akhir – Miosen Awal

44
Gambar 5.9 Kenampakan megaskopis singkapan satuan andesit arah lensa barat
laut

Gambar
5.10 Kenampakan mikroskopis singkapan satuan andesit.

V.2.4 Satuan Aluvial


Satuan ini berada pada bagian utara dan relatif ke arah timur daerah
penelitian. Luasan daerah aluvial mencakup 15% dari total seluruh daerah
penelitian. Secara megaskopis satuan ini terdiri dari kerakal sampai lempung
sebagai penyusunnya utamanya. Berdasarkan dengan regional maka satuan ini
termasuk kedalam satuan QT yang berumur kuarter.

V.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan ketampakan di lapangan struktur yang terdapat di daerah
penelitian yaitu:
V.3.1 Kekar

45
Kekar di daerah penelitian hanya dijumpai pada satuan andesit berupa kekar
gerus dan kekar tarik
Berdasarkan pengamatan topografi dan pengukuran kekar di lapangan
peneliti mendapatkan hasil data kekar sebanyak 128 yang terdapat di daerah
penelitian, adapun kekar yang berkembang di daerah penelitian adalah kekar tarik
dan kekar gerus yang pada umumnya terdapat pada satuan batuan andesit yang
dicirikan oleh adanya rekahan – rekahan pada batuan tersebut, proses – proses ini
disebabkan akibat adanya gaya tektonik yang bekerja (Gambar 4.11).

Gambar 5.11 kenampakan kekar pada batu andesit

Table 5.1 Hasil pengukuran kedudukan terhadap 128 buah kekar pada lP,? Data
kekar

46
9
20 0
9
22 0
8
45 0
8 Kekar gerus
53 5 N......oE/….
8 Kekar tarik
25 3 N......oE/….
777
49 2
8
33 2
8
45 5
8
43 0
2
35 2
6
46 5
7
25 0
7
50 4
8
24 2
7
40 8
7
40 7
8
55 5
8
50 2
8
205 0
8
265 6
6
253 9
6
250 0
8
264 8
6
230 9
6
220 8
7
201 0
5
235 7
5
213 0
6
47
233 5
2
1 5
3 0
21
5
22
0 83
22
4 73
22
5 54
24
0 65
24
0 86
20
0 72
23
5 70
22
5 35
21
0 85
23
5 85
21
3 63
24
2 89
25
5 40
25
5 32
25
5 78
75 50
75 80
70 40
65 80
63 89
24
1 16
80 72
85 66
15 75
88 82
15 56
85 68
15 56
86 82

48
26
5 87
26
5 73
26
8 62
18
2 88
18
0 58

6 8
315 5 114 0
8 7
315 9 103 8
3 7
318 7 155 5
6 7
140 5 140 1
6 7
140 5 120 4
4 7
310 5 150 6
7 7
155 2 164 5
3 8
313 3 145 5
6 7
165 6 142 2
4 8
310 0 103 5
8 8
156 0 120 4
8 8
164 2 130 9
8 6
346 0 124 6
7 6
345 2 105 2
8 6
330 4 109 3
8 6
335 6 123 8
8 7
315 9 109 4
7 7
343 7 122 3
343 8 110 5

49
4 0
6 3
297 0 125 4
8 7
285 7 105 2
8 8
332 2 172 1
6 6
310 9 10 1
7
289 6
8
280 7
8
183 2
7
145 2
3
5 5
7
85 1
7
10 9
5
90 4
6
173 9
8
97 9
9
90 0
8
164 0

50
Gambar 5.12 Diagram kontur
Berdasarkan hasil analisis kekar menggunakan diagram kipas yang
didapatkan dari pengolahan dari software Dips 5.1 maka arah utama kekar adalah
N 191o E.( Gambar 5.12)

51
Gambar 5.13 Diagram Kipas

V.3.2 Sesar
A. Bembab Normal Left Slip Fault
Berdasarkan hasil pengambilan data di lapangan, peneliti mendapatkan data
struktur N 30oE/75, arah plunge 55o, dan rake 35o. Berdasarkan hasil nilai rake
dianalisis ke dalam klasifikasi Rickard 1972 sesar yang terdapat di daerah
penelitian merupakan Normal Left Slip Fault (klasifikasi Rickard 1972).
B. Bembab Reverse Right Slip Fault
Berdasarkan hasil pengambilan data di lapangan, peneliti mendapatkan data
struktur N340oE/87, arah plunge 20o, dan rake 45o. Berdasarkan hasil nilai rake
dianalisis ke dalam klasifikasi Rickard 1972 sesar yang terdapat di daerah
penelitian merupakan Reverse Right Slip Fault (klasifikasi Rickard 1972).

52
Gambar 5.14 klasifikasi Rickard 1972

V.3.3 Mekanisme Struktur Geologi Daerah Penelitian


Mekanisme struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian diambil
dari hasil pengukuran kekar dan , pengambilan data cermin sesar, yang kemudian
diolah ke dalam software Dips 5.1 maka menghasilkan data analisis sebagai
berikut:
Table 5.2 Hasil Annalisa Struktur Geologi Bembab Normal Left Slip Fault

HASIL ANALISA
BIDANG SESAR N30E/75
ARAH UMUM KEKAR N045E/79
ϭ1 N221E/15
ϭ2 N078E/72
ϭ3 N315E/11
NET SLIP N195E/09

53
Gambar 5.15 Hasil Analisis Arah Umum Kekar dan Bidang Sesar Menggunakan
Software Dips 5.1
Table 5.3 Hasil Annalisa Struktur Geologi Bembab Reverse Right Slip Fault
HASIL ANALISA
BIDANG SESAR N340E/87
ARAH UMUM KEKAR N315E/11
ϭ1 N340E/10
ϭ2 N144E/80
ϭ3 N274E/04
NET SLIP N147E/71

54
Gambar 5.16 Hasil Analisis Arah Umum Kekar dan Bidang Sesar Menggunakan
Software Dips 5.1

Struktur geologi yang berada di daerah penelitian mempunyai mekanisme


dimulai dari tektonik yang menghasilkan gaya N191oE menghasilkan rekaan –
rekaan yang menghasilkan struktur geologi berupa sesar normal mengiri (Normal
Left Slip Faul) kemudian gaya tersebut berlanjut membentuk (Reverse Right Slip
Fault).

V.4 Sejarah Geologi Daerah Penelitian


Geologi sejarah daerah penelitian, terbentuk dari kala Eosen Akhir – Miosen
Awal di mana pada daerah penelitian masih mengalami aktivitas vulkanisme, saat
terjadi erupsi mengeluarkan material – material yang keluar dan mengendap
membentuk satuan Tufa pasiran dan satuan Aglomerat, kemudian mengeluarkan
magma andesit menjadi satuan Andesit yang bersusun dengan satuan Tufa
pasiran, Aglomerat. Setelah tidak mengalami proses pembentukan. Kemudian
berlanjut lagi di kuarter dimana membentuk satuan Aluvial yang tidak selaras

55
dengan satuan Tuff Pasiran, satuan Aglomerat dan satuan Andesit. Setelah pasca
pembentukan mengalami proses tektonik di mana lempeng Australia – India di
bawah lempeng Pasifik mengalami proses pengangkatan yang membentuk sesar –
sesar minor yaitu Bembab Normal Left Slip Fault dan Bembab Reverse Right Slip
Fault. (Atmawinata, A.S. Hakim (GRDC) dan P.E. Pieters (BMR))

V.5 Hasil Pengukuran Geolistrik


Pengukuran geolistrik dilakukan pada daerah yang terindikasi berpotensi
terjadi longsor di daerah penelitian, pengukuran dilakukan dengan 3 bentangan
pada posisi yang berbeda dengan panjang bentangan masing-masing sepanjang
210 meter dan jarak (spasi) antar elektroda 14 meter untuk bentangan 1 dan 2.
Serta 150 meter untuk bentangan 3, dengan jarak (spasi) antar elektroda 10 meter.
V.5.1 Bentangan 1
Pengukuran bentangan 1 dilakukan pada lokasi 1 dengan memiliki azimut
X: 0412035, Y: 9844940, Elevasi: 124 meter, panjang bentangan 210 meter,
litologi sekitar berupa pasir bercampur kerikil (lampiran). Dengan konfigurasi
elektrode wenner, jarak a =14 pembacaan data bentangan-1 dengan memiliki
kedalaman 34, 8 meter di bawah permukaan. Setelah dilakukan pengolahan dalam
software RES2DINV di dapatkan penampang geolistrik bentangan-1 memiliki nilai
Error 25,4%. Sebagai berikut (Gambar 5.16).

56
a a
a a
a
b b a
b
c
c
c

Gambar 5.17 Penampang Bentang 1

Tabel 5.4 Nilai Resistivitas Bentangan 1

No Nilai Tahanan Jenis (Ωm) Jenis Lapisan Simbol


V.5.2 1 0,15-10,6 Lempung pasiran A
2 44,1-184 Tuff pasiran B
3 768-3204 Tuff C
Bentangan 2
Pengukuran bentangan-2 dilakukan pada lokasi memiliki azimut X:
0412099, Y: 9844949, Elevasi: 111 meter, panjang bentangan 210 meter, litologi
sekitar berupa pasir bercampur kerikil (lampiran). Dengan konfigurasi elektrode
Wenner, jarak a =14 pembacaan data bentangan-2 dengan memiliki kedalaman
34,8 meter di bawah permukaan Setelah dilakukan pengolahan dalam software
RES2DINV di dapat penampang geolistrik bentangan-2 memiliki nilai error
25,3%. Sebagai berikut (Gambar 5.18).

57
a a
b
a
c c b
c
a
b

Gambar 5.18 Penampang Bentang 2


Tabel 5.5 Nilai resistivitas bentangan 2
No Nilai Tahanan Jenis (Ωm) Jenis Lapisan Simbol
1 0,23-1,36 Lempung pasiran
A
(basah-kering)
2 3,32-19,9 Tuff pasiran B
V.5.3 3 48,5-191 Tuff C

Bentangan 3
Pengukuran bentangan-3 dilakukan pada lokasi memiliki azimut X:
0412059, Y: 9844965, Elevasi: 112 meter, panjang bentangan 210 meter, litologi
sekitar berupa pasir bercampur kerikil (lampiran). Dengan konfigurasi elektrodae
Wenner, jarak a =10 dengan level 5 kali pembacaan data untuk bentangan-3 yang
sudah di atur di alat, dengan memiliki kedalaman 24,8 meter di bawah permukaan
Setelah dilakukan pengolahan dalam software RES2DINV didapat penampang
geolistrik bentangan-3 memiliki nilai error 25,3%. Sebagai berikut (Gambar
5.19).

58
b
c a a
c b b a
a a

Gambar 5.19 Penampang Bentang 3


Tabel 5.6 Nilai resisvitas bentangan 3
No Nilai Tahanan Jenis (Ωm) Jenis Lapisan Simbol
1 0,36-3,27 Lempung pasiran A
(Basah-kering)
2 9,81-88,3 Tuff pasiran B
3 265-795 Tuff C

V.6 Analisis Bidang Gelincir


Dari hasil pengolahan data geolistrik menggunakan software RES2DINV
dan pembacaan nilai Resistivitas, Peneliti menganalisis dugaan bidang gelincir
pada 3 bentangan sebagai berikut:

V.6.1 Bentangan 1

Lempung
pasiran bronjong

59
Lempung pasiran

Bidang gelincir
Tuf
Gambar 5.20 Penampang 2 dimensi bentangan 1

Dari hasil interpretasi penampang utara sampai selatan (gambar 5.18) diatas
menunjukkan titik longsoran berada di kedalaman ± 0 – 10 m pada lintasan 1.
Litologi longsoran pasir sampai lempung (0, 15-10, 6 Ωm) yang merupakan tanah
rombakan. Dari perbedaan nilai resistivitas batuan menunjukkan dugaan bidang
gelincir pada kedalaman ± 10 – 34, 8 m yang mempunyai litologi Tufan (768-
3204 Ωm) sebagai batuan bidang gelincirnya, karena tufan diindikasikan sebagai
batuan kedap air. Perbedaan nilai resistivitas nya yang dianalisis menggunakan
(tabel Telford 1976l). Kemudian di bandingkan dengan hasil pengeboran litologi
yang ada di bawah permukaan yaitu lanau pasiran - kerikil sebagai titik longsoran
yang mempunyai kedalaman ± 0 – 6,5m. Dugaan bidang gelincirnya pada
kedalaman ± 6, 5 – 23m yang mempunyai litologi tufan. (Lampiran)

V.6.2 Bentangan 2

Lempung pasiran

Lempung pasiran

Bidang gelincir

Tuf

Gambar 5.21 Penampang 2 dimensi bentangan 2


Dari hasil interpretasi penampang utara sampai selatan (gambar 4.19) diatas
menunjukkan titik longsoran berada di kedalaman ± 0 –7 m pada lintasan 2
perbedaan jarak dari lintasan 1 ke bentangan berbeda ± 10. Litologi longsoran

60
pasir sampai lempung (0, 23-1, 36 Ωm) yang merupakan tanah rombakan. Dari
perbedaan nilai resistivitas menunjukkan dugaan bidang gelincir pada kedalaman
± 7 – 34,8 m yang mempunyai litologi tuf (768-3204 Ωm) sebagai batuan bidang
gelincirnya, karena tuf diindikasikan sebagai batuan kedap air. Perbedaan nilai
resistivitas nya yang dianalisis menggunakan (tabel Telford 1976). Kemudian di
bandingkan dengan hasil pengeboran litologi yang ada di bawah permukaan yaitu
lanau pasiran - kerikil sebagai titik longsoran yang mempunyai kedalaman ± 0 –
6,5m. Dugaan bidang gelincirnya pada kedalaman ± 6, 5 – 23m yang mempunyai
litologi tufan. (Lampiran)
V.6.3 Bentangan 3

Lempung pasiran
Lempung pasiran
Tuff

Bidang gelincir

Gambar 5.22 Penampang 2 dimensi bentangan 3

Dari hasil interpretasi penampang barat sampai timur bentangan 3 (gambar


5.20) merupakan perpotongan antara bentangan 1 dan 2 yang di atas
menunjukkan titik longsoran berada di kedalaman ± 0 – 10 m pada bentangan
litologi longsoran pasir sampai lempung (0,36-3,27Ωm) yang merupakan Tanah
rombakan. Dari perbedaan nilai resistivitas, diduga menunjukkan dugaan bidang
gelincir berada pada kedalaman ± 10 – 24,8 m dengan yang mempunyai litologi
tuf (265-795Ωm) sebagai batuan bidang gelincirnya, karena tuff diindikasikan
sebagai batuan kedap air. Perbedaan nilai resistivitasnya yang dianalisis
menggunakan (tabel Telford 1976l). Kemudian di bandingkan dengan hasil
pengeboran litologi yang ada di bawah permukaan yaitu lanau pasiran - kerikil
sebagai titik longsoran yang mempunyai kedalaman ± 0 – 6,5m. Dugaan bidang

61
gelincirnya pada kedalaman ± 6, 5 – 23m yang mempunyai litologi tufan.
(Lampiran).

62

Anda mungkin juga menyukai