Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Laringitis adalah peradangan pada laring yang sering menyebabkan suara serak atau
kehilangan suara. Secara umum, laringitis dapat bersifat akut atau kronis. Laringitis kronis
sering terjadi pada perokok dan penderita gastroesophageal reflux (GERD). Selain itu,
penggunaan suara secara berlebih atau bernyanyi berlebihan juga dapat menyebabkan laringitis
kronis serta seiring bertambahnya usia, pita suara juga dapat kehilangan kemampuan untuk
bergetar, dan membuat lebih rentan terhadap laringitis kronik. Infeksi laring ini dapat diderita
oleh semua tingkatan usia, infeksi laring pada anak lebih menimbulkan masalah dibandingkan
orang dewasa.

Infeksi pada saluran napas atas termasuk infeksi laring akut dan kronis dapat berlanjut
menjadi suatu obstruksi jalan nafas. Kondisi ini timbul paling banyak pada anak anak.
Obstruksi disebabkan oleh edema mukosa laring, trakea, dan bronkus dan juga oleh sekret yang
kental. Serak, batuk kering, stridor, dispnea, kelelahan dan demam dapat timbul bila penyakit
bertambah berat. Peningkatan frekuensi pernapasan dan retraksi suprasternal selama inspirasi
merupakan tanda yang harus diwaspadai oleh dokter untuk melakukan trakeostomi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Bentuk laring
menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih
besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal
kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang
rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah
kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah
superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalpasi pada leher depan serta lewat mulut pada
dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri
dari dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah
kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat
penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk
piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus
yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.

Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis
sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang
dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis.
Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola
pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain
itu juga terdapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi
yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik
bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus,
m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik
infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan
antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk

2
tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot
krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda
vokalis.

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan
nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf
motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus
superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior
dan inferior.

2.2 FISIOLOGI

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,


sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang
telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat
dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur
besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka
didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi
darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu
gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi
dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

2.3 DEFINISI

Laringitis adalah peradangan pada laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang pada
umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),
rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella
catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

3
2.4 ETIOLOGI

1. Laringitis dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti :


 Influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), Parainfluenza
(tipe 1,2,3), Rhinovirus, Adenovirus.
 Haemofilus influenzae
 Branhamella catarrhalis
 Streptococcus pyogenes
 Staphylococcus aureus
 Streptococcus pneumoniae.
2. Pemakaian suara yang berlebihan (vocal abuse)
3. Trauma
4. Merokok dan minum-minum alkohol
5. Alergi

2.5 PATOFISIOLOGI
Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis
ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk
memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi
pada laring dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan
menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan
merangsang peningkatan suhu tubuh.

4
2.6 MANIFESTASI KLINIS

1. Laringitis akut
Pada laringitis akut terdapat gejala radang umum, seperti demam, dedar(malaise), serta
gejala lokal seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri ketika
menelan atau berbicara. Selain itu terdapat batuk kering dan lama kelamaan disertai
dengan dahak kental.
2. Laringitis kronik
Sering merupakan radang kronis yang disebabkan oleh sinusitis kronik, deviasi septum
berat, polip hidung, atau bronkitis kronis.
Gejalanya ialah suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorokan, sehingga
pasien mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa yang menebal, dan sesak
nafas.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Laringoskopi
o Laringitis akut : Pada pemeriksaan laringoskopi tampak mukosa laring hiperemis,
membengkak, terutama di atas dan bawah pita suara.
o Laringitis kronik : Pada pemeriksaan tampak mukosa menebal, permukaannya
tidak rata, hiperemis dan kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat
metaplasi squamosa. Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka
perlu dilakukan biopsi.
 Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
 Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder,
leukosit dapat meningkat.

5
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

2.9 DIAGNOSIS BANDING

 Laringitis
 Faringitis
 Benda asing pada laring
 Bronkitis

2.10 PENATALAKSANAAN
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk
rumah sakit apabila :
 Usia penderita dibawah 3 tahun
 Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
 Diagnosis penderita masih belum jelas
 Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi :
 Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
 Menghirup udara lembab
 Menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makan makanan pedas,
minum es.
 Antibiotik
 Terapi simptomatik

6
2.11 PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan
udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal
ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomi.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 7, Jakarta:FKUI,20012,209-217.

2. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi
ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76.

Anda mungkin juga menyukai