Anda di halaman 1dari 151

7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 1
Basic Theory, Development and Current Status of CBT

SEJARAH CBT 
Terapi Perilaku / Behaviour Therapy muncul sebagai reaksi atas
paradigma psikodinamis Freud yang mendominasi psikoterapi dari abad ke-19.
Terapi Perilaku menghindari spekulasi proses di luar kesadaran, motivasi
tersembunyi, dan struktur pikiran yang tidak terobservasi alih-alih menggunakan
prinsip mempelajari teori untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan dan
reaksi emosional.
Terapi Perilaku sukses secara cepat, terlebih pada penyimpangan
kecemasan seperti fobia dan OCD. Di balik itu, ada ketidakpuasan atas
pendekatan yang terbatas hanya pada pendekatan perilaku. Terapi Kognitif (CT)
menjadi alternatif dan setelah diadakan penelitian terbukti bahwa sangat efektif
untuk depresi. Terapi Perilaku & Terapi Kognitif tumbuh kembang bersama dan
bersatu menjadi CBT.

Prinsip dasar CBT:


Prinsip Kognitif; ide pokok dari terapi ini adalah reaksi emosional dan
perilaku yang sangat dipengaruhi oleh kognisi (pemikiran, kepercayaan, dan
intrepetasi tentang diri atau situasi di mana mereka berada).
Prinsip Perilaku; perilaku dapat mempengaruhi pikiran dan emosi dan
memang, seringnya merubah perilaku adalah cara terbaik untuk merubah pikiran
dan emosi.
Prinsip Kontinuum; CBT percaya seringkali sangatlah menolong untuk

melihat masalah kesehatan mental sebagai sesuatu yang muncul dalam versi
ekstrim / berlebihan dari proses normalnya, daripada melihatnya sebagai kondisi
patologis yang berbeda secara kualitatif dan tidak dapat dijelaskan oleh kondisi &
proses normal.
Prinsip "Di Sini & Sekarang" Terapi psikodinamis tradisional melihat
gejala dari suatu masalah, mis: cemasnya orang fobia, adalah masalah di
permukaan dan pengobatan yang sukses haruslah mengungkap proses
perkembangan, motivasi tersembunyi, dan konflik di luar kesadaran yang terletak
pada akar masalah. BT melihat bahwa target utama adalah gejala itu sendiri dan

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 1/151
7/31/2019 CBT-translet buku

mampu menghadang kecemasannya secara langsung dengan melihat pada


proses yang menyebabkannya dan merubah prosesnya. CBT modern
mewariskan pendekatan BT. Fokus utama terapi adalah pada masa sekarang
dan perhatiannya adalah pada proses yang menyebabkan masalah tersebut alih-
alih rposes yang mungkin mengarah pada perkembangannya pada masa silam.

Prinsip "Sistem Interaksi" 
Masalah haruslah dipikirkan sebagai interaksi antar berbagai sistem di
dalam orang dan lingkungannya. CBT modern mengidentifikasi 4
sistem: kognisi , afeksi , perilaku , fisiologi . Mereka berinteraksi satu sama lain
dalam proses umpan balik yang rumit dan berinteraksi pula dengan lingkungan
(diartikan dalam lingkup terbesar, tak hanya lingkungan fisik tapi juga sosial,
keluarga, budaya, dan ekonomi).

Prinsip Empiris 
CBT percaya bahwa kita harus mengevaluasi teori dan pengobatan
sedetil mungkin menggunakan bukti ilmiah daripada anekdot klinis. Alasannya

adalah:
*Secara ilmiah, agar dapat ditemukan pada teori yang mapan.
*Secara etis, agar ada kepercayaan diri untuk memberi tahu bahwa
pengobatannya efektif.
*Secara ekonomis, memastikan sumber daya kesehatan mental terbatas yang
digunakan akan membawa manfaat yang terbaik.

TINGKAT / MACAM KOGNISI 

CBT seringkali membedakan macam / tingkat kognisi.

Negative Automatic Thoughts (NATs) 


Aliran pemikiran yang semua orang bisa merasakannya jika kita mencoba
memberi perhatian lebih padannya. Mereka adalah pikiran / interpretasi negatif.
Cth: ketika cemas, kita mungkin berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
pada keluarga dekat; jika terganggu, kita mungkin berpikir ada ketidakadilan; jika
muak, ada pikiran tentang kekalahan atau pikiran negatif ke diri sendiri.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 2/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Karakteristik umum:
*NATs terjadi secara otomatis dan tanpa usaha
*Pemikiran spesifik atas situasi yang spesifik.
*Dilakukan secara sadar.
*Sangat nyata & sering.
*Sering dianggap masuk akal dan dianggap fakta, terlebih ketika emosi sedang
kuat.
*NATs juga hadir dalam pencitraan diri, bukan sekedar kata-kata batin.
*Karena efek yang sangat cepat dalam kondisi mental, NATs seringkali dihadang
pada awal terapi.

Core Beliefs 
Merepresentasikan kepercayaan fundamental tentang diri mereka atau
dunia secara umum. Karakteristiknya;
*Kebanyakan tidak terhubung langsung dengan kesadaran. Harus lebih dahulu
disimpulkan dari observasi pemikiran & perilaku karakteristik seseorang dalam
situasi yang berbeda.

*Bermanifestasi dalam pernyataan yang umum & absolut. Tidak seperti NATs,
mereka tidak berubah-ubah sesuai waktu atau situasi.
*Biasanya sebagai akibat dari pengalaman masa kecil, tapi terkadang
berkembang sebagai hasil dari trauma yang berat.
*Tidak dihadang secara langsung dalam terapi jangka pendek untuk masalah inti
seperti penyimpangan kecemasan atau depresi mayor. Penghadangan lebih
penting pada terapi untuk masalah kronis seperti penyimpangan perilaku.

Dysfunctional Assumptions 
Menjembatani Core Beliefs dengan NATs. Menyediakan lahan untuk
NATs berkembang. DAs bisa menjadi "aturan untuk hidup", lebih spesifik dalam
aplikasinya daripada Core Beliefs , tapi lebih umum daripada NATs.
Karakteristiknya:
*Tidak sejelas NATs dan tak mudah untuk diverbalisasi.
*Pernyataan kondisional, "Jika…maka…" atau "harus…kalau tidak…". 
*Beberapa diperkuat oleh budaya; seperti mendahulukan orang lain atau
pentingnya sebuah kesuksesan.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 3/151
7/31/2019 CBT-translet buku

*Yang membuatnya menjadi sebuah disfungsi adalah terlalu kaku dan


generalisasi berlebihan, tidak cukup luwes untuk berhadapan dengan masalah
hidup.
*Di dalam terapi biasanya dihadang belakangan, setelah klien mengembangkan
semacam kemampuan untuk bekerja dengan NATs.

KOGNISI KARAKTERISTIK DALAM MASALAH YANG BERBEDA 


Teori CBT modern melihat bentuk karakteristik kognisi terasosiasi dengan
masalah tertentu. Pola karakteristik ini melibatkan konten dari kognisi sekaligus
prosesnya. Depresi sebagai contohnya, pikiran orang yang depresi memiliki
karakteristik konten . Misal pikiran negatif tentang diri sendiri atau orang lain.
Orang depresi juga menunjukkan karakteristik bias general dalam hal berpikir,
seperti apapun yang tidak berjalan lancar adalah kesalahan mereka atau
mengeneralisir satu kejadian negatif yang spesifik menjadi kesimpulan negatif
yang luas.

Depresi 

Kognisi karakteristik dalam depresi adalah negative cognitive triad ,


pandangan bias negatif atas diri sendiri, pada dunia secara umum, dan pada
masa depan.

Kecemasan 
Proses umum di sini adalah bias atas estimasi yang berlebih pada
ancaman. Contoh:
*Dalam panik , ada misinterpretasi katastrofi dari gejala kecemasan yang tidak

berbahaya sebagai indikasi atas bencana yang akan datang; cth: sekarat, akan
gila
*Dalam kecemasan kesehatan , misinterpretasi serupa atas gejala tak
berbahaya yang mengindikasikan penyakit tapi dalam rentang waktu yang lebih
lebar; cth: saya mungkin punya penyakit yang mengarah ke kematian suatu hari
*Dalam kecemasan sosial , pikiran akan dinilai secara negatif oleh orang lain; cth:
mereka akan berfikir bahwa saya bodoh
*Dalam OCD, rasa bertanggung jawab, kebutuhan untuk mencegah.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 4/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Kemarahan 
Dalam kemarahan, pikirannya adalah tentang perilaku orang lain yang
tidak adil, melanggar peraturan implisit atau eksplisit, atau memiliki niat yang
berbahaya.

Model CBT Generik untuk Perkembangan Masalah 


Manusia mengembangkan core beliefs dan asumsi seberapa besar fungsi
diri mereka yang mengizinkan mereka memahami dunia dan melewatinya.
Kebanyakan manusia memiliki campuran kepercayaan fungsi & disfungsi.
Kepercayaan fungsi membuat seseorang dapat berurusan secara wajar
kebanyakan waktu. Tetapi jika manusia berhadapan dengan kejadian yang
melukai core belief atau asumsi dan tidak dapat ditangani oleh kepercayaan
positif, maka asumsi disfungsional akan lebih aktif, pikiran negatif muncul, dan
kondisi emosional yang tidak menyenangkan seperti kecemasan atau depresi
akan timbul. Interaksi antara pikiran negatif, emosi, perilaku dan perubahan
fisiologis dapat berpengaruh pola disfungsi yang terus menerus dan manusia
akan terperangkap dalam lingkaran setan.

Status CBT 
Bukti terkait pengobatan CBT 
Path dan Fonagy (2005) dalam perbaruan What works for whom? melaporkan
bukti yang menunjukkan CBT didukung kuat sebagai terapi untuk penyimpangan
psikologis pada orang dewasa yang mereka pelajari dan memiliki banyak
dukungan dalam berbagai masalah dari terapi lainnya.
Bukti kuat lainnya adalah dari UK NICE (National Institute for Clinical

Excellence). Mereka membuat rekomendasi sebagai berikut:


*Skizofrenia (NICE, 2002): "CBT harus tersedia sebagai pilihan pengobatan
untuk pasien dengan skizofrenia…" (p.13) 
*Depresi (NICE, 2004a): "Untuk pasien dengan depresi sedang, pekerja
layanan kesehatan harus mempertimbangkan rekomendasi program self- 
help  yang didasarkan pada terapi CBT…"(p.5); Ketika menimbang pengobatan
psikologis individu untuk depresi moderat, akut, dan kebal pengobatan,
pilihannya adalah CBT…" (p.27) 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 5/151
7/31/2019 CBT-translet buku

*Penyimpangan makan (NICE, 2004b): "Terapi perilaku kognisi untuk bulimia


nervosa…harus ditawarkan pada orang dewasa dengan bulimia nervosa…"
(p.4); "Terapi perilaku kognisi untuk binge eating disorder …harus ditawarkan
pada orang dewasa dengan binge eating disorder …" (p.5) 
*Panik & kecemasan yang digeneralisir (NICE, 2004c): "Intervensi yang memiliki
bukti untuk durasi terpanjang pada efek dalam urutan akhir-awal adalah
(pertama) CBT…" (p.6) 
*Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) (NICE, 2005): "Semua orang dengan
PTSD harus ditawarkan kursus trauma-focused psychological treatment (trauma- 
focused CBT atau eye movement desensitisation and reprocessing (EMDR)…" 
(p.4)
Dapat disimpulkan CBT adalah terapi psikologis yang jitu & efektif dengan
bukti yang kuat dan luas.

Bukti terkait teori CBT 


Adalah sebuah kesalahan jika ada yang berpikir bahwa
mendemonstrasikan keberhasilan dari sebuah proses membuktikan kebenaran

dari teori di mana pengobatan tersebut berasal. Keberhasilan pengobatan bisa


terjadi karena kombinasi faktor yang tak terbayangkan dalam teori. RCT
(Randomised Controlled Trial ) menunjukkan bahwa pengobatan dengan sihir
sangat efektif untuk depresi, tapi bukan berarti depresi disebabkan oleh setan;
malah harus ditelusuri apakah ada efek plasebo yang sangat kuat atau ramuan
herbal yang digunakan mengandung bahan psikoaktif. Keberhasilan CBT pun
belum tentu menunjukkan bahwa teori CBT benar. Clark et al (1999)
menunjukkan pertimbangan rinci dari bukti ilmiah yang seimbang dalam kasus

teori kognisi untuk depresi. Mereka menyimpulkan, dengan mempertimbangkan


pola pikiran negatif dalam depresi, terdapat bukti bahwa:
*Ada peningkatan pikiran negatif atas diri sendiri, masa depan, dan dunia
*Ada pengurangan pikiran positif atas diri sendiri, tapi perubahan ini kurang
ditandai dan mungkin kurang spesifik pada depresi
*Ada peningkatan spesifik dalam pikiran dan kepercayaan tentang kehilangan
dan kegagalan (lebih dari orang yang menderita masalah kecemasan)

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 6/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Mengingat bahwa peran pikiran negatif sebagai penyebab, mis: sugesti


pikiran negatif menyebabkan mood jelek, mereka menyimpulkan ada bukti
eksperimental bahwa pikiran negatif self-referent dapat mempengaruhi fitur
subyektif, perilaku, motvasi, dan fisiologi layaknya ke depresi ringan hingga
moderat. Jika pikiran negatif diujicobakan ke orang yang tidak depresi, dapat
diperoleh hasil keadaan sementara seperti pada depresi.
Ada bukti lain bias proses kognisi dapat diidentifikasi pada percobaan
dengan bukti pada orang depresi:
*bias pada pemrosesan informasi negatif yang relevan pada diri mereka (tapi
tidak ada bias untuk informasi non-personal atau netral_ 
*memperkuat pemanggilan pada kejadian negatif dan meningkatkan
kepercayaan negatif.
Lebih jauh lagi, ada bukti bahwa perubahan pada proses ini dapat terjadi pada
tingkat pra-kesadaran yang otomatis.
Bagian teori yang paling tidak didukung adalah sugesti bahwa orang
rentan terhadap depresi karena pikiran negatif yang masih hadir dalam bentuk
laten bahkan ketika mereka tidak depresi. Gambaran serupa ditemukan pada

model CBT tertentu untuk penyimpangan lainnya; pada area tertentu terdapat
dukungan penelitian yang kuat dan bukti lainnya terbuka untuk ditafsirkan.
Buktinya adalah:
*tidak diragukan lagi CBT adalah pengobatan efektif untuk banyak
masalah
*ada dukungan untuk teori CBT tapi masih ada ruang untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan pendekatan ini lebih jauh di area tertentu

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 7/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 2
DISTINCTIVE CHARACTERISTICS OF CBT

COLLABORATION
CBT merupakan proyek kolaboratif antara terapis dan klien. Antara
keduanya adalah hubungan yang aktif dimana masing-masing pastisipan
memiliki keahlian masing-masing yaitu terapis memiliki pengetahuan tentang
cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah sedangkan klien memiliki
pengalaman atas masalahanya sendiri. Tekanan dari kolaboratif mungkin saja
berbeda dariu yang dibayangkan oleh klien. Oleh karena itu perlu dipersiapkan
sejak awal, apa yang harus dipersiapkan klien untuk mengantisipasi agar
menetapkan a shared view from the outset. Bagian penting dari pembukaan
terapi adalah pernyataan mengenai peran dari klien. Sebagai contoh :
` We both have an importanta role in the treatment. I know quite a lot about 
CBT and about how particular sorts of problems can present difficulties for 
people. However, you know very much more than i can about the details of how 
your problem affects you, and it is this knowledge that will allow us to understand 

and gradually change the situation for you. This really is a joint enterprise.
Hal ini juga berarti bahwa terapis tidak bisa mengharapkan untuk
mengetahui semua jawaban sepanjang waktu. Jika terapis tidak yakin, maka
terapis bisa menanyakan kepada klien untuk klarifikasi, tambahan informasi, dan
pandangan mereka mengetahui situasi tersebut.
` Yang perlu diingat bahwa CBT mendorong keterbukaan dan kejujuran
antara terapis dan klien. Klien akan menuntut keterbukaan atas apa yang
dilakukan terapis dan alasannya. Selain itu, terapis akan meminta kejujuran klien

untuk feedback atas hal apa yang dirasakan klien dapat membantu dan tidak.
Kolaborasi seharusnya dibangun selama proses treatment . Doronglah
klien agar secara rutin mengambil secara aktif peran yang ada dalam setiap
agenda/sesi, merancang pekerjaan rumah dan memberikan feedback.
Harapannya agar saat klien selesai menjalani CBT, akan memiliki keahlian
sebagai praktisi CBT sehingga mereka dapat mendorong diri sendiri dan
mempersiapkan untuk relapse .

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 8/151
7/31/2019 CBT-translet buku

STRUCTURE AND ACTIVE ENGAGEMENT


CBT adalah problem untuk fokus dan terstruktur, dan beberapa terapis
bekerja dengan klien untuk menjaga struktur di setiap sesinya. Sebagai contoh,
pada awal setiap sesi, terapis dan klien akan menyusun agenda, dan
menepatinya. Terapi CBT biasanya berbicara lebih banyak dalam setiap sesinya
 jika dibandingkan dengan terapis lainnya yaitu dengan komposisi 50% dari
 jumlah waktu yang ada pada awal sesi. Pada tahap awal sesi, terapis lebih
banyak mengarahkan isi sesi ke arah yang lebih besar tetapi tanggung jawab
klien juga dilibatkan untuk kemajuan sesi. Sebagai contoh, tugas pekerjaan
rumah dirancang untuk di awal tapi sebagai proses treatment , peran klien akan
meningkat dalam pertemuan-pertemuan berikutnya. Sejauh mana isi dari tiap
sesi tergantung pada fungsi kepercayaan, kepribadian dan sikap dari klien. Klien
yang tertutup kemungkinan akan melakukan kontrol pada awal sesi, namun klien
yang dependen ajan lebih mudah mengikuti kendali yang ada.

TIME LIMITED AND BRIEF


Bagi klien dan commissioners of services , CBT merupakan terapi yang

menarik karena relatif singkat. Singkat yang dimaksud adalah berkisar enam
hingga dua puluh sesi. Namun, jumlah sesi juga dipengaruhi oleh masalah klien
dan sumber daya yang tersedia.

Table 2.1 Guidelines on length of treatment


Type of Problem Number of Sessions
Mild Up to 6
Mild to moderate 6 – 12

Moderate to severe or
Moderate problems with co-existing personality disorders 12 – 20
Severe problems with co-existing personality disorders >20

Klien sebaiknya diberitahu mengenai perkiraan lamanya atau


kemungkinan paling lamanya treatment  agar dapat membangun kemajuan
treatment . Ada baiknya klien dibiarkan untuk mengatasi kesulitan yang pada saat
treatment secara mandiri. Hal ini dilakukan secara bertahap dengan memberikan
klien selang waktu antar sesi. Hal ini akan membuat klien mengambil tanggung

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 9/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 jawab atas “sisa” masalah dan kemunduran, namun tetap disertai review dengan
terapis.
Tidak ada batasan bahwa CBT harus 50 menit dalam tiap sesinya,
Misalkan klien yang memiliki agoraphobia dapat berjalan selama 2-3 jam. Perlu
diingat, jika pekerjaan rumah berjalan secara efektif maka treatment  dapat
berjalan diluar jam terapi bersama terapis.

EMPIRICAL IN APPROACH
Penekanan kuat dalam CBT adalah penggunaan pengetahuan psikologi.
CBT juga mengadaptasi dari behavior therapy yaitu komitmen untuk membangun
keberhasilan treatment dalam kasus individual. Sebagai terapis, kita menyimpan
informasi mengenai hasil penelitian dan mengunakannya sebagai arahan dalam
suatu kasus individual. Namun jika terapis memiliki bukti yang kuat untuk
menunjukkan mengapa pendekatan lain akan cenderung lebih sukses, maka itu
akan lebih adil bagi klien karena tidak berdasarkan intuisi terapis.

PROBLEM ORIENTED IN APPROACH

Permasalahan klien dapat beraneka ragam, melalui CBT terapis dapat


mengidentifikasi permasalahan lain yang berhubungan dengan masalah utama.
Kemudian, dapat secara fokus untuk menyelesaikan atau mengurangi
permasalahan tersebut. Permasalahan juga dapat dijabarkan secara spesifik,
tidak secara umum untuk diagnosa. Jika sudah mendapat persetujuan
permasalahan apa yang akan ditangani, tiap goal disusun dari tiap masalah dan
mengacu pada treatment . Proses penentuan giak terfokus pada keinginan klien
pada saat treatment  ini berakhir dan apa yang diharapkan klien berbeda dari

dirinya saat ini.

GUIDED DISCOVERY
Terapis menggunakan form yang berisikan pertanyaan yang disebut
“Socratic” untuk membantu klien mengklarifikasi pikiran dan keyakinannya. CBT
 juga membantu klien untuk melihat pandangan alternatif lainnya dan kegunaan
persepktif yang baru untuk diri mereka sendiri.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 10/151
7/31/2019 CBT-translet buku

BEHAVIORAL METHODS
Behavioral interventions  merupakan elemen terpenting dalam CBT,
sehingga banyak sekali tugas yang berhubungan dengan behavioural tasks dan
eksperimen. Hal tersebut berfungsi untuk menguji pandangan baru yang ada
dalam sesi terapi dan mempertinggi proses belajar, dimana perubahan perlu
untuk dibuat.

IN-VIVO WORK
Terapis CBT harus bisa membawa terapi yang ada ke lingkungan sehari-
hari. Singkatnya, yang terpenting adalah melihat perubahan yang terjadi dalam
setting terapi, harus bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
sangat membantu ketika terapis ikut menemani klien saat ia menerapkan
perubahan yang ada pada “in-vivo work”. Jika klien mengalami kesulitan dalam
menunjukkan perilaku yang baru, akan membantu jika terapis terus mendorong
dan support  klien. Seringkali, terapis harus menjadi modelling sehingga dapat
membantu klien.

SUMMARIES AND FEEDBACK


Setiap sesi CBT akan selesai, maka harus dibuat kesimpulan dan
feedback  selama sesi CBT berlangsung. Tiap 5 menit sekali, sebaiknya kita
menghentikan sesi terapi untuk melakukan kesimpulan. Kesimpulan tersebut
meliputi perasaan klien dan arti dari setiap peristiwa atau situasi yang terjadi
pada klien. Namun, tidak menginterpretasi atas kata-kata yang disampaikan
klien. Lebih baik, menggunakan kata-kata yang disampaikan klien daripada
terapis menggunakan kata-kata sendiri karena itu bisa saja mengubah makna

dari apa yang disampaikan klien. Setiap selesai sesi, mungkin akan lebih baik
 jika menanyakan kepada klien mengenai apa yang diperoleh selama sesi. Hal ini
 juga untuk mencegah kesalahpahaman pada klien. Feedback  juga penting untuk
mengetahui apa saja yang membantu, tidak membantu atau membingungkan.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 11/151
7/31/2019 CBT-translet buku

MYTHS ABOUT CBT


1. The therapeutic relationship is not important in CBT
Karakteristik terapis CBT harus memiliki warmth , empathy dan unconditional 
regard . Dalam hubungan yang terpenting adalah faktor secara kognitif
dibandingkan dengan psikodinakik (Orlinsky, et al, 1994).

2. CBT is mechanistic-just apply technique X to problem Y


Model CBT adalah berdasarkan hubungan antara emosi, perilaku dan
kognisi. Selain itu yang penting adalaha bagaimana ketiga hal tersebut
mempengaruhi klien dan permasalaannya.

3. CBT is about positive thinking


Pernyataan bahwa CBT adalah untuk membuat klien melihat segala
sesuatunya positif adalah salah. Dalam CBT yang benar adalah membantu klien
untuk melihat secara realistik agar melakukan evaluasi terhadap pemikiran
mereka, dan bukan menunjukkan bahwa mereka salah dan harus melihat dari
sisi positifnya. CBT juga memberitahukan bahwa pemikiran mereka mungkin saja

tepat di masa lalu dan tidak tepat pada saat ini.

4. CBT does not deal with the past


Sesi CBT berfokus pada “here and now”, namun bukan berarti CBT tidak
memperhatikan masa lalu jika memang diperlukan. Arti dari “here and now”
adalah lebih memperhatikan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
perkembangan masalah untuk situasi sekarang daripada masa lalu.

5. CBT deals with superficial symptoms not the roots of problems, so


alternative symptoms are likely to occur
CBT memperhatikan mengenai proses psikologis yang mempengaruhi
masalah dan mengintervensinya.

6. CBT is adversarial
Seringkali terapis CBT perlu memberitahukan kepada klien mengenai apa
yang salah tentang pemikirannya dan bagaimana seharusnya klien berpikir. Cara
pemberitahuan tersebut yang harus diperhatikan. Terapis harus mampu

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 12/151
7/31/2019 CBT-translet buku

membuat klien menjadi terbuka sehingga membuat klien bejar untuk


mempertanyakan pemikirannya sendiri.

7. CBT is for simple problems : you need something else for complex
problems
CBT dapat digunakan untuk klien yang memiliki axis 1 pada diagnosa DSM
atau klien yang keras kepala.

8. CBT is interested in thoughts and not emotions


CBT menolong orang lain dengan mengubah pemikiran klien. Perubahan
kognitif berarti menolong orang lain mengubah pola pikir dan tak jarang menjadi
sebuah diskusi intelektual dari pemikiran abstrak.

9. CBT is only for clients who are psychologically minded


Klien diharapkan mampu menyampaikan dan membicarakan mengenai
pemikiran dan emosi, serta mampu membedakan antara keduanya. Jika klien
kesulitan untuk melakukan hal tersebut, terapis diharapkan membantunya

dengan menawarkan sesi khusus agar klien mampu menggunakan pendekatan


tersebut.

10. CBT is quick to learn andeasy to practice


CBT merupakan teknik yang relatif mudah dipelajari dan diaplikasikan.

11. CBT is not interested in the unconscious


Konsep pda CBT tidak mempergunakan unconscious  dari Freudian karena

kognitid merupakan sesuatu hal yang conscious . Tidak dipungkiri, bahwa terapis
dan klien harus mengklarifikasi makna dari situasi yang awalnya mungkin saja di
luar kesadaran.

12. CBT demands high intelligence


CBT tidak menuntut pada kemampuan kecerdasan yang tinggi, namun sudah
diadaptasi sehingga bida digunakan untuk klien dengan learning difficulty , anak-
anak dan orang muda.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 13/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 3
The Therapeutic Relationship

Dalam sebuah hubungan yang afektif antara seorang terapis dengan klien
merupakan suatu hal yang penting untuk treatment yang ingin di berikan, dimana
terbukti berkaitan dengan kualitas dari hasil yang ingin di capai. Sejauh mana
klien memberikan kontribusinya dalam terapi, maka hal tersebut dapat
menentukan keberhasilan dari sebuah treatment. Sebagai contoh, seorang klien
yang lebih menikmati keterlibatannya dalam mengerjakan dan menyelesaikan
tugas-tugas dalam proses terapi, memberikan saran tentang kemajuan
treatment, berinteraksi secara hangat dan memberikan kepercayaan kepada
terapis, dan seorang klien yang konsisten dan selalu menyelesaikan tugas-tugas
yang harus dikerjakan di rumah dalam kaitannya dengan treatmen yang sedang
dijalaninya.
Menurut Bordin (1979) tentang hubungan terapeutik ini adalah berperan
sebagai kesatuan kerja yang efektif. Dia mengatakan bahwa ada 3 komponen
wajib untuk mrncapai kesatuan kerja yang sukses dan berhasil, yaitu:

Kesepakatan terhadap tugas (apa yang menjadi kebutuhan dalam terapi,
proses apa yang diperlukan untuk mencapai sebuah perubahan, dan apa
saja aktivitas serta teknik yang akan digunakan)
 Kesepakatan terhadap tujuan terapi (apa yang dicari dalam sebuah terapi
baik jangka panjang maupun jangka pendek, dimana masing-masing pihak
antara klien dan terapis memberikan kontribusinya dalam bentuk sebuah
komitmen guna mencapai tujuan)
 Ikatan atau hubungan yang baik di antara klien dan terapis, dimana

menunjukkan ketertarikan, tanggung jawab, kepercayaan dan komitmen.


Hal tersebut memperjelas bahwa kesatuan kerja yang baik menjadi sebuah
keniscayaan untuk mendapatkan hasil yang juga baik. pada dasarnya, anda tidak
bisa mengharapkan terjadinya terapi yang efektif jika klien mendapati sikap
dingin dan tidak menunjukkan empati dari seorang terapisnya. Sebuah
kerjasama yang dibutuhkan dibangun pada tiga atau empat sesi pada tahap
awal, walaupun demikian tidak menjadi jaminan bahwa kualitas hubungan yang
sudah terbentuk akan terus baik-baik. kemungkinan terjadinya bermacam-
macam bentuk kemajuan dalam sebuah terapi selalu ada. Namun demikian,

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 14/151
7/31/2019 CBT-translet buku

kualitas dari sebuah hubungan yang sudah terbina menjadi sebuah dasar
penting dimana proses terapi dapat dilanjutkan ke dalam tahap penanganan.
Mengapa hubungan terapeutik menjadi penting dilakukan karena dengan
adanya hal tersebut, akan dapat membangun sebuah kesatuan kerja yang baik,
termasuk di dalamnya klien akan merasakan :
 Dibantu untuk lebih memahami permasalahan yang sedang dihadapinya.
 Menjadi lebih mengetahui situasi-situasi apa saja yang muncul yang bisa
berpotensi menjadi pemicu stress bagi dirinya.
 Menjadi lebih mampu untuk memahmi dirinya sendiri

Menjadi lebih mudah menyesuaikan dengan kepribadian terapisnya.

Peran dari seorang terapis


Satu dari beberapa prinsip CBT adalah bahwa sebagai seorang terapis,
anda harus menunjukkan empati dan sikap bekerjasama yang erat dengan klien
selama terapi dikerjakan (Beck, 1967). Walaupun pada tahap CBT, digunakan
sebuah metode bertanya sokrates namun pendekatan yang dilakukan secara
umum adalah seorang terapis yang berfungsi sebagai mentor dan pendamping

daripada menjadi seorang instruktur yang hanya memberikan arahan. Anda


diibaratkan “berjalan beriringan” dan klien bebas menggali pilihan-pilihan baru
yang terkait dengan apa yang dirasakan dan mampu dilakukannya. Dan peran
anda sebagai terapis adalah turut membuka kesempatan-kesempatan klien untuk
menggali lebih dalam lagi, melalui pertanyaan atau informasi yang bisa anda
berikan. Hal tersebut memungkinkan klien untuk mencoba menggali pada area
yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Sebagai seorang terapis, anda
membutuhkan sebuah keterampilan memahami dengan baik terhadap apa yang
sudah dimiliki oleh klien, sehingga anda bisa menerima dan bersikap terbuka
terhadap keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh klien, juga terhadap perasaan
dan perilakunya tanpa anda perlu menduga-duga sebelumnya. Sehingga,
tuntutan yang dibebankan kepada terapisnya adalah tetap melakukan tindakan
aktif bertanya, namun tidak menjadi seorang penuduh atau mudah memberikan
penilaian pribadinya. Anda harus bersikap genuine, dan memberikan perhatian
terhadap sudut pandang atau perasaan klien yang tengah ditunjukkannya.
Namun demikian hal ini juga perlu di imbangi dengan kemampuan anda untuk
tetap mempertahankan sikap skeptis terhadap semua hal yang disampaikan atau

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 15/151
7/31/2019 CBT-translet buku

di tunjukkan oleh klien, karena mungkin saja semua yang dikatakannya adalah
sebuah bentuk “cognitive errors ” yang secara signifikan dapat mengubah apa
yang ditampilkannya.
Peran penting lainnya dari seorang terapis adalah sebagai seorang
“practical scientist ”, dimana ia membangun sebuah contoh terkait dengan klien
dalam sebuah interaksi yang terjadi yang sekiranya dapat membantunya dalam
mengatasi permasalahan yang mungkin muncul di masa yang akan datang.
Menggunakan pendekatan bersikap terbuka terhadap semua kemungkinan yang
ada dalam menyikapi permasalahan dan pengalaman, akan memunculkan
sebuah kesimpulan sementara yang dapat di uji untuk pada akhirnya membuat
atau menarik kesimpulan yang tepat, yang relevant dengan terapi.
Kerjasama yang natural pada hubungan terapeutik memiliki arti bahwa
anda terikat atau menjalin kerjasama dengan klien dalam konteks hubungan
yang terjadi antara orang dewasa dan berlangsung sedekat mungkin. Sehingga
anda dapat terbuka terhadap ide atau pendapat terkait dengan permasalahan
yang dihadapi klien dan berbagi perumusan yang telah anda miliki, dan menjadi
 jalan untuk klien mendapatkan feedback yang berkaitan dan tepat sasaran; atau

anda juga mungkin memperlihatkan atau menyampaikan perihal diri anda


tentang hal yang terkait dengan minat klien dalam pembahasan ini; atau anda
 juga bebas untuk mengatakan “ saya tidak tahu” atau “bisakah anda memberikan
saya waktu beberapa saat untuk berpikir?” tanpa perlu menunjukkan bahwa anda
selalu tahu akan semua hal. Hal-hal tersebut memungkinkan untuk anda
bersama dengan klien dalam upaya untuk mengatasi permasalahan secara
bersama-sama.
Cara untuk membangun atau membina kerjasama dan hubungan yang positif

antara klien dengan terapis :


Mendengarkan dengan seksama untuk mendapatkan penghayatan
tentang bagaimana klien merasakan atau mengalaminya.
 Menyediakan waktu untuk membuat agenda secara bersama-sama.
 Membuat secara jelas bahwa umpan balik adalah sebuah bagian dari
terapi yang dapat dijadikan untuk membuat kemajuan.
 Menetapkan secara hati-hati terkait dengan tujuan yang ingin di capai
oleh klien dalam melakukan sebuah treatmen terapi.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 16/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Pecahnya atau kesatuan terapeutik yang retak


Jangan terkejut ketika terjadi pecah atau retak dalam sebuah kesatuan
kerja yang telah terbangun. Tanda-tanda yang dapat menunjukkan bahwa telah
terjadi pecah atau retaknya kesatuan terapeutik yang telah terbangun. Hal ini
mungkin ditunjukkan melalui sikap yang muncul secara non-verbal yang terkait
dengan situasi emosional seperti perasaan tidak nyaman, marah atau tidak
percaya. Atau mungkin juga ditunjukkan melalui perilaku seperti tidak
menyelesaikan pekerjaan rumah, menunjukkan ekspresi tidak yakin terhadap
pendekatan yang dilakukan, atau secara lebih jelas menampakkan emosi yang
dirasakannya terkait dengan proses yang sedang dijalaninya. Menjadi hal yang
sangat penting bagaimana kualitas hubungan bisa terjalin di antara anda dan
klien, sehingga anda bisa melakukan tindakan cepat untuk mengatasinya ketika
klien menunjukkan tanda-tanda dimana akan terjadi retaknya sebuah hubungan
kerjasama yang telah dibangun.
Bagaimana harus bertindak saat berurusan dengan pecah atau
retaknya sebuah kesatuan dalam hubungan terapeutik
Menurut Watson dan Greenberg (1995), terjadinya keretakan biasanya

berkaitan dengan:
Tujuan atau
 tugas-tugas terapi (sebagai contoh: klien tidak
memahami atau menyetujui dengan tujuan atau strategi-strategi yang
digunakan dalam treatmen)
 Ikatan antara klien-terapis (sebagai contoh: klien yang tidak kooperatif
atau tidak menunjukkan rasa percaya terhadap terapis dan bersedia
memberikan responnya)
Mereka berpendapat bahwa harus ada klarifikasi terhadap akar atau

penyebab munculnya permasalahan secara langsung kepada klien, misalnya


melakukan klarifikasi terkait dengan prmikiran tentang treatment atau mungkin
saja mengubah pendekatan yang dilakukan. Namun jika yang terjadi ternyata
berkaitan dengan ikatan yang terjalin diantara klien-terapis, maka yang harus
dilakukan untuk pertama kali adalah memastikan bahwa memang tidak ada
dugaan masalah dengan klien yang memiliki permasalahan pada area
interpersonal dalam kepribadiannya. Newman (1994) memberikan perhatian
terhadap hal yang harus dipertimbangkan dan di duga memberikan kontribusi
dalam terhambatnya hubungan terapeutik yang tengah di bangun, seorang

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 17/151
7/31/2019 CBT-translet buku

terapis perlu peka terhadap klien yang secara signifikan menunjukkan mata yang
sembab atau berkaca-kaca, namun ia membantah ketika terapis mengutarakan
kebingungannya atau mengajukan pertanyaan terkait dengan sikapnya tersebut.
Jika menemukan kebuntuan terkait dengan issue yang dimiliki oleh klien,
maka dapat dilakukan cara untuk memotongnya (dalam CBT), yaitu:
 Merumuskan kembali dasar pemikiran
 Menggunakan metode sokrates untuk mengklarifikasi issu
 Mengembangkan dan mengkolaborasikan pilihan-pilihan, selama proses
structure, limits dan guidance

Membicarakan kembali tentang hal-hal apa saja yang menjadi pro dan
kontra juga yang perlu di ubah dan tidak perlu di ubah.
 Mengkomunikasikan sesuai dengan bahasa dan imaji klien
   Hindari yang memunculkan jawaban pertahanan dari klien seperti “saya
tidak tahu” 
 Mempertahankan sikap empati, dan menghindari memberikan interpretasi
salah atau negatif terhadap tingkah laku klien.

Pembatasan masalah
Hubungan yang dijalin antara klien dengan terapisnya berbeda dengan
hubungan sosial yang pada umumnya, dan batasan masalah menjadi penting
dan butuh perhatian serius dalam penerapan praktek CBT, terkait dengan yang
akan di lakukannya. Pembatasan penanganan menggunakan sebuah kerangka
aturan yang tepat untuk klien dan terapis, termasuk di dalamnya komponen dan
struktur  – seperti dimana, kapan, dan berapa biayanya- dilakukan sebaik
mungkin dalam terapi diantara klien dengan terapis.
Batasan terapeutik di buat sebagai upaya agar klien:
 Merasa aman
 Percaya kepada terapis
 Merasa bebas untuk menyampaikan materi atau hal yang personal
 Merasa nyaman bahwa terapis memahaminya.

Memelihara batasan dalam treatment

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 18/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CBT mungkin bisa menjadi efektif ketika diduga anda membutuhkan


untuk melakukan kunjungan rumah. Hal tersebut memungkinkan namun tidak di
waktu yang biasanya. Jangan memandang rencana ini dengan sepele, namun
anda harus tetap memperhatikan sejauh mana usaha perlindungan dapat
diberikan pada tempat dan situasi yang tepat yang dapat mengurangi perilaku
yang tidak sesuai dari diri klien. Anda juga mungkin membutuhkan untuk
menemani klien dalam tujuannya terlibat aktif di aktivitas hariannya. Akan lebih
membantu jika membuatnya menjadi eksplisit, dengan kesepakatan waktu, hal-
hal yang bisa memprediksi nantinya. Ini menjadikannya teknik yang lebih baik,
khususnya dengan menggunakan tujuan yang lebih spesifik

Jenis-jenis pelangaran dari batasan


Dual relationship, terapist dan klien berada dalam second relationship  
dalam sebuah terapeutik yang utama.
Self-disclosure, menjadi bagian dalam rangkaian kegiatan terapi
psikodinamik atau konseling, namun tidak terlalu digunakan jika menggunakan
CBT. Kecuali dilakukan untuk mengetahui informasi yang nantinya dapat

mendukung tujuan terapi.


Kontak fisik  – non seksual, mungkin membuat nyaman bagi sebagian
terapis yang dapat mengurangi ketegangan dan memberikan rasa aman. Namun
demikian juga harus diperhatikan batas-batasnya, terutama jika dilakukan
dengan klien berbeda gender. Juga perlu diperhatikan apabila kontak tersebut
memiliki asosiasi dengan permasalahan yang dialami oleh klien, misalnya
sentuhan pada tangan klien, itu bisa menjadi tidak nyaman dan aman pada klien
yang mengalami abuse.

Sexual relationship, yang terjadi di antara klien-terapis termasuk yang


memiliki potensi bahaya paling besar di antara semua pelanggaran terhadap
batasan-batasan ini, termasuk di dalamnya memiliki pengaruh negatif dan dapat
merusak hubungan terapeutik yang terjalin.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 19/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 4
Assessment dan formulation

Dasar keberhasilan utama dari CBT adalah mengembangkan formulasi


(disebut juga konseptualisasi kasus): gambaran individual yang membantu kita
dalam memahami dan menjelaskan masalah klien.

Formulation dalam CBT


Definisi kerja dari formulasi CBT adalah formulasi CBT menggunakan
model CBT untuk mengembangkan:
 Gambaran dari current problem
 Perhitungan mengenai mengapa dan bagaimana masalah tersebut
mungkin berkembang
 Analisis mengenai apa yang membuat masalah tersebut tetap ada

Keuntungan dari membuat formulasi adalah:


 Membantu klien dan terapis untuk memahami masalah

Formulasi berperan sebagai jembatan antara teori CBT mengenai
perkembangan dan pemeliharaan masalah; dan pengalaman individual
klien. Teori CBT biasanya bersifat general. Ia mendeskripsikan proses
yang terjadi dalam setiap gangguan dalam skala yang abstrak, seperti
halnya scientific theory. Akan tetapi untuk dapat mengaplikasikan teori
dalam kasus individual, kita harus mengubah si generalisasi itu menjadi
pengalaman spesifik dari klien kita. Salah satu fungsi yang paling penting
dari formulasi adalah untuk menjembatani perbedaan ini.
 Formulasi membarikan pedoman pada terapis. Jika kita memiliki
pemahaman yang rasional mengenai proses yang menyebabkan dan
memelihara malasah klien, kita dapat dengan lebih mudah menentukan
intervensi apa yang mungkin berguna untuknya. Formulasi yang bagus
dapat membuat terapis lebih mudah menentukan apa yang harus ia
lakukan dan membantu klien untuk memahami mengapa strategi tertentu
akan berguna baginya.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 20/151
7/31/2019 CBT-translet buku

   Formulasi memulai proses “membuka cara pemikiran  yang baru”. Hal ini
dilakukan dengan cara member klien cara-cara yang berbeda untuk
memahami masalah mereka.
 Membantu terapis untuk memahami, atau bahkan memprediksi, kesulitan
yang akan ia hadapi selama proses terapi atau dalam hubungan
therapeutic yang ada. Dengan begitu terapis dapat menghindari atau
mengelola kesulitan tersebut supaya lebih baik.

Focus on maintenance processes

Focus dari rencana formulasi dan treatment CBT adalah pada proses
pemeliharaan yang terjadi saat ini. Beberapa hal yang berkontribusi dengan
focus ini adalah:
 Proses yang mendasari masalah tidak harus proses yang terjadi pada
saat ini.
 Lebih mudah mendapatkan data mengenai proses yang terjadi sekarang
daripada mendapatkan data mengenai sebab terjadinya masalah, yang
mungkin saja terjadi beberapa tahun sebelumnya.

Lebih mudah untuk mengubah proses yang dipelihara (maintenance
process) yang terjadi saat ini (here ande now) daripada mengubah proses
perkembangan.

Alasan-alasan mengapa riwayat perkembangan dapat menjadi hal yang penting:


 Informasi mengenai masa lalu penting untuk menjawab bagaimana
sampai saya begini? Hal ini penting bagi klien karena mereka ingin
mengerti apa yang membuat mereka akhirnya memiliki masalah ini.
 Mengindentifikasikan penyebab awal dapat berguna untuk memcegah
terjadi kembali hal yang sama
 Ada kesulitan atau masalah yang intinya atau bagian pentingnya
diakibatkan oleh pengalaman masa lalu.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 21/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Proses asesmen
Formulasi dibuat atas persetujuan dari pihak terapis dan klien. Formulasi
merupakan proses yang aktif dan fleksibel mengenai membuat dan menguji
hipotesis secara berulang. Figure 4.1 mengilustrasikan siklus ini.
Terapis berusaha untuk memahami dan memperjelas informasi klien dan
merancang ide tentative mengenai proses yang mungkin penting di dalam
formulasi. Selanjutnya adalah menguji hipotesis. Jika data yang ditunjukkan
mendukung hipotesis, ini akan menjadi bagian dari formulasi; jika tidak, hipotesis
perlu dimodifikasi dan perlu dicari bukti atau data baru. Proses ini terus
berlangsung sampai terapis merasa bahwa ada cukup formulasi yang dapat
didiskusikan bersama klien. Namun setelah ini, modifikasi tetap dapat dilakukan.

Mengumpulkan informasi

Menganalisis informasi
menggunakan teori CBT
Menentukan informasi apa yang
akan mendukung uji hipotesis
Mengembangkan/modifikasi

hipotesis mengenai proses yang


penting

Awal ide tentative mengenai


formulasi

Berdiskusi dengan klien dan


modifikasi bila perlu Mungkin perlu memodifikasi
formulasi

Formulasi kerja yang disetujui


Catat informasi lanjutan apa
yang diperlukan selama
Rencana treatment

Fase treatment

Figure 4.1 proses asesmen

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 22/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Assessing current problem


Problem description
Langkah pertama, dengan tujuan mendapatkan gambaran yang tepat
untuk suatu permasalahan, kita harus spesifik dan memecah masalah yang
muncul ke dalam 4 sistem, yaitu:
 Kognisi: kata atau gambar yang ada di pikiran klien ketika ia ada
masalah. Cara untuk mendapatkannya adalah dengan bertanya “apa
yang ada di pikiran anda ketika…?”, “apa yang terlintas di pikiran anda
sekarang?”. Tidak semua kognisi dalam bentuk verbal.

Emosi atau afek: adalah wajar jika klien mengalami kesulitan dalam
membedakan pikiran dan emosi. Peraturannya adalah secara umum,
emosi dapat dideskripsikan dalam satu kata, misalnya marah, cemas,
sedih, dll. Jika yang klien ekspresikan lebih dari satu kata, misalnya saya
merasa saya mungkin kena serangan jantung; ini mungkin pikiran, bukan
emosi.
 Tingkah laku: apa yang dilakukan klien, aksi yang terlihat dari luar.
 Perubahan fisiologis atau bodily symptom

Strategi yang baik adalah dengan cara bertanya pada klien mengenai
kejadian terbaru yang dapat ia ingat ketika ia mengalami symptom dari
masalahnya.

Triggers and modifying factors


Factor yang mempengaruhi masalah:
 Trigger adalah faktor yang menentukan frekuensi munculnya masalah
(lebih sering atau lebih jarang)
 Modifiers adalah factor kontekstual yang memberikan perbedaan
intensitas masalah ketika timbul

Ada banyak factor yang dapat berjalan sebagai trigger dan modifier:
 Situation variable: apakah ada situasi, objek, atau tempat spesifik yang
membuat perbedaan?
 Social/interpersonal variable: adakah orang tertentu yang membuat
perbedaan? Jumlah orang? Jenis orang tertentu?

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 23/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 Cognitive variable: apakah ada topic yang dapat menjadi trigger?


 Behavioral variable: apakah masalahnya terjadi ketika klien atau orang
lain melakukan aktivitas tertentu?
 Physiological variable: apakah masalah terjadi karena pengaruh alcohol
atau drug? Apakah masalah biasanya terjadi ketika individu lapar, lelah,
atau tegang? Bagaimana PMS mempengaruhi masalah?
 Affective variable: apakah masalah semakin menjadi ketika individu
depresi, bosan, atau kesal?
Beberapa klien akan berespon pada pertanyaan di atas dengan berkata

bahwa mereka selalu  cemas atau depresi dan tidak ada yang membuat hal itu
menjadi berbeda. Hal ini hampir tidak pernah benar. Respon seperti itu biasanya
muncul karena klien sedang dalam keadaan distress dan dipenuhi dengan
permasalahannya. Hal ini membuat dia kehilangan objektivitasnya. Tanyakan
pada klien apa yang menjadi mimpi terburuknya. Dengan begitu, kita akan
mendapatkan clue yang penting. Pendekatan lainnya adalah dengan
memberikan PR pada klien.
Informasi mengenai trigger dan modifier berguna dalam 2 hal, yaitu 1.

Dapat memberikan clue yang berguna bagi terapis mengenai possible belief dan
maintaining processes dengan cara mempertimbangkan tema apa yang mungkin
ada dibelakang variable yang ditemukan; 2. Informasi ini akan berguna saat
treatment, misalnya untuk menentukan target, membuat rencana, dll.

Concequences
Area major terakhir dari current problem adalah melihat apa yang terjadi
sebagai hasil dari masalah. Hal ini dapat dieksplor melalui 4 aspek utama:
 Apa dampak dari masalah pada kehidupan klien? Bagaimana hidupnya
berubah karena masalah?  kehilangan apa yang terjadi padanya
 Bagaimana orang-orang terdekatnya berespon pada masalah?  clue
mengenai maintaining process
 Strategi coping apa yang sudah dicoba dan sesukses apa?
 Apakah ia menggunakan pengobatan lain atau ada yang membantunya
untuk menyelesaikan?

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 24/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Maintaining process
Biasanya ada siklus tertentu yang terjadi pada proses psikologikal, yaitu
siklus yang membuat pemikiran awal, tingkah laku, afeksi, atau respon
fisiologikal meningkat sebagai efek dari umpan balik yang diberikan (terpelihara
atau memperburuk).

Safety behavior
Umumnya terjadi pada klien yang anxious. Klien biasanya melakukan
sesuatu yang mereka yakini akan melindungi mereka dari ancaman apapun yang
mereka takutkan. Hal ini dapat memiliki efek samping yang tidak terlihat dan tidak
disengaja. Safety behavior ini akan memblok threat believe sehingga terjadi
penguatan yang salah. Hal ini karena ketika tidak terjadi apa- apa, si “kabur 
dengan selamat” dianggap sebagai keberhasilan dari safety behavior daripada
hasil penurunan persepsi dari threat. (lihat figure 4.2)

Fear
Takut akan suatu “bencana” (cth.
Life threatening illness,
humiliation dll

Failure to disconfirm threat Safety behavior


Bencana yang tidak terjadi beratribut Klien melakukan sesuatu
pada safety behavior daripada yang dianggapnya dapat
mengubah pandangan klien mengenai mencegah bencana
masalah

Figure 4.2 Safety Behavior

Escape/avoidance
Ini merupakan salah satu bentuk safety behavior. Avoidance tidak harus
lari secara harfiah. Avoidance yang terselubung lebih banyak ditemui daripada
avoidance yang jelas (obvious).

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 25/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Fear
Takut akan suatu situasi atau

objek

Tidak ada perubahan pada fear belief  Escape/avoidance


Klien tidak belajar strategi coping atau Klien mencona menghindari situasi
expose belief to disconfirmation yang menakutkan atau melarikan diri

 
Figure 4.3 Escape/avoidance

Reduction of activity
Maintaining proses ini banyak dilakukan oleh individu yang mengalami
depresi.

Depressed mood Pikiran negative


Terlihat tidak menikmati, terlalu
menuntut, dll

Kehilangan reward positif  Pengurangan aktivitas

Kehilangan aktivitas yang dapat Secara umum mengurangi aktivitas,


memberikan kepuasan, achievement, menarik diri, dll
atau penerimaan sosial

Figure 4.4 Reduction of activity

Catastrophic misinterpretation
Ini merupakan proses kognisi utama pada panic disorder. Bisa terjadi juga

pada klien dengan health anxiety atau OCD.


Symptoms
Typically symptom of 
aotunomic arousal rising
from anxiety

Misinterpretation
Peningkatan anxiety Mengindikasikan sesuatu yang
serius, implikasi yang mengancam

Figure 4.5 Catastrophic misinterpretation

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 26/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Scanning or hypervigilance
Biasanya terjadi pada health anxiety atau PTSD.
Khawatir mengenai illness
Peduli bahwa ia memiliki
atau mungkin
mengembangkan mental
atau physical illness

Sensation noticed (or


produced)
Symptom disadari dan Scanning/checking
diinterpretasi sebagi konfirmasi

Figure 4.6 Scanning or hypervigilance

Self-fulfilling prophesies
Biasanya dilakukan oleh individu dengan negative belief mengenai orang
lain.

Negative belief mengenai Perubahan tingkah laku


orang lain pada orang lain

Konfirmasi atau prediksi yang Peubahan tingkah laku


 jelas menimbulkan tingkah laku
dari oran lain

Figure 4.7 Self-fulfilling prophesies

Performance anxiety
Biasa terjadi pada individu dengan social anxiety.
Khawatir pada penampilan
(performance)

Konfirmasi Symptom anxiety

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 27/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Figure 4.8 Performance anxiety


Fear of fear
Anxiety

Ancipatory fear of becoming Aversive anxiety


anxious symptom

Figure 4.9 Fear of fear

Perfectionism
Biasa terjadi pada klien dengan negative belief mengenai kapasitas
dirinya. Keinginan untuk membuktikan bahwa dirinya berharga atau mampu
membuatnya memasang stadar yang tinggi sehingga ia tidak pernah mampu
mencapainya. Rasa tidak mampu itu terus terpelihara dan tidak berkurang.

High standards for self 


Contoh: Saya bisa
Negative beliefs for self  menyembunyikan
Contoh: Saya tidak
ketidakberdayaan ini jika
berguna. Saya tidak bisa
saya bisa melakukan
melakukan apa-apa.
sesuatu yang sempurna
dan selalu berhasil.

Impossible to achieve
standards 
Selalu menganggap diri
gagal.

Figure 4.10 Perfectionism

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 28/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Ingat bahwa grafik di atas adalah proses yang mungkin terjadi. Jadi,
gunakan itu sebagai awal dari pola berpikir dan sesuaikan dengan kebutuhan
klien.

Short-term rewards
Tingkah laku terpelihara karena adanya short-term concequence. Short-
term reward lebih kuat dalam membentuk suatu tingkah laku daripada long-term
reward.

Short-term reward

Problem behaviour Memiliki perasaan yang positif 

Seperti penyalahgunaan obat-


obatan, makanan, dan agresi

Longer-term negative consequences

Seperti masalah hukum, ketergantungan pada


obat terlarang, kehilangan hubungan dengan
orang-orang.

Figure 4.11 Short-term reward

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 29/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Assessing Past History and Problem Development


Vulnerability factors
Dalam CBT, hal yang paling perlu adalah pengembangan nilai-nilai dalam
diri, meskipun dalam bentuk asumsi atau core beliefs . Kebanyakan orang-orang
beranggapan bahwa mereka harus berhasil dalam segala hal, bisa berhasil jika
ada orang yang mau menolong, ataupun merasa tidak berguna. Terkadang
banyak menanamkan nilai bisa membuat seseorang menjadi lebih baik dalam
rentang waktu tertentu. Mereka akan merasa tidak berdaya lagi hanya jika situasi
yang sama terjadi beberapa kali, misalnya ketika mereka tidak berhasil, tidak
dihormati, atau tidak memiliki pasangan.

Precipitants
Precipitants adalah situasi yang memicu timbulnya masalah. Dalam
standar cognitive-therapy model biasanya dikenal dengan „critical incidents‟.
Seseorang harus memiliki penanggulangan dari situasi tersebut atau jika tidak
hal ini akan menjadi trauma yang cukup mengganggu. Jika hal ini terjadi, kita
harus dapat menemukan kejadian yang „sesuai‟ dengan nilai yang berlaku:

sebagai contoh, seseorang yang merasa harus berada dalam suatu hubungan
kemudian dia kehilangan hubungan yang penting, atau seseorang yang percaya
bahwa dia harus selalu mengontrol sesuatu lalu kemudian terjadi sesuatu yang
tidak bisa dikontrol.

Modifiers
Biasanya klien mengeluhkan masalah yang pelan-pelan semakin buruk,
namun terkadang suatu eksplorasi menyatakan bahwa ada waktu perbaikan dari

sesuatu yang semakin buruk. Faktor modifikasi ini mengubah suatu hubungan,
transisi suatu aturan seperti meninggalkan rumah, menikah atau anak yang
meninggalkan rumah; dan perubahan tanggung jawab seperti promosi pekerjaan
atau memiliki anak.

The order of assessment components


Terapis seharusnya benar-benar mengetahui apa yang menjadi masalah
klien dan mampu memahami seperti apa klien yang datang padanya dengan
berbagai macam perbedaan masing-masing. Hal ini dimulai dengan yang

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 30/151
7/31/2019 CBT-translet buku

dinamakan asesmen untuk mengetahui apa sebenarnya masalah. Ini penting


untuk menentukan langkah apa selanjutnya dari asesmen tersebut. Awalnya kita
mengetahui sedikit apa masalahnya dan membuat beberapa hipotesis yang kira-
kira dapat lebih dieksplor apa sebenarnya masalahnya dan bagaimana riwayat
kehidupannya.
Jadi, buatlah pendekatan yang terstruktur dalam asesmen, menjaga agar
tetap fokus dalam satu area. Kemudian seiring semakin bertambahnya
pengalaman dan struktur tersebut tidak lagi menjadi yang utama, maka kita bisa
mengendurkan dan membiarkan percakapan sedikit meluas, namun kita masih
tetap dengan pikiran yang terstruktur dan mengetahui bagaimana beberapa
aspek menjadi suatu masalah.

„Non-specific‟ factors and the therapeutic relationship  


Hal terpenting bukanlah bagaimana seharusnya teknik yang ada dalam
asesmen, namun memberikan perhatian seluruhnya adalah yang paling penting.
Kita harus jujur dan benar-benar mendengarkan apa yang disampaikan klien.
Apabila kita lupa untuk mengajukan pertanyaan penting, pertanyaan tersebut

akan kembali lagi nanti, daripada kita gagal merespon klien dengan hangat, hal
ini dapat membuat klien tidak akan kembali lagi kepada kita.
Teknik yang baik adalah sering menyimpulkan pemahaman kita tentang
apa yang sudah klien sampaikan dan meminta feedback mereka apakah yang
kita tangkap itu benar. Keuntungannya adalah kita bisa berpikir apa selanjutnya
yang akan kita sampaikan atau lakukan. Hal ini juga dapat mengurangi resiko
kesalahpahaman, dengan memberi kesempatan klien untuk memperbaiki
perbedaan antara apa yang kita simpulkan dan apa maksud dari penyampaian

mereka. Adanya feedback dimaksudkan agar klien tetap sebagai orang yang aktif
dan terapis tidak selalu bijaksana dan tahu segalanya.

Making formulations
Not too fast, not too slow
Mengembangkan formula yang baik akan membutuhkan terapi yang
efisien dan fokus. Biasanya seorang terapis akan melihat dulu riwayat kliennya
dari sejak lahir sampai saat ini. Biasanya jawabannya terdapat pada saat-saat
itu. Sesi pertama digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 31/151
7/31/2019 CBT-translet buku

sebanyak mungkin. Kemudian kita punya waktu untuk merasakan dan


mendapatkan inti informasi tersebut dan mengembangkan formula. Mencoba
membangun formula itu harus dengan sangat cepat. Di sesi kedua, kita bisa
mencari tahu dengan jelas apa yang perlu kita ketahui, dan kemudian
mengembangkan formula dengan berdiskusi bersama klien. Hal ini tidaklah sulit.
Seiring berjalannya waktu, kita akan dapat dengan mudah mengembangkan
formula hanya dalam satu sesi.

Diagrams
Membuat diagram untuk mengkomunikasikan formula akan lebih baik
dibandingkan kata-kata. Biasanya terapis memberikan fotokopi diagram yang
telah dibuat kepada klien. Libatkan klien dalam proses dengan bertanya, seperti:
“Dari apa yang telah kita diskusikan sejauh ini, menurutmu apa yang kira -kira
membuat masalah itu muncul?”,”Menurutmu apa efek ketika kamu
melakukannya?”, dan seterusnya. 

Suitability for CBT

Siapa sebenarnya yang cocok untuk CBT? Tidak ada bukti yang cukup untuk
menjabarkan bagaimana klien cocok untuk terapis, apakah itu menggunakan
CBT atau terapi lain. Menurut Safran (1993), sebaiknya menggunakan CBT jika
klien:
- Menyadari dan mampu membedakan emosi
- Mengetahui dengan baik tentang kognisinya
- Menerima perubahan tanggung jawab
- Dapat membentuk kolaborasi therapeutic yang baik

- Memiliki masalah mengenai riwayat hidupnya


- Menunjukkan kemampuan bekerja dalam satu waktu dan fokus dalam
satu hal
- Optimis dengan terapi yang sedang dijalani
Biasanya CBT ditawarkan oleh terapis dalam lima atau enam sesi. Namun,
sebenarnya hal itu tidak cukup untuk memcahkan masalah klien, biasanya
dengan perkiraan tersebut cukup untuk mendapatkan ide apakah CBT akan
berguna atau tidak. Jika ya, terapi akan terus berlanjut. Jika tidak, kita bisa mulai
mempertimbangkan treatment lain. Tentu saja hal ini atas persetujuan klien.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 32/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Possible problems during assessment


Problems for the therapist
Dengan pengalaman yang cukup, kita harus dapat mengembangkan
sense area mana yang penting untuk digali lebih jauh. Biasanya terapis tidak
selalu mengajukan pertanyaan yang tepat tapi juga harus menyadari dengan
cepat ketika memberikan pertanyaan yang salah dan langsung berpindah untuk
mencari cara yang tepat. Jangan bertahan dengan apa yang salah dan cobalah
pendekatan yang berbeda.

Problems for client


Penting untuk memahami apabila klien sulit menjawab pertanyaan kita dan
kita harus tahu apa penyebabnya. Biasanya ada dua jenis: klien yang benar-
benar tidak tahu jawaban pertanyaan kita, dan klien yang sudah tahu
 jawabannya, namun tidak mau menjawab. Klien yang tidak tahu jawabannya:
- Klien yang sudah benar-benar kacau dengan masalahnya dan dia tidak
menyadari apa yang sedang terapis cari.
- Klien yang berusaha menampilkan perilaku aman sehingga dia tidak

berpikir negatif atau tidak mau mengambil resiko apapun.


- Klien yang kesulitan dalam menilai pikiran dan emosi.

Contoh klien yang sudah tahu jawabannya namun menolak memberikan


 jawaban:
- Takut akan reaksi terapis.
- Takut memunculkan simptom secara terbuka. Misalnya takut terapis akan
melaporkan klien kepada polisi untuk ditangkap.

Possible problems in making formulations


Effect is not purpose
Sangat penting untuk mencegah asumsi klien tentang konsekuensi dari
perilaku mereka. Misalnya mereka yang memiliki perilaku agrophobic selalu
ditemani oleh suami. Mereka tidak boleh tetap menjaga perilaku tersebut
hanya untuk suaminya selalu menjaganya. Pada dasarnya, kebanyakan klien
dan keluarga mereka ingin melepaskan masalah mereka, mereka hanya

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 33/151
7/31/2019 CBT-translet buku

terjebak dalam pikiran dan perilaku tidak dapat menolong mereka untuk
mencapai tujuan.

Censoring the formulation


Formula sebaiknya dikomunikasikan kepada klien. Tidak ada yang
ditutup-tutupi. Akan lebih baik juga membuat formula setelah hubungan
benar-benar kuat dan isu-isu yang ada dapat didiskusikan secara terbuka
bersama-sama.

Spaghetti junction
Tidak semua informasi dijadikan suatu formula. Ambil informasi yang
penting dan berhubungan dengan area masalah yang mengganggu klien.

Tunnel vision
Terkadang kita terlalu cepat membuat hipotesis dan kemudian stuck,
hanya benar-benar memberikan perhatian dan jangan mencari informasi
yang lain (Kuyken, 2006). Yang harus diingat adalah untuk mencek apakah

hipotesis benar atau tidak, kita harus melihat data apa yang bisa
membuktikan hipotesis tersebut benar.

Formulations need to make sense


Behaviours

Thoughts Physiology

Emotions

Kita harus dapat menjelaskan bagaimana pikiran dapat mempengaruhi


perilaku atau aspek pada kotak yang lain, atau bagaimana perilaku dapat
memberikan dampak pada nilai-nilai. Formula tersebut harus masuk akal
dan dapat diterima.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 34/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Formulations need to be used


Poin dari formula berguna untuk memandu terapis dan klien dalam suatu
treatment. Kita dapat bertanya apakah hal tersebut cocok dengan klien dan
meminta feedback darinya.

Core beliefs and schemata


Terkadang terdapat nilai-nilai dalam suatu formula atau bagan, hal itu
haruslah menjadi target utama untuk treatment, karena lebih dalam dan kita
harus mulai memodifikasinya. Pendekatan kita untuk menjaga agar tetap
mungkin dengan nilai yang bermacam-maca dan asumsi hanya saat
dibutuhkan karena kita telah mendapatkan sesuatu semampu kita dengan
pemikiran dan perilaku yang spesifik.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 35/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 5
MEASUREMENT IN CBT

Pada chapter ini akan dijelaskan mengenai bagaimana menggunakan


pendekatan empiris ini dalam prakteknya dengan klien individual. Kita juga bisa
melihat bagaimana pengukuran bisa digunakan untuk lebih memahami masalah
pada tahap assessment dan pada treatment berikutnya, bagaimana
memanfaatkan hasil assessment, dan bagaimana merancang pengukuran yang
tepat.

Assesment and Formulation


Saat assesmen, akan sangat membantu jika bertanya pada klien untuk
mengumpulkan data mengenai jenis masalahnya, dimana data tersebut dapat
berguna untuk 2 tujuan :
1. Menguraikan masalah lebih detil lagi
2. Memberikan baseline tentang masalah yang bisa dibandingkan kemudian
hari

Selama dan Diakhir Treatment


Selama proses treatmen berlangsung, klien diharapkan akan memiliki
deskripsi yang jelas mengenai masalahnya, apa yang memicu dan
mempertahankannya. Kemudian klien diajak untuk mencoba tingkah laku,
pikiran, dan pola interaksi baru. Setelah itu bersama-sama melihat apa dampak
yang terjadi pada masalah saat menggunakan pola yang baru. Dengan demikian
 juga terapis dapat mendapatkan evalusasi mengenai dampak dari intervensi

yang diberikan.

Pentingnya Pengukuran Sebelum Intervensi Dilakukan


Tujuan dari Pengukuran adalah untuk dapat melakukan assessment
terhadap masalah dan mengevaluasi dampak dari intervensi. Diperlukan
kreatifitas dan ketrampilan untuk dapat perancangan assessment tersebut.
Alasan-alasan pentingnya pengumpulan data yang berasal dari interview :

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 36/151
7/31/2019 CBT-translet buku

a. Memperoleh baseline dari aspek-aspek penting mengenai masalah yang


kemudian dapat digunakan untuk mengukur efektivitas intervensi
berikutnya.
b. Tingkah laku yang terobservasi, pikiran dan perasaan yang terjadi lebih
reliable.
c. Observasi langsung oleh klien memiliki efek therapeutic tersendiri untuk
dirinya.
d. Dengan adanya baseline yang disepakati bersama, membantu klien untuk
mengukur progressnya dengan lebih akurat.
e. Jika intervensi tidak mengakibatkan dampak yang diprediksi sebelumnya,
hasil pengukuran ini dapat digunakan untuk mencari penyebabnya,
misalnya kerana penyampaiannya yang kurang tepat.

Mendapatkan Hasil Pengukuran yang Akurat dan Berguna


1. Simplicity
Jangan membebani klien terlalu banyak. Mulailah dengan tugas-tugas
tertentu yang tidak menuntut terlalu banyak. Seiring dengan

perkembangannya nanti, mulailah untuk meningkatkan tuntutan-tuntutan


yang harus dilakukannya. Semua kegiatan yang dilakukan harus terrekam
dengan baik.

2. Consider measures in more than one system


Walaupun sudah dibuatkan tuntutan-tuntutan yang dapat dilakukan klien,
tetap ingat bahwa berbagai aspek dari masalah yang diungkapkan dapat
berubah dengan cara yang tidak diprediksi sebelumnya.

3. Relevance
Tanyakan pertanyaan berkenaan dengan informasi yang dapat digunakan
dan dapat membuat perubahaan pada treatment saja.

4. Specific, clearly defined targets


Target dari tuntutan yang diminta harus dibuat sedetail mungkin, dengan cara
menguraikan detail dan mencatat setiap detail yang dilakukan.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 37/151
7/31/2019 CBT-translet buku

5. Provide clear and simple instruction


Jangan berharap klien akan mengingat semua tugas-tugas yang harus
dilakukannya. MIntalah ia untuk mencatat, atau minta untuk membuat buku
catatan perkembangannya.

6. Use sensitive and meaningful measures


Tidakan yang bermakna dan sensitive untuk klien berguna untuk
perencanaan dalam melihat progress klien. Selain itu, berguna pula untuk
melihat dampak dari intervensi dengan relative lebih cepat dan memastikan
bahwa klien fokus pada masalah inti dan aspek-aspek yang sangat
berpengaruh untuknya.

7. Provide aids to recording


Berikan dukungan sebanyak mungkin terutama saat tahap awal terapi
dilakukan. Buatkan lembar kerja untuk mencatat semua kegiatan yang
dilakukan. Buku catatan ini harus dibuat sesimpel dan sebijaksana mungkin,
disesuaikan dengan karakteristik klien.

8. Train the client to use the measure


Pastikan bahwa klien paham mengenai tugas yang harus diselesaikannya
dan berikan kesemaptan untuk mendiskusikan kendala-kendala yang
mungkin akan terjadi. Hal ini dilakukan dengan cara Menjelaskan dengan
detail metode pengukuran yang akan dilakukan dan bagaimana cara mereka
menilai diri sendiri.

9. Collect data as soon as possible after the event


Tidak mungkin meminta klien untuk selalu membawa catatan dan
mencatatnya disegala tempat. Klien dapat mengingat-ingat apa yang ingin ia
tuliskan dalam buku catatan dan melengkapinya sesegera mungkin. Cara lain
adalah klien dapat membuat catatan kecil dan singkat, kemudian
melengkapinya sesegera mungkin ia memiliki kesempatan untuk mencatat.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 38/151
7/31/2019 CBT-translet buku

10. Pay attention to the monitoring


Terapis tidak boleh lengah saat memperhatikan informasi yang diberikan
klien. Terkadang ada beberapa informasi yang berguna, bisa digunakan
untuk sesi berikutnya, atau moment tersebut bisa digunakan untuk
memberikan reward pada klien mengenai usaha yang telah dilakukannya
dengan ketertarikan yang sungguh-sungguh dari terapis, agar ia semakin
meningkatkan keinginannya untuk melanjutkan pengukuran ini.

Cara-cara Mengumpulkan Informasi


Ada berbagai cara untuk mengumpulkan informasi. Cara-cara tersebut
dapat divariasikan untuk diberikan pada klien. Beberapa diantaranya adalah :
1. Frequency Counts
Metode ini paling reliable. Klien diminta untuk menghitung frekuensi
terjadinya suatu perilaku. Harus disadari bahwa perilaku yang ditampilkan
dapat dihitung, bukan yang tidak dapat dihitung. Selain itu, terapis juga harus
peka terhadap perilaku apa yang penting untuk dicatat.

2. Duration of Event/Experience
Metode ini bukan mengukur frekuensi seperti metode diatas, melainkan
durasi terjadinya perilaku tersebut.

3. Self-Rating
Klien diminta untuk mengukur sendiri perasaan/pikiran yang terjadi pada
dirinya dalam skala, misalnya, 0-10. Klien diminta untuk mengira-ngira sendiri
dan membandingkannya dengan kejadian yang sebelumnya. Kalau kejadian

tersebut sangat sering, bisa di-rating berdasarkan waktu.

4. Diaries
Dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antara satu aspek dengan
masalah yang timbul, hubungan antara masalah dan pemicunya, perilaku
yang aman, dan berbagai variabel lain. Penting untuk mengajarkan klien
bagaimana cara menggunakannya, terutama memilah mana yang harus
dicatat dan mana yang tidak perlu, jangan sampai ambigu dan hasilnya
membingungkan terapis.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 39/151
7/31/2019 CBT-translet buku

5. Questionnaires
Sebaiknya menggunakan kuesioner yang sudah diuji coba dalam suatu
penelitian, sehingga memastikan reliabilitas dan validitas kuesioner tersebut.
Hasil dari kuesioner yang diberikan dapat dibandingkan dengan kelompok
yang relevan dengan klien.

Sumber Informasi Lain


Selain dari klien, data bisa didapatkan dari :
a. Other Informant
Keuntungannya :
- Mendapat informasi yang tida bisa didapat dari klien
- Melihat dampak dari masalah klien terhadap orang lain
- Cara orang lain merespon klien mungkin menjadi relevan untuk
maintenance
- Pemahaman orang lain mengenai masalah klien dapat menjadi informasi
penting
Selain dengan wawancara, informan lain ini juga bisa diminta untuk

menggunakan material observasi yang sama seperti yang digunakan klien,


untuk mendapat data yang lebih kaya.

b. Role play and live observation


Dengan role play dan observasi pada lingkungan alaminya, terapis akan
mendapat data mengenai hal-hal yang tidak disadari klien.

c. Physiological measures

Bantuan pengukuran medis dapat membantu melihat perubahan dampak-


dampak fisik akibat masalah yang dialami klien.

Mengkombinasikan hasil data


Setelah semubanyak waktu dan energy dikeluarkan untuk mendapatkan
data, pastikan kalau semua data tersebut berguna. Pelajar secara hati-hati untuk
membenarkan hipotesis yang sudah didesain untuk itu. Saat menyampaikan
pada klien, lakukan secara dua arah, klien juga bisa diminta untuk melakukan
analisis sendiri terhadap perubahan yang sudah dilakukannya.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 40/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Masalah dalam menggunakan pengukuran


1. The client does not appreciate its potential value
Penting untuk mendiskusikan keraguan-keraguan klien dan mendapatkan
persetujuan untuk menjalani pengikuran ini.

2. The client cannot read or write


Harus cerdik untuk melakukan modivikasi metode pengukuran, seperti
menggunakan rekaman.

3. Poor reliability or validity of a questionnaire


Hasu selalu memastikan kalau data tersebut reliable dan valid dan data
tersebut relevan secara norma untuk klien.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 41/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Chapter 6
Helping Clients Become Their Own Therapist

Pengantar
Dalam CBT, terapis mengajarkan kepada klien mengenai model dan
metoda CBT. Teknik terapeutik dirancang sedemikian rupa agar mudah dipelajari
dan diingat kembali oleh klien. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk
mempersiapkan klien lebih mandiri untuk melakukan coping jangka panjang dan
menjadi terapisbagi dirinya sendiri. Bab ini berfokus pada membuat klien dapat
belajar mengatasi keadaan relapse .
Membantu Klien Belajar dan Mengingat
Klien tidak dapat menjadi terapis bagi dirinya sendiri jika ia tidak dapat
mengingat kembali model dan metoda CBT. Banyak teori yang menjelaskan
mengenai proses belajar, akan tetapi salah satu yang paling relevan adalah adult 
learning theory dari Lewin (1946) dan Kolb (1984)
Adult Learning Theory
Model ini menekankan pada pentingnya pengalaman belajar dan nilai-

nilai dari refleksi. Terdapat empat tahapan utama dalam belajar efektif:
- Pengalaman
- Observasi
- Konseptualisasi
- Perencanaan
The Adult Learning Cycle

experience

planning observation

conceptualization

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 42/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Agar proses belajar lebih efektif, maka proses pembelajaran harus


melalui semua tahapan tersebut. Pemahaman setiap elemen tersebut penting
untuk menciptakan proses belajar yang efektif dan dapat membantu terapis
dalam berbagai hal, misalnya: dalam memutuskan kapan memberikan informasi
dan kapan menggunakan metode Socratic dan dalam membuat tugas agar
proses belajar dapat lebih mudah diingat. Metode Socratic sendiri berisi tentang
keempat elemen dari siklus belajar. Ketika menggunakannya, klien diminta untuk
merefleksikan pengalamannya (observasi), lalu menggunakannya untuk
mengembangkan pemahaman baru tentang masalah mereka (konseptualisasi),
kemudian mensintesakan kemungkinan baru dan cara untuk melangkah maju
(merencanakan pengalaman baru).
Perpaduan antara pengalaman dan kognisi menunjukkan kemajuan yang
lebih besar dalam hal perubahan kognisi, afeksi, dan perilaku dibandingkan
dengan intervensi verbal (Bennet-Levy, 2003) dan juga membantu menjembatani
kesenjangan antara pemikiran dan keyakinan / thinking-believing (Rachman and
Hodgson, 1974).
Setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menggunakan

informasi dan mempelajarinya. Terdapat empat kecenderungan terkait dengan


siklus pembelajaran, yaitu activist, reflector, theorist , dan pragmatist . Penjelasan
dari keempat tipe tersebut adalah sebagai berikut:
Experience : kecederungan tipe ini adalah activist , yaitu mereka
yang menikmati keterlibatan dalam melakukan hal-hal
yang nyata. Bentuk terapi dapat berupa role play atau
tugas perilaku (behavioral assignment)
Observation : Bagian dari siklus dimana terdapat refleksi dari apa

yang sudah terjadi. Hal ini merupakan peran dari


reflector  yang menyelami kejadian-kejadian dan
memikirkannya. Dalam suatu sesi, hal ini dapat
berupa review pemikiran klien melalui diary atau
feedback pada akhir pertemuan
Conceptualization : Membuat pengertian mengenai apa yang telah terjadi
dengan mengaitkannya pada pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya. Fase analitis ini cenderung

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 43/151
7/31/2019 CBT-translet buku

dipilih oleh theorist  yang menikmati mencari


pemahaman. Dalam terapi, ini adalah suatu bentuk
refleksi dari formulasi masalah, menggeneralisasi dari
pengalaman atau prinsip abstraksi.
Planning : Fase saat implikasi praktis dari suatu pemahaman
yagn baru telah dicapai cenderung dilakukan oleh tipe
pragmatist. Pada sesi terapi, fase ini mempersiapkan
langkah selanjutnya, menentukan tujuan, dan tugas
berdasarkan pemahaman yang baru.

Penekanan yang kurang atau berlebih pada setiap elemen tersebut dapat
berakibat pada proses belajar, misalnya sebagai berikut:
- Activist banyak terlibat dalam tugas berupa perilaku namun bisa gagal untuk
melakukan review sehingga akibat paling buruknya adalah pengalaman itu
dapat menjadi sia-sia
- Reflector akan melakukan review tapi bisa jadi gagal dalam mengaitkannya
dengan pengalaman sebelumnya atau menggeneralisasikan pengembangan

prinsip-prinsip baru
- Theorist akan mampu mengaitkan dengan pengalaman, tapi kurang dalam
melakukan observasi
- Pragmatist akan fokus pada membuat rencana konkret tapi kurang efektif
kecuali jika ia terlibat secara tepat dalam fase observasi dan fase teori

Proses Mengingat
Belajar bukan hanya tentang mendapatkan pengetahuan; informasi juga

harus bisa dipertahankan dan retrievable. Banyak teori yang dapat digunakan
untuk lebih memahami tentang memory dan pemrosesan informasi, salah satu
yang paling informatif adalah yang dikemukakan oleh Alan Baddeley. System
utama yang terlibat di dalamnya adalah:
- Short-term memory (STM): penyimpanan informasi yang sementara (sekitar
20-30 detik), informasi akan terlupakan jika tidak relevan atau tidak cukup
dilatih
- Long-term memory (LTM): LTM adalah tempat penyimpanan informasi dalam
 jangka waktu yang lama dan dapat di-recall. Memori dalam LTM seperti

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 44/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 45/151
7/31/2019 CBT-translet buku

pertanyaan yang bisa ditanyakan klien pada dirinya sendiri saat terjadi
kemunduran, yaitu:
- Bagaimana penjelasan yang masuk akal dari semua ini?
- Apa yang bisa saya pelajari dari hal tersebut?
- Dengan peninjauan kembali, apa yang bisa saya lakukan secara berbeda?
Melalui cara tersebut, klien mengembangkan kebiasaan untuk melakukan
analisa dan memperoleh keuntungan atau pembelajaran dari proses kemunduran
tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang merupakan pemicu terjadinya relapse  pada
klien. Salah satunya adalah “dichotomous” atau “semua untuk tidak sama sekali
(all or nothing), interpretasi dari kemunduran. Mereka yang mempersepsi dirinya
dikontrol atau mengalami kegagalan cenderung mengalami relapse pada saat
menelumi gejala kesulitan yang pertama. Sekali merasa gagal, klien akan
merasa tidak berdaya.
Klien mungkin bergerak pada spectrum antara mampu mengontrol dan
mempersepsi kegagalan yang sebenarnya masih bisa diperbaiki. Kontinum
tersebut digambarkan sebagai berikut:

The dicotomus view of control


Complete control atau complete failure

The continuous view of control

Control Craving Lapse Relapse Perceived Failure

Selama berada dalam kontinum tersebut, klien perlu menyadari kondisinya


dan kondisi yang mungkin akan dihadapinya dengan mengevaluasi diri sendiri
dan mengajukan pertanyaan:
- Kapan saya akan berada pada kondisi berisiko?
- Apa tanda-tandanya?
- Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari lepas kendali?
- Apa yang harus dilakukan jika sampai hilang kendali?

Relapse cycle

Keadaan tidak akan kunjung Kenapa mencoba bertahan:


membaik. Tidak ada gunanya saya lemah dan akan selalu
mencoba begitu

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 46/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Depresi Makan berlebih

Menarik diri dari lingkungan Makan berlebih


sosial dan kesedihan yang
berlebih

Berikut merupakan urutan kejadian yang dapat meningkatkan kemungkinan


relapse :
- Berada dalam kondisi berisiko
Misalnya individu dengan gangguan makan berada dalam kondisi tidak
makan dalam jangka waktu yang lama. Jika memungkinkan maka kondisi
berisiko ini perlu dihindari, misalnya ia harus menghindari situasi stress yang

bisa memicunya makan ters menerus. Namun jika tidak memungkinkan, perlu
ditingkatkan kemampuan coping strategy  pada klien atau memotivasi ulang
klien melalui wawancara dengan pendekatan motivasional.
- Memiliki coping strategy yang buruk atau tidak memiliki sama sekali
Misalnya klien yang memiliki kemampuan mengelola mood yang buruk. Oleh
karena itu klien perlu didorong untuk memiliki strategi coping yang tepat dan
merencanakan bagaimana menempatkan strategi tersebut dalam bentuk
aksi. Misalnya individu yang mengalami depresi membuat daftar aktivitas

sosial yang dapat dilakukannya saat merasa kesepian.


- Kehilangan keyakinan diri
Misalnya klien yang merasa dirinya hopeless. Pada tahap ini, CBT dapat
membantu klien untuk mengembangkan harapan yang realistis dan
menumbuhkan pernyataan diri yang positif. Misalnya: “saya memang sempat
merasa terpuruk tapi saya mampu melatih diri untuk dapat keluar dari situasi
tersebut”. kalimat positif tersebut perlu diulang dan dilatih sendiri oleh klien.
- Mengalami unhelpful behavior  

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 47/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Misalnya menarik diri dari situasi yang berisiko. Klien yang mengalami tahap
ini dapat dilatih menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengubah
pola perilaku dan mendukung perubahan perilaku.

Breaking The Relapse cycle

Keadaannya mungkin tidak Sangat sulit untuk bertahan


kunjung membaik tapi dan sangat wajar tertarik pada
sebelumnya saya telah belajar makanan dan mencari
bahwa berusaha itu sangat kenyamanan. Tapi saya bisa
membantu dan harus bertahan.

Depresi Makan berlebih

Mengikuti aktivitas sosial dan Makan secara normal dan


mood mengalami peningkatan meraih pencapaian

„Self -help‟ Reading 
Membaca literature dapat meningkatkan dan mempertahankan
kemampuan klien. Terapis dapat merekomendasikan suatu literature setelah
sebelumnya me-review isi dan kualitas dari literature tersebut.

Kemungkinan masalah yang akan muncul


1. Terapis tetap berperan sebagai ahli, klien tetap berperan sebagai „pasien‟ 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 48/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Temukan alasan dibalik terjadinya hal tersebut, misalnya „terapis merasa


harus lebih banyak mengetahui dibandingkan klien‟. Setelah mengetahui
penyebabnya, evaluasi dan tantang asumsi-asumsi tersebut.
2. Latihan dalam terapi tidak mencerminkan siklus belajar
3. Klien ingin „diperbaiki‟
Klien mungkin akan bersifat pasif selama terapi. Oleh karena itu perlu
dijelaskan kepada klien secara perlahan bahwa dalam CBT diperlukan
kolaborasi dan keaktifan klien. Jika klien tidak kooperatif, bisa dirujuk pada
 jenis terapi yang lain.
4. Relapsed management diberikan di akhir terapi
Keterampilan dalam mengatasi relapse perlu diberikan sejak awal sesi terapi.
5. Terapis merasa tertekan dalam relapse management  
Dalam menguasai kemampuan relapse management  diperlukan waktu yang
tidak sebentar. Jika klien tidak dapat mengantisipasi kapan akan terjadi
relapse, maka klien tersebut tergolong sangat sangat rentan.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 49/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 7
METODE SOCRATES

- Socratic questioning disebut sebagai landasan dari terapi kognitif.


- Socratic questioning mampu memberikan kesempatan kepada klien dan
terapis untuk mengungkapkan apa yang klien telah ketahui tapi belum
betul-betul dipikirkan atau telah dilupakan.
- Melalui pertanyaan yang sensitif, klien diajak untuk menggunakan apa
yang mereka ketahui untuk menemukan alternatif pandangan dan solusi
untuk mereka sendiri daripada terapis yang harus mensugestikannya.
- Pertanyaan yang bagus menggambarkan perhatian klien terhadap
informasi yang relevan terhadap persoalan yang sedang didiskusikan tapi
mungkin berada di luar inti dari alur diskusinya. Hal ini bisa sangat
memabntu dalam mengklarifikasikan inti dari masalah dan bisa membanti
klien untuk menggunakan informasi baru dalam mengevaluasi kembali
kesimpulan dan untuk mengkonstruksikan rencana-rencana baru.

Mengapa Memilih Socratic Question karena Efektifitas dalam mendorong


personal review dari suatu situasi dimana itu relevan mengubah sikap,
perasaan, dan perilaku.
“jika pikiran negatif itu benar, apa artinya nanti bagiku? Mengapa itu bisa 
membuatku kecewa?”  

1. Asesmen dan formulasi


- Dalam mengidentifikasikan kognisi, afeksi, perilaku dan senssasi yang

berhubungan dengan kesulitan si klien, dialog „socrates‟ dapat


mengelaborasi sesuatu yang mungkin berbeda dengan pikiran klien tapi
tidak sepenuhnya diakui sebelumnya.
-  “bagaimana perasaanmu?” atau “apa yang anda pikirkan?” dapat
membantu klien mengklarifikasi dan mngeakrtikulasikan perasaanya atau
pikirannya.

2. Education

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 50/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Esensi dari CBT adalah mengajarkan klien tentang keterampilan dalam


CBT seperti melatih keterampilan untuk asertif dan teknik bernafas.
- Hubungan antara perasaan dan pikiran dan dampaknya pada motivasi
dan perilaku, sangat baik dieksplorasi secara kolaboratif menggunakan
penedekatan socratic.

3. Challenging Unhelpful Cognitions


- Metode ini adalah media yang ideal untuk mendorong klien untuk
mempertimbangkan berbagai kemungkinan diluar aliran perspektif
mereka dan membangun alternatif pandangan mengenai suatu situasi
atau kejadian.
-  Consequences of question; evidence for question; evidence against 
question; alternative view questions.
- Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membuat klien melihat „tidak ada yang
perlu heran dengan pikiran yang saya miliki ini‟ dan meminimalisir 
kemungkinan self-critisim seperti „saya sangat bodoh memikirkan ini‟  
- Untuk menemukan fakta dari ketidakkonsistenan dengan kesadaran akan

masalah klien, kita mengarahkan perhatian klien untuk megalaminya


dimana itu menantang keyakinan dasarnya dimana itu merusak validitas
dari masalah yang tidak terselesaikan.

4. Problem Solving and Working Out Solution


- Kita dapat mengarahkan klien kita untuk membuat penyelesaian masalah
yang baik dengan menggunakan pendekatan socratic untuk mendorong
ketelitian dan kemudian kreativitas.

- Ini dapat mengeksplorasi sebanyak kemungkinan cara-cara coping.


- Tahapannya: mendefinisikan masalahnya, menghasilkan sebanyak-
banyaknya solusi yang mungkin, merencanakan untuk diarahkan menjadi
aksi, dan merancang kemungkinan rencana-rencana.
5. Merancang Uji Perilaku
- Ketika klien memilik perspektif baru, ia perlu untuk membawanya untuk
mengecek validitas (perspektifnya). Sehingga, insight dari socratic 
questioning dapat digeneralisasikan yang butuh diikuti dengan behavioral
testing.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 51/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Ini sangat penting, sejauh itu memungkinkan, percobaan atas konten dari
setiap sesi dan terhubung dengan sangat dekat dengan perkembangan
dari insight itu sendiri.
- Setelah mencobanya, pemeriksaan atas pertanyaan socratic ini dapat
digunakan untuk mendorong analisa atas apa yang terjadi, menyoroti
masalah dan keraguan dan kemudian bergerak untuk merekonstruksi
ulang konseptualisasi yang baru dan percobaan terhadap perilaku yang
lebih lanjut.

6. (Dilakukan) Dalam Supervisi


- Hal lain mengenai metode ini adalah bahwa ini dapat digunakan dalah
seupervisi atau pengawasan seperti pada terapinya.
- Tools pengawasannya antara lain: meningkatkan pelatihan/pembelajaran,
menumbuhkan kolaborasi, dan menguji hipotesis.

KAPAN KITA MENGGUNAKAN SOCRATIC ENQUIRY ?


- Terapis memiliki banyak tugas, yaitumembangun relasi yang kolaboratif,

menggabungkan informasi, menghasilkan formulasi, melatih


keterampilan, dan lainnya.
- Bentuk pertanyaan lain (selain socratic question  yang bukan sekedar
good question ) menghasilkan hasil yang berbeda, dimana dapat beguna
pada berbagai poin di dalam terapi dalam mencapai berbagai tujuan.
- Beck et al. (1979) menyarankan, Pertanyaan harus hati-hati dengan kata-
kata dan waktu sehingga dapat membantu pasien mengenali dan
mempertimbangkan gagasannya secara reflektif, untuk menimbang

pemikiran-pemikirannya dengan objektif dan memeperingatkan klien


bahwa mungkin ia merasa diperiksa atau ia merasa diserang jika
pertanyaannya menjebaknya untuk melawan dirinya sendiri.
- Tujuan kita adalah berkomunikasi dengan hangat, empati dan tidak
menghakimi sikapnya, semenatara meminimalisir ketakutan klien dan
ketidakberdayaannya, sehingga bisa memfasilitasi keterikatan, lateral
thinking, kreativitas dan recall.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 52/151
7/31/2019 CBT-translet buku

-  Klien harus merasa perspektifnya itu menarik dan bukannya „salah‟. Klien
membutuhkan pengetahuan dan kenyamanan dalam menjawab
pertanyaan.

KAPAN INI SELESAI ?


- Terdapat miskonsepsi yang sangat umum dimana pengoperasiaan terapi
kognisi yang efektif ini seperti ruang sidang yang tidak pernah
menanyakan pertanyaan kecuali ia tahu jawabannya dan dengan dua
atau tiga pertanyaan yang cerdik dapat mengungkap „kebenaran‟. 
- Pdesky (1993) menggarisbawahi hal yang penting dalam membedakan
antara penggunaan socratic question adalah untuk mengubah (pola) pikir
dan menggunakannya untuk membimbing menemukannya (guide
discovery)
-  Terapis yang „mengubah pikiran‟ mengilurstarasikan bahwa pik iran klien
adalan illogical  dimana terapis akan „membimbing untuk menemukan‟
kemungkinan baru untuk diungkap.
- Keterampilan metode socratic ini dapat dilakukan dengan natural dan

tidak perlu mencoba terlalu keras pada klien.

DOWNWARD ARROWING
„apa yang kamu rasakan?‟  
„ apa yang sering terlintas dalam pikiranmu?‟  
- Pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu klien untuk fokus dengan
pemikiran yang relevan dan seharusnya bisa dilakukan dan dapat
diekspresikan dengan hati-hati sehingga klien tidak perlu merasa

diinterogasi tapi justru lebih menunjukan minat dari terapis.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 53/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Dalam pandanganmu, apa artinya hal itu? 


Apa yang hal itu katakan kepadamu? 
Apa artinya itu bagi kehidupanmu atau masa depanmu? 
- Melalui pertanyaan tersebut, anda dan klien akan menemukan lebih
banyak tentang sistem kepercayaan yang berhubungan dengan bagian-
bagian dari masalahnya. Keyakinan ini dapat dicoba dan diuji
menggunakan cognitive challenging dan behavioral experiment .
- Melalui downward arrowing ini, sistem keyakinan dasar klien lebih sering
terungkap. Dan hal ini akan membentuk „bottom triangled‟ dimana akan
terungkap tentang keyakinan diri, orang lain dan dunia, dan tentang masa
depan.
- Ini akan memakan waktu lama sampau core-belief dari klien akan
terungkap dan terkadang ini tdak mudah untuk ditembus.
- Terdapat keuntungan jika tidak menemukan core beliefs klien. Pertama,
pemahaman terhadap core beliefes akan dapat membantu klien
memahami bagaimana membangun pertahanan diri. Kedua,
mengidentifikasikan core beliefe dapat membuka skema dalam fokus

kerja.

LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN SOCRATIC QUESTIONING


1. Concrete Questioning
Struktur, penggabungan informasi dair pertanyaan-pertanyaan
yang dapat membantu menemukan hiptesis tentang klien.

2. Emphatic Listening

Berhati-hati, tidak menghakimi atas apa yang dikatakan oleh


klien dan bagaimana ia mengatakannya. Klien akan
mengkomunikasikan kesepakatannya melakui intonasi suara atau
ekspresi wajah dimana ini bisa berdampak pada pembuatan hipotesis
kita.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 54/151
7/31/2019 CBT-translet buku

3. Summarizing
Memberikan umpan balik berupa rangkuman dalam rangka
menguji hipotesis dan mengklarifikasi informasi atau poin-poin tertentu.

4. Synthesising atau Analisa Pertanyaan


Ini dapat mendorong juga mengmbangkan dan memperluas ide
atau tema (sintesis) atau menambah kuci informasi (analisa).

HAL YANG PERLU DIWASAPADAI DAN DIPERHATIKAN DARI

PERTANYAAN SOCRATIC
- Keterampilan terapis bisa terus meningkat ketika ia belum bisa
menggabungkan kognisi klien dan mengidentifikasi masalahnya. Ini bisa
menjadi anti-teraputik jika kita menjadi terlalu fokus untuk menggali
sampai ke dasar masalah tanpa berempati, suatu keadaan yang disebut
sebagai „psycho-buldozing‟. Hal ini akan meninggalkan kesan pada klien
bahwa kita tidak sensitif dan dapat menghilangkan kesempatan untuk
mengajarkan klien tentang peran dan manajemen kognisinya.

SOCRATIC QUESTION DAN SELF-HELP


- Klien harus kembali lagi mundur, mereview dan membangun perspketif
baru.
- Hal yang berharga dalam pembelajaran ini adalah adanya pemikiran
sehari-hari yang terekam. Rekaman tentang kejadian-kejadian dapat
membantu klienmelewati setiap tahap untuk mengidentifikasi emosi-
emosi/kognisi, eksplorasi validitas dari kognisi dan mensintesiskan
perspektif baru.
- Contohnya:
o Apa yang terjadi dalam pikiranku dan bagaimana bisa aku betul-
betul percaya dengan ini?
o Apa yang mendukungnya?
o Apa yang berlawanan dengan kesimpulanku?
o Bagaimana aku bisa menyarankan orang lain?
o Apakah situasi ini bisa berubah?

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 55/151
7/31/2019 CBT-translet buku

o Apa aku bisa melakukannya dengan berbeda?


o dsb

MASALAH KETIKA MENGGUNAKAN SOCRATIC QUESTION


1. Klien tidak dapat mengaskses kunci dari pikiran mereka atau
membayangkannya di dalam sesi.
2. Klien akan menghindar dari kognisi yang distres
3. Secara alamiah kunci kognisi hanya ada sekejap
4. Crucial meaning dapat dihadirkan dalam bentuk non-verbal
5. Klien membatalkan perspektif barunya
6. Pertanyaan terapis yang tidak terarah atau dalam arahan yang tidak
membuahkan hasil
7. terapis yang menjadi „kuliah‟ 
8. terapi melakukan eksplorasi tapi tidak mensintesakan atau
menggambarkan kesimpulan

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 56/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 8
COGNITIVE TECHNIQUES 

Introduction 
Bab ini akan membahas range teknik kognitif yang digunakan untuk
review dan menilai kembali pikiran dan gambaran yang relevan dengan masalah
klien. Penting untuk dipikirkan apakan intervensi ini tepat digunakan pada
masalah klien ini saat ini?
Harus diingat pula tidak semua pemikiran yang menyusahkan sesuai
dengan intervensi ini. misalnya untuk klien yang datang dengan kecemasan
tinggi karena akan menghadapi ujian kelulusan tapi belum mempersiapkan diri
dengan baik. Kesempatan ia gagal memang besar tetapi pikiran ini realistic dan
bukanlah tugas kita untuk memperbaikinya. Kita dapat membantunya dengan
menggunakan problem solving skill untuk meminimalisir kegagalannya atau
dapat membantunya melihat makna dari kegagalannya dan bagaimana
menghadapinya.

Timing juga memegang peran penting. Becks et al,. (1979) menyarankan


untuk memfokuskan pada aktivitas goal-directed sebelum secara langsung fokus
pada kognitif pada klien dengan depresi.

Presenting a rationale cognitive work 


Klien butuh untuk memahami bagaimana fungsi kognitif yang rasional
karena kita akan meminta mereka untuk fokus kepada hal yang sangat
mengancam mereka, sangat membuat mereka depresi atau sangat memalukan

dan pemikiran-pemikiran yang mereka hidari pada jangka waktu yang lama.
Penting juga untuk klien kita paham mengenai makna kognitif itu sendiri karena
kita akan mengarahkan klien untuk mengidentifikasikan pikiran yang „salah‟ atau
irasional atau negatif belief.

Identifying cognitions 
Tugas dasar dari terapis adalah membantu klien mengamati dan
merekam pemikiran dan gambaran di dalam pikiran (mind). Bukanlah hal yang
umum bagi klien untuk mengahdapinya, kadang mereka akan mengatakan kalau

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 57/151
7/31/2019 CBT-translet buku

mereka tidak memiliki pemikiran atau perasaan yang membingungkan. Langkah


pertama kita adalah membantu mereka „menangkap‟ reaksi yang relevan,
membedakan antara perasaan dan pikiran dan menghubungkannya sehingga
perasaan menjadi cue untuk mengeksplorasi kognisi. Misalnya:
Feeling Thoughts
Depresi Saya tidak punya harapan, masa depan suram dan saya
tidak mampu mengubahnya
Cemas Saya dalam bahaya, sesuatu yang buruk akan terjadi dan
saya tidak mampu menghadapinya

Marah Saya tidak dihargai oleh orang-orang yang berarti untuk


saya, dan saya tidak tahan

Seperti yang terlihat pada tabel, perasaan dapat diekspresikan melalui


satu kata sederhana sedangkan pikiran lebih kompleks dan butuh dideskripsikan.
Terkadang lebih mudah bagi klien untuk menyadari perasaannya dibandingkan
pemikirannya. Jika kita mengguggah klien untuk mulai memfokuskan pada
perasaan, ekplorasi dan elaborasinya; mereka juga akan cenderun

mendeskripsikan pemikiran atau mengidentifikasikan kognisinya.

„Hot‟ cognition 
Beck et al. (1979) menekankan pada pentingnya menangkap hot 
cognition  yaitu pemikiran yang sepertinya secara langsung terhubung dengan
emosi paling signifikan dari klien. Intervensi kognitif akan lebih efektif bila
targetnya adalah hot thoughts . Akan membantu untuk bertanya “apakah orang
lain akan merasakan perasaan seburuk yang dialami klien saya jika mereka
memiliki pemikiran dan belief yang sama dengannya?”. Jika jawabannya adalah
„ya‟ maka kita mungkin telah menemukan hot cognition klien.

Diary-keeping
Pencata tan akan lebih akurat jika dibuat pada waktu yang
berdekatan ketika pemikiran itu muncul. Pencatatan ini bisa dimulai dari
menghitung atau mencatat pikiran sederhana hingga pikiran yang lebih
kompleks. Ketika klien diminta mencatat, kita menggugah mereka untuk masuk
ke pemikiran rasional, mendukung dan mengevaluasi mereka. Kita dapat

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 58/151
7/31/2019 CBT-translet buku

meminta klien untuk mencatat kognisinya dengan spesifik ketika muncul


pemikiran yang mengarah ke masalah, misalnya:
- Keinginan menyakiti diri
- Depresi (6 dari skala 10)
- Keinginan makan berlebihan
- Self-consciousness (6 dari skala 10)
- Kepuasan atau kesenangan (6 dari skala 10)
- Waktu spesifik tiap hari
- Lingkungan

Ingatlah bahwa pencatatan ini sifatnya individual sehingga diharapkan


dari pencatatan ini akan membantu kita merefleksikan kemampuan klien
memperoleh informasi serta tipe informasi yang kita dan klien butuhkan untuk
lebih memahami masalah dengan lebih baik. Penting juga untuk memahami
bagaimana klien mengisinya. Kelebihan bila hal-hal fisik, emosi atau respon
kognisi dicatat dengan memberikan rating adalah klien mampu mengembangkan
kemampuan untuk membedakan reaksi kunci dan metode yang tepat ketika

terjadi perubahan kuantitas sewaktu-waktu.

Turning questions into statements


Klien mungkin akan mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk
pertanyaan retoris (Why am I so stupid?) atau dalam bentuk „seandainya‟ (What
if I fail?). Pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan dinilai atau dites, tapi diubah ke
dalam bentuk pernyataan yang diasosiakan dengan rating belief. Misalnya untuk
“Why am I so stupid?” dapat ditanggapi dengan “How would you answer that?”,

dan mungkin klien akan mengatakan “because it‟s my nature.it‟s what I am. I am
very stupid”. Dari jawabannya kita dapat mengidentifikasikan pernyataan yang
lebih jelas mengenai belief-nya. Terkadang klien enggan menjawab
pertanyaannya sendiri. Ini adalah bentuk penghindaran kognitif dan atau
emosional klien.

Enhancing recall through imagery and role play


Tidak semua orang mampu menyadari automatic thought  melaui
pencatatan (diary-keeping). Bagi sebagian orang akan lebih membantu bila

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 59/151
7/31/2019 CBT-translet buku

dilakukan intervensi evocative (pembangkitan ingatan) seperti imagery dan role-


play untuk mengingatkan situasi kunci sehingga pemikiran itu akan muncul. Yang
biasanya dilakukan adalah meminta klien mengingat kembali pengalamannya
dengan masalah secara detail (perasaa, pikiran dan apa atau lingkungan yang ia
amati ketika itu). Imagery sesuai digunakan pada dewasa yang mengalami
kejadian traumatik. Role play juga dapat digunakan untuk menggugah emosi dan
pikiran.

Using method shifts during session


Sesi terapi dapat menjadi sumber hot cognition, jadi dengan mengamati
perubahan pada posisi klien, ekspresi wajah, tinggi rendah tone suara dapat
mengindikasikan pemikirannya. Kesempatan lebih besar untuk memperoleh hot 
cognition  ketika menggunakan imagery, role play atau in-session behavioral 
experiments .

Clarifying global statements


Pemikiran negatif seringkali tidak spesifik sehingga sulit dievaluasi. Untuk

itu perlu diperjelas dengan merefleksikan beberapa pertanyaan agar jelas apa
yang dimaksud oleh klien.

Distraction 
ini adalah strategi kognitif dasar yang didasarkan pada gagasan kita
hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal dalam satu waktu, sehingga ketika kita
fokus pada satu hal netral atau menyenangkan kita akan dapat menghindari
pemikiran negatif. Ada dua tujuan yang terkandung di dalamnya:

1. Mematahkan siklus unhelpful dari pemikiran yang mungkin menghasilkan


mood negatif
2. Perubahan tingkah laku terhadap pemikiran negatif. Distraction mampu
membantu klien „mengambil jarak‟ dari pemikiran negatif, mengamatinya
sebagai sebuah pemikiran daripada mempercayainya

Peneliti menemukan bahwa distraction lebih efektif dibandingkan thought


suppression dalam mereduksi pemikiran yang tidak diinginkan (Wenzalf & Bates,
2000) dan lebih efektif ketika klien memikirkan hal yang positif yang tidak

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 60/151
7/31/2019 CBT-translet buku

berhubungan dengan pemikiran yang tidak diinginkan (Wenzalf et al., 1991).


Memikirkan sesuatu yang positif lebih mendistraksi dibandingkan mencoba tidak
memikirkan sesuatu yang negatif. Teknik ini meliputi:
- Physical exercise : bisa berupa kegiatan yang overt (lari), discrete (pelvic-
floor exercise), challenging (latihan yoga yang advance), mundane (tugas
rumah tangga)
- Refocusing : yaitu memperhatikan lingkungan eksternal termasuk objek
dan orang-orangnya. Klien digugah untuk mendeskripsikan kualitas
sekitarnya seperti bentuk, warna, bau, bunyi, tekstur dan lain-lain.
Semakin detail deskripsinya, semakin tugasnya mendistraksi pemikiran.
- Mental exercises: meliputi menghitung mundur, membacakan puisi atau
merekonstruksi adegan film. Yang perlu diperhatikan adalah dibuat
semenarik mungkin, yang mencakup sensory detail dan dilakukan dengan
baik.
- Bersama-sama melakukan hitungan sederhana dengan klien, misalnya
menghitung burung merpati di taman.

Ketika melakukan latihan destraction dengan klien, harus diperhatikan:


- Kesesuaian latihan dengan klien (kemampuan, mental, fisik)
- Distraction dapat menjadi counter-productive untuk long-term avoidance

Identifying cognitive biases


Terkadang apa yang diungkapkan klien bersifat bias dan akan menjadi
masalah jika bias itu terlalu ekstrim. Berikut adalah beberapa bias kognitif:
1 Extreme thinking

Dichotomus thinking -  Melihat suatu hal dalam bentuk “all or nothing”


tanpa melihat ada kemungkinan diantara
keduanya. Misalnya: tidak ada yang dapat 
memperbaikinya, saya tidak percaya pada semua 
Unrealistic expectation/high orang. Saya benar-benar gagal .
standard - Menggunakan criteria tampilan orang lain dengan
standar “harusnya”. Misalnya: saya tidak 
Catastrophisation mentolerir kesalahan . Saya harus (must) berbuat 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 61/151
7/31/2019 CBT-translet buku

baik pada orang . 


- Memikirkan hal terburuk terus menerus sampai
kepada kesimpulan yang sangat buruk. Misalnya:
saya membuat kesalahan, atasan saya akan 
marah, kontrak saya tidak akan diperpanjang,
saya akan kehilangan pekerjaan, istri saya akan 
meninggalkan saya, saya akan miskin dan 
kesepian .
2 Selective attention

Over generalization - Melihat satu hal yang negatif sebagai indikasi


bahwa semua hal akan negatif. Misalnya saya 
gagal interview-saya tidak punya pekerjaan- 
hubungan ini akan memburuk-saya tidak punya 
Mental filter teman-saya tidak bisa percaya pada siapa pun  
- Tenggelam dalam satu pemikiran yang salah
tanpa melihat hal yang lain. Misalnya gagal
Disqualifying the positive dalam satu mata kuliah dan meyakini dirinya

bodoh
- Menolak hal atau kejadian yang positif. Misalnya:
Magnification and dia mengatakan itu hanya untuk menyenangkan 
minimisation saya, dia mencoba mengambil sesuatu dari saya.
Ini hanyalah prestasi kecil, yang lain lebih baik .
- Melebih-lebihkan kejadian negatif dan
mengecilkan kejadian positif. Misalnya: saya 
mengacaukan pertemuannya, memang terjadi 

kesepakatan tetapi saya tidak menanganinya 


dengan baik .
3 Relying on intuition
Jumping conclusion - Membuat interpretasi tanpa fakta yang
mendukung. Ada 2 macam: mind-reading (saya
tahu mereka menertawakan saya di balik wajah
ramahnya); dan fortune-telling (ketika nanti
Emotional reasoning bertemu dengannya, ia pasti membenci saya)

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 62/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Mengasumsikan perasaan itu merefleksikan


fakta. Misalnya: saya merasa saya tidak mampu 
menghadapinya sehingga saya merasa butuh 
untuk minum terlebih dahulu. 
4 Self-Reproach
Taking things personally - Mengasumsikan jika satu kejadian buruk yang
terjadi adalah kesalahan dan tanggung jawabnya.
Misalnya makan malam tidak berjalan baik, ini 
kesalahan saya, saya tidak membuat tamu 

Self blame or self criticism merasa nyaman  


- Melihat diri sebagai penyebab kejadian buruk
atau mengkritik diri sendiri tanpa sebab. Misalnya
Name-calling saya tidak berhasil menyelesaikan pekerjaan 
saya: pastilah saya bodoh dan malas  
- Memakai panggilan kasar ke diri sendiri.
Misalnya: Bodoh! Saya pastilah sangat bodoh  

Secara ringkas, kita dapat membantu klien dengan:


- Memahami dan mengidentifikasi kognitifnya dengan pertanyaan Socratic,
atau imagery dan role play jika dibutuhkan
- Merekam atau mencatat kognitif
- Menghubungkan situasi, pemikiran dan perasaan
- Menggunakan distracting untuk short-term coping
- Waspada dengan cognitive biases

Appraising automatic thought and images 

Taking a step back, or decentring


Beck et al (1979) mendeskripsikan decentring sebagai kemampuan untuk
melihat kognisi sebagai kejadian mental dibandingkan dengan ekspresi
kenyataan sebagai komponen dasar dari terapi kognisi. Decentring juga dikenal
sebagai meta-cognitive awareness, dimana meta-cognition itu sendiri
didefinisikan sebagai pengetahuan atau proses yang terlibat dalam penilaian,

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 63/151
7/31/2019 CBT-translet buku

monitoring atau pengendalian kognisi (Flavell, 1979). Klien mampu mencapainya


 jika mereka memahami proses berpikir dan tidak tenggelam ke dalam pemikiran.

Memahami sebuah pemikiran original


Ketika klien belajar untuk memandang pemikiran mereka secara objektif,
mereka bisa dengan mudah memberikan label pada diri mereka sendiri bodoh.
Kamu harus bertanya mengapa mereka membuat sebuah pemikiran yang harus
diperbaiki, atau mengapa itu terjadi pada pemikiran mereka pada beberapa
waktu dalam hidup mereka. Biasanya mereka memiliki pengalaman yang tidak
mudah untuk dimengerti. Arahkanlah untuk membantu rekognisi mereka apa
alasan yang mungkin untuk menggambarkan kesimpulan tertentu, sehingga
mereka bisa mulai menyimpulkan : “saya tidak heran mengapa....”atau “ saya
bisa mengerti mengapa....” ketika menggambarkan pemikiran otomatis mereka. 
Dibawah ini merupakan penjelasan dari pemikiran otomatis Judy. Ketika menilai
“mereka berpikiran bahwa saya gila, kemudian terapis bertanya:  
Bisa kamu ingat kapan kamu tidak merasa seperti ini, ketika kamu panik
tidakkah itu membuat kamu berasumsi bahwa orang lain akan berpikiran bahwa

kamu gila?
Kamu bisa ingat kapan kamu mulai memiliki pandangan seperti ini?
Bisakah kamu jelaskan lebih spesifik?

Tabel 8.4 Pemikiran otomatis Judy


Pemikiran Mengapa saya membuat kesimpulan
ini
Ketika saya merasa panik, semua Saya bisa mengerti mengapa saya bisa

mata tertuju pada saya. Mereka akan mengantisipasi ketika saya panik, saya
berpikiran bahwa saya gila telah mengalaminya di waktu lalu
Saya gila Tidak usah heran, saya pikir itu
pemikiran orang-orang
Percaya pada pemikiran: Jika saya melihat sesorang panik,
Panik 7/10 saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya
Pemikiran orang lain yang sudah berpikir mereka misterius, terutama
terkunci 9/10 ketika ibu memberikan pehaman

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 64/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Berpikir saya 9/10 kepada saya


Orang lain tidak harus mengetahui Itu tidak heran ketika orang lain melihat
bahwa saya tidak berguna.Saya saya karena mereka merasa apa yang
tidak berguna.Saya panik mereka sukai. Saya tak heran saya
Pemikiran yang dipercaya: tidak berguna, saya merasa stres
Pemikiran orang lain yang sudah Saya mengerti mengapa saya
terkunci 9/10 mengantisipasi ketika panik-saya telah
Panik 9/10 mengalaminya di waktu lalu

Mempertimbangkan resiko
Dalam terapi kognitif, kita mencari alasan mengapa ada sebuah reaksi
atau respon yang membuat perasaan. Ii merupakan sebuah alasan mengapa kita
meminta klien untuk memikirkan apa keuntungan dari mereka mempertahankan
pemikirannya, tidak memberikan kenyamanan. Ketika memikirkan asumsinya,
penyembuhan dari pemikiran negatif bisa mudah dimengerti. Meskipun asumsi
mereka benar, itu sering dibesar-besarkan.
Selanjutnya, kita bertanya mengenai kerugian memiliki pemikiran atau

kepercayaan yang dia pegang (baik dalam waktu dekat ataupun dalan jangka
panjang). Tahap ini menghilangkan hukuman dan bisa membuat motivasi klien
berubah. Pada kasus Judy, kerugian dari pemikiran bahwa dia merasa panik
membuat psikis dia merasa tidak nyaman, dia membuat itu lebih dari sekedar
panik, dan dia selalu merasa sedih pada situasi yang menantang. Kerugiannya
bisa diasumsikan bahwa orang lain menilai dia negatif sehingga dia selalu
merasa sedih pada situasi yang menantang, dan dia menghentinkan segala
sesuatu yang mungkin membuat dia senang.

Strategi lain yaitu „reframing‟, dengan memfasilitasi perkembangan


perrspektif dengan merefleksikan tentang pemikirannya. Ketika mengeksplorasi,
tentunya tidak mengkonfrontasinya, empai dan kolaborasi.

Hal apa yang terburuk dan bagaimana mengatasinya?


Meskipun ini sulit bagi masa depan klien, „hal terburuk apa yang pernah
terjadi?‟ bisa menjadi pertanyaan yang bernilai extrim. Itu mendorong klien untuk
memberikan nama pada ketakutan, dan jawaban klarifikasi dasar itu dibutuhkan
untuk menentukan. Pertanyaan perbandingan....‟bagaimana kamu

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 65/151
7/31/2019 CBT-translet buku

mengatasinya? Kemudian membuat goal atau tujuan sebagai proses pemcahan


masalah. Ketika solusi untuk mengatasi skenario telah terpikirkan, sering kali
mengabaikan prediksi katastropik.

Identifikasi tema Kognitif


Pertama, tema saat ini bisa mengubah pemikiran dasar, dimana
pengembangan sebuah perubahan yang berulang menujukkan suatu hal
memalukan yang sudah menyebar atau menghilangkan pemikiran yang
berulang. Ini lebih efisien daripada menyatukan sebuah perubahan gagasan
(novel) pada masing-masing permasalahan kognisi. Kedua, tema bisa
memberikan insight pada inti kepercayaan yang sudah menyebar. Mengatur inti
kepercayaan diilustrasikan dibawah ini dalam capter ini. Singkatnya, klien harus
belajar:
 Mengidentifikasi kognisi yang akan diubah
 Mengidentifikasi kognitif-bias
 Menyiapkan pandangan kognisinya sebagai sesuatu yang akan diubah
tapi pemikirannya masih bisa dipahami


Bertanya mengenai kegunaan dan validitasnya
 Mempertimbangkan kemungkinan terburuk, dan mengembangkan
solusinya
Dengan demikian, klien dapat mengembangkan sesuatu yang lebih objektif dan
perspektif yang berprinsip pada pemikiran dan kepercayaan negatif.

Mengembangkan Perspektif baru


Terdapat beberapa teknik yang bisa membantu klien mengembangkan
perspektif baru

Mengulang petunjuk dan tanda yang berlawanan: memulai pandangan yang


seimbang
Strategi yang berguna untuk mengumpulkan petunjuk untuk
memberitahukan sebuah pandangan yang lebih seimbang adalah suatu elaborasi
yang baik, dimana kamu bertanya pada klien untuk memberi jarak pada dirinya
dari pemikiran atau gambaran yang dibayangkan sebagai perspektif yang
berbeda. Hal ini bisa di dengan pertanyaan yang mendorong sebagai berikut:

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 66/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Jika seseorang yang kamu pedulikan memiliki pemikiran seperti ini, atau
bertahan pada situasi ini, apa yang akan kamu katakan kepadanya?
- Jika orang yang peduli padamu mengetahui tentang pemikiran ini, apa
yang akan mereka katakan padamu?
- Jika seseorang yang kamu ketahui memiliki pemikiran seperti ini, atau
bertahan pada situasi ini, apa yang akan mereka katakan pada diri
mereka? Bagaimana cara mereka mengatasinya?
- Pernahkah kamu berada pada situasi yang sama dan merasa atau
berpikir tidak seperti ini?
-
Pada waktu apa saja kamu merasa seperti ini dan bagaimana cara kamu
mengatasinya?
- Ketika kamu lari dari situasi ini, apa yang kamu pikirkan?
- Jika kamu mengulang 5 tahun sebelum ini, bisakah kamu gambarkan
situasi ini?
Itu merupakan dorongan singkat yang bisa merangsang pencegahan dan
perencaan untuk melakukan sebuah tindakan.

Menunjukkan kognitif-bias
Pemikiran dikotomus merupakan keraguan dengan mengenalkan bahwa
terdapat kemungkinan rentang diantara yang paling ekstrim. Bangkitkan klien
untuk membuat contoh poin ilustrasi yang berbeda pada spektrum. Judy
berasumsi bahwa dirinya merasa tenang atau panik (mana yang menunjukan
ketika sedang panik). Dia dapat menuliskan tahap mana dia merasa panik:
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10

Calm Mild Nervous Panicky but not actually


panick Panic attack
Might even be excitement

Latihan ini dapat membantu pada beberapa kondisi. Ini mengilustrasikan skala
kemungkinan, sebagai pegangan kecenderungan kenaikan untuk melihat akhir
dari katastropik, itu menetapkan secara tegas dimana dia merasa panik tanpa
kemajuan menjadi panic attack, dan dapat didiskusikan variasi dari perasaannya

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 67/151
7/31/2019 CBT-translet buku

nervousnya, kemungkinan dia salah menginterpretasikan sebenarnya itu hanya


sebagai tanda atau gejala dari panik.
Pemilihan atensi pada kemungkinan terburuk dapat dijadikan pegangan
dengan mendorong klien mencari kemungkinan dengan bertanya pada dirinya
sendiri seperti:
- Apakah ada orang lain yang melihat hal ini?
- Apakah saya memiliki kekuatan/ potensi untuk saya tolak?
- Apakah saya kehilangan sesuatu?
Bergantung pada intuisi dapat menjadi kendali jika klien menerima bahwa
perasaan atau kepercaayaan mereka tidak terbukti atau bukan sebuha
kenyataan.
Self-reproach bisa sangat menggali-jika dijadikan sebagai bentuk kritis
dari seseorang. Bisa menjadi moderat dengan menggali klien dengan pertanyaan
seperti:
- Apakah benar kamu merasa tidak baik?
- Apakah saya membohongi diri saya ketika saya tidak jujur? Siapa yang
mungkin akan peduli?

- Suara siapakah ini?.....dan apakah mereka seorang ahli?

Menggunakan Imagery dan Role-Play Rehearal ...mengulang atau melatih


kemungkinan baru dapat membawa keluar dari imajinasi. Misalnya, Judy
membayangkan dirinya berjalan di tempat umum dan merasa tenang. 

Transforming Problems image. Imagery dapat digabungkan dengan bermian


peran. Beck et al (1979) menjelaskan klien dan terapis mengambil suara dalam

dan membuat dialog untuk memperkuat suara yang bersemangat, Padesky


(1994) menjelaskan menggunakan „historical role play‟ atau „psychodrama‟ untuk
bekerja cepat dalam membantu interaksi; Gilbert (2005) menggunakan teknik 2
kursi sebagai dasar untuk membangun sebuah compassionate-self dan
mengurangi kritis pada diri.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 68/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Membuat Konklusi baru


Pada poin ini, klien memandang pemikiran negatif yang murni merupakan
bagian dari anugerah, yang membangun sebuah perspektif dan membuat
kemungkinan baru yang menyenangkan.
Hal tersebut membuat nyamat dimana tugas intelektual menganalisi
kognisi mereka yang menghasilkan perkembangan kepercayaan 100% dimana
perasaan tidak menjadi nyata, dan tidak seperti pemikiran orang lain yaitu dia
gila.
Hal ini mengingatkan kita bahwa terapis tidak berakhir sampai mencapai
intelektual (haya mengubah bagian kepercayaan). Melainkan ada bagian untuk
menguji tingkah laku baik untuk membuktikan kebenaran mereka dan untuk
menggabungkan cara berpikir baru yang realistis.
Dalam menilai kembali kognisi dan mengembangakan perspektif baru,
kami membangkitkan klien untuk:
- Menjadi penengah, ketika emosi mempengaruhi pemikiran
- Menujukkan kognitif-bias untuk mengendalikan pemikiran ekstrim,
pemilihan atensi, bergantung pada intusisi dan self-reproach

- Menggunakan imagery dan role-play untuk menambah proses ini


- Membuat konklusi baru, dimana dapat menjadi nyata-teruji

Menguji Pemikiran Otomatis dan Gambaran


Validitas dari kognisi yang baru biasanya menjadi kendali jika tetap
mengikuti jalannya pengujian. Kemungkinan yang baru akan lebih diingat jika
klien mengambil itu dari sebuah pemikiran konseptual menjadi pengalaman yang
aktif.

Modifikasi Core-Belief
Core belief dan schemata tidak boleh saling tertukar, karena schema
merupakan sebuah perhatian menyeluruh yang lebih kompleks daripada core-
belief, tetapi bisa merefleksikan label untuk schemata.
Kita jangan berasumsi bahwa core-belief selalu sulit untuk diidentifikasi,
seperti pemikiran otomatis yang mudah terekspresikan. Contoh mudahnya,
pelajar telah mengidentifikasi „saya tidak berguna‟ sebagai kunci kognisi dimana
bisa menjadi sebuah core belief. Jika core belief ridak diekspresikan seperti

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 69/151
7/31/2019 CBT-translet buku

pemikirian otomatis, teknik penemuan dan mengingat hal yang sudah lalu
seringkali membuka hal itu.

Catatan akhir
Kita dapat melihat terdapat beberapa teknik untuk mengobservasi kognisi
dan apa saja yang mengganggu pemikiran, untuk melakukan analisis pemikiran
dan melakukan sintesa kemungkinan baru yang dapat mengevaluasi tingkah
laku. Kita dapat melihat intervensi bisa dilakukan secara verbal, visual, dan
pengujian, yang difokuskan pada konten kognitif atau proses kognitif. Meskipun
lebih dutamakan pada saat ini, kita bisa melihat strategi kognitif yang sama untuk
mengulang atau melihat pada watu lalu.

Permasalahan
- Klien terlihat menghindar ketika dieksplorasi kognisinya
Sewaktu-waktu klien ingin berbicara mengenai permasalhannya. Pada beberapa
kasus, supportive-counseling lebih tepat digunakan. Ketika orang datang
pertama kali dengan merasa kehilangan dan trauma, membutuhkan ketenangan

dari semua masalahanya, mereka membutuhkan waktu untuk berbicara secara


menyeluruh. Alternatifnya, klien yang ambivelen untuk terapi mungkin
membutuhkan interview motivasi (Miller & Rollnick, 1991).
- Kognisi terlihat sekilas sehingga sulit didentifikasi
Contohnya klien dengan body dysmorphic disorder mungkin memiliki perasaan
yang merusak, klien dengan OCD mungkin memiliki perasaan yang kotor, atau
sesorang dengan PTSD mungkin merasa sangat physically.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 70/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Chapter 9
Behavioral Experiments

Pada konferensi European Association for Behavioural and Cognitive


Therapies tahun 2004, ada simposium yang berjudul 'Di manakah B dalam
CBT?' Bab ini akan membahas jawaban untuk pertanyaan tersebut. Secara
spesifik, kami akan membahas behavioral experiments  (BEs); yang
merupakan strategi CBT yang dapat diaplikasikan pada hampir semua
permasalahan.

Apakah BE?
Kami menggunakan definisi yang diformulasikan oleh Bennett  – Levy et al
(2004), yaitu:
Behavioral experiments (percobaan perilaku) adalah aktivitas yang 
terencana, yang berdasarkan pada percobaan dan observasi dan teruji 
secara empiris, yang dilakukan oleh pasien di antara sesi terapi. Designnya 
berdasarkan formulasi dari permasalahan yang dialami, dan tujuan utamanya 

adalah untuk mendapatkan informasi baru yang mungkin dapat membantu 


untuk: 
-  Mengetes validitas patient mengenai kepercayaan tentang dirinya, orang 
lain, dan dunia 
-  Mengkonstruksi atau mengetes kepercayaan yang baru 
-  Melakukan kontribusi pada perkembangan dan verifikasi dari formulasi 
kognitif.
Yang artinya adalah BE didesign seperti percobaan dalam ilmu

pengetahuan ilmiah, untuk mendapatkan bukti yang membantu kita untuk


memutuskan apakah hipotesa terbukti. BEs merupakan alat untuk
mengeksplorasi pemikiran  – pemikiran negatif dan untuk menghasilkan
pandangan alternatif selama sesi. BE merupakan cara yang berguna untuk
mengetes dan mengkonsolidasi kesimpulan  – kesimpulan tersebut. Singkat
kata, BE membantu klien untuk memutuskan apakah pemikiran  – pemikiran
negatifnya atau pemikiran alternatifnya yang memberi pandangan terbaik
akan situasi yang dihadapinya.
Contoh kasus:

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 71/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Seorang klien dengan social anxiety percaya bahwa penampilannya


'aneh' (dan bahwa orang lain tidak akan menyukainya). Dia memberi bukti
bahwa ketika dia memasuki kantin di kantor semua orang akan
memandangnya. Dia memberi respon dengan memandang ke bawah agar
pandangannya tidak bertemu dengan pandangan orang lain, dan
berkonsentrasi pada piringnya. Selama sesi CBT, terapis membantu klien
untuk mengembangkan pandangan alternatif, bahwa mungkin orang  – orang
memang biasanya cenderung memandang orang yang memasuki kantin
karena ingin tahu siapa yang datang, bukan karena S 'aneh'. Diskusi ini
akhirnya mengarah pada pengembangan BE yang bertujuan untuk mencari
bukti tentang pandangannya, yang mana yang paling benar. Akhirnya S
setuju untuk memasuki kantin seperti biasa tetapi kali ini tidak menundukkan
wajah dan menghitung berapa orang yang melihat padanya. Setelah S
duduk, S harus berusaha untuk terus melihat orang  – orang di kantin. S
terkejut karena dia dapat melakukan hal ini dan ternyata tidak ada bukti
bahwa dia menarik perhatian lebih daripada orang lain. Dia menemukan
bahwa pengalaman ini membantunya untuk mempertanyakan pemikirannya

bahwa dia 'aneh'.

Perbandingan Behavioral experiment dan behaviour therapy


Behavioral experiment diturunkan dari konsep behavioristik CBT, tetapi
tujuan dan konsep dari behavioral experiment berbeda dari terapi behavioural
tradisional. Contohnya, behavioral experiment menggunakan prinsip
exposure pada keadaan pemicu kecemasan, yang bertujuan untuk mencapai
habituation . Namun berbeda dengan terapi behavioural, behavioural

experiment pada dasarnya adalah strategi kognitif, yang secara eksplisit


bertujuan untuk mendapatkan informasi dan/atau untuk mengetes
kepercayaan (beliefs ), bukan untuk mencapai habituation . Jadi tujuan dan
pemikiran di balik strategi – strategi tersebut sebenarnya cukup berbeda.
Contoh: pada kasus klien dengan agoraphobia dan panik yang takut pada
supermarket
- Behavioural exposure bertujuan agar klien mempelajari respons baru
pada supermarket, dengan cara mengekspos klien pada supermarket
cukup lama hingga klien mencapai habituation .

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 72/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Behavioural experiment bertujuan agar klien mencapai pengertian (yang


bersifat kognitif) mengenai prediksi negatif yang dimiliki klien (tentang apa
yang akan terjadi. Jadi tujuan utamanya adalah untuk mengetes prediksi
 – prediksi negatif tersebut dan menentukan apakah pemikiran – pemikiran
negatifnya benar  – benar terjadi ("Saya akan pingsan, meninggal, dll).
Oleh karenanya sangatlah penting untuk mengetes pemikiran  – pemikiran
negatif seteliti mungkin dan seyakin  – yakinnya, dan hal ini mungkin dapat
dicapai hanya dalam 1 eksperimen.

Hal yang menjadi daya tarik BE dalam CBT adalah metode ini
menawarkan cara untuk mengatasi permasalahan umum dalam intervensi
yang mengandalkan metode verbal, contohnya adalah dalam respons
seperti, "Saya mengerti memang logikanya ... lebih masuk akal, tetapi saya
tetap merasa pemikiran negatif saya itu benar". Dengan mengetes pemikiran
 – pemikiran negatif secara langsung, bukan hanya dengan kata  – kata, BE
dapat membantu klien untuk mengatasi pemikiran negatif secara efektif.
Lagipula, dibandingkan metode exposure, BE dapat membantu klien dengan

berbagai permasalahan psikologis, bukan hanya permasalahan kecemasan.

Tipe – tipe behavioural experiment


BE dapat dibagi dalam 2 dimensi: hypothesis  – testing vs discovery, serta
active vs observational BE (Bennet – Levy, 2004).

Hypothesis  – testing vs discovery 


Tipe BE mungkin yang paling mendekati percobaan ilmiah. Dalam

percobaan tersebut, kita ingin mengetes 2 hipotesa, e.g. Teori A vs Teori B.


Teori A biasanya adalah pemikiran negatif seorang klien, e.g. "Orang CBT,
e.g. "Orang memandang siapa saja yang memasuki ruangan, karena ingin
tahu siapa yang datang, bukan karena saya aneh". Kemudian teori A dan
teori B dibandingkan seperti dalam percobaan kantin di atas. Tujuannya
adalah untuk menentukan hipotes mana yang paling benar dengan
mengobservasi konsekuensi  – konsekuensi. Tipe BE ini yang paling umum
dan berguna namun terkadang klien belum menentukan hipotesa  – 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 73/151
7/31/2019 CBT-translet buku

hipotesanya. Dalam kasus tersebut, perlu untuk menentukan hipotesa


terlebih dahulu dengan mengeksplorasi kemungkinan –kemungkinan.

Active vs observational 
- Active – klien adalah partisipan aktif yang secara aktif mencari tahu untuk
mendapat informasi
e.g. eksperimen kantin, seorang klien dengan claustrophobi tentang
seberapa besar resiko kehabisan oksigen di dalam sebuah ruangan kecil.
- Observational – klien mengobservasi suatu kejadian atau mengumpulkan
bukti  – bukti yang sudah ada daripada secara aktif mencari tahu sesuatu
yang berbeda.
e.g. seorang klien dengan social anxiety yang khawatir tidak dapat
mengatakan hal yang pintar ketika melakukan percakapan dapat diminta
untuk mengobservasi bagaimana orang melakukan percakapan. Setelah dia
menyadari bahwa kebanyakan percakapan berisi hal  – hal yang
membosankan dan tidak selalu berisi topik  – topik penting, kecemasannya
mungkin berkurang.

Perencanaan dan pelaksanaan eksperimen


Planning 
Perencanaan yang hati  – hati sangat penting agar BE dapat dilakukan
dengan sukses. Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
melakukan perencanaan:
- Terapis dan klien harus sama  – sama memahami tujuan dan pemikiran di
balik eksperimen tersebut, dan perencanaan harus dilakukan bersama  – 

sama. BE harus dipilih sebagai metode yang dinilai efektif sesuai dengan
 jalannya suatu sesi, bukan karena keharusan atau diputuskan pada saat
 – saat terakhir suatu sesi terapi.
- Untuk eksperimen hypothesis – testing, sangat penting untuk menentukan
dengan jelas pemikiran apa yang akan diuji dan prediksi negatif apa yang
diantisipasi oleh klien. Apabila pemikiran negatif yang akan diuji tidak
didefinisikan dengan jelas, pendekatan ini kemungkinan besar tidak akan
efektif.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 74/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Minta klien untuk memberi nilai seberapa besar dia percaya pada
pemikiran negatifnya (0-100%) agar terapis dapat mengukur perubahan
yang dialami klien dengan jelas.
- Pilih tipe eksperimen yang paling cocok, e.g. active atau observational.
Secara umum, eksperimen observational lebih tidak mengancam
dibanding eksperimen aktif, sehingga eksperimen observational dapat
digunakan sebagai langkah awal.
- Terapis sebaiknya mempunyai pikiran terbuka akan hasil eksperimen.
Jangan membuat asumsi  – asumsi dan apabila BE tidak berjalan sesuai
prediksi terapis, terapis sebaikanya tetap menunjukkan sikap ingin tahu
yang genuine ; karena jika tidak, klien dapat merasa telah gagal.
- Terapis sebaiknya mengantisipasi klien yang mungkin tidak dapat
menjalankan BE sesuai rencana (e.g. klien dengan anxiety disorder yang
mungkin saja mengalami panic attack ketika sedang melakukan BE di
supermarket) dan mengembangkan serta melatih coping strategy terlebih
dahulu sebelum klien diterjunkan dalam eksperimen.
- Sebaliknya, terapis juga sebaiknya dapat mencetuskan BE dengan

spontan, sesuai dengan keadaan yang berlaku. Contohnya, klien yang


takut mengalami serangan jantung dapat ditantang untuk lari naik turun
tangga saat itu juga untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Tentu saja
hal ini perlu dilakukan dengan hati  – hati dan klien harus tahu bahwa dia
dapat menolak apabila keberatan, walaupun apabila dilakukan BE
spontan seperti itu dapat menjadi sangat produktif.

Pelaksanaan eksperimen

Eksperimen dapat dilakukan oleh klien sendiri dengan independent, atau


dapat juga dilakukan bersama  – sama dengan terapis. BE yang dilakukan
bersama  – sama dengan terapis dapat menjadi sangat berguna karena
terapis dapat memberikan dukungan dan eksperimen yang dilakukan
bersama  – sama dapat memberikan informasi yang sangat kaya akan
permasalahan klien. Hal  – hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan BE:

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 75/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Semangati klien agar benar  – benar terlibat dalam eksperimen, bukan


hanya 'ikut – ikutan'. Tanamkan pengertian bahwa BE tidak menyebabkan
kadar kecemasan meningkat.
- Terapis dan klien harus bersama  – sama mengawasi pemikiran  – 
pemikiran dan emosi klien, serta perubahan  – perubahan yang ada agar
BE yang dilakukan sesuai dengan pemikiran dan emosi yang sedang
berlaku.
- BE terkadang tidak dapat diprediksi hasilnya, oleh karenanya baik terapis
maupun klien harus fleksibel dan siap untuk merespon hal  – hal tidak
terduga.

Setelah pelaksanaan eksperimen


Agar BE memberi efek terapetik yang maksimum, sangat penting untuk
memberi penjelasan lanjutan setelah eksperimen selesai.
- Pertama  – tama jelaskan pada klien apa yang sebenarnya terjadi. Apa
yang dipikirkannya? Apa yang dirasakannya? Apakah eksperimen
berjalan sesuai rencana atau tidak?

- Kedua, sangat penting untuk merefleksikan ada klien arti dari


pengalaman yang didapat dari eksperimen tersebut. Apakah yang didapat
klien melalui pengalaman tersebut? Apakah ada hal  – hal mengenai
dirinya atau orang lain atau duni secara umum yang diipelajarinya?
Pelajaran apa yang dapat digunakan untuk menyigapi permasalahan
yang serupa di masa depan?
Refleksi diri yang dilakukan setelah eksperimen dapat membantu klien
untuk mendapatkan hasil maksimum dari eksperimen tersebut dan

menurunkan resiko klien kembali pada kebiasaan awalnya sehingga


eksperimen menjadi tidak berhasil.

Permasalahan umum dalam BE


Kecemasan terapis 
Perlu disadari bahwa terapis, selain klien, juga dapat dihinggapi
kecemasan mengenai BE.Apabila kecemasan yang dialami terapis menjadi
terlalu besar, terapis dapat mengkomunikasikan kecemasannya pada klien
dan pada akhirnya menyebabkan ketakutan klien semakin besar. Terkadang

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 76/151
7/31/2019 CBT-translet buku

perlu untuk terapis agar dapat mendorong dirinya dalam menjalankan


eksperimen, namun tetap melakukan pendekatan yang positif dan
menyenangkan bagi klien, "Saya tahu ini menakutkan, tapi tidak akan
menjadi bencana".

Menemukan hiburan yang menyenangkan 


Bahkan dengan perencanaan yang terbaik, terkadang BE tidak berjalan
sesuai rencana. Pada saat  – saat inilah keterampilan terapetik dan kreativitas
dibutuhkan, untuk menemukan cara agar klien tidak merasa usahanya gagal
total. Peraturan yang berlaku adalah agar eksperimen selalu diselesaikan
dengan sukses, tidak peduli seberapa kecil. Apabila gol yang berlaku
sekarang terlalu sulit, terapis sebaiknya menemukan gol yang lebih kecil agar
klien dapat berhasil melakukan eksperimen.

Eksperimen yang 'gagal' 


Apabila prediksi negatif yang dipercaya oleh klien ternyata benar, kita
masih dapat mendapat pelajaran berguna dengan mempelajari apa yang

terjadi selama eksperimen. Contohnya, apakah kejadian tersebut hanya


merupakan ketidakberuntungan? Atau ada aspek kognisi atau perilaku klien
yang tidak dipertimbangkan oleh terapis? Sangat penting untuk mempelajari
'kegagalan' tersebut dengan cara yang konstruktif, bahkan informasi negatif
dapat memberi sesuatu yang dapat membuat terapi lebih efektif.

Hubungan terapis  – klien 


BE seringkali menuntut terapis dan klien untuk menjalani sesi terapi di

luar ruang terapi, e.g. di supermarket. Terapis perlu menyadari isu  – isu
profesionalisme seputar hubungan terapetik semacam itu (e.g. perbincangan
seperti apa yang pantas dibicarakan di luar ruang terapi). Terapis perlu
merefleksikan isu  – isu tersebut agar dapat mencapai cara berhubungan
terapetik yang nyaman baik bagi terapis maupun bagi klien.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 77/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 10
Physical Techniques

Pada chapter ini membahas beberapa pendekatan fisik yang menunjang


dalam kognitif dan behavioral yaitu relaksasi, mengatur pernafasan, olahraga dan
applied tension. Pengaturan dalam masalah tidur juga dipertimbangkan.
Respons fisiologis adalah salah saru dari empat sistem pusat yang saling
mempengaruhi dalam model CBT. CBT memfokuskan intervensinya pada
symptom fisiologis. Bagaimanapun, penggunaan teknik ini harus selalu mengikuti
formulasi.

Relaksasi
Ketegangan fisik menjadi bagian dalam beberapa masalah - anxiety
disorder, depresi, gangguan tidur, dll. Hal tersebut mungkin manjadi bagian dari
meningkatnya aurosal yang dikuti symptom fisik lainnya, seperti meningkatnya
detak jantung, gemetar dan kaki terasa berat. Hal semacam itu dapat dikurangi

dengan melakukan relaksasi. Relaksasi dilakukan seperti latihan atau


membangun rasa nyaman, juga dilakukan pada aktivitas sehari-hari misalnya
mandi yang menenangkan atau melakukan pijat.
Relaksasi memiliki relevansi dalam pendekatan CBT dan merupakan
sebuah tool yang kuat dalam menguji keyakinan kita bahwa sanya datang
mengurangi symptom secara langsung.
Guidelines untuk mengajarakan keterampilan dalam relaksasi :
 Menjelaskan kepada klien bahwa belajar untuk relax seperti memperoleh

keterampilan lainnya dan latihan secara teratur dibutuhkan.


 Ini penting untuk mulai latihan ketika ingin menenangkan perasaan atau
cemas atau tegang- sulit untuk mempelajari keterampilan lain pada saat dan
relaksasi diperlukan.
 Lebih baik memulai latihan pada situasi yang dekat dengan khidupan sehari-
hari-contohnya duduk di kursi yang nyaman daripada berbaring di lantai.
 Meskipun demikian, lebih mudah memulai latihan dengan menutup mata,
dengan tujuan untuk mengurangi distraksi.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 78/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 Membantu untuk memonitor minor atau moderet dari tanda-tanda kecemasan


atau tegang, sehingga relaksasi dapat digunakan untuk memberantas
simptom sebelum mereka berkembang ke level yang lebih kuat.
 Memilih tempat yang tenang, dengan tidak ada handphone atau hal yang
bisa mendistraksi
 Latihan tidak latihan pada saat lapar, dimana ini sebagai penyebab dari
tegang, atau sesudah makan yang mana bisa menyebabkan ngantuk.

Para ahli menyarankankan relaksasi akan lebih baik dilakukan oleh

terapis kepada klien secara langsung daripada menggunakan tape. Karena


terapis dapat mengobservasi klien pada saat dia memulai relaksai dan melihat
kesalahan yang dilakukan. Berguna untuk menggunakan waktu 10-15 menit per
sesi untuk fokus pada latihan relaksasi

Aplikasi relaksasi dalam CBT


Ketika klien terlalu takut untuk 
Behavioral eksperiment sering menuntut pada keteguhan hati yang besar,

terutama jika sebuah prediksi akn diuji, misalnya ‟jika saya melakukan ini dan ini,
saya akan merasa cemas tapi saya tidak akan mati lemas, jatuh. aku mungkin
akan merasa cemas, tapi aku tidak akan jatuh. Relaksasi dapat digunakan
sebagai pertolongan untuk menghadapi ketakutan pada situasi yang
menakutkan  – tetapi ini bukan solusi sementara karena beresiko akan
menjadikan relaksasi sebagai safety behavior.
”Klien yang phobia ketinggian merencanakan untuk mentes prediksinya
bahwa dia akan melompat ke tebing jika dia pergi ke tebing jalan. Dia berpikir

bahwa dia akan merasa cemas, sehingga direncanakan untuk menggunakan


relaksasi sebagai hal yang utama sebagai cara ketika dia akan berjalan melewati
 jurang.” 

Untuk mentes kepercayaan mengenai simptom yang memiliki basis organik atau 
terkait dengan kecemasan 
Jika klien memiliki unhelpful belief maka difokuskan pada aetiologi
simptomnya, ini memungkinkan untuk mengetes hipotesis kita dengan
menggunakan relaksasi

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 79/151
7/31/2019 CBT-translet buku

”Seorang wanita merasa takut dengan sakit kepalanya yang parah


sebagai simptom dari tumor otak. Dia berlatih untuk melakukan relaksasi setiap
hari dan menemukan bahwa dia menjadi lebih terampil dalam melakukan
relaksasi dan menggunkan relaksasi pada situasi yang membuatnya stress,
intensitas dari frekuensi dari sakit kepalanya mulai menurun. Dia mengakui
bahwa lebih konsisten dengan penjelasan pada kecemasan daripada
dikarenakan masalah tumornya.

Untuk menginterupsi lingkaran setan dimana increasedarousal interferes with 


performance 
Ada beberapa masalah dimana simptom pada masalah fisik memiliki efek
secara langsung pada penampilan dalam melaksanakan suatu fungsi tugas.
Contohnya, kecemasan pada saat berbicara di depan umum, dan masalah
erectile, keduanya dapat saling mempengaruhi. Pada situasi ini relaksasi
berkontribusi untuk menurunkan aurosal dan dapat tampil tanpa ada gangguan.

Untuk beristirahat dari rasa tegang/arousal 

Dapat dilihat pada kasus dimana seseorang yang memiliki kecemasan


kronis dan menemukan simptom fisik yang tidak menyenangkan. Bagaimanapun,
penting untuk selalu dicek apakah simptom tersebut memiliki arti yang dapat
dievaluasi. Contohnya, apakah klien mempercayai bahwa chronic tension berarti
hal itu mencelakakan sistem imun atau menjadi tanda bahwa dia kekurangan
vitamin dan tidak diharuskan untuk memiliki anak. Jika arti dari simptom tersebut
terlihat diabaikan, maka harus ditangani. Dapat berarti bahwa simptom yang
tidak menyenangkan itu memicu masalah dan memiliki cara untuk mengurangi

masalah tersebut, dengan meningkatkan harga diri.

Untuk mengakhiri sesi stressful treatment : 


Membantu untuk menyiapkan klien sebelum memasuki dunia sebenarnya
 jika sesi sudah sangat stess, contoh restrukturisasi gambar traumatis.

Untuk menyediakan sebuah kesempatan untuk bersenang-senang 


Klien mungkin memiliki kesempatan cukup pada kegiatan yang
menyenangkan dan bermanfaat. Banyak orang yang menikmati relaksasi dan

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 80/151
7/31/2019 CBT-translet buku

menjadwalkannya secara tepat hasilnya dapat meningkatkan mood dan


meningkatkan energi untuk melakukan kegiatan.

Untuk meningkatkan tidur: 


Relaksasi dapat digunakan sebagai bagian dari program untuk
meningkatakan tidur sehat,

Common problems terkait dengan penggunaan relaksasi dalam CBT


Safety behaviours 
Relaksasi sebagai penentu safety behavior. Dimana klien terperangkap
dalam pemikiran, contohnya „jika saya tidak relax saya akan panic dan saya akan
hilang kontrol, dll. Pada saat menghadapi suatu permasalahan tanpa
menggunakan relaksasi, maka keadaan saat itu dirasakan jelek.

Ketidakmampuan untuk relax jika highly aroused 


Ini menjadi sebuah isu jika klien panik  – seperti PTSD contohnya. Sangat
sulit untuk memperhitungkan highly arousal dengan relaksasi dan hal ini akan

lebih terbantu dengan menggunakan strategi yang berbeda, contohnya


mindfulness approach.

Pengalaman relaksasi sebagai kehilangan kontrol 


Beberapa pengalaman klien dalam relaksasi sebagai pemicu kecemasan
daripada mengurangi kecemasan, sering dirasakan seperti kehilangan kontrol.

Hipersenstivitas pada perubahan kecil pada tubuh  

Ketika pertama kali memulai latihan relaksasi, banyak klien menemukan


perubahan kecil pada tubuh yang mana sebelumya belum pernah di sadari.

Mengatur Pernafasan
Salkovskis (1986) mengembangkan sebuah strategi dalam mengatur
pernafasan yang membolehkan klien untuk mengatributkan symptom mereka
menjadi lebih jinak (contohnya symptom anxiety). Strategi ini dapat digunakan
dengan tujuan untuk mengembangkan shared formulation dengan klien dan juga

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 81/151
7/31/2019 CBT-translet buku

sebagai coping strategi sebagai bagian dari pendekatan yang dinilai mampu
mengatasi serangan panic.

Aplikasi dalam mengatur pernafasan dalam CBT

Mengembangakan Shared formulation dengan mengatur pernafasan 


Langkah-langkah berikut yang dapat digunakan dalam mengembangkan
sebuah formasi degan klien mengenai mengatur pernafasan pada serangan
panik :

Tanpa menjelaskan kenapa, bertanya kepada klien untuk over-breathe


 Menanyakan kepadanya untuk merefleksikan kondisi fisik dan
menggambarkan persamaan dan perbedaannya, apa pengalaman pada saat
panic attack.
 Menanyakan kepadanya apa yang membuat bahwa : apa yang bisa
menjelaskannya? Bagaimana dia merespon jika hal itu dirasakannya?
 Setuju bahwa rasa panik bisa terkait denga hiperventilasi.

Managing simptom panik melalui pengaturan pernafasan 


Klien dapat diajarkan untuk memanage simptom melalui langkah-langkah
berikut ini :
 Mengajarkan untuk mengatur pernafasan  – mulanya dengan mengikuti
instruksi dari tape pada moderate breathing rate, kemudian pada slow rate
 Menanyakan kepada klien untuk memilih rate yang dirasa paling nyaman
 Buat dia untuk over-breath dan kemudian mengurangi simptom dengan via
mengatur pernafasan
 Review the role of breathing pada simptom panik
 Menanyakan kepadanya bagaimana ia dapat menggunakannya
 Meminta dia untuk melatih mengatur pernafasan 2x sehari di rumah
 Kemudian meminta dia untuk meninjau kembali efek dari hiperventilasi
melalui pengaturan pernafasan

Pendekatan ini di deskripsikan lebih detail pada Clark (1989)

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 82/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Menggunakan control pernafasan pada behavioral experiment ketika klien 


terlalu takut untuk melanjutkan :  Sama seperti relaksasi, mengatur pernafasan
dapat digunakan sebagai short-term coping strategi yang mengizinkan klien
untuk melakukan eksperimen yang mana sebaliknya menjadi takut untuk
melakukan.

Permasalahan yang terkait dengan penggunaan kontrol pernafasan pada


CBT
Safety behaviour 
Sama dengan relaksasi, ini sangat penting bahwa klien tidak
menggunkan kontrol pernafasan sebagai safety behaviour tetapi sebagai short-
term strategi.

Menggunakan kontrol pernafasan ketika merasakan panik 


Beberapa klien tidak mampu untuk menggunakan pengaturan pernafasn
ketika mereka sangat panik tetapi mereka belajar untuk melakukannya jika
mereka sering latihan secara ketat.

Kehadiran dari gangguan fisik 


Hiperventilasi tidak direkomendasikan pada kondisi fisik, kecuali
pengawasan medis. Ini meliputi atrial fibrilasi, asma, obstructive pilmonary
disease, epilepsi dan kehamilan.

Hipersensitif pada perubahan kecil pada tubuh 


Klien mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perubahan minot
pada pernafsan dan juga sangat peduli untuk diartikan sebagai sebagi sesuatu
yang tidak berbahaya dan bukan sebagai tanda dari disfungsi dari panik.

Terlalu tegang untuk bernafas dengan tetap 


Ini mudah di mulai jika kamu menyarankan kepada klien untuk fokus
mulanya mengeluarkan nafas, menarik nafas.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 83/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Olahraga Fisik
Beberapa penelitian selama 20 tahun yang lalu mengembangkan bahwa
keampuhan latihan pada treatmen deperesi dan NICE guideline pada treatmen
depresi merekomendasikan bahwa semua kliennya dengan mild depresi harus di
sarankan tentang manfaat olahraga dengan program yang terstruktur. Efek dari
olahraga pada orang depresi ini dimediasi dengan meningkatkan endorpin, tetapi
 juga mungkin berhubungan dengan efek lainnya. Khusunya, latihan dapat
menjadi self-maintaining

Aplikasi latihan pada CBT


Low mood 
Aplikasi yang bisa dikembangkan dari olahraga pada orang depresi, yang
mana selain meningkatkan endorpin secara langsung, latihan juga memberikan
kesempatan untuk kegiatan yang menyenangkan dan memuaskan, memperbaiki
suasana hati.

Low self-esteem 
Rasa bersaing yang diperoleh dari latihan mungkin relevan untuk
beberapa orang dengan self-esteem yang rendah

Chronic fatigue syndrome (CPS)


Olahraga dapat menjadi sentral untuk menjadi program yang bernilai
pada CPS dimana klien dapat diuji mengenai rasa lelahnya.

Melepaskan ketegangan 
Klien dengan kronik anxiety, atau chronically stressful situation, dapat
dibantu untuk menguji manfaat olahraga pada tingkatan ketegangan.

Gangguan tidur 
Ada bukti yang baik pada olahraga pada tidur, selama itu teratur dan tidak
digunakan dekat dengan waktu tidur .

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 84/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Health anxiety or panic disorder 


Banyak klien dengan health anxiety or panic disorder memiliki
kepercayaan bahwa olahraga beresiko pada kesehatan mereka. Ini menjadi
penting untuk membatalkan pemikiran mereka yang difokuskan pada via
treatmen olahraga.

Anger management 
Sangat membantu klien dengan masalah anger, dapat dilihat level
tensionnya dengan melakukan olahraga, khusunya diikutkan pada kegiatan yang
menenangkan seperti relaxing bath.

Masalah terkait dengan penggunaan olahraga pada CBT


Menjadi overvalued 
Pada beberapa gangguan, seperti eating disorder dan body dysmorphic
disorder, olahraga menjadi overvalued karena efeknya dirasakan pada bentuk
tubuh dan kontrol berat badan. Pada kasus ini terapis harus hati-hati dalam
menggunakannya terkait dengan masalah ketegangan dan low self-esteem.

Kehadiran dari gangguan fisik 


Olahraga tidak direkomendasikan pada kondisi fisik. Saran medis harus
diusahakan jika klien memiliki masalah cardiovaskular, contohnya.

Applied Tension 
Applied tension dikembangkan oleh Ost dan Sterner (1987), klien
diajarkan untuk mengeratkan otot-otot lengan, kaki dan torso selama beberapa
detik kemudian mengembalikan otot-otot tersebut ke keadaan normal. Teknik ini
khus digunkaa pada blood/injury phobia.

Masalah-masalah terkait dengan peggunaan applied tension pada CBT

Safety behaviour 
Applied tension penting untuk membantu klien ketika tekanan darah turun

bukan sebagai safety behavior.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 85/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 
Kehadiran pada gangguan fisik 
Sebelum menggunakan applied tension, terapis harus mencari saran
medis tentang klien yang hamil atau memiliki gangguan fisikl, khususnya
hipertensi atay kardiovascular.

CBT and Sleep


Masalah tidur melibatkan masalah mental-health sebagai masalah umum.
Insomnia adalah masalah yang meningkat 40% pada satu waktu pada orang
dewasa , termasuk menunda timbulnya mengantuk, sulit untuk menahan tidur,
beberapa kali terbangun dan bangun terlalu awal.
Treatmen CBT memfokuskan relaksasi sebagai suatu cara dalam
mengurangi physical arousal level, meskipun laporan dari klien mengenai
insomnia sering ditekankan pada mental-arousal, contohnya saya berbaring
dengan tenang di tempat tidur, tapi pikiran saya melompat-lompat, atau segala
yang dikhwatirkan ada di dalam pikiran saya. Karenanya, CBT juga
meningkatkan penekanan pada pendekatan kognitif untuk sleep problems, dan

 juga memberikan perhatian pada aspek fisiologis dan behavioral.

Proses yang terlibat pada poor sleeping


Pemikiran dan belief yang otomatis unhelpful saat tidur 
Cara mempercayai bahwa dia tidak memiliki waktu 6 jam untuk tidur
kemudian dia tidak akan mampu untuk berpikir secara produktif .

Safety behavior, termasuk monitoring secara internal dan eksternal 

Pada saat di tempat tidur, Cara berkali-kali mencek jam; memakai


penutup telinga.

Poor stimulus dan kontrol tempora pada masalah tidur 


Ketika tidur, Cara mengambil buku dan iPod karena tidak bisa tidur,
membaca dan mendengarkan musik (poor stimulus control)

Meningkatkan mental arousal dan kemungkinan physical aurosal 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 86/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 87/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Mengurangi physical arousal; kemajuan pada relaksasi otot memberikan dampak


pada sleep-onset latency, total waktu tidur, dan yang terpenting kualitas tidur
yang dirasakan oleh klien.

Poor sleep hygien; informasi umum dan saran termasuk :


 Informasi mengenai pola tidur, tahapan dan variabilitas; fungsi dan efek dari
tidur dan fakta-fakta dan gambaran tentang insomnia 
 Disarankan untuk berolahraga (melakukan fitnes tapi waktunya tidak dekat
dengan waktu tidur), diet. 

Disarankan tempat tidur yang cukup nyaman dan lingkungan sekitar yang
nyaman, dengan minimal distraksi. 

Masalah-masalah dalam sleep management


Safety behaviour 
Dorong klien untuk menggunakan strategi yang lebih flexibel, untuk
menantang belief mereka untuk kesejahteraan mereka

Penggunaan obat yang dirahasiakan 


Klien tidak dapat menanggapi intervensi psikologis jika ia menggunakan
obat-obatan yang membuat terjaga

Tidur masalah sekunder bagi masalah yang lain 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 88/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 11
THE COURSE OF THERAPY

Overall pattern of sessions


Terapi ini membutuhkan waktu 6 sampai 15 kali, 1 jam per sesi. Sesi
dapat lebih pendek jika klien lebih bertanggung jawab terhadap treatment, jika
treatment butuh lebih lama dalam sesi behavioural experiments, maka sesi akan
lebih lama dari 60 menit. Jumlah sesi dapat lebih panjang jika masalahnya lebih
rumit atau lebih pendek jika masalahnya mudah diperbaiki/diselesaikan. Di awal
sesi dilakukan mingguan dan perlahan-lahan menjadi lebih berjarak tergantung
dari perkembangan treatment, dengan beberapa sesi follow-up setelah formal
treatment selesai.
Pada sesi kedua atau ketiga, fokus pada pemeriksaan masalah klien,
dengan membuat formulasi untuk disampaikan padanya. Bersamaan dengan hal
ini, mencoba untuk memberikan informasi mengenai CBT dan harapannya
sebagai sebuah keterampilan gabungan dalam terapi.

Beberapa hal yang tampil dalam latihan treatment, termasuk:


 Agenda-setting
 Self-monitoring
 Leaning from setbacks
 Updating the formulation

Agenda-setting
Agenda di awal sesi merupakan kunci dari CBT, hal ini penting untuk
memastikan waktu digunakan dengan efektif dan agenda-setting membantu goal.
 Membiarkan terapis dan klien untuk memprioritaskan pokok persoalan yang
ditentukan pada sesi terapi
 Meningkatkan struktur yang merupakan karakteristik CBT
 Membantu keduanya untuk mempertahankan fokus pada masalah relevan
 Membantu untuk mengikat klien sebagai partisipan yang aktif dalam proses
terapeutik

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 89/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Meneruskan dengan bertanya di awal setiap pertemuan mengenai apa yang klien
inginkan dalam agenda, lalu ikuti hal itu, sarankan hal-hal yang ingin terapis
sertakan.

Hal yang biasanya ada di agenda, yaitu:


 Merangkum kejadian pada minggu sebelumnya, cukup mengenali apa yang
menjadi hal utama. Klien dapat menjadi tidak familiar dengan hasil rangkuman
dan sangat detail. Pada kasus ini, terapis dapat memberi contoh dengan
memberikan interupsi dan kesimpulan pada poin utama.

Mempelajari sesi terakhir. Hal ini termasuk hal-hal yang sudah didiskusikan,
yang meluas, dll. Banyak terapis yang memberi klien hasil rekaman dari sesi
terapi untuk didengarkan sebagai tugas mereka, dan sudut pandang baru
yang menguntungkan.
 Pengukuran mood yang aktual saat itu.
 Mempelajari kembali tugas yang mungkin overlap dengan topik utama.
 Topik utama diskusi pada sesi itu.
 Tugas rumah.

Feedback mengenai pengalaman subjek pada sesi terapi.

Hal ini akan tampak jelas, membenarkan agenda-setting, menyetujui


tugas rumah dan memperoleh feedback, hal ini tidak lebih dari 35-40 menit untuk
topik utama hari itu. Artinya biasanya tidak lebih dari 2 topik, kecuali
merencanakan 5 menit atau lebih untuk tambahannya.

Untuk menentukan issue utama selama agenda-setting, faktor-faktor yang bisa


dipertimbahkan:
 Issue dari resiko pada klien atau orang lain, termsuk anak.
 Masalah penting.
 Tingkat stres.
 Memusatkan formulasi.
 Potensi untuk berubah.
 Relevansi pada keterampilan yang perlu dipelajari.

Apakah masalah dapat dialihkan pada orang lain.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 90/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Pada tahap sebelumnya, ini biasanya tidak membantu mengatasi stres


yang tinggi dan masalah yang rumit, seperti keterampilan yang belum dikuasai
klien untuk menghadapinya secara efektif. Agenda yang sudah ditentukan, harus
dilaksanakan. Jika klien berpindah pada topik lain dan menjadi sedih, terapis
harus mengambil alih agar klien menentukan prioritasnya. Hal ini membantu klien
membuat pilihan. Terapis harus sensitif dalam menggunakan agenda, dengan
menghormati dan memahami posisi klien. Dengan adanya agenda membantu
untuk membuat permintaan klien, menyimpulkan poin utama yang berhubungan
dengan masalah.

Common difficulties in agenda-setting


 Membuat agenda yang samar-samar. 
 Memasukkan terlalu banyak items pada agenda. 
 Tidak membuat prioritas hal-hal mana yang dapat diselesaikan duluan. 
 Memulai untuk menangani issue secepatnya daripada mencoba untuk
melengkapi agenda-setting. 
 Tidak memiliki genuine input dari klien. 

Kesalahan memahami arti dari issue klien. 
 Menyelesaikan issue yang bukan dari agenda tanpa diskusi. 
 Memindahkan dari satu topik pada yang lainnya dari sesi ke sesi. 

Hal ini membantu untuk mempelajari kembali agenda-setting sehingga


kesulitan seperti ini dapat diidentifikasi dan ditangani.

The early stages


Goal-setting
Aspek lain dari CBT yang sesuai untuk menjaga efisiensinya sebagai
terapi yang memiliki batas waktu yaitu kesepakatan untuk bekerja bersama
sesuai tujuan. Hal ini membantu struktur sesi terapi dan menjaga fokus : tujuan
untuk terapi yaitu yang relevan untuk klien, dengan input dari terapis. Goal-
setting dapat saja berubah.

How to set goals?

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 91/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Tujuan goal seharusnya „SMART‟: 


 Spesific
 Measurable
 Achievable
 Realistic
 have a Time frame

Homework
Merupakan bukti yang jelas jika klien menyelesaikan tugas rumah

menunjukkan perkembangan yang lebih baik daripada yang tidak, hal ini karena
mereka memiliki kesempatan lebih untuk menggeneralisasi apa yang sudah
dipelajarinya setiap hari. Kebanyakan masalah terjadi di luar klinik, merupakan
hal yang penting jika mereka dapat berlatih dalam kehidupan nyata bagaimana
cara mengidentifikasi NATs, menurunkan perilaku dengan aman, atau
meningkatkan assertiveness pada situasi tertentu. Tugas rumah dapat berupa
membaca materi yang relevan ; mendengarkan rekaman treatment, self-
monitoring of feelings, berpikir atau berperilaku; pengalaman; mempelajari

keterampilan baru, misalnya dengan menggunakan thougths records atau


assertive responses; melakukan hasil belajar di masa lalu; atau merencanakan
aktivitas.

Klien yang jarang melakukan tugas rumah mereka dengan berbagai


alasan. Prinsip di bawah ini dapat membantu untuk memastikan bahwa tugas itu
bermanfaat:
 Tugas seharusnya follow logically dari apa yang terjadi selama sesi terapi.
 Tugas harus relevan dan dapat dilihat sebagai sesuatu yang relevan untuk
klien.
 Perlu untuk memikirkan bahwa klien memiliki kehidupan di luar terapi.
 Tugas direncanakan secara detail, apa yang harus dikerjakan, kapan, dimana,
dengan siapa, dll.
 Pastikan bahwa tugas tidak akan gagal.
 Tetapkan sumber yang relevan.
 Review dari tugas harus selalu termasuk dalam agenda sesi yang berikutnya.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 92/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 Belief yang mendapat intervensi dengan berbagai tugas, sehingga perubahan


tidak hanya bersifat sementara.

Problems in the early stages


Low motivation for change
Di awal treatment, klien terlihat memiliki motivasi yang kurang. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisa mengenai masalah pada pikiran, perasaan,
dan perilaku. Hal yang perlu dipertimbangkan:
 Hal yang bertentangan mengenai perubahan.

Harapan yang tidak akurat mengenai pendekatan treatment secara alami.


 Kurangnya pemahaman atau penerimaan dari formulasi.
 Hopelesness.

I don‟t have any thougths  


Merupakan hal yang sulit jika klien membuat formulasi mengenai fokus
kognisinya jika mereka tidak menyadari apa yang dipikirkannya. Ini dapat
membantu mereka untuk berlatih mengenai apa yang dipikirkan, melihat

gambaran, atau mencoba mengidentifikasi situasi apa yang berarti untuk mereka,
sekalipun mereka tidak mudah mengidentifikasi pikiran otomatisnya.

Role and health beliefs


Bisa saja klien menjelaskan masalahnya dengan cara yang berbeda dari
sudut cognitive behavioral, ini dapat membantu untuk menemukan jalan yang
bermanfaat, tanpa mengkritik penjelasan alternatif. Misalnya, klien dengan
somatic symptoms sering mengalami sakit fisik, dapat dilakukan negosiasi
dengan klien untuk mencoba waktu yang spesifik dengan pendekatan CBT.
Tugas terapis dalam hal ini yaitu mengarahkan atensi klien pada kontribusi
penting yang dapat membuat proses perubahan.

Balance of pros and cons


Terapi memiliki keuntungan dan kerugian misalnya emotional strain,
waktu yang terbuang, bisa juga ada implikasi perubahan lain di hidup klien.
Terapis perlu mengingatkan klien akan ada keuntungan dan kerugian dari terapi,
misalnya klien malas-malasan mengerjakan tugas rumah bukan berarti tidak mau

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 93/151
7/31/2019 CBT-translet buku

berubah tapi bisa jadi indikasi bahwa sebenarnya ada alasan lain. Terapis sering
meminta klien untuk berubah yang itu membutuhkan keberanian untuk
melakukannya dan mereka hanya mau melakukannya jika mereka melihat
adanya keuntungan yang masuk akal selain harga yang harus dikeluarkan.

Review points
Karena CBT memiliki batasan waktu, fokus dan struktur, perlu adanya
review pada treatment. Hal ini untuk membantu fokus pada treatment untuk
menjaga adanya kemajuan untuk melanjutkan treatment atau perubahan dalam
penggunaan pendekatan. Review harus berhubungan dengan tujuan yang
disepakati di awal treatment. Alat yang dapat digunakan untuk membantu review
yaitu dengan kuesioner atau self-monitoring.
Formulasi perkembangan pada sesi pertama atau kedua bersifat tentatif,
yang penting melakukan review secara berkala untuk mendapat informasi yang
dapat digunakan sebagai kemajuan dari terapi.

Short-term costs Short-term benefits

Merasa panik pda waktu itu Merasa sudah melakukan sesuatu


Merasa cemas sepanjang hari untuk permasalahannya
Merasa muak
Sakit Merasa lebih kuat dan terkendali
Khawatir akan kekacauan
Long-term costs Long-term benefits
Merasa melakukan yang lebih berat Percaya diri dengan kemampuannya
dan hal lebih berat untuk menyelesaikan masalahnya

Tidak memiliki alasan untuk


menghindari tempat yang tidak ingin Memiliki kesempatan yang lebih baik
dikunjungi pada ketakutan, dan dapat pergi
dengan bebas, melakukan perjalanan
lebih luas, lebih banyak makan; tidak
cemas sepanjang waktu; tidak malu
pada acara formal; pergi berlibur;
makan di restoran; merasa lebih

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 94/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 95/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Beberapa klien tidak mendapatkan keuntungan dari treatment atau


memiliki keuntungan yang bersifat sementara, ini merupakan hal yang sulit untuk
mereka jika menggunakan cognitive therapy yang memiliki sedikit kesuksesan
dengan pendekatan treatment lainnya. Jika di awal tahap review teridentifikasi
bahwa tidak tampak adanya kemajuan, klien dapat putus asa untuk
menyelesaikannya, di mana kurangnya kemajuan dapat dihubungkan dengan
kegagalan dalam cognitive therapy, bukan pada kliennya.
Ketika sulit untuk mengakhiri treatment dengan mendapatkan sedikit
 jalan, tidak adil untuk mempertahankan harapan yang tidak tepat untuk klien
yang tidak menguntungkan, dan melanjutkan treatment dapat membuat klien
lebih putus asa. Jika tampak kemungkinan bahwa pendekatan lain lebih dapat
digunakan, maka terapis harus mendiskusikannya dengan klien.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 96/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Chapter 12
Depression

Karakteristik dari Depressi 


Sama seperti depressed mood, gangguan depresi juga ditandai oleh
banyak simptom lainnya. Dalam American Psychiatric Association Diagnostic &
Statistical Manual (APA, 2000), simptom-simptom ini antara lain : hilangnya minat
dan kesenangan dalam menjalankan aktivitasl; perubahan dalam berat dan
selera makan; perubahan pola tidur; menjadi gelisah ataupun melambat;
kehilangan energi; merasa tidak berharga atau bersalah; konsentrasi yang jelek;
dan pikiran untuk bunuh diri.
Model depresi klasik dari Beck berpusat pada “depressive cognitive triad ”,
sebuah pola dari pikiran-pikiran positif tentang :
- Diri sendiri (merasa bersalah, menyalahkan, mengkritik diri sendiri)  – 
„saya tidak berharga, tidak pantas, malas, ...‟  
- Dunia dan pengalaman masa lalu dan saat ini (perhatian hanya tertuju
pada hal-hal negatif, dll)  –“tidak ada hal yang berharga, semuanya

berubah menjadi buruk, dll..” 


- Masa depan (pesimis, putus asa)  –  „semuanya hanya akan berakhir 
seperti ini, saya tidak akan pernah menjadi lebih baik, tidak ada yang
dapat saya lakukan, ..” 
Persepsi, interpretasi, dan ingatan dari kejadian bisa jadi semuanya
menjadi bias negatif sehingga orang yang mengalami depressi akan lebih
senang memperhatikan informasi yang konsisten dengan pandangan negatif
mereka, lebih senang menginterpretasikan berbagai informasi secara negatif dan

lebih senang untuk mengingat kejadian-kejadian yang negatif.


Gejala utama dari depressi seringkali diperburuk dengan pikiran negatif
kedua atau pikiran merusak-diri mengenai simptom depressi sehingga akhirnya
menjadi lingkaran yang selalu berputar.

Proses Pemeliharaan Umum


Figure 12.1 menunjukkan beberapa lingkaran pemeliharaan umum yang
terjadi di orang-orang yang depressi. Pertama, ada sebuah lingkaran yang
terus berputar yang menghubungkan mood depressi dengan bias-bias negatif

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 97/151
7/31/2019 CBT-translet buku

dan interpretasi negatif dari gejala-gejala yang ada, yang kemudian


mengarah ke sebuah pandangan negatif tentang diri, hingga kemudian
menaikkan mood depresi. Kedua, bias-bias negatif dan gejala-gejala dari
depressi bisa mengarah ke pengurangan aktivitas (“saya terlalu lelah..”, “tidak
ada gunanya..”,..) yang meningkatkan penurunan mood karena aktivitas yang
sebelumnya memberikan kesenangan atau perasaan bangga menjadi hilang.
Akhirnya, bias-bias depressi dan gejala-gejala ini mengarah ke
bertambahnya keputusasaan dan kemudian memperkuat depresi.

Depressed 
mood 

Increased 
hopelessness More Negative cognitive
Lost of 
 pleasure/  negative biases and symptoms
achievemen view of self  such as fatigue, poor 
concentration, etc
 
Nothing
changes Reduced 
activity 

Depressed 
mood 

Figure 12.1 Common Maintenance Process in Depression

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 98/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Berdasarkan catatan sebelumnya, maka tujuan dari CBT untuk depressi


biasanya akan termasuk :
- Membantu klien untuk menetralkan bias-bisa pikiran negativedan
membangun pandangan yang lebih seimbang mengenai dirinya,
mengenai dunia, dan masa depan.
- Memperbaiki tingkatan aktivitas, terutama aktivitas-aktivitas yang
membawa perasaan senang atau penghargaan.
- Meningkatkan keterlibatan aktivitas dan penyelesaian masalah.
Seperti biasanya, tugas anda sebagai terapis adalah untuk membangun
sebuah formulasi yang dapat membentuk perasaanmu dan klienmu, lalu untuk
merencanakan strategi-strategi cognitive-behavioral  yang akan membantu klien
menghancurkan lingkarannya itu.

Rangkaian Penanganan
CBT untuk depresi biasanya mengandung elemen-elemen berikut, meskipun,
tentu saja, daftar ini membutuhkan adaptasi dari klien individu anda.
1. Identifikasikan target pertama dari daftar masalah (misalnya : daftar

spesifikasi masalahnya bukan hal umum seperti “depresi”, namun daftar 


seperti “sulit tidur”, “kesulitan dakam hubungan pernikahan”, “kurangnya
aktivitas menyenangkan”, dll) 
2. Perkenalkan model cognitive dan bagaimana itu bisa diaplikasikan pada
klien ini, melalui pembangunan formulasi (lihat chapter 4)
3. Mulai bekerja dengan mengurangi gejala-gejala, melalui strategi tingkah
laku atau kognitif sederhana
4. Focus pada bagian utama dari terapi pada mengidentifikasikan dan

menantang NATs melalui rekaman pemikiran, diskusi, dan eksperimen


tingkah laku
5. Mengarah pada akhir terapi, identifikasikan dan modifikasi asumsi-asumsi
disfungsi dan/atau sumber kepercayaan sebagai hal yang penting,
dengan sebuah pandangan untuk mengurangi resiko sakit lagi

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 99/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Komponen dari CBT untuk Depresi


CBT untuk depresi biasanya berisi komponen-komponen sebagai berikut :
 Strategi-strategi tingkah laku termasuk penjadwalan aktivitas dan
pengerjaan tugas yang bertingkat
 Strategi kognitif awal, termasuk pengalihan pikiran dan perhitungan
 Pengawasan cara kerja kognitif tingkah laku utama dan NATs test
 Pencegahan sakit kembali, termasuk bekerja dengan asumsi-asumsi
disfungsional dan/atau sumber kepercayaan dan meninjau kembali
strategi awal.

Penjadwalan Aktivitas
Penjadwalan aktivitas adalah salah satu tekhnik terapi utama dalam CBT
untuk depressi (Beck, et al., 1979). Hal ini berdasarkan pada ide yang digagas
pada “Pengurangan Aktivitas” di lingkaran yang terus menerus pada figure 12.1.
Penjadwalan aktivitas diambil dari ide dasar behavioral mengenai kebutuhan
tentang kebutuhan untuk membangun aktivita penguat namun sudah
dikembangkan menjadi strategi kognitif yang canggih. Kenyataannya, gambaran

terkini akan menguraikan penjadwalan kegiatan sebagian sebagai sebiuah


bentuk spesialisasi dari eksperimen tingkah laku (lihat chapter 9, dan Fennell et
al, 2004)

The Weekly activity schedule (WAS)


WAS adalah alat penting untuk menjadwalkan kegiatan seperti yang
diilustrasikan dalam figure 12.2. hal ini secara dasar merupakan timetable yang
sederhana yang berisi waktu-waktu perhari pada satu sisi secara menurun, dan
hari-hari dalam seminggu secara mendatar di bagian atas, sehingga aka nada
tempat untuk setiap waktu setiap harinya.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 100/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Figure 12.2
Days of week
Time of Wed Thurs Fri Sat Sun Mon Tue
day
6-7
7-8
8-9
9-10
10-11

11-12
12-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
8-9
9-10
10-11
11-12
12-1

Penggunaan WAS sebagai Catatan 


Langkah pertama dari penjadwalan aktivitas adalah dengan menggunakan
WAS sebagai sebuah alat self-monitoring , untuk mengumpulkan informasi
tentang aktivitas-aktivitas klien. Informasi ini bisa jadi berguna dalam dua cara,
seperti dalam dua pendekatan untuk eksperimen tingkah laku yang didesripsikan
dalam chapter 9 :
 WAS bisa digunakan dalam mencari sebuah penemuan, secara
sederhana untuk menemukan apa yang sedang terjadi, bagaimana klien

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 101/151
7/31/2019 CBT-translet buku

menghabiskan waktunya dan aktivitas apa yang memberikan baik


kesenangan ataupun pencapaian
 WAS juga bisa digunakan sebagai semangat dalam menguji hipotesis.
Misalnya, untuk klien yang memiliki pikiran-pikiran negative yang
mengarahkan usaha-usahanya sebagai “sia-sia” atau “menyedihkan”,
WAS bisa digunakan untuk mendapatkan rekaman yang akurat mengenai
apa yang sebenarnya dia lakukan.

Dalam kasus lain, tipikal panduan untum klien dengan menggunakan sebuah

WAS sebaiknya berisi poin-poin sebagai berikut :


 Melengkapi catatan di setiap akhir jam, atau sedapat-dapat mungkinnya
(untuk menghindari efek bias memori negatif jika dilakukan nanti)
 Setiap kotak jam seharusnya berisi :
(a) Sebuah deskripsi laporan tentang bagaimana anda menghabiskan
waktu sepanjang jam itu
(b) Dua nomor, dilabel P (untuk Pleasure ) dan A (untuk Achievement )
Menggunakan nomor-nomor untuk mengatakan seberapa banyak anda

menikmati apa yang anda lakukan sepanjang jam itu


(kesenangan/ pleasure ) dan seberapa banyak anda merasa anda telah
mengatur sesuatu yang sulit bagi anda untuk dilakukan
(pencapaian/ achievement ). Nomor-nomor ini bisa dari 0 (tidak sama
sekali) sampai 10 (paling mungkin). Jadi, P1 bisa berarti hanya sedikit
menyenangkan, P8 berarti sangat menyenangkan.
   Catat bahwa “P” dan “A” tida k harus selalu bersamaan. Beberapa
kegiatan itu menyenangkan namun tidak memberikan banyak perasaan
achievement (pencapaian) (misalnya makan sepotong coklat); beberapa
pencapaian namun tidak terlalu kesenangan (misalnya melakukan tugas);
beberapa kegiatan bisa memberikan keduanya (misalnya pergi ke acara
sosial ketika anda tidak merasa ingin pergi namun kemudian akhirnya
 justru menikmatinya)

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 102/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Figure 12.3 menunjukkan bagian dari WAS yang lengkap 


Time of day Monday Tuesday ....
7-8 Bangun, memakai
baju
P0 A5
8-9 Sarapan untuk
anak, ke sekolah
P1 A6
9-10 Berjalan-jalan

dengan anjing
P3 A4

Penggunaan rekaman WAS


Ada tiga hal utama untuk anda dan klien andauntuk melihat kapan WAS
lengkap dikembalikan :
1. Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai seaktif apa
klien anda sebenarnya

2. Kedua, rekaman dapat membantu anda melihat kegiatan mana, jika ada,
yang memberikan perasaan pencapaian dan kesenangan kepada klien.
3. Akhirnya, anda dapat menggunakan informasi ini untuk merubah rencana,
 jika dirasakan perlu.
Sebagai tambahan untuk observasi kegiatan yang spesifik ini, WAS
menyediakan asisten yang sangat baik dimana anda dan klien anda dapat mulai
untukmengobservasi NATs, mencatat bagaimana pikiran-pikiran dan tingkah laku
saling mempengaruhi dan menggunakan ini untuk mendorong klien untuk mulai
menandai NATs dengan tindakan.

Penggunaan WAS sebagai Alat Perencanaan


Langkah berikutnya adalah untuk anda dan klien anda untuk menggunakan
apa yang elah anda pelajari untuk merencanakan kegiatan berikutnya. Ada tiga
cara umum untuk meningkatkan mood melalui kegiatan :
1. Untuk meningkatkan tingkatan secara umum dari kegiatan tersebut jika
kegiatan tsb rendah

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 103/151
7/31/2019 CBT-translet buku

2. Untuk fokus terutama dalam melakukan kegiatan yang dapat memberikan


baik kesenangan maupun pencapaian untuk klien.
3. Penjadwalan kegiatan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
melakukan eksperimen tingkah laku untuk menguji pikiran negartif
tentang kegiatan.
Selama tahap ini, daripada memonitor apa yang dia lakuman, klien
menggunakan WAS asebagai time table  untuk merencanakan penambahan
kegiatan dam, secara spesifik, kegiatan diidentifikasikan untuk menyediakan
beberapa kesenangan dan pencapaian. Berapa banyak detail yang dibutuhkan,
dan seberapa banyak kegiatan sebaiknya ditujukan, akan tergantung dari klien
sendiri. Awalnya, anda akan terlibat dekat dalam perencanaan, namun kemudian
klien akan dpat melakukan hal ini dengan sendirinya.

Tingkatan Pemberian Tugas


Prinsip umum terbaik dalam merencanakan kegiatan adalah
“meningkatkan tugas”. Kar ena klien yang depressi memiliki sensitifitas yang
sangat ekstrem untuk setiap kemungkinan gagal, hal ini biasanya akan

berlawanan dengan persetujuan klien untuk melakukan tugas yang goal nya tidak
terlalu jauh dengan kondisi dia sekarang. Jika dia tidak dapat mengatur untuk
menyelesaikan tugas, hal ini biasanya akan dihitung sebagai kegagalan dan
digunakan sebagai alasan dikemudian hari untuk kehilangan harapan. Biasanya
akan lebih baik untuk menyetujui tugas yang lebih kecil namun lebih bisa
diatur/dilakukan.

Latihan

Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa latihan fisik tingkat tinggi
memiliki efek yang signifikan dengan depressi, dengan beberapa penelitian
menemukan efek-efek ini dapat dibandingkan dengan anti-depresan (Greist &
Klein, 1985; Martinsen et al, 1985). Sehingga akan berguna untuk mendorong
klien melakukan sesi latihan sebagai bagian dari perencanaan kegiatan mereka.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 104/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Masalah Umum dalam Perencanaan Kegiatan

Kurangnya Kesenangan
Penting disadari bahwa di tahap awal melawan depressi, klien bisa jadi
tidak menikmati apapun sebagaimana mereka sebelum depressi. Penting untuk
menyiapkan klien bahwa dengan kenyataan kalau mereka harus memaksa diri
mereka sendiri untuk melakukan hal-hal meskipun hal itu tidak menyenangkan.
Ketekunan akan membawa klien, setidaknya, dalam perasaan mampu (mencapai
sesuatu), dan nantinya akan membawa kesenangan.

Standar yang Berlebihan


Penting bagi klien untuk menyadari bahwa pencapaian tidak harus
sampai memenangkan Nobel Prize untuk dikatakan berharga. Menghabiskan
waktu selama sepuluh menit membereskan dapur dapat membantu klien
merasakan kalau dia sudah melakukan sesuatu yang berguna hari itu dan
menjadi pencapain yang bisa dipertimbangkan. Penting untuk membantu klien
mencapai standar yang realistis saat mengevaluasi tugas dan kegiatan. Apa

yang mudah dia capai saat dia sehat bisa jadi sulit saat dia depressi.

Rencana yang tidak jelas


Ketika merencanakan kegiatan, lebih baik dilakuan secara spesifik (harus
membantu klien menkonkretkan rencana yang tidak jelas).

Strategi Kognitif dalam Depressi


Ada dua tahapan kognitif dalam klasik CBT untuk depressi. Pada tahap

pertama, tujuannya adalah untuk membantu klien mendapatkan keringanan


simptom dengan menggunakan strategi sederhana untuk mengurangi pengaruh
dari NATs pada mood. Pada tahap kedua, NATs dikonfrontasi secara lebih
langsung, dengan tujuan untuk membantu klien mempertimbangkannya secara
hati-hati dan, jika sesuai, menemukan pemikiran alternative melalui semua
metode yang sudah didiskusikan sebelumnya.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 105/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Strategi Kognitif Awal


Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengalihkan klien dari NATs-nya,
dan/atau merubah sikapnya terhadap mereka. Latihan-latihan lain didesain untuk
mempromosikan sebauah perubahan sikap terhadap NATs. Daripada “ditelan”
oleh mereka, tujuannya adalah untuk memberi jarak dari mereka, bagi klien
untuk melihat mereka sebagai “hanya pikiran” daripada kebenaran yang jelas
mengenai diri mereka sendiri atau dunia. Cara ini pada dasarnya sama dengan
pendekatan mindfulness seperti yang dijelaskan pada chapter 17

Strategi Kognitif Utama


Bagian terbesar dari sebuah latihan CBT untuk depresi akan diambil dari
NATs. Sehingga, sesi-sesi yang dilakukan akan dilakukan dalam berbagau
proporsi tergantung dari tahapan terapi dan bagaimana reaksi klien terhadap
terapi :
 Mengidentifikasikan NATs, menggunakan self-monitoring, rekaman
pemikiran, in-session mood change, dll.
 Diskusi verbal mengenai NATs, untuk memeriksa akurasi mereka dan

manfaatnya
 Mengidentifikasikan pemikiran-pemikiran alternative yang realistis
 Menggunakan eksperimen tingkah laku untuk mengumpulkan fakta-fakta
yang akan membantu klien untuk menguji NATs dan pemikiran alternative
baru

Pengobatan
CBT, tentu saja, bukan satu-satunya perawatan yang efektif untuk
depresi, dan, terutama sekali, pengobatan anti-depresan sangat membantu untuk
klien depresi. Ada perhatian yang kurang akhir-akhir ini mengenai
ketergantungan dan penarikan kembali untuk anti-depresan, dibandingkan
dengan anxiolytics, dan tidak ada konflik antara perlakuan pharmaceutical dan
terapi psikologi. Kenyataannya, ada beberapa fakta bahwa untuk orang dengan
depresi lebih berat, kombinasi dari kedua bentuk perlakuan lebih baik daripada
hanya salah satu (Thase et al, 1997)

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 106/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 107/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Mengeksplor dan bekerja dengan alasan untuk bunuh diri


Penting untuk memberikan klien ruang untuk membicarakan mengenai
pikiran bunuh dirinya dan untuk mendekati topik dengan cara memberikan pesan
yang jelas bahwa topik ini tanpa batas. Hal-hal yang perlu didiskusikan, termasuk
:
 Mengeksplor alasan klien untuk bunuh diri.
 Membangun alasan klien untuk hidup versus alasannya untuk mati
 Mengeksplor kepercayaan yang mengarahkan pada keputusasaan
 Bekerja pada area masalah yang memiliki kemungkinan terbesar untuk

diselesaikan dengan cepat, sehingga dapat mengurangi keputusasaan

Pemecahan masalah Terstruktur


Terdapat bukti bahwa orang-orang yang depressi memiliki kekurangan
dalam memecahkan masalah sosial dan bahwa mengajarkan pemecahan
masalah terstruktur bisa menjadi terapi yang efektif untuk orang-orang dengan
depresi ini.
Langkah-langkah utama yang harus diikuti klien dalam melakukan

pemecahan masalah adalah sebagai berikut :


Mengidentifikasikan masalah yang ingin dia selesaikan

 Berpikir sebanyak mungkin cara yang dapat dilakukan untuk


memecahkan masalahnya
 Setelah menghasilkan sebanyak mungkin solusi yang mungkin dilakukan,
bekerja mencari solusi mana atau kombinasi solusi yang mana yang
tampaknya merupakan solusi terbaik
 Pilih solusi yang tampaknya menawarkan keseimbangan yang paling baik
   Setelah ada satu solusi teridentifikasi, gunakan prinsip dari “langkah kecil” 
 Letakkan tindakan apapun sebagai langkah pertama menuju solusi, lalu
ditinjau ulang bagaimana prosesnya
 Melanjutkan proses ini sampai masalah selesai atau sampai jelas tidak
ada solusi lainnya

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 108/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Masalah Potensial dalam Merawat Klien Depressi

Sifat-sifat dasar depressi


Hal ini jelas  –dan penting untuk diingat- kalau klien yang depressi itu
seringkali memiliki pemikiran negative, kekurangan dalam energi dan
pengarahannya, serta putus asa mengenai kemungkinan akan adanya
perubahan. Depressi juga bisa jadi hasil dari “lingkungan yang membuat
depressi”. Terapis kemungkinana besar akan kesulitan dalam melibatkan klien,
klien akan kesulitan untuk melakukan suatu tindakan, merespon setiap saran
dengan kata-kata “itu tidak akan berhasil”, dan tergoda untuk menyerah pada
setiap “kegagalan” nyata ataupun hanya imajinasi. 
Terapis juga bisa menemukan kesulitan dalam bekerja dengan depressi.
Terapis sendiri bisa “terpengaruh” dengan pesimis klien, pemikirannya dalam
diam bahwa dia benar dan hal-hal lain itu buruk seperti yang dia pikirkan. Terntu
saja, hal ini bisa jadi ini adalah pandangan yang cukup akurat, namun terapis
harus hati-hati dan tidak terlalu mudah percaya tanpa bukti-bukti yang jelas.

Keputus-asaan dan “Iya, tapi...” 


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, klien depresi akan membawa
pikiran-pikiran negatifnya ke dalam terapi. Mereka putus asa dan tidak merasa
akan adanya perubahan dan cenderung memiliki pandangan negative terhadap
terapi, dengan “Iya, tapi..” sebagai reaksi yang umum dikeluarkan. Sebagai
terapis, penting untuk tidak mudah terpengaruh dengan cara berpikir klien namun
tetap optimis, realistis dan memahami bahwa reaksi mereka terhadap terapi
merupakan bagian dari gejala sindrom depresi.

Langkah Lambat
Klien-klien depresi bisa jadi lambat dalam berpikir dan berperilaku,
bahkan walaupun seharusnya tidak, langkah dari sesi-sesi dan kecepatan
perubahan di awal perlakuan akan sangat lambat. Akan sangat membantu jika
terapis sudah mempersiapkan diri sebelumnya dan beradaptasi terhadap hal ini
dan tidak membuatnya mundur.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 109/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Umpan balik di setiap sesi


Sebagai mana yang disebutkan sebelumnyam meminta klien memberikan
umpan balik dalam sebuah sesi adalah bagian standar dari CBT. Bagaimanapun,
penting untuk mendorong klien depressi untuk melakukan hal ini dengan terbuka,
karena bias negatifnya bisa jadi karena ada beberapa kata atau tingkah laku
terapis diinterpretasikan salah sebagai kritik atau penolakan.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 110/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 13
ANXIETY DISORDER (Dipublikasikan oleh Beck pada tahun 1985)

Respon anxiety:
Respon cemas adalah hal yang normal dan terjadi secara tidak disadari,
dimana terjadi sesuatu yang mengancam. Respon yang muncul dapat berupa
reaksi fight  (menghadapi ketakutan secara langsung) atau flight  (menghindari
ketakutan), atau bahkan mungkin saja individu memunculkan respon freeze 
(kondisi fisik dan psikis menjadi kaku). Maka dari itu ketika seseorang
dihadapkan pada suatu stimulus yang membuatnya merasa takut, hal tersebut
tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi psikis saja tetapi juga kondisi fisiknya.
Respon anxiety menjadi tidak lagi normal jika ditampilkan secara berlebihan atau
sama sekali tidak takut terhadap ancaman yang datang.

KARAKTERISTIK ANXIETY DAN ANXIETY DISORDER


Proses anxiety:
Pemicu -> persepsi terhadap ancaman -> respon anxiety -> succesful coping

reaction-> resolusi anxiety

Anxiety disorder terjadi seperti suatu proses yang melingkar:


Pemicu persepsi
terhadap ancaman

Anxiety yang menetap secara aktif/ latent respon anxiety yang berlebihan
atau tidak tepat

Strategi yang tidak kuat coping yang kurang tepat

Anxiety disorder dikarakeristikan dengan adanya distorsi belief tentang suatu


bahaya yang nyata akan terjadi.

Simptom anxiety:
1. Acute Stress Disorder (ASD)

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 111/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Terjadi ketika seseorang terkena kejadian traumatis, dan ditandai


seseorang berusaha menghindari stimulus memicu ingatan trauma
sehingga ia tidak mengalami pengalaman yang sama.
Biasanya terjadi 4 minggu sampai 5 minggu setelah kejadian traumatic.
Setelah waktu tersebut, digolongkan ke dalam PTSD.
2. Generalised Anxiety Disorder (GAD)
Kekhawatiran, ketakutan, dan pikiran negatif yang berlebihan yang
membuat seseorang menjadi distres atau tidak mampu menampilkan
performance yang baik.
3. Health Anxiety or Hypochondriasis
Dikarakteristikan dengan preokupasi dengan, dan ketakutan, terkena
penyakit yang serius, sekarang atau ke depan. Penderita salah dalam
menafsirkan apa yang dideritanya, dan terus mencari kepastian akan
penyakit yang dideritanya.
4. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Obsesi yang berulang (pemikiran yang kuat, gambaran, dan impuls) dan
atau kompulsif (tingkah laku yang berulang). Individu memiliki kebutuhan

akan aman untuk membuat dirinya atau oranglain.


5. Panic Disorder
Panic attack yang berulang, yang secara tiba-tiba meningkatkan anxiety ,
seperti jantung yang berdebar, sesak nafas, dan pusing. Panic attack
dapat terjadi dengan atau tanpa agoraphobia (ketakutan berada disuatu
tempat atau situasi dimana seseorang sulit untuk lari dari tempat atau
situasi tersebut)
6. Post Traumatic Stress Disorder(PTSD)

Suatu kejadian yang dianggap merupakan suatu ancaman yang serius


untuk dirinya atau yang lain. Yang termasuk simptomnya ialah ingatan
yang tidak menyenangkan dari kejadian traumatik (mimpi buruk, kilas
balik),menghindar, mati rasa, dan hyperarousal. Fokusnya pada rasa
takut yang menetap, meskipun mereka sendiri merasa malu, jijik, dan
marah. Individu dengan PTSD dapat me-recall beberapa kejadian-
kejadiannya secara detail, akan tetapi seluruh gambarannya bercampur
aduk atau tidak lengkap.
7. Social Anxiety

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 112/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Ditandai dengan ketakutan soaial yang menetap, dimana seseorang


merasa diperhatikan/diamati oleh orang lain. Mereka merasa takut
dipermalukan atau dihina.
8. Specific Phobia
Ketakutan yang menetap terhadap obyek atau situasi; ketakutan spesifik
terhadap suatu obyek tertentu. Ketakutan tersebut muncul secara
berlebihan ketika ada suatu obyek ia takuti.

Anxiety juga dapat digolongkan kedalam kategori diagnostik formal dan


NOS (Not Otherwise Specified) yang ada dalam DSM IV.

MAINTANING PROCESS
Anxiety muncul ketika seseorang dihadapkan pada ancaman.
Peristiwa internal atau eksternal 1.persepsi terhadap ancaman:
berlebihan/ tidak tepat

4. ketakutan menetap 2. Klien berusaha

melindungi dirinya
dari ancaman

3. Strategi berhasil memberikan kelegaan sementara, tetapi gagal untuk


mengatasi anxietynya

Anxiety merupakan persepsi mengenai bagaimana perasaan, apa yang kita


pikirkan, dan apa yang kita lakukan.

Masalah utama klien biasanya mengenai:


1. Safety Behaviour
Tingkah laku atau aktivitas mental individu dalam meminimalisir atau
mencegah sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi.
Perbedaan antara “helpful coping behaviour” dan “unhelpful safety
behaviour” merefleksikan keinginan dibalik perilaku.
2. Focus of attention
Dibagi menjadi 2 kategori, yaitu perhatian terhadap ancaman yang datang
dan perhatian langsung terhadap cara menghindari ancaman.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 113/151
7/31/2019 CBT-translet buku

3. Spontaneous imagery
Keadaan mental dapat meningkatkan ketakutan. Misalnya orang yang
mengalami phobia sosial
4. Emotional reasoning
Mengacu pada proses kepercayaan tentang segala sesuatunya harus
sesuai dengan apa yang dirasakan. Misalnya pada orang cemas, mereka
menjadi lebih berbahaya ketika di berikan informasi yang mengacu pada
keselamatan.
5. Memory processes
Terdapat distorsi dalam memori yang menghitung persepsi dari masalah
kecemasannya: pemilihan recall terhadap sesuatu yang mengancam dan
sedikitnya recall anxiety-situasi pemicu. Pemilihan recall memory tersebut
membuat individu yang cemas cenderung memiliki kapasitas memori
lebih banyak terhadap hal-hal yang negatif atau traumatic berdasarkan
pengalaman mereka. Disimpulkan juga bahwa mereka mempertahankan
pandangan dunia sebagai ancaman secara personal. Recall memory juga
mencegah individu dari imaginasi yang berlebihan. Tanpa hal ini rasa

takut tidak dapat dimasukan secara perspektif. Misalnya proses PTSD


6. Interpretastion of Reaction to a threat event
Kesimpulan tentang seseorang yang mengalami gejala kecemasan dapat
menimbulkan masalah.

Proses lain yang berhubungan dengan kecemasan yang berlebihan


adalah rasa takut. Meskipun demikian, periode singkat rasa takut
membantu menunjukkan perhatian kita terhadap ancaman berbahaya.

Rasa takut yang berkepanjangan membuat individu tidak produktive dan


dapat merusak. Masalah menjadi semakin tajam karena klien sendiri,
menutup diri terhadap ketakutan yang berulang, sering menghindari
penyelesaian masalah.

TREATMENT APPROACH
Seperti yang diindikasikan di awal bab, harus dilakukan assesment
terlebih dahulu sebelum mengklasifikasikan masalah klien. Hal ini berguna untuk
membuat model kognitif dan panduan treatmen untuk gangguan.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 114/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Proses anxiety: ancaman yang memicu ketakutan, klien merespon


dengan caranya masing-masing (biasanya dalam bentuk menghindar),
ketakutan adalah tidak hilang dan menetap, merasa terancam dengan masa
depan.
Ketika suatu siklus tidak produktive, individu akan dihadapkan dengan
pertanyaan mengenai intervensi apa yang tepat digunakan. Sebagai terapis
kognitif, kita memiliki koleksi strategi kognitif, tingkah laku, dan fisikal sebagai
senjata kita. Sebagai kunci dalam mengidentifikasi komponen yang relevan
dalam mempertahankan siklus dan mencari teknik apa yang tepat digunakan.
Strategi fisik biasanya berguna ketika terdapat konsekuensi secara fisik pada
orang cemas yang tidak mengalami perbaikan, atau ketika aktivitas fisiknya tidak
dapat dihindari.
Strategi tingkah laku, dinilai dapat menanggulangi masalah ke depan dan
 juga dapat digunakan untuk monitoring dan perencaan diri sendiri dengan
adanya jadwal kegiatan.
Strategi kognitif, di gunakan untuk membantu klien menyelesaikan
masalah dan mengidentifikasi komponen yang dapat mempertahankan siklus,

untuk membantu mereka mengevaluasi kegunaan dari adanya pemrosesan


informasi dan membantu mereka mengevaluasi perspektif yang tidak membantu.
Teknik adaptasi lainnya ialah teori A dan B, atau hipotesis A versus B. Teori A
mencerminkan prediksi ketakutan klien, misalnya saya tampaknya sakit serius.
Sedangkan teori B menetapkan penjelasan yang lebih alternatif misalnya gejala-
gejala ini dikarenakan kecemasan. Kita dan klien dapat melakukan uji teori
secara restrospektif (dengan mereview kepercayaan tingkah laku dan dampak
sebelumnya) dan secara prospektif (dengan melakukan tes tingkah laku).

Keduanya akan ialah teori sederhana guna membawa kesadaran klien dalam
mengolah data dalam mendukung hal tersebut.
Kesimpulannya, gangguan anxiety menunjukan reaksi normal terhadap
stres atau ancaman yang dapat menjadi lebih besar dengan adanya peningkatan
reaksi fisik, pikiran yang salah, atau masalah tingkah laku. Ini akan menimbulkan
siklus yang tidak membantu yang dapat dipecahkan dengan menggunakan
teknik-teknik untuk mengembalikan masalah sensasi, kognisi, dan tingkah laku.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 115/151
7/31/2019 CBT-translet buku

MASALAH KETIKA BEKERJA DENGAN KLIEN YANG PENCEMAS


Self-Fulfiling when working with anxious prophesies: Cognitive
Tidak biasa digunakan untuk kecemasan tinggi yang dapat merusak pemikiran.
Kita biasanya menjumapi klien yang tidak dapat mengungkapkan pemikirannya
atau yang mengkomplain terlalu banyak masalah yang ada dipikirannya sehingga
klien tidak dapat berpikir dengan jernih. Pendekatan yang bertahap dalam
menghadapi situasi yang sulit didukung dengan stragegi untuk menurunkan
tingkat stres dapat membantu klien menghadapi ketakutan mereka secara
sistematis

Self-Fullfiling prophesies: Physical or Behavioural


Klien sering datang dengan keluhan bahwa ada efek fisik yang timbul akibat
kecemasan. Misalnya berpidato. Percobaan tingkah laku yang bertahap dan
sistematis dapat membantu klien berpikir positif yang akan mengkonsolidasi
kepercayaan diri klien.

The Power of Avoidance

Avoidance merupakan tingkah laku terbanyak untuk mencari rasa aman. Mereka
akan mendapatkan kepuasan jangka pendek. Avoidance bisa pasif misalnya
klien yang tidak mau berurusan dengan ketakutan mereka. Atau dapat juga
avoidance aktif misalnya ketika klien melakukan berbagai usaha untuk
menghindari ketakutan mereka. Avoidance juga dapat disubsitusi. Misalnya klien
yang takut melakukan tugas berat, klien sebelumnya minum alkohol terlebih
dahulu. Penilaian yang teliti diperlukan untuke mengklarifikasi kekomplekan dari
avoidance- selalu ingat untuk menanyakan: “Apakah ada hal lain yang dapat saya

bantu untuk membantu kamu menyelesaikan masalah?”, “Apa yang sudah kamu
lakukan untuk melewati waktu ada masalah?”, “Apa yang tidak akan kamu
lakukan ketika kamu menghadapi masalah ini?”, “Apa yang tidak kamu lakukan
sehingga masalah ini muncul?” 
Dalam rangka membantu klien yang avoidance, kita dapat melakukan:
 Menyemangati klien untuk melakukan self-monitoring, termasuk
konsekuensi jangka panjang dari avoidance
 Membagi informasi, memberikan ilustrasi yang jelas tentang kerugian dari
coping yang dipilihnya

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 116/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 Negosiasi tentang pengulangan secara bertahap tentang penggunaan


avoidance pada pasien yang pemalu. Umpan balik yang positif akan
berhasil dengan mengurangi dukungan.

I‟m Anxious All of The Time  


Pernyataan tersebut biasanya jarang membangkitkan self-monitoring. Meskipun
demikian penerimaan retrospektive dari klien memungkinkan penerimaan dirinya.

I do all the things that we agree and my anxiety does not decrease

Termasuk kesalahan dalam penggunaan distraksi, hal ini dapat membantu


mempertimbangkan perkiraan apakah klien menghadapi situasi yang ditakutkan.
Meskipun demikian latihan bertahap dapat membantu klien yang terlalu lemah
lembut dan berhati-hati, klien akan mendapatkan pencapaian prestasi.

Not being bold enough to face the fear


Ketika klien enggan untuk menghadapi tuntutanterhadap tantangan, kita
membutuhkan pertanyaan “Apakah tugas yang diberikan sesuai dengan klien

saat ini?” meskipun klien perlu diberikan dukungan untuk terikat dalam tugas,
akan tetapi jangan memberikan dukungan terlalu banyak, hal ini menyebabkan
demoralisasi dan keluar. Ini mungkin saja terjadi apabila tugas yang diberikan
sesuai dengan klien, akan tetapi klien enggan untuk melakukannya, biasanya
dikarenakan klien memiliki kepercayaan yang menetap mengenai perasaan
cemas tersebut. Yakinkan klien bahwa perasaan cemas tidak sama dengan
kegagalan, dan itu harus menjadi harapan klien. Yakinkan jika kita juga
menjelaskan mengenai keuntungan dari pelaksaan tugas yang tidak nyaman

bagi klien.

The client relies on medicationto manage anxiety


Jika klien benar-benar mempercayakan dirinya pada kita sehingga intervensi
CBT hanya memberikan poin sedikit bagi klien, dan motivasi klien meningkat
sangat rendah. Penting juga untuk klien dalam memandang asumsi tentang obat
dan CBT memungkinkan untuk meningkatkan tingkah laku dalam memperbaiki
kepercayaan dirinya. Pada klien yang cukup dengan abntuan motivasi, klien tidak
memerlukan bantuan obat. Pada klien yang dapat belajar CBT dengan cepat,

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 117/151
7/31/2019 CBT-translet buku

klien dapat secara bertahap mengurangi medikasinya-tetapi harus dalam


pengawasan supervisi medis.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 118/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 119/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Kekhawatiran merusak kemampuan untuk menyelesaikan masalah,


sehingga seseorang kehilangan kepercayaan diri dalam kemampuan
menyelesaikan masalahnya, yang mendukung kekhwatiran lebih lanjut.
Penanganan untuk GAD memfokuskan pada perusakan lingkaran ini dengan
pemahaman dan kemudian menghilangkan unhelp worry dan membantuk klien
mengarah pada ketakutan dasar.
Tahapan yang diperlukan :
- Overcoming avoidance dengan mendorong artikulasi rasa takut (e.g.
personal harm or harm to loved ones) dengan pertanyaan “bagaimana
 jika” 
- Accepting uncertainty. Tingkah laku eksperimen dapat menjadi efektif
dalam menolong klien mencapat hal ini. Butler an Rouf (2004)
merekomendasikan bahwa eksperimen berfokus pada pemikiran
menantang yang merefleksikan intoleransi ketidakpastian daripada
mencoba untuk membahas ulang kemungkinan dari kejadian menakutkan
yang baru terjadi, Kita bertujuan untuk menolong klien secara sederhana
menerima ketidakpastian. Hal ini berarti bahwa, sebagai seorang terapis

kamu berfokus pada klarifikasi kegusaran jawaban dari “bagaimana jika”


dibanding mendebatkan kemungkinan scenario terburuk.
- Identifying and testing unhelpful cognitions atas perhatian pada rasa
khawatir, seperti‟ hal ini merupakan sebuah indikasi dari kelemahana
saya‟, atau ‟Saya harus merasa khawatir sehingga saya tidak akan
pernah menemukan sesuatu yang tidak disiapkan‟, diikuti secara tepat
oleh behavioural testing.
- Teaching alterbative strategies pada rasa khawatir, sepeti gangguan atau

batas waktu membolehkan untuk menjadi kahwatir. Sebagai contoh,


seseorang yang menghabiskan 5 jam di sore hari dengan kekhawatiran
akan hari esok memungkinkan untuk membuat sebuah rencana selama
30 menit diantara menuju rumaha dan makan malam, dengan
kekhawatiran lainnya memikirkan „hal yang berakhir‟ hingga esok hari.
Gangguan dapat menjadi sebuah strategi yang berguna, atau menuliskan
rasa khawatir pada sebuah kerta syang kemudian dirusak dapat
membantu klien untuk melepaskan rasa kawatir (Butler & ouf, 2004)

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 120/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Healt anxiety or hypochondriasis


Pemahaman kognitif akan pusat kesehatan kecemasan pada kejadian
bencana memprediksi focus kesehatan dan paham dengan symptom fisik
(i.e.,focus perhatian pada persepsi akan ancaman). Rasa takut dapat
memperparah tanda symptom fisik, yang mana hal ini juga dapat menjadikan
selective awareness. Hal ini mengarahkan pada tingkat tinggi kecemasan.
Klien cenderung menggunakan tingkah laku yang dapat memperoleh
ketentraman hati atau menghindari situasi yang diprediksi dapat
meningkatkan kecemasan mereka (safety behavior).
Siklus pemeliharaan dapat berupa beberapa bentuk :
- Beralih pada orang lain,seperti pada spesialis kesehatan atau anggota
keluarga, untuk pemulihan rasa nyaman (safety-seeking)
- Scanning : memfokuskan pada persepsi ancaman dengan kesadaran
tinggi akan sensasi fisik seperti detak jantung, mati rasa, rasa sakit, dll.
- Checking : berhubungan dengan tubuh klien (perhatikan tahi lalat,
bengkak, dll) atau pada informasi luar (membaca literature kesehatan,
contohnya)

Pendekatan penanganan untuk kesehatan kecemasan merefleksikan model


dan incorporate berikut:
-  Defining and challenging the content of the catastrophic prediction  :
sebagai terapis, kamu akan butuh memastikan hasil terburuk untuk
klien:sebagai contoh, ketertinggalan atau penyiksaan fisik atau mental
yang berlarut larut. Untuk beberapa klien, scenario terburuk adalah
kematian, atau kematian alami atau sebagai sebuah konsekuensi.

Sebagai contoh, seorang klien tidak menjadi khawatir tentang kematian


dari sebuah serangan jantung (dipersepsi sebagai keterulangan dan
terhormat) tetapi mungkin menjadi sebuah pemikiran dengan rasa takut
akan kematian secara perlahan dari sebuah penyimpangan syaraf,
menyedihkan dan tidak dapat dikontrol. Hal yang bijak untuk
mengeksplorasi kemungkinan dari pemikiran yang bersifat tahayul
seperti, “jika saya tidak memikir kannya/memikirkan tentang sakit, saya
akan terlindungi darinya”. 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 121/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Mengecek kesehatan yang tak tertolong-berhubungan dengan keyakinan,


sepeti :‟sakit dada berarti jantung saya lemah‟ atau semua symptom
khawatir telah diperiksa oleh dokter saya.‟ Hal ini dapa t dicapai melalui
intervensi kognitif dan tingkah laku eksperimen.
-  Reducing safety behaviour  (mencari pemulihan ketentraman hati atau
penghindaran), termasuk scanning. Terkadang, penejlasan peran dari
tingkah laku ini mengikuti klien untuk menguranginya; contoh lain,
merupakan hal penting keyakinan menantang pada safety behavior,
mungkin melalui tingkah laku eksperimen.

Obsessive-Compulsive disorders (OCD) 


OCD dikarakterkan dengan obsesi keterulangan dan obsesi yang tidak
diinginkan (pemikiran) dan keterpaksaan (aksi). Model kognitif OCD berbagi
dasar alasan bahwa pemikiran yang mengganggu dalam dirinya adalah
normal tetapi menjadi masalah ketika nereka menginterpretasikan sebagai
indikasi bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi dan bahwa penderita
bertanggung jwan untuk mencegahnya. Untuk mengatir ketakutan ini,

penderita melakukan safety behavior (menghindar, mencari ketenangan dan


berpikir atau ritual motors), yang mencegah mereka dari belajar bahwa
ketakutannya tidaklah tepat. Tujuan CBT adalah untuk mengajarkan klien
bahwa pikiran yang mengganggu tidak mengindikasikan sebuah untuk
dilakukan dan dapat dengan selamat mengihindarinya.
Berikut ini telah disugestikan oleh OCD working group (1997), bahwa
kunci kognisi pada OCD :
- Thought-action fusion : ide bahwa memiliki sebuah pikiran buruk dapat

menghasilkan konsekuensi buruk; atau bahwa memiliki sebiah pikiran


buruk tentang sesuatu yang buru adalah secara moril hanya seburuk itu
sebuah aksi buruk dihasilkan.
- Inflated responsibility : sebuah asumsi bahwa seseorang memiliki
kekuatan dan kewajiban untuk mencegah hal buruk terjadi
- Beliefs about controllability of thought : e.g. keyakinan bahwa seseorang
memungkinkan untuk dapat mengontrol pikiran buruk.
- Perfection : asumsi dikotomi bahwa hanya hal terbaik adalah efektif dan
dapat diterima

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 122/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Overestimation of threat, adalah hal yang sering berhubungan juga


- Intolerance of uncertainty : sebuah keyakinan bahwa sesuatu dapat dan
harus menjadi pasti, e. g. Saya akan dapat mampu memastikan bahwa
sebuah tindakan aman.

Intervensi untuk OCD incorporate :


- Exposure and response prevention (ERP) adalah intervensi terbaik yang
dibuat untuk OCD. Tujuannya adalah agar penderita membeberkan oelh
dirinya pada situasi menakutkan tanpa melakukan safety behavior yang
biasa dilakukan. Walaupun secara asli disusun sebagai sebuah tingkah
laku pencegahan, ERP telah diadaptasi untuk sebuah model kognitif yang
mana dilihat sebagai sebuah BE dimana klien belajar bahwa prediksi
obsesi akan kemalangan tidak benar.
- Challenging unhelpful beliefs seperti „ jika saya memikirkan itu, hal itu
akan terjadi‟, atau „saya bertanggung jawab atas kesejahteraan orang
lain‟ dengan menggunakan strategi kognisi dan tingkah laku seperti yang
dijelaskan di bab sebelumnya.

- Reducing safety behaviours dengan mengeneralisasi sebuah rasional


melalui formula dan mengujinya dalam Bes.
- Theory A vs. Theory B : seprti dengan kesehatan kecemasan, intervensi
ini dapat bermanfaat dalam menguatkan sebuah perspektif
menguntungkan. Tujuannya adalah untuk mempelajari bahwa OCD
bukanlah benar-benar tentang kebutuhan untuk mencegah sebuah
ancaman nyata tetapi lebih kepada tentang kecemasan yang berlebihan
akan sebuah ancaman.

Panic Disorder 
Serangan panic didefinisikan sebagai peningkatan mendadak kecemasan;
sementara penyimpangan panic (panic disorder) menggambarkan serangan
panic yang berulang. Sebuha model kognitif yang jelas tentang panic disorder
yaitu oleh Clark (1986), yang mengindentifikasi factor penjaga sebagai :
- Kesalahan penafsiran sensasi tubuh (terutama yang berhubungan
dengan kecemasan) sebagai indikasi kerusakan mental atau fisik di masa
akan datang, seperti sebuah gejala stroke atau serangan jantung.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 123/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 124/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Ingatan yang diingat secara visual, walaupun demikian ingatan akan


sebuah kejadian traumatic dapat juga dikenal sebagai suara, sensasi
fisik, bau-bauan.
- Ingatan hidup yang dialami sebagai sesuatu yang berbahaya adalah saat
ini
- Ingatan tidak terhubung dengan sebuah pemahaman intelektual dari
trauma
- Ingatan juga dialami sebagai hal yang mengerikan atau sebagai masa
lalu.

Ingatan secara emosional secara besar merangsang dan membekas, dengan


beberapa alasan:
- Safety behavior
- Menjaga proses ingatan
- Kesalahan interpretasi

Sebagai tambahan, siklus PTSD dapat tetap ada dengan :

-  Spontaneous imagery 
-  Selective memory process 
-  Over-estimate of danger  

Tujuan penanganan PTSD diarahkan melibatkan :


-  Spontaneous imagery. Strategi ini dikenalkan untuk mengurangi
ketergugahan tingkat tertinggi yang berasosiasi dengan bayang-bayang,
sehingga mereka dapat diproses dan dikontektulisasikan. Artinya bahwa

mereka dari ingatan subjektif menuju penilaian rasional. Rasa dari


kehadiran ancaman kemudian tereliminasi, dengan penempatan kesan
pada konteks waktu, tempat, dan hasil jangka panjang. Hal ini sering
dicapai dengan menggunakan cognitive restructuring saat mengalami
trauma (Grey, et. Al., 2002)
- Safety behavior dapat dikurangi dengan membahas kembali unhelpful
beliefs dan menguji kemungkinan baru, seperti pada penyimpangan
kecemasan lain. 

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 125/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Kesalahan interpretasi dapat dinilai ulang dbefab membahas kembali


kesimpulan dan menggeneralisasi alternative yang masuk akal, seperti
yang digunakan pada inervensi CBT 
- Selective memories process dapat menjadi berguna untuk digunakan,
pada semua bias kognitif dengan mengajarkan klien teknik yang cocok. 

Social Anxiety 
Penderita social anxiety takut pada penghinaan dan keadaan memalukan.
Kognitif model untuk social anxiety dapat digunakan pada kasus pemalu dan
berhubungan sebagai berikut :
- Persepsi bahaya social, ketakutan untuk menjadi perhatian utama dinilai
sebagai hal negative dan tidak dapat dikendalikan.
- Fokus perhatian, yang menjadikannya mengalami kesalahan interpretasi
akan reaksi orang lain.
- Alasan emosional, introspeksi yang intens tentang sensasi cemas yang
menjadikan penderita sadar pada gejalanya, yang ia asumsikan bahwa
orang lain dapat melihat dan menilainya secara negatif

- Safety behavior, dengan menghindari kontak


Intervensi untuk social phobia melibatkan :
- Re-focusing attention away from introspection.
- mengembangkan suara hati tegas atau belas kasih untuk memerangi
kritik keras yang diprediksi, dari orang lain
- Mengevaluasi kembali pemikira yang berhubungan dengan persepsi
bahaya social dan alasan emosional.

Specific Phobia 
Hal ini mengacu pada ketakutan berlebihan dan terus-menerus dari suatu
obyek atau situasi. Mereka berpendapat, klien yang specific phobia adalah
kewaspadaan tinggi pada isyarat ancaman. Siklus yang dibuat untuk model
kognitif ini dimulai dengan :
- Memfokuskan pada persepsi ancaman dan selective attention untuk
isyarat ancaman; kemudian

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 126/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Mempersepsi sebuah ancaman, yang mana hal ini secara nyata


merupakan apa yang yang mereka takutkan atau diinterpretasi dengan
salah, yang menguatkan respon phobia, baik secara fisik maupun psikis
- Over-estimating kemungkinan bahaya dan under-estimating kemampuan
untuk mengendalikan (Beck, e.al, 1985)

Membantu klien dengan sebuah specific phobia melibatkan :


- Penurunan focus pada persepsi bahaya dengan menyeting perilaku
percobaan untuk mengevaluasi konsekuensi penurunan sejumlah waktu
yang dibuang untuk mengecek dan mengantisipasi hal buruk.
- Reducing safety behavior melalui perilakju percobaan untuk menguji
kerugian
- Mengarah pada kesalahan interpretasi dengan mengajarkan hal yang
cocok dan cognitive appraisal situasi.

Co-morbidity 
Anxiety disorder dapat ditampilkan sebagai masalah yang berlainan,

dalam kombinasi dengan anxiety disorders lain atau co-morbid dengan masalah
lain- sebagai contoh, standar tinggi seseorang dengan OCD mungkin
mempengaruhinya pada sebuah gangguan makan, maslaah kecamasan yang
kronis mungkin memunculkan mood depresi, semnetara itu coping strategies
seperti kenyamanan makan atau minum dapat berkembang menjadi hak mereka
sendiri.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 127/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Chapter 16
Alternative Methods of Delivery

Pendahuluan
Secara tradisional, psikoterapi 'klasik' berbentuk sesi 'sejam terapetik' (50
menit) setiap minggu yang melibatkan kontak tatap mata antara terapis dan klien.
CBT biasanya mengikuti gaya ini namun juga sudah meneliti apabila ada
alternatif lain yang tujuanya adalah:

Membuat terapi lebih ekonomis 


Tujuan ini dirasa mendesak karena pada kebanyakan sistem kesehatan
masyarakat, tidak ada cukup terapi psikologis untuk memenuhi kebutuhan, oleh
karenanya masyarakat seringkali harus menunggu cukup lama sebelum dapat
mendapat terapi yang dibutuhkannya.
Secara mendasar, dapat dijabarkan bahwa untuk mengurangi waktu
pasien menunggu untuk mendapatkan terapi, kita dapat mengurangi waktu yang
dihabiskan terapis per pasien sehingga terapi harus dilakukan dengan lebih

cepat dan efektif.

Meningkatkan kemudahan akses dan kenyamanan terapi 


Menemukan waktu sejam ditambah waktu perjalanan bukanlah hal yang
mudah untuk beberapa klien, karena kondisi pekerjaan, atau komitmen lainnya.
Loveil & Richards (2000) mengembangkan metode MAPLE, singkatan dari
Multiple Access Points and Levels of Entry. Singkat kata, mereka mengatakan
bahwa CBT seharusnya menawarkan metoda terapi yang mengkombinasikan

efektifitas, kemudahan akses, dan ekonomis.

Meningkatkan efektivitas terapi 


Terapis grup atau pasangan beraharap agar pendekatan mereka bukan
hanya ekonomis tetapi juga memungkinkan bagi terapis untuk mengatasi
permasalahan dengan cara yang tidak mungkin dicapai dalam terapi individual
yang konvensional.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 128/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Metode pelaksanaan CBT


Self – help
Dengan menggunakan metoda ini, klien melatih dirinya strategi terapetik CBT
yang dilakukannya sendiri, dengan kontak yang minimum dengan terapis atau
bahkan tanpa terapis. Pendekatan yang termasuk dalam self  – help:
-  Bibliotherapy 
Klien menggunakan buku untuk melakukan terapi CBT sendiri. Klien
dapat melakukan terapi secara independent (pure self   – help ) atau
dengan bantuan terapis namun dengan waktu kontak yang singkat
(assisted self  – help )
-  Computerised CBT 
Menggunakan pendekatan multimedia untuk melatih CBT, e.g. klip video,
dll.
-  Book prescription scheme 
Metoda baru yang dikembangkan oleh Frude (2005) yaitu dengan
menyebarkan buku  – buku CBT di perpustakaan umum dan masyarakat
dapat meminjam buku  – buku tersebut untuk jangka panjang dengan

menggunakan kartu kesehatan dari dokter. Pendekatan lainnya adalah


dengan klien mendapatkan janji temu singkat dengan psikolog yang
membimbing dan membantu mereka dalam menggunakan materi
bibliotherapy CBT.
Penelitian awal untuk menentukan efektifitas metode self  – help memberikan
hasil campuran sehingga masih diperlukan studi lanjutan. Meskipun demikian,
metode self  – help terus berkembang dan direkomendasikan sebagai tahap awal
dalam intervensi. Selain memberikan bantuan bagi masyarakat yang tidak dapat

mendapatkan terapi konvensional karena alasan apapun (ekonomi, kesulitan


akses, dll), pendekatan self  – help juga menawarkan keuntungan  – keuntungan.
Salah satunya adalah mengurangi keterlibatan klien dalam sistem psikiatri yang
ekstensif sehingga mengurangi kemungkinan stigma dan ketergantungan,
meningkatkan self  – efficacy, serta menyediakan bentuk bantuan yang selalu
tersedia bagi klien. Namun ada juga efek negatif yang mungkin muncul dari
pendekatan self  – help. Contohnya, self- help mungkin tidak efektif bagi semua
orang. Pedoman di bawah ini dapat membantu dalam memutuskan apakah self  – 
help merupakan pendekatan yang sesuai bagi seorang individu:

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 129/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Klien harus dapat memahami materi bacaan (bibliotherapy) dan nyaman


menggunakan komputer (computerised)
- Self  – help ditujukan untuk klien sebagai tahapan pertama intervensi
- Klien berminat untuk mencoba pendekatan self  – help
- Permasalahan klien cenderung sederhana
- Adanya sedikit bantuan dari terapis (assisted self  – help) jauh
meningkatkan efektifitas

Kelompok besar

Dikembangkan oleh White, et. Al. (2000) yang melibatkan banyak orang
(20  – 50 orang) namun bukanlah merupakan terapi kelompok konvensional,
namun merupakan pendekatan edukasi, mirip seperti kelas malam. Kelas terdiri
dari 6x 2 jam, biasanya diadakan pada malam hari, dan partisipan boleh
membawa partner apabila ingin. Program untuk anxiety disorder menunjukkan
hasil baik dan peningkatan kondisi klien ditunjukkan pada sesi follow up.
Kelebihan metoda ini adalah sangat ekonomis, baik bagi klien maupun bagi
terapis. Pendekatannya pada permasalahan kecemasan, yang

dikonseptualisasikan sebagai 'stress' dan dapat dikelola dengan menggunakan


keterampilan khusus. Program ini menarik bagi individu  – individu yang tertarik
pada pendekatan demikian, selain juga dalam pendekatan ini klien justru dilarang
untuk mendiskusikan permasalahannya secara detail sehingga memberikan
kenyamanan bagi klien dengan anxiety disorder. Juga, pendekatan yang
cenderung tidak personal juga membuat klien merasa tidak menonjol dalam
kelompok sebesar itu sehingga merasa nyaman, namun pendekatan ini tidak
cocok bagi invidivu yang justru menginginkan pendekatan personal.

Kelompok konvensional
Dilakukan dengan mengaplikasikan prinsip  – prinsip CBT pada kelompok
kecil. Tugas – tugas yang biasa dilakukan dalam terapi CBT individu (e.g. setting
agenda, memonitor afek, pemikiran, dan perilaku) dapat berhasil dilakukan dalam
kelompok kecil. Selain keuntungan ekonomi, keuntungan lain dari pendekatan ini
adalah:
- Ekonomis dari segi waktu terapis

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 130/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Membuat pengalaman yang dialami anggota tampak normal karena


dialami semua orang
- Klien dapat melihat dirinya dalam diri orang lain
- Kelompok menyediakan support
- Merupakan media untuk berkembangnya culture  tertentu, e.g. membuat
pekerjaan rumah
- Anggota dapat menjadi co  – terapis  
- Dapat menjadi media untuk melakukan BE, terutama bagi terapi social
anxiety.

Kekurangan dari pendekatan ini adalah:


- Tidak dapat mengatasi semua SDB klien
- Klien mungkin malu untuk menyatakan SDBnya
- Mungkin ada klien yang memonopoli sesi
- Perbedaan peningkatan dapat mengecilkan hati beberapa klien
- Klien yang keluar dari kelompok dapat memberi dampak negatif
- Kemungkinan berkembangnya culture  yang negatif, e.g. tidak membuat

pekerjaan rumah

Format dalam kelompok CBT


1. Open – ended
Klien dapat masuk kelompok kapan saja. Fokus edukasi, tema luas dan
 jarang melibatkan isu individual
2. Open, tema berganti – ganti
Program disusun untuk semua orang. Frekuensi mungkin tinggi, e.g. 3x

seminggu
3. Terprogram
Directive dan paling tidak interaktif, mirip kelompok besar (seperti
didiskusikan di atas)
4. Closed
Semua orang masuk pada saat yang sama

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 131/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Membership of groups
Sangat bergantung pada fungsi kelompok, apakah akan mengatasi
permasalahan seperti borderline personality disorder (akan ada screening
proses) atau untuk meningkatkan keterampilan management (tidak akan ada
screening proses dan klien akan mencakup masyarakat luas).

Therapist input
Freeman et.al. (1993) dan Hollon dan Shaw (1979) menyarankan bahwa
akan sangat sulit bagi terapis untuk menjalankan terapi kelompok dengan lebih
dari 6 anggota, kecuali apabila ada asisten terapis dan juga sangat disarankan
adanya asisten terapis.

Frequency
Kelompok terbuka (open) dapat berjalan selamanya, tetapi kelompok
tertutup (closed) biasanya berjalan 12  – 20 sesi, sekali seminggu untuk pasien
rawat jalan, lebih sering untuk pasien inap. Setiap sesi biasanya berjalan selama
minimal 1.5 – 2 jam.

Hasil CBT kelompok


Morrison (2001) meneliti hasil CBT kelompok dalam berbagai setting.
Secara umum, CBT kelompok memberikan hasil yang baik meskipun untuk
individu dengan gangguan yang lebih serius kemungkinan dapat mendapat hasil
yang lebih baik dengan penanganan individu.

Efektivitas biaya dari CBT kelompok

Keefektivitasan CBT kelompok tampak jelas meskipun tidak selalu nyata,


contohnya:
- CBT kelompok biasanya berjalan 2 jam, dibandingkan terapi individu yang
berjalan sejam
- Proses pemilihan anggota kelompok dapat sangat menghabiskan waktu
- Banyak hal yang harus disiapkan sebelum sesi (handout, questionnaire,
dl) dan dapat menghabiskan banyak waktu
- Terapis dan co-terapis perlu mendiskusikan materi selanjutnya setiap sesi
selesai

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 132/151
7/31/2019 CBT-translet buku

- Mungkin lebih menyulitkan bagi klien untuk datang ke sesi 2 jam


dibandingkan sejam, terutama untuk klien bekerja yang harus minta izin
dari kantor

Jadi dalam menentukan efektivitas terapi kelompok, terapis perlu melakukan


evaluasi kemajuan klien secara berkala dan membandingkan kemajuan yang
mungkin dicapainya dalam sesi individu.

Pasangan
Bentuk terapi ini dapat sangat membantu pasangan yang sama  – sama
mempersepsikan hubungan mereka sebagai pusat permasalahan. Pertama  – 
tama, terapis harus membantu klien untuk menyadari kepercayaan (belief)
mereka akan hubungan tersebut, apa yang mereka rasakan apa yang nampak
dalam perilaku. Tugas terapis adalah untuk mengidentifikasi beliefs tersebut
karena seringkali beliefs tersebut tidak disadari. Kemudian terapis akan
mengidentifikasi bagaimana harapan  – harapan mereka merusak persepsi
tentang hubungan tersebut. Setelah menentukan area permasalahan, biasanya

terapi fokus pada area – area sebagai berikut:


1. Mengubah harapan  – harapan yang tidak realistis
e.g. Seorang istri berpikir bahwa "Apabila dia tidak selalu menghabiskan
waktunya bersama suaminya, hubungannya tidak berarti" --> "Meskipun
tidak selalu bersama, namun hubungan kami sangat berarti"
2. Memodifikasi pandangan bahwa pasangannya selalu bersalah
Banyak pasangan yang terjebak dalam lingkaran selalu menyalahkan
pasangannya. Pasangan perlu disadarkan akan tanggung jawabnya

masing  – masing agar mereka dapat bekerja sama untuk menyelesaikan


masalah.
3. Training komunikasi dan problem  – solving
Pasangan biasanya butuh bantuan untuk mengembangkan keterampilan
berkomunikasi secara efektif untuk mengurangi interaksi yang destruktif.
Selain itu, pasangan juga perlu belajar untuk mengatasi rasa marah dan
tetap berkomunikasi secara efektif dengan pasangannya. Setelah
pasangan dapat berkomunikasi dengan baik, biasanya mereka perlu

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 133/151
7/31/2019 CBT-translet buku

belajar untuk melakukan problem  – solving. Jacobson dan Margolin


(1979) meletakkan prinsip – prinsip problem – solving untuk pasangan:
- Definisikan permasalahan secara spesifik
- Fokus pada pemecahan masalah daripada menyalahkan satu dengan lain
- Belajar untuk berkompromi

Pendekatan behavioral untuk terapi pasangan menekankan pasangan selalu


melakukan perilaku positif satu dengan lainnya, di mana individu melakukan hal  – 
hal tertentu untuk menyenangkan pasangannya. Dalam CBT, strategi ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi SDB dan merencanakan behavioral
experiment.

Pair therapy
Merupakan bentuk terapi yang dilakukan pada 2 orang klien dengan
permasalahan yang serupa. Biasanya digunakan pada klien yang ingin
mendapatkan keuntungan dari terapi kelompok (berbagi pengalaman dan belajar
bagaimana orang lain coping, dll) tetapi terlalu cemas untuk bergabung dengan

kelompok. Studi awal mengindikasikan bahwa bentuk terapi ini cukup efektif
untuk klien; klien memperoleh keuntungan sosial dari berbagi pengalamn tanpa
harus bergabung dengan kelompok. Klien juga menunjukkan peningkatan
sebanding dengan klien yang mengikuti terapi kelompok.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 134/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 17
Developments in CBT

Awalnya CBT dikembangkan untuk membantu masalah depresi klinis dan


saat ini sudah dikembangkan semakin luas dan memasukkan unsur kognitif,
emosi, dan proses tingkah laku yang bisa membantu klien-klien dengan masalah
yang lebih complex, termasuk gangguan kepribadian.
Model yang berkembang saat ini adalah peran dari schemata (atau
skema) dalam gangguan kongitif dan tingkah laku.

Pertimbangan perpindahan kerangka pikir CBT tradisional


Pertama, CBT tradisional mengutamakan modifikasi, elaborasi tingkah
laku yang efektif. Perlu untuk memperluas jangkauan treatmen lebih luas
daripada protocol yang ada atau menambahkan intervensi ekstra pada protocol
saat klien, misalnya, sudah mampu menyelesaikan masalah karena adanya
suatu life event.
Kedua, beberapa praktisi telah mengelaborasinya dengan terapi kognitif

dengan tujuan agar dapat meningkatkan kemudahan untuk menghubungkannya


dengan masalah yang kronis dan complex.
Ketiga, beberapa praktisi juga telah menyederhanakan CBT tradisional
dengan bergokus pada aspek spesifiknya saja.
Dengan demikian, memungkinkan bagi terapis untuk keluar dari kerangka
pikir CBT tradisional ketika pendekatan klasik ini dilihat tidak cukup cocok pada
klien untuk dilakukan CBT sementara formulasi masalah klien menampilkan
perlunya dukungan intervensi kognitif-behavioral.

Skemata dalam terapi


Apa itu skema?
Skema lebih dari sekedar kepercayaan : itu adalah struktur proses
informasi yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan informasi yang
masuk dan mengantisipasi suatu kejadian. Pengetahuan kita mengenai diri,
kategori event, dan sebagainya memungkinkan kita untuk memproses, dengan
cepat, apa yang terjadi dan menolong kita dengan memberikan prediksi yang
akan terjadi di lingkungan.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 135/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Skemata sangat fungsional dan fleksibel. Fleksibilitas ini memungkinkan


kita untuk merubah sikap dan harapan kita saat mendapatkan pengalaman baru.
Skema ini sangat berguna untuk kehidupan manusia, tapi masalah akan muncul
saat konteks dari skema yang dibangun ini bias atau tidak fleksibel.
Cara kerja Schema-Focused
Beberapa klien datang dengan schemata yang terlihat kebal terhadap
perubahan walaupun sudah dihadapkan pada bukti-bukti baru. Klien seperti ini
tidak dapat menerima pengalaman positif baru yang talah dilakukan untuk
menantang kepercayaan yang negatifnya. Klien ini erlu terapi lebih dari
tradisional CBT. Pertahanan schemata yang kuat perlu ditaklukan dengan
penekanan yang kuat dan elaborasi dengan CBT tradisional.
Pendekatan ini memberikan penekanan pada pemahaman pada
permasalahan yang terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja dan relasi klien-
terapis.
Praktisi telah memberi penekanan pada penggunaan interaksi klien-terapi
agar klien bersedia untuk mengungkap inti tema masalah yang sensitive dan sulit
ditangkap.Dalam terapi kognitif, transference yang terjadi bukan merupakan

asumsi yang harus dibuktikan, melainkan sesuatu yang memungkinkan untuk


dieksplor.
Skema kerja merupakan pengembangan yang baru, memberi keuntungan
dalam membantu belief system klien dan dapat diselesaikan dengan persektif
yang lama.
Beberapa strategi berikut merupakan elaborasi antara teknik CBT dan
penyertanya :
Positive data logs . Sistemtisnya adalah mengumpulkan daftar

pengalaman positif untuk membangun belief system yang baru dan lebih
konstruktif, serta dapat menggantikan yang lama, perspektif yang kurang
membantu. Teknik ini dikombinasikan dengan CBT dalam hal merefleksikan
latihan dan pengumpulan data yang digunakan dalam CBT tradisional, tapi
sepertinya memerlukan waktu yang lebih lama.
Continuum work or „scaling‟ . Ini merupakan strategi untuk membantu klien
memerangi gaya berpikir yang tidak membantu. Teknik ini membangun dan
menyertakan gambaran dari contoh perilaku yang ekstrim untuk didiskusikan dan
memberi pertimbangan tentang validitas dari perspektif ektrim tersebut.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 136/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 137/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 138/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Compassion-based therapy
Tujuan dari compassion-based therapy adalah untuk membantu mereka
yang memiliki rasa malu berlebih, self-critism, menghukum diri mengembangkan
penghargaan diri dan mengurangi perasaan malu terhadap dirinya. Teknik ini
menggabungkan antara teknik penggugahan kognisi dengan mengembangkan
sikap peduli dan memperhatikan diri.

Social mentality theory


Pelatihan compassionate mind didasarkan pada teori mentalitas sosial,
dimana informasi yang relevan dengan diri seringkali diproses melalui suatu
system (social mentalities) yang sebenarnya digunakan dalam relasi sosial.
Setiap orang memiliki hubungan internal dengan diri, pemikiran, dan
perasaannya sendiri yang dapat merefleksikan hubungan „self -to-self‟. Misalnya
seorang yang menyerang diri atau merasa diserang, atau seorang yang merasa
butuh diperhatikan
Comppassion based therapy memiliki banyak kesamaan dengan CBT
klasikal. Terapis mempergunakan arahan untuk mengindentifikasi proses

cognitive-emotional yang berhubungan dengan perasaan malu dan kritik pada


diri sendiri. Compassionate mind training  adalah psikoterapi yang paling baru,
tapi sudah populer dan sedang berkembang. Pada saat ini terapi ini sedang
diadaptasi untuk menangani masalah depesi, PTSD dan gangguan kecemasan.

Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT)


MBCT merupakan treatment yang berkembang untuk me-relapse- 
prevention masalah depresi. Elemen yang ada adalah dari terapi kognitif klasik

dengan mindfulness training , terapi dengan pendekatan meditasi yang


dikembangkan oleh Kabat-Zinn. Kabat-Zinn mendefinisikan mindfulness sebagai
memperhatikan dalam cara tertentu pada saat ini dan tanpa  judgemental . MBCT
membantu klien untuk mengubah pemikiran dan perasaan tidak berguna agar
dipandang dari perspektif decentered .
MBCT didasarkan pada model pengolahan informasi yang dikenal
sebagai interaksi subsistem kognitif yang menganggap pikiran sebagai kumpulan
komponen yang saling berinteraksi. Masing-masing komponen menerima

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 139/151
7/31/2019 CBT-translet buku

informasi dari komponen lain dalam pikiran. Tiap komponen lalu memproses
informasi tersebut dan menyalurkannya kepada komponen yang lain.
MBCT secara manual dlakukan oleh kelompok program pelatihan untuk
klien yang depresi berat. MBCT bertujuan untuk membantu klien menjadi lebih
sadar dan menghubungkannya dengan cara yang berbeda terhadap pengalaman
mereka baik secara kognitif, emosional dan fisik. Kelompok ini bertemu setiap
minggu satu kali selama delapan kali. Setiap satu sesi berjalan selama 2 jam.
Tiap pertemuan dilakukan kesepakatan untuk melakukan tugas-tugas yang
diberikan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

The Radical Behavioral Interventions


Beberapa telah mengembangkan intervensi perilaku kognitif yang
memiliki komponen kognitif namun juga menekankan pada pentingnya aspek
perilaku dalam treatment.
Linehan et. Al (1993) menemukan bahwa intervensi ini dapat digunakan
untuk wanita para-suicidal yang menmpunyai gangguan kepribadian borderline .
Treatment ini dilakukan secara bersamaan baik secara individual dan kelompok.

Perbedaan DBT dengan CBT adalah DBT tidak bertujuan untuk challege namun
lebih mendorong untuk menerima perilaku klien dalam realitas. Hubungan
therapeutic  dianggap paling penting dalam DBT.
Tujuan dari ACT adalah membantu klien untuk memilih perilaku yang
efektif jika ada pertentangan antara pikiran dan perasaan. Terapi ini berdasarkan
teori Hayes yaitu melihat permasalahan psikologis sebagai bentuk refleksi dari
ketidakflesibel dan penghindaran. Komponen dari teori Hayes adalah :
acceptance and mindfulness processes  dan commitment and behaviour change 

processes .
BA digunakan sebagai treatment yang berdiri sendiri untuk masalah
depresi yang mencakup komponen dari CBT. BA juga digunakan untuk melawan
pemikiran depresi. Tak hanya itu BA juga dirancang untuk membantu penguatan
positif pada klien dan diperkenalkan kembali dalam kehidupan mereka yang
dapat berfungsi sebagai efek antidepresi.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 140/151
7/31/2019 CBT-translet buku

PROBLEMS
1. Terapis tidak memiliki kompetensi untuk memberikan terapi.
2. Terapis ditekan oleh kompleksitas dan tuntutan dari terapi.
3. Kasus yang dirasakan tidak selesai
4. Vicarious trauma

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 141/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 142/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Pertama-tama kita mengambil beberapa pengukuran yang relevan,


mungkin pada saat awal dan akhir dari terapi, dan lihat apakah dan berapa
banyak mereka berubah. Pada level ini, evaluasi seperti itu dapat
mengungkapkan praktek klinis yang baik. Hal tersebut memberikan kejelasan
kepada terapis dan klien seberapa banyak perubahan yang dibuat oleh terapi
terhadap target permasalahan.
Tujuan utama dari single-case experimental design  adalah untuk
membuat kita lebih percaya diri mengenai evaluasi dampak dari treatment atau
beberapa komponen treatment. Pendekatan paling umum pada design ini
bergantung pada pengukuran ulang yang dilakukan secara tetap.
Terdapat dua desain umum yang akan kami jelaskan. Pertama,
alternating treatment design , adalah suatu cara dalam menentukan yang mana
dari dua treatmen yang lebih efektif pada kasus tunggal (hasil treatmen perlu
diukur secara cepat). Selama masing-masing segmen, satu dari treatmen dipilih
secara random, dan dilakukan pengukuran ulang pada setiap segmen. Jika
pengukuran menunjukkan pemisahan jelas dari kedua kondisi, itu membuktikan
bahwa treatmen yang satu lebih baik dari treatmen yang lain.

Kemudian ada multiple baseline design , dimana kita melihat pada


beberapa pengukuran berbeda pada waktu yang sama. Terdapat beberapa
variasi : dasar multiple melalui perilaku, melalui setting atau melalui subjek.
Terakhir, kami menjelaskan disini pendekatan umum dalam menganalisis
hasil dari single case design  dengan cara inspeksi visual yaitu dengan melihat
pola hasil dan melihat apa yang sekiranya ditunjukkan oleh pola tersebut.

Evaluasi pelayanan

Bentuk umum lain dalam mengevaluasi adalah mengumpulkan data


mengenai keseluruhan pelayanan dan banyaknya jumlah klien. Tujuan utama
evaluasi ini adalah :
 Untuk menjabarkan populasi klien (contoh; usia, jenis kelamin,
seberapa kronis masalah, dsb)
 Untuk menjabarkan sifat pelayanan (contoh; jumlah rata-rata sesi
treatmen)
 Untuk membangun efektivitas dari pelayanan treatmen, menggunakan
pengukuran terhadap hasil

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 143/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 Untuk menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar menentang


perubahan mana dari pelayanan yang dapat dievaluasi (contoh; apakah
perubahan ini memberikan hasil yang lebih baik, atau klien merasa lebih
puas?)

Mustahil untuk menspesifikkan jenis data apa yang harus dikumpulkan,


tergantung pada tujuan dan minat dari pelayanan, tetapi macam data yang
paling banyak dikumpulkan meliputi :
 Data hasil klien (contoh; pengukuran kuesioner mental-health )

Data demografis klien (contoh; umur, jenis kelamin, status


pekerjaan, dsb)
 Parameter pelayanan, seperti tanggal rujukan, dsb.
 Hasil pelayanan seperti keluar dari treatmen atau tidak menghadiri
pertemuan.

Beberapa kuesioner yang sering digunakan


Pengukuran hasil apa yang digunakan berkaitan dengan setiap

pelayanan yang telah ditetapkan berdasarkan kebutuhannya, tetapi yang sesuai


untuk penggunaan rutin klinis adalah yang (a) tidak membutuhkan waktu terlalu
lama bagi klien untuk menyelesaikannya; (b) dapat digunakan secara luas,
sehingga perbandingannya dapat digunakan untuk pelayanan lain dan/atau
percobaan penelitian; dan (c) mengukur aspek kesehatan jiwa yang umum pada
sebagian besar populasi. Beberapa contoh alat ukurnya adalah; The Beck
Depression Inventory (BDI), The Beck Anxiety Inventory (BAI), The Clinical
Outcomes in Routine Evaluation  – Outcome Measure (CORE-OM), The Hospital
Anxiety and Depression Scale (HADS).

Clinical significance statistics


Data evaluasi pelayanan dapat dianalisa menggunakan pendekatan
statistic standar.sebuah pendekatan yang dikenal sebagai analisis „ clinical 
significance ‟ cocok untuk pelayanan klinis, khususnya sebuah pendekatan yang
dikembangkan oleh Jacobson. Tujuan dari analisis clinical significance  adalah
berhubungan dengan masalah dalam pengujian statisktik konvensional dimana
hampir semua perubahan berada dalam skor rata-rata, bahkan yang kecil, akan

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 144/151
7/31/2019 CBT-translet buku

terlihat jelas perbedaan signifikan jika jumlah partisipan dalam studi cukup besar.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah :
 Memberikan kita hasil statistic yang lebih berarti untuk dilaporkan
 Hasilnya lebih mudah dimengerti oleh klien dan/atau petugas pelayanan

Kesulitan dalam evaluasi


   Jaga agar tetap sederhana
Selalu ada hasrat untuk mengumpulkan lebih banyak lagi data, namun
lebih baik untuk memiliki data yang sedikit tapi bisa dikumpulkan dan

secara ekonomi dianalisa dengan bijaksana.


   Mengulangi pengukuran 
Selalu luangkan semenit atau dua menit untuk mendiskusikan hasil
kuesioner dengan klien anda sehingga dapat mengukur seberapa valid
respon mereka.
   Tetap lanjutkan 
Kebanyakan pengumpulan data rutin diawali secara antusias, tapi tidak
bertahan. Kami menyarankan dua factor yang penting dalam menjaga

pengumpulan data tetap berjalan. Pertama, memiliki jiwa „juara‟ pada


level senior yang bijaksana  – seseorang yang akan mendukung
pengumpulan data dan menganalisa dan meyakinkan bahwa orang-orang
akan cepat sadar jika mereka lupa mengumpulkan data. Kedua, penting
bahwa ahli klinis mengumpulkan data melihat bahwa suatu hal telah
selesai dengan itu dan bahwa hasilnya akan diberikan kepada mereka
secara periodic.
   Desain penelitian 
Evaluasi pelayanan klinis biasanya tidak dapat mencapai standar tertinggi
dari desain penelitian. Semua desain penelitian meliputi beberapa
persetujuan antara (a) penelitian yang dikontrol secara ketat yang
memisahkan sebanyak mungkin kemungkinan yang tidak jelas namun,
pada akhirnya tidak benar-benar menyerupai praktek klinis, dan (b)
penelitian yang lebih „real -world‟ dimana sangat mirip dengan praktek
klinis, namun hasinya, meninggalkan ambiguitas mengenai faktor-faktor
penyebab.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 145/151
7/31/2019 CBT-translet buku

CHAPTER 19
USING SUPERVISION in CBT

Introduction
Praktek dari terapi yang baik bukan merupakan suatu hal yang dapat
anda pelajari dengan cepat dan mudah. Anda tidak bisa hanya membaca buku,
atau menghadiri workshop, lalu kemudian selesai dan melakukan CBT yang baik:
pelatihan klinis yang efektif membutuhkan proses yang lebih panjan dalam
mempelajari dimana anda membawa serta apa yang anda telah pelajari
mengenai teori dan strategi therapeutic dengan realita kompleks dari klien yang
anda temui. Supervisi ahli klinis adalah satu dari cara utama dimana dengan ini
akan terus belajar. Ide dasarnya adalah bahwa dengan memiliki seseorang untuk
berdiskusi atau mengobservasi langsung terapi anda, anda dapat menilai sebaik
apa hal tersebut berlangsung, menentukan masalah, menemukan solusi dan
mengembangkan kemampuan anda.

Tujuan supervisi
Ada persetujuan bahwa supervise klinis dapat membantu mencapai satu
atau semua tujuan-tujuan berikut:
 Mengembangkan skill terapi: mengembangkan kemampuan yang ada
dan mempelajari kemampuan baru.
 Melindungi klien: menyediakan suatu bentuk control yang berkualitas
untuk terapi.
 Menyediakan dukungan untuk terapis mengenai kesulitan terapi.

Memonitor dan mengevaluasi praktek dan kemampuan terapis.

Terdapat perbedaan antara evaluasi summative dan formative :


 Evaluasi summative merujuk pada evaluasi yang mana tujuan utamanya
adalah untuk menghadirkan penilaian kesimpulan.
 Evaluasi formative merujuka pada penilaian yang mana tujuan utamanya
adalah untuk membuat subjek berkembang.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 146/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Tipe-tipe supervisi
Kami dapat menjabarkan dua dimensi penting dari supervisi: pertama,
apakah supervisi untuk terapis individu atau kelompok; kedua, apakah supervisi
berasal dari seorang yang dipertimbangkan menjadi lebih ahli dibanding yang
lain yang kurang ahli atau berada diantaranya. Dengan mengkombinasikan
kategori-kategori ini memberikan kami empat tipe supervisi, yaitu:
1. Apprenticeship
Praktisi yang sudah terlatih dan berpengalaman bertemu dengan
seseorang yang masih baru, langsung secara personal untuk
mengembangkan kemampuan terapis orang baru tersebut. Kerugian
utamanya adalah memerlukan biaya yang mahal serta waktu pertemuan
yang terbatas.
2. Led group
Yang menjadi point utama dari led group ini adalah bahwa memiliki
keuntungan dari apprenticeship model dalam hal penawaran jasa ahli,
sedangkan tipe ini lebih ekonomis dan praktis dalam banyak setting.
Selain itu juga dapat belajar dari kasus praktisi yang lain.

3. Consullation
Untuk praktisi yang sangat berpengalaman, ini bisa menjadi satu-satunya
tipe supervisi yang tersedia, karena mungkin tidak ada lagi yang lebih
ahli. Consullation dapat berupa supervisi secara personal atau juga bisa
mutual, dimana keduanya saling mengawasi satu sama lain.
4. Peer group
Keuntungannya adalah murah dan mudah dibentuk; dapat saling belajar;
dan dapat mendorong partisipan yang kurang berpengalaman untuk

menjadi kreatif dan membagi ide mereka. Kerugiannya adalah adanya


resiko „orang buta membimbing orang buta pula‟, dan tidak ada pemimpin
yang bertanggung jawab terhadap dinamika kelompok.

Penggunaan tape
Penggunaan audio atau video tape dalam sesi klien selalu menjadi hal
yang istimewa dalam supervisi CBT, agar supervisor dapat mengobservasi apa
yang terjadi secara langsung. Kami sangat merekomendasikan pengunaan tape.
Keuntungan-keuntungannya adalah :

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 147/151
7/31/2019 CBT-translet buku

 Refleksi diri. Merupakan latihan yang baik untuk mendengarkan kaset


terapi anda dan secara kritis menilai kinerja anda sendiri.
 Menghindari kehilangan data dan distorsi (positif atau negative) dalam
pandangan terapis dan keterangan klien.
 Dapat memberikan supervisi yang tepat dan dalam dimana hampir
mustahil jika supervisi hanya berdasarkan pada keterangan terapis.

Jika anda menggunakan tape, anda perlu untuk mempertimbangkan beberapa


etika:

Klien harus diberikan informed consent secara penuh sebelum setiap sesi


yang akan direkam.
 Jika anda memutuskan untuk menggunakan tape, biasanya jauh lebih
mudah jika anda membiasakan untuk merekam semua sesi klien anda
daripada berpikir hanya ketika ada sesuatu yang salah atau ketika suatu
kebutuhan khusus perlu dimunculkan.

Memilih supervisi

Jika anda mempunyai pilihan, anda mungkin bisa mempertimbangkan


beberapa hal berikut:
 Apakah supervisor adalah seseorang yang dapat anda percayai dan
merasa nyaman dengannya?
 Apakah supervisor memiliki kemampuan-kemampuan yang anda perlu
pelajari?
 Apakah supervisor termotivasi untuk membimbing anda dan bersedia
untuk komitmen selama peride supervisi yang telah disepakati?
 Apakah supervisor menerima supervisi?

Pengaturan dalam negosiasi supervisi


Kami menyarankan selalu penting untuk terlebih dahulu mengadakan
pertemuan untuk mengklarifikasi harapan dan prospek kedepannya. Anda
mungkin ingin mempertimbangkan:
 Pengaturan praktis: kapan supervisi akan berlangsung, dimana, berapa
lama. Berapa sering, dsb.?

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 148/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 149/151
7/31/2019 CBT-translet buku

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 150/151
7/31/2019 CBT-translet buku

Anda perlu memahami pemikiran dan keyakinan mengenai hal ini. Sebagai
contoh, apakah terlalu menuruti supervisor anda, setuju untuk melakukan
tindakan yang sebenarnya tidak terlalui kamu setujui? Jika begitu, apa yang
membuat kamu sulit untuk memberitahu supervisor anda apa yang kamu
tidak setujui? Coba pahami menuntun ke arah mana hal tersebut. Rekaman
terapi dapat sangat berguna untuk membantu melihat dimana sesi terapi
yang mungkin keluar jalur. Dan, anda dapat selalu bertanya dalam supervisi.
  Keyakinan negative mengenai supervisi 
Supervisi sebaiknya dilihat sebagai kesempatan untuk belajar, bukan sebagai
ancaman. Seperti kinerja klinis kita, penting untuk mengidentifikasi keyakinan
negatif yang dapat mengganggu perkembangan proses. Anda perlu lebih
menyadari keyakinan anda yang kurang tepat dan gunakan kemampuan CBT
anda untuk mengevaluasinya.

http://slidepdf.com/reader/full/cbt-translet-buku 151/151

Anda mungkin juga menyukai