Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama
hamil.
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir.
Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada
pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami
masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi
(Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK dan
51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar
terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya
mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat
persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
gangguan kesehatan (Depke RI, 1996). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap
infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain
sebagainya (Depkes RI, 1998).
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali
menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium.
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama
masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300
kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988).
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337
Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal,
yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa
dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan
adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per
hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan
dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang
trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan
selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi
tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan
III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II
dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun
1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk
penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini
berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat,
bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir
kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin.
Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan
penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan
protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3
g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di
bawah 15 tahun).
Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang
bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein
yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi.
Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk
mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan
seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin,
plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan
kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45
tahun).
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi.
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan
mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada
trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.
Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran
LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis
(KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita
anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (1998) menunjukkan bahwa KEK pada batas
23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko relatifnya cukup
tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali
untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.
Sebagaimana disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi
ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup berperan
dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa status
gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu
dengan status gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan
bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal).
Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil
dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi
yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998) menemukan bahwa anemia
pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena
belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu.
Selanjutnya pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl atau anemia berat ditemukan secara
statistik tidak nyata melahirkan BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mati mempunyai resiko
3,081 kali. Dari hasil analisa multivariat dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan
sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat mempunyai resiko untuk
melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia
berat.
Penutup
Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil
mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan
dilahirkan. Bila ibu hamil mengalami kurang gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara
lain: keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi
lahir dengan BBLR.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pengaruh gizi kurang terhadap kejadian BBLR cukup
besar pada ibu hamil, apalagi kondisi gizi ibu sebelum hamil buruk. Masalah gizi kurang pada
ibu hamil ini dapat dilihat dari prevalensi Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan kejadian
anemia.
Untuk memperkecil resiko BBLR diperlukan upaya mempertahankan kondisi gizi yang baiik
pada ibu hamil. Upaya yang dilakukan berupa pengaturan konsumsi makanan, pemantauan
pertambahan berat badan, pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau saat
hamil.
Daftar Pustaka
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1992. Pedoman Pelayanan Kesehatan
Prenatal di Wilayah Kerja Puskesmas. Jakarta.
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman Penanggulangan Ibu
Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk
melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penelitian Gizi dan Makanan jilid
21.
Jumirah, dkk. 1999. Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Serta
Dampaknya pada Berat Bayi Lahir di Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan.
Laporan Penelitian. Medan
Kardjati, S. 1999. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT
Gramedia. Jakarta.
Pudiadi. 1997. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta
Manik, R. 2000. Pengaruh Sosio Demografi, Riwayat Persalinan dan Status Gizi Ibu terhadap
Kejadian BBLR, Studi Kasus di RSIA Sri Ratu Medan. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.
Sarimawar, D., dkk. 1991. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan. Buletin
Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Banyak wanita tahu bahwa gizi yang baik amatlah penting selama kehamilan, sebab apa yang
dimakan turut dinikmati oleh janin dalam bentuk nutrisi yang penting untuk pertumbuhan janin.
Baru baru ini, para ahli sepakat bahwa perawatan gizi pra-kehamilan juga amat penting. Artinya,
setidaknya tiga bulan sebelum anda berencana hamil, anda harus mempersiapakn diri melalui
makanan bergizi dan kesehatan badan, dan mulai mengubah kebiasaan makan anda yang kurang
sehat demi kesehatan bayi anda nantinya. Sehingga pada saat anda hamil, badan anda sudah
terkondisikan dengan sangat baik untuk pertumbuhan janin. Minggu-minggu pertama kehamilan
adalah masa di mana organ tubuh yang penting terbentuk. Kekurangan gizi pada saat ini dapat
menimbulkan kelainan pada bayi atau bahkan kelahiran prematur. Karena itu, gizi seimbang
penting untuk pertumbuhan janin[1].
Susunlah menu makananan anda secara seimbang dan bervariasi selama kehamilan anda.
Pastikan anda mengkonsumsi makanan segar untuk memaksimalkan asupan vitamin. Kapsul
vitamin dan obat suplemen bukanlah pengganti gizi makanan seimbang.
Apabila anda mengikuti aturan sederhana mengenai gizi dan juga memberi variasi menu
makanan, anda tidak usah khawatir kekurangan gizi. Gizi selama hamil tidak selalu berarti
makan dua kali lipat porsi biasa, yang penting adalah kandungan gizinya seimbang[1]:
Pilihlah makanan segar atau setidaknya makanan beku. Sebaiknya jangan memilih
makanan kaleng atau makanan kemasan yang mengandung banyak pengawet dan bahan
tambahan. Buah dan sayur harus dicuci dengan baik untuk menghilangkan residu
pestisida
Kukus, bakar, atau panggang makanan anda. Sebaiknya jangan menggoreng makanan.
Memasak di oven microwave juga menjaga gizi karena waktu masaknya yang lebih
sebentar
Beli dan gunakan makanan segar sesegera mungkin. Jangan memasak bahan makanan
segar terlalu lama agar gizi tidak berkurang.
Hindari alkohol, minuman keras, dan obat-obatan (kecuali diresepkan dokter). Jamu
sebaiknya dihindari kecuali dokter anda menyarankan untuk menggunakannya. Beberapa
jenis jamu dapat menyebabkan keguguran, dan ada pula jamu yang mengandung bahan
kimia aktif. Adalah sangat penting untuk menghindari obat-obatan dan alkohol pada
minggu-minggu anda merencanakan kehamilan
Banyak meminum cairan - jus buah segar atau air - tapi hindarilah minuman soda atau
minuman ringan yang tinggi kadar gula atau kimiawinya. Kurangi minum teh atau kopi.
Kopi bebas kafein juga tidak dianjurkan karena dapat mengandung sisa bahan kimia yang
digunakan untuk menghilangkan kafein tersebut.
Gantilah cemilan seperti kripik atau kue dengan buah segar dan sayuran segar.
Pastikan anda mengkonsumsi makanan tinggi serat untuk menghindari sembelit (masalah
umum pada masa kehamilan). Serat dapat dijumpai dalam beras merah, roti 'wholemeal',
serealia, kacang-lacangan, sayur-sayuran, dan buah buahan.
Janganlah merokok. Penelitian membuktikan bahwa ibu yang merokok melahirkan bayi
dengan berat badan rendah, atau bahkan mengalami keguguran. Mesokok menyebabkan
janin kekurangan oksigen, sementara nikotin dalam rokok adalah zat kimia yang sangat
beracun. Karenanya, anda pun mesti menghindari tempat yang mengandung banyak asap
rokok, agar tidak menjadi korban "perokok pasif". Jangan takut untuk menasehati orang-
orang di sekitar anda untuk tidak merokok di saat anda berada di ruangan yang sama,
karena anda sedang hamil.
Berikut daftar beberapa zat gizi yang paling penting untuk perkembangan janin[1]. Pastikan zat
gizi ini selalu anda konsumsi selama kehamilan:
Asam folat: Zat ini ada di dalam serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau, jamur, kuning
telur, jeruk, pisang, dan lain lain.
Kalsium, sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi. Zat ini dapat dijumpai di
dalam susu dan produk susu (keju, yoghurt), ikan yang bisa dimakan tulangnya (seperti
ikan teri, sarden), biji-bijian (biji bunga matahari, wijen), produk kedelai (tempe, tahu),
sayuran hijau, dan buah-buahan kering.
Zat besi, sangat penting karena pada masa kehamilan volume darah anda meningkat 25%,
dan juga penting untuk bayi anda membangun persediaan darahnya. Dapat dijumpai di
hati, daging merah, sayurn hijau, wijen, buah-buahan kering, kuning telur, serealia, dan
sarden. Penyerapan zat besi dapat terbantu dengan konsumsi vitamin C.
Ekstrak ragi (Brewer's yeast) mengandung ketiga zat penting tersebut, dan dapat diperoleh di
apotik.
Ingatlah bahwa penyerapan minuman dan mineral saling berhubungan satu sama lain, karenanya
anda harus menjaga agar konsumsi makanan anda seimbang dan bervariasi. Ini penting bukan
hanya selama hamil tetapi juga masa menyusui.
* Kalori
* Protein
Kebutuhan protein bagi wanita hamil adalah sekitar 60 gram. Artinya, wanita hamil butuh
protein 10-15 gram lebih tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil. Protein tersebut
dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan janin. Protein juga
dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan diferensiasi sel.
* Lemak
* Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama
kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan
karbohidrat sebagai sumber kalori utama. Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat
kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. Selain mengandung vitamin dan mineral,
karbohidrat kompleks juga meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama hamil untuk
mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir.
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum
hamil. Ini perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses
diferensiasi sel. Tak cuma itu. Tambahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan untuk
membantu proses metabolisme energi seperti vitamin B1, vitamin B2, niasin, dan asam
pantotenat. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah
merah, sedangkan Vitamin B6 juga berperan penting dalam metabolisme asam amino.
Kebutuhan vitamin A dan C juga meningkat selama hamil. Begitu juga kebutuhan mineral,
terutama magnesium dan zat besi. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
dari jaringan lunak. Sedangkan zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan
sangat penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi, disamping untuk
meminimalkan peluang terjadinya anemia. Kebutuhan zat besi menjadi dua kali lipat
dibandingkan sebelum hamil.
Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir
prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan
kekurangan energi terjadi pada trimester II
dan III dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia
kehamilannya. Contoh konkretnya adalah kekurangan zat besi yang terbilang paling sering
dialami saat hamil. Gangguan ini membuat ibu mengalami anemia alias kekurangan sel
darah merah. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia, selain kelainan
bawaan pada bayi, dan keguguran.
Padahal, tak sulit memperoleh tambahan zat besi dan asam folat ini. Selain dari suplemen,
juga dari bahan makanan yang disantapnya. Namun ibu hamil tak dianjurkan mengonsumsi
suplemen multivitamin karena kelebihan vitamin A dan D dosis tinggi dalam tubuh justru
dapat menimbulkan penumpukan yang berefek negatif. Suplemen dalam bentuk jejamuan
juga tidak dianjurkan jika kebersihan dan keamanan bahannya tidak terjamin.
ANJURAN KHUSUS
Ibu hamil sebaiknya mengonsumsi sedikitnya dua gelas susu sehari atau kalau tidak,
santaplah hasil produksi ternak lainnya. Ingat, keanekaragaman bahan makanan
merupakan kunci dari menu makanan bergizi seimbang. Kebutuhan kalori mudah didapat
dari tambahan porsi biji-bijian, sayuran, buah dan susu rendah lemak. Jika ibu baru
mengonsumsi menu bergizi setelah beberapa minggu kehamilan, diharapkan
keterlambatannya tidak melampui masa trimester II yang merupakan masa pertumbuhan
janin terbesar.
Bagi ibu hamil sebenarnya tidak ada makanan yang benar-benar harus dihindari, kecuali
alkohol. Namun bila ibu mengalami keluhan mual-muntah, maka ia tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang dapat merangsang keluhan mual-muntahnya. Contohnya
adalah durian. Jika tidak ada keluhan, buah ini boleh dikonsumsi selama hamil asalkan
jumlahnya wajar, yaitu sekitar 35 gram dalam sehari.
Olahan apa pun seperti makanan yang dibakar boleh saja disantap asalkan benar-benar
matang dan tidak dikonsumsi bagian gosongnya. Selanjutnya, apabila ibu hamil telah
mengonsumsi menu makanan sesuai anjuran, maka camilan tanpa kalori boleh-boleh saja
dikonsumsi seperti agar-agar, gelatin dan sejenisnya.
Selain alkohol, kopi juga tidak dianjurkan diminum selama hamil karena kurang
mengandung zat gizi dan kemungkinan memberikan efek negatif walau hal ini masih
diperdebatkan. Merokok aktif maupun pasif juga harus dihentikan karena berkaitan dengan
tingginya risiko keguguran, bayi lahir meninggal, lahir prematur, ataupun lahir dengan berat
badan rendah (kurang dari 2.500 gram).
PANTAU KENAIKAN BERAT BADAN
Pada trimester I biasanya ibu hamil akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan
fungsional dalam tubuhnya akibat proses kehamilan. Di antaranya keluhan mual-muntah
dan rasa tidak nyaman lainnya. Dengan demikian, asupan makanan selama trimester ini
belum dapat menaikkan BB ibu hamil. Normalnya, pada trimester I berat badan diharapkan
naik kurang dari 2 kilogram. Sedangkan pada trimester II dan III sebaiknya kenaikan BB
kurang dari 1/2 kg setiap minggunya.
Ibu hamil yang tergolong kurus sebelum hamil, diharapkan bisa mencapai kenaikan BB
sebanyak 12,518 kg pada akhir kehamilan. Sedangkan untuk mereka yang tidak kurus dan
tidak gemuk alias memiliki berat badan ideal diharapkan mencapai kenaikan BB sebesar
11,516 kg di akhir kehamilannya. Sedangkan mereka yang kelebihan BB saat sebelum
hamil diharapkan kenaikan BB-nya hanya 7,115 kg pada akhir kehamilannya. Sementara
wanita hamil yang kegemukan sebelum hamil, kenaikan BB dianjurkan sebatas 6 kg atau
lebih sedikit pada akhir kehamilannya. Agar kenaikan berat badan terjaga, tentu saja ibu
perlu secara berkala dan rutin menimbang badan bersamaan dengan pemeriksaan
kehamilan.
Berikut tabel contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil
Roti 3 potong sedang (70 gram), kentang 2 biji sedang (210 gram), kue kering 5 buah
besar (50 gram), mi basah 2 gelas (200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram),
jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar (125 gram), ubi 1 biji sedang (135
gram)
1 potong kecil ikan asin (15 gram), 1 sendok makan teri kering (20 gram), 1 potong sedang
ayam tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1 butir telur ayam negeri
(55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170 gram) dan lainnya.
* 1 mangkuk (100 gram) sayuran, di antaranya buncis, kol, kangkung, kacang panjang,
wortel, labu siam, sawi, terong dan lainnya.
* 1 potong buah, seperti 1 potong besar papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2
buah jeruk manis (110 gram), 1 potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka
(180 gram), 1 buah apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), 1/4 buah nenas
sedang (95 gram), 3/4 buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1
jambu biji besar (100 gram), 2 buah jambu air sedang (110 gram), 8 buah rambutan (75
gram),
2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah sedang sawo (85 gram),
dan lainnya.
Tahu 1 potong besar (110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok makan kacang
hijau (20 gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang
merah segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok makan
kacang mete (15 gram), dan lainnya.
4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt nonfat (120 gram), 1 potong kecil
keju (35 gram), dan lainnya.
avokad 1/2 buah besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan
kelapa parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram), dan lainnya.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit
(Beck. 2000 : 1).
Manfaat Nutrisi
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan
rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan
mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan
tubuh
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan
rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan
mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan
tubuh.
Untuk itu, setelah sakit kita perlu banyak makan makanan bergizi. Begitu juga
untuk yang menjalani operasi atau yang baru melahirkan.
BMI = Berat/Tinggi2
Wanita dengan kategori rendah, peningkatan berat badan idealnya saat hamil adalah
12,5 sampai dengan 18 kg. Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal, peningkatan
berat badan idealnya pada saat hamil adalah 11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita
dengan BMI yang lain, peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5. Remaja
disarankan untuk meningkatkan berat badannya lebih dari porsi yang ditetapkan karena
ditakutkan jika mengikuti porsi diatas maka janinnya kecil. Remaja yang mengalami sakit
selama 2 – 3 tahun setelah memperoleh haid pertamanya diperkirakan memiliki resiko
tinggi disebabkan oleh permasalahan nutrisi karena telah ditetapkan bahwa ibu dan janin
memliki ketergantungan pada nutrisi.Telah ditemukan bukti bahwa wanita yang memiliki
usia sampai dengan 19 tahun kebutuhan nutrisinya pada saat kehamilan harus sangat
diperhatikan terutama melalui bimbingan. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 157
cm kenaikan berat badannya disarankan mendekati batas bawah kenaikan berat badan
yang direkomendasikan untuk mengurangi meningkatnya resiko akibat timbulnya
komplikasi yang sifatnya mekanis.
Untuk kehamilan kembar pada saat ini belum ditemukan rekomendasi yang sesuai
dengan menggunakan dasar BMI. Pada kehamilan kembar untuk memperoleh hasil yang
terbaik disarankan untuk menaikan berat badan sebesar 20 kg (Wong, 1997 : 180).
Kenaikan berat badan memegang peranan penting dalam kehamilan. Kenaikan berat
badan rendah pada awal kehamilan akan menyebabkan terjadinya SGA pada janin.
Kenaikan berat badan yang tidak adekuat pada setengah akhir kehamilan berdasarkan
hasil pengamatan menunjukan terjadinya kelahiran preterm. Resiko ini ditemukan
waupun pada akhir kemilan dicapai sesuai dengan range yang direkomendasikan.
Kenaikan berat badan optimal tergantung pada tahapan kehamilan. Pada trimester
pertama dan kedua kenaikan berat badan banyak disebabkan oleh kenaikan organ
pendukung kehamilan, sedangkan pada trimester ketiga yang mempengaruhi kenaikan
berat badan adalah pertumbuhan janin. Pada trimester kenaikan berat badan rata-rata
adalah antara 1 sampai dengan 2 kg pada wanita. Untuk trimester kedua dan ketiga pada
wanita dengan berat badan normal kenaikannya diharapkan 0,4 kg per minggu. Untuk
wanita dengan berat badan lebih, kenaikan berat badannya adalah 0,3 kg dan untuk
wanita dengan berat badan kurang kenaikannya adalah 0,5. Untuk asupan kalori pada
trimester pertama diharpakan tidak ada perubahan dari kebiasaan, pada trimester kedua
dan ketiga asupan kalorinya harus dinaikan sebesar 300 kkal per hari lebih dari biasanya.
Kenaikan ini dapat dicapai dengan mudah melalui asupan susu, yogurt, atau keju, buah-
buahan, sayuran, sereal, nasi atau roti.
Kenaikan berat badan yang tidak adekuat (kurang dari 1 kg perbulan untuk wanita
normal, 0,5 kg perhari untuk wanita dengan berat badan kurang) atau kenaikan berat
badan berlebih (3 kg / bulan) harus segera memperoleh perhatian. Kemungkinan
penyimpangan dari berat yang direkomendasikan diantaranya adalah kesalahan
pengukuran, kesalahan pencatatan, pengaruh berat pakaian, dan terjadinya akumulasi
cairan. Kenaikan berat badan yang terlalu tinggi disebabkan oleh akumulasi cairan,
kenaikannya lebih dari 3 kg perbulan, terutama setelah 21 minggu usia kehamilan, dan
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi (Wong, 1997 : 180). Penelitian yang dilakukan
oleh Yudomustopo (2007) menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dengan
terjadinya persalinan preterm, dimana pada 68% ibu yang menderita hipertensi,
mengalami persalinan preterm.
Kehamilan adalah suatu kejadian yang hampir selalu ditunggu-tungguSaat ini pun
Ibu pada umumnya sudah mengerti bagaimana seharusnya ia lebih menjaga kondisi tubuh
demi untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Jika
sebelumnya ia makan hanya untuk dirinya sendiri, kini ia harus mencukupi kebutuhan
gizinya untuk janinnya pula.
Normalnya, sang ibu mengalami peningkatan berat badan selama kehamilan
berlangsung. Kenaikan berat badan yang optimal akan berdampak baik pada kehamilan
maupun output persalinannya kelak. Dengan berat badan yang ideal untuk seorang ibu
hamil, pertumbuhan janin pada umumnya akan berlangsung normal. Komplikasi
timbulnya gangguan kesehatan dan penyakit lain juga bisa dihindari. Hal ini pun
memberikan efek pada pasca persalinan yaitu kesehatan ibu selama laktasi.
Menurut National Academy of Science, variasi kenaikan berat badan ibu hamil
tergantung pada berat badan ibu sebelum hamil. Khususnya bisa diketahui dengan
menilai body mass index (BMI). Berikut rekomendasi yang disarankan untuk kenaikan
total berat badan pada ibu hamil berdasarkan berat badan sebelum hamil.
Untuk bisa mencukupi dan menyeimbangkan gizi pada saat hamil dan menyusui,
komposisi zat gizi harus diperhatikan. Kalori dicukupi namun jangan terlalu banyak,
hanya 17%, protein 25% dan vitamin dan mineral 20 – 100%.
Pemberian suplemen vitamin dan mineral ternyata masih merupakan pro dan
kontra. Menurut keterangan yang bersumber dari Institute of Medicine (USA), semua
suplemen vitamin dan mineral kecuali Fe tidak ada menfaatnya. Namun tetap saja hal itu
menjadi pro dan kontra sehingga beberapa pihak dari kalangan medis masih menjadikan
suplemen vitamin dan mineral sebagai suplemen ibu hamil untuk menjamin tercukupinya
zat gizi pada bumil tersebut.
Ibu hamil seharusnya memiliki kadar hemoglobin (Hb) > 11 g/dl. Pada saat post
partum minimal harus 10 g/dl. Jika ibu mengalami anemia terutama penyebab yang
paling sering adalah karena kekurangan zat besi (Fe) risiko persalinan yang abnormal
akan meningkat, demikian pula dengan risiko infeksi ibu dan kecenderungan perdarahan
yang akan berdampak pada morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Kondisi anemia
kekurangan zat besi puncaknya sering terjadi pada trimester II dan III. Kondisi tersebut
bisa saja disebabkan karena asupan Fe yang kurang, adanya infeksi parasit dan interval
kehamilan yang pendek. Keadaan anemia seringkali menyebabkan ibu jatuh dalam
kondisi mudah lelah, kekuatan fisik menurun, timbulnya gejala kardiovaskuler,
predisposisi infeksi, risiko peripartum blood loss, dan risiko gangguan penyembuhan
luka. Sedangkan bagi janin kondisi kekurangan Fe hingga < 9 g/dl meningkatkan risiko
persalinan preterm, intrauterine growth retardation (IUGR), dan intrauterine fetal death
(IUFD). Plasenta pun terkena imbasnya yaitu bisa mengalami hipoksia kronik dan
angiogenesis. Hipotesis Baker mengatakan bahwa terdapat hubungan antara gangguan
pada plasenta dan pertumbuhan janin yang mempengaruhi risiko berkembangnya
penyakit pada janin tersebut setelah dewasa seperti timbulnya penyakit kardiovaskuler
dan diabetes mellitus.
Vitamin A untuk ibu dan bayi berguna sebagai imunomodulator bagi kekebalan
mukosa. Namun penggunaanya tidak boleh terlampau banyak. Suplemen vitamin A tidak
boleh melebihi dosis yang telah direkomendasikan dalam Recommended Dietary
Allowance yaitu sejumlah > 15.000 IU/hari. Konsumsi yang terlalu banyak akan
meningkatkan risiko cacat bawaan janin.
Kebutuhan kalium dan fosfor umumnya pada ibu hamil tidak meningkat. Namun
jika diet kalsium rata-rata kurang dari yang dianjurkan untuk orang sehat dan normal
yaitu sejumlah < 600 per hari ditakutkan akan meningkatkan risiko terjadinya pre
eklampsia dan kualitas bayi yang menurun. Namun hal ini masih menjadi perdebatan
pula tentang kebenarannya.
Zinc, termasuk mineral yang penting dikonsumsi oleh ibu. Diet rendah zinc akan
meningkatkan risiko janin lahir prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
Zinc ditengarai mampu meningkatkan berat lahir dan lingkar kepala. Untuk itu, konsumsi
Zinc paling tidak harus sudah dimulai sejak hamil 19 minggu dengan dosis 15 mg/hari.
Pada ibu yang mengalami kondisi defisiensi asam folat disertai dengan defisiensi
vitamin B6, B12, penyakit ginjal, hati, serta minum obat-obatan akan terjadi
hiperhomosisteinemia. Keadaan ini berpotensi menyebabkan berbagai cacat bawaan
seperti kelainan jantung, pembuluh darah, kelainan saraf pusat, abortus, prematuritas,
solusio plasenta, janin mati dalam kandungan (IUFD), pre-eklamsia, maupun eklamsia.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan pemenuhan kebutuhan vitamin B6, B12
dan asam folat selama hamil. Kebutuhan asam folat untuk wanita tidak hamil adalah
sebesar 100 mg/hari sedangkan untuk wanita hamil adalah berkisar antara 500 – 1000
mg/hari. Bagi ibu-ibu yang pernah melahirkan bayi dengan kelainan saraf pusat
dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat dengan dosis 4000 mg (4 mg)/hari mulai 1
bulan sebelum hamil sampai dengan usia hamil 3 bulan. Rekomendasi yang dianjurkan
CDC tahun 1992 terbagi dalam dosis profilaksis 0,4 mg / hari untuk wanita usia
reproduksi serta dosis 4 mg / hari mulai 1 bulan sebelum rencana kehamilan sampai
dengan trimester 1, untuk wanita dengan risiko terjadinya kecacatan syaraf janin. Asam
folat banyak terdapat pada kacang-kacangan dan buah-buahan. Namun dalam makanan
ini keadaan bahan asam folat yaitu poliglutamat, bersifat tidak stabil. Mengonsumsi
suplemen asam folat, karena dalam suplemen ia berbentuk monoglutamat yang lebih
stabil.
Lemak yang baik bagi pertumbuhan janin adalah jenis LC PUFA (long chain
poly-unsaturated fatty acid) yang terdiri dari asam amino, DHA dan asam lemak tak
jenuh yang diperlukan untuk pembentukan otak, hati dan retina. Dengan cukupnya zat-zat
tersebut diharapkan bayi akan lahir dalam usia cukup bulan. AA dan DHA berperan
dalam pembentukan membran sel, endothel, serta jaringan saraf. Pada kehamilan
bermanfaat untuk mencapai berat lahir yang optimal, mencukupkan usia kehamilan dan
mencegah preeklampsia. Pada ibu menyusui juga bermanfaat untuk mencapai tumbuh
kembang bayi yang optimal.
Salah satu komposisi suplemen ibu hamil yaitu Zingiber officinale yang di
Indonesia dikenal dengan nama jahe. Bahan ini sebenarnya masih dipertanyakan efek
terapeutiknya. Menurut Tyler dan Foster, 1996, fungsinya saat ini merupakan obat herbal
untuk memperbaiki distress saluran pencernaan. Misalnya untuk mengurangi insiden
mual dan muntah selama kehamilan. Menurut Backon 1991, jahe meningkatkan aktivitas
tromboksan sintetase yang berdampak pada testosteron – binding, memodifikasi sex
steroid dependent serta diferensiasi otak janin. Namun hal tersebut masih dipertanyakan
pula oleh para ahli. Efek jahe tersebut tergantung pula pada dosis dan durasi
konsumsinya.
Salah satu lagi bahan yang bermanfaat bagi ibu hamil adalah prebiotik. Bahan
berasal dari jenis fruktoolgisakarida (FOS), tidak dihidrolisis maupun diabsorbsi di
saluran cerna bagian atas. Memiliki mekanisme kerja merangsang pertumbuhan bakteri
komensal dalam kolon (Bifidobacteria dan Lactobacillus), merubah mikroflora menjadi
bermanfaat, menjaga kesehatan usus, menambah jumlah spesimen saccharolitic serta
mengurangi mikroorgansime yang patogen. Oligosakarida dalam makanan diubah
mnejadi fruktosa kemudian dibuah lagi mnejadi fruktooligosakarida (FOS) sehingga
berfungsi sebagai prebiotik. Prebiotik ini juga berfungsi untuk melindungi mukosa
saluran cerna dari infeksi, menurunkan pH usus, menekan pertumbuhan bakteri patogen,
menghasilkan vitamin K, mengaktifkan fungsi usus, maupun menstimulasi respon imun.
Dengan memahami manfaat nutrisi pada bumil, dapat diketahui apakah seorang
ibu hamil berisiko mengalami kondisi kekurangan nutrisi. Hal tersebut dapat dicurigai
bila menemui ibu hamil yang memiliki indeks massa tubuh yang abnormal, berat badan
yang abnormal, hamil dalam usia terlalu muda, ada riwayat pernah melahirkan prematur
dan BBLR, menderita penyakit kronis, kehamilan ganda, gangguan makan (Pica) dan
menderita penyakit alergi (Andra, 2007).