Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak
menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di


daerah yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang beradab lain kala itu
seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani,
tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara
intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof
ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof
Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates
adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya
Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat.

Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad


pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi
oleh rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin
agama Kristen selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme
sedangkan filsafat kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu


pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan
oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala
aspek pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/
ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan
cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara
ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri
dari hal-hal mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan
selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati
secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 1


mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada
kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan
rasional.

Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi


pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam
semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani.
Filsafat dan ilmu menjadi satu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan
dalam makalah ini adalah:
1. Apakah filsafat ?
2.  Apa saja filsafat menurut para ahli ?
3. Apa saja cabang-cabang filsafat ?
4. Apa saja ciri-ciri ilmu ?
5. Apa perbedaan, persamaan filsafat dan ilmu ?
6. Apakah tujuan filsafat ilmu ?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah yang bertema pengertian filsafat ilmu ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu filsafat ?
2. Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat ?
3. Untuk mengetahui ciri-ciri ilmu ?
4. Untuk mengetahui perbedaan, persamaan filsafat dan lmu ?
5. Untuk mengetahui tujuan filsafat ilmu ?

D. Manfaat Penulisan Makalah


1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa , apa yang dimaksud filsafat.
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa , apa saja cabang-cabang
filsafat.
3. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa , apakah tujuan filsafat ilmu.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 2


BAB II

PEMBAHASAN

1.      Apakah filsafat?
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di
bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya
dalam kesemestaan galaksi. Atau seseorang, yang berdiri dipuncak tinggi,
memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya. Dia ingin menyimak
kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Sering kita melihat seorang
ilmywan yang picik. Seorang ilmuwan memandang rendaah kepada pengetahuan
lain. Mereka meremehkan moral, agama dan nilai estetika. Mereka, para ahli yang
berada di bawah tempurung disiplin keilmuannya masing-masing, sebaiknya
tengadah ke bintang-bintang dan tercengang: Lho, kok masih ada langit lain di
luar tempat tempurung kita. Dan kita pun lalu menyadari kebodohan kita sendiri.
Yang saya tahu, simpul Sokrates, ialah bahwa saya tak tahu apa-apa!

Pengertian Pokok Tentang Filsafat


Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun istilah filsafat
berasal dari Bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri atas dua kata
yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada)
dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi
secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of
wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat memiliki arti yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang
ada, sebab, asal, dan hukumnya.

Beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah :

  Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap


tentang seluruh realitas.
  Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
  Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya,
hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
  Penyelidikan kritis atas pengandaianpengandaian dan pernyataan-pernyataan yang
diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
  Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda
katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 3


2.     Filsafat menurut ahli :

Pythagoras (572-497 SM)


         Manusia dapat dibagi ke dalam tiga tipe:

  mereka yang mencintai kesenangan


  mereka yang mencintai kegiatan, dan
  mereka yang mencintai kebijaksanaan

         Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju


keselamatan dalam hal keagamaan.

Plato (427-347 SM)


Objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut (keduanya
sama dalam pandangannya) lewat dialektika.

Aristoteles (384-332 SM)


  Filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud.
  Ia menamakan filsafat dengan "teologi" atau "filsafat pertama".
  Setiap gerak di alam ini digerakkan oleh yang lain.
  Karena itu, perlu menetapkan satu penggerak pertama yang menyebabkan gerak
itu, sedangkan dirinya sendiri tidak bergerak.

Immanuel Kant (1724-1804 M)


Filsafat itu ilmu dasar segala pengetahuan, yang mencakup di dalamnya empat
persoalan,yaitu:
  Apakah yang dapat kita ketahui? (metafisika)
  Apakah yang boleh kita kerjakan? (etika/norma)
  Sampai di manakah pengharapan kita?(agama)
  Apakah yang dinamakan manusia?(antropolog)

Sidi Gazalba
Memperlihatkan adanya tiga ciri pokok dalam filsafat
  Adanya unsur berpikir yang dalam hal ini menggunakan akal.
  Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berpikir
  Adanya unsur ciri yang terdapat dalam pikiran tersebut, yaitu mendalam

3.     Cabang- cabang filsafat

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 4


1.      LOGIKA. Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari aturan atau patokan
yang harus ditaati agar orang dapat berfikir tepat,teliti,dan teratur untuk mencapai
kebenaran.
2.      EPISTEMOLOGI. Epistemologi salah satu cabang filsafat yang menyoroti dari
sudut sebab pertama,gejala pengetahuan dan kesadaran manusia
3.      KRITIK ILMU. Kritik ilmu yang disebut filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang
filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu,metode yang
digunakan dalam ilmu,tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang
diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan
tugas filsafat.
4.      ONTOLOGI. Ontologi sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama
adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu “ada”.
5.      TEOLOGI METAFISIK. Teori metafisik membicarakan filsafat ke-Tuhan-an
atau logos(ilmu)tentang Theos (Tuhan)menurut ajaran dan kepercayaan.
6.      KOSMOLOGI. Kosmologi membicarakan kosmos atau alam semesta hal ihwal
dan evolusinya.Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras,Plato dan Ptolemeus.
7.      ANTROPOLOGI. Antropologi berkaitan dengan Filsafat manusia mempelajari
manusia sebagai manusia,menguraikan apa atau siapa manusia menurut adanya
yang terdalam,sejauh bisa diketahui mulai dengan akal budinya yang murni.
8.      ETIKA. Etika atau Filsafat moral adalah bidang Filsafat yang mempelajari
tindakan manusia.Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak
mempersoalkan keadaan manusia,melainkan bagaimana manusia seharusnya
bertindak dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya.
9.      ESTETIKA. Estetika sering juga disebut filsafat keindahan(seni),adalah cabang
filsafat yang berbicara tentang pengalaman,bentuknya,hakikat keindahan yang
bersifat jasmani dan rohani.
10.  SEJARAH FILSAFAT. Sejarah Filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan
jawaban para pemikir besar,tema yang dianggap paling penting dalam periode
tertentu,dan aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu zaman atau
suatu bagian dunia tertentu

B.  Ciri-ciri Ilmu
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-
persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.

1.         Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat


diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas
keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
2.         Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing
penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri
hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
3.         Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan
pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 5


kesatuan ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang sama dan saling
berkaitan secara logis
4.         Di pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah)
adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada
dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
5.         Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak
pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan
dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting adalah
terminologi ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
6.         Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
o   Teori skolastik mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek material dan
objek formal.
o   Objek material adalah objek konkret yang disimak oleh ilmu
o   Objek formal adalah aspek khusus atau sudut pandang terhadap objek material.
o   Yang mencirikan setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek material
yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
o   Pembagian objek studi mengantar ke spesialisasi ilmu yang terus bertambah.

1.     Persamaan filsafat dan ilmu


o   Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-
lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
o   Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian-kejadian kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
o   Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
o   Keduanya mempunyai metode dan system.
o   Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul
dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.

2.     Perbedaan Filsafat dan Ilmu :


o   Objekmaterial (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah)
bersifat khusus dan Empirik.
o   Artinya: ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku,
filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin ilmu.
o   Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, karena
mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan
mendasar.
o   Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, objek
formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia
itu  mengadakan penyatuan diri dengan realita.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 6


o   Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya
spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat
pendekatan trial and error.
o   Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedang kegunaan
filsafat timbul dari nilainya.
o   Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu
menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
o   Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak
begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).

3.     Tujuan Filsafat Ilmu :


1.         Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2.         Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai
bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara
historis.
3.         Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan
nonilmiah.
4.         Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami
ilmu dan mengembangkannya.
5.         Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuanantara ilmu dan agama
tidak ada pertentangan.

C.  TIPE MANUSIA
Berdasarkan Pengetahuaannya :

o   Ada orang yang tahu di tahunya


o   Ada orang yang tahu di tidaktahunya
o   Ada orang yang tidak tahu di tahunya
o   Ada orang yang tidak tahu di tidaktahunya

A. Definisi Filsafat
Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisa
menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan
dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang
bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagus, 2005).

Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata ilmu atau science
berasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 7


berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan
(knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini
mengalami perkembangan dan perubahan makna sehingga berarti pengetahuan
sistematis yang berasal dari observasi, kajian, dan percobaan-percobaan untuk
menentukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa
Arab, ilmu berasal dari kata ilm, alima yang artinya mengetahui.

Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal
dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science
(sains). Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirisme–positiviesme
sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan
metafisika (Kartanegara, 2003).

Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat.
Tugas filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana ”pengetahuan tentang
sesuatu sebagaimana adanya”. Will Duran dalam bukunya The story of
Philosophy mengibaratkan bahwa filsafat seperti pasukan marinir yang merebut
pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri dianalagikan sebagai
pengetahuan termasuk di dalamnya ilmu. Sehingga dapat dikatakan filsafat
membantu dan memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.

Semua ilmu, baik ilmu alam maupun sosial bertolak dari


pengembangannya sebagai filsafat. Nama asal fisika adalah filsafat alam (natural
philosophy) dan nama asal ekonomi adalah filsafat moral (moral philosophy).
Issac Newton (1642- 1627) pencetus banyak hukum fisika dikatakan sebagai
Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (1686) dan Adam Smith (1723-
1790) bapak ilmu ekonomi penulis The Wealth Of Nation (1776) disebut sebagai
Professor of Moral Philosophy di Universitas Glasgow.

Agus Comte dalam Scientific Metaphysic, Philosophy, Religion and


Science, 1963 membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yaitu:
religius, metafisik dan positif. Dalam tahap awal asas religilah yang dijadikan
postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran religi. Tahap
berikutnya orang mulai berspekulasi tentang metafisika dan keberadaan wujud
yang menjadi obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 8


mengembangkan sistem pengetahuan di atas dasar postulat metafisik. Tahap
terakhir adalah tahap pengetahuan ilmiah (ilmu) di mana asas-asas yang
digunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif. Tahap
terakhir Inilah karakteristik sains yang paling mendasar selain matematika.

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga
disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang
berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama
kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat
yakni epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa + logos = teori ),
ontology ( teori tentang apa).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini
berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang
tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja,
yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi
sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural,
metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran
ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan.

Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong pra-ilmiah.


Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar
diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk
yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit,
atau wahyu (oleh nabi).

Tabel 2.1. Ragam Pengetahuan Manusia

Pengetahuan Objek Paradigma Metode Kriteria

Sains Empiris Sains Metode Rasional empiris


ilmiah

Filsafat Abstrak Rasional Metode Rasional


rasional rasional

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 9


Mistis Abstrak Mistis Latihan Rasa, iman, logis,
suprarasional percaya kadang empiris
Sumber: Tafsir (2006). Filsafat Ilmu

Dengan lain perkataan, pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif,


sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat
acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas)
ilmiahnya. Sedangkan pengetahuan yang pra-ilmiah, walaupun sesungguhnya
diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi
yang berupa intuisi, sehingga tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian,
pengetahuan pra-ilmiah karena tidak diperoleh secara sistematis-metodologis ada
yang cenderung menyebutnya sebagai pengetahuan “naluriah”.

B. Ciri-ciri Filsafat
Menurut Abidin, 2012, menyebutkan beberapa ciri-ciri filsafat,
diantaranya yaitu:
1. Ruang lingkup persoalannya luas. Filsafat bukan imu pengetahuan empiris,
seperti halnya psikologi, mikrobiologi, atau fisika plasma. Pertanyaan-
pertanyaan filsafat melampaui batas-batas pertanyaan ilmu-ilmu empiris.
Oleh sebab itu, untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyan filsafat,
katakanlah mengenai hakikat manusia, ia memerlukan bukan hanya data yang
bisa diamati secara langsung (secara empiris), tetapi juga sejauh yang bisa
dipikirkan oleh manusia.
2. Tingkat abstraksi persoalannya tinggi. Filsafat tidak berkenaan dengan hal-hal
individual seperti pohon ini atau bayi itu, atau dengan hal-hal kolektif seperti
manusia Sunda atau manusia Jawa, melainkan dengan hakikat alam, realitas,
atau manusaia pada umumnya, atau hakikat kebudayaan pada umumnya.
Artinya, persoalan filsafat mengatasi ruang dan waktu. (itula sebabya
persoalan dan jawaban filsafat tidak pernah bisa kadaluarsa, out of date,
melainkan selalu aktual).
3. Persoalannya mendasar (fundamental). Filsafat melibatkan prinsip-prinsip
yang di atasya terdapat konsepsi kita mengenai manusia, diri sendiri, dan juga
mengenai nilai, yakni apa yang penting bagi hidup kita (Koestenbaum, 1967

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 10


dalam Abidin, 2012). Prinsip-prinsip tersebut biasanya menjadi pedoman bagi
kita, terutama ketika sedang mengalami krisis dalam menjalani hidup,
misalnya ketika menderita, putus asa, diorientasi nilai. Dalam krisis, kita
ingin kembali pada jawaban atas persoalan-persoalan itu.
4. Persoalannya tidak dapat dipecahkan oleh metode ilmiah, yakni melalui
observasi atau eksperimen. Misalnya, persoalan moral dari kloning tidak bisa
dipecahkan melalui hasil jajak pendapat atau survei, karena dampak moral
yang diakibatkan oleh kloning bukanlah masalah kuantitas orang yang
menyatakan setuju atau tidak setuju. Persoalan moral harus ditinjau melalui
tinjauan filosofis (dan sering juga secara agama), karena menyangkut
keberadaan dan harkat manusia, serta peran Tuhan dalam penciptaan
manusia.
5. Pendekatannya bukan hanya memberi tekanan pada fakta sebagaimana
adanya (das Sein), tetapi juga pada bagaimana seharusnya (das sollen).
Dengan perkataan lain, yang menjadi persoalan filsafat bukan hanya
menjelaskan fakta, tetapi juga memberi tanggapan atas nilai dari fakta itu.
Ambil sebuah contoh tentang masalah kloning. Filsafat tidak hanya ingin
mengetahui bagaimana proses kloning itu terjadi, tetapi juga apa implikasi
etis dan moralnya bagi kemanusiaan di masa-masa yang akan datang.
Demikian juga halnya dengan kondisi sosial. Filsafat tidak mendeskripsikan
dan menjelaskan peran-peran dan kuasa-kuasa sosial dalam masyarakat
(seperti halnya sosiologi misalnya), melainkan mengkaji implikasi etis dari
peran dan kuasa, sehingga mengakibatkan munculnya masalah etik dan moral
(antara lain pelanggaran hak asasi manusia).
Maklumilah bahwa filsafat itu ibarat api, api dibutuhkan tetapi kita harus
pandai-pandai membawa dan menggunakannya, agar kita tidak terbakar olehnya.
Dengan mempelajari filsafat ada orang yang merasa keyakinannya semakin
diteguhkan, sebalikanya ada pula yang mengalami goncangan.

Filsafat tidak bermakna atau “omong kosong” karena tidak memberikan


petunjuk teknis mengenai kehidupan. Pendapat-pendapat tersebut sesungguhnya
hanyalah merupakan kesalahan persepsi mengenai filsafat, yang sesungguhnya
tidaklah demikian.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 11


C. Objek Filsafat
Ilmu filsafat memiliki objek material dan obyek formal. Objek material
adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan.
Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu,
atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah
pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,
sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum (Adib,
2010).

Objek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas objek material,
yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan
yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka
dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.

Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya.


Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin
dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada
dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang
tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.

Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. “Segala manusia ingin


mengetahui”, itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Objek
materialnya adalah gejala “manusia tahu”. Tugas filsafat ini adalah menyoroti
gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali “kebenaran”
(versus “kepalsuan”), “kepastian” (versus “keraguan”), “objektivitas” (versus
“subyektivitas”), “abstraksi”, “intuisi”, dari mana asal pengetahuan dan ke mana
arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek
material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab
pertama) menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu
pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu
terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu
pengetahuan.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 12


Jadi, dapat dikatakan bahwa objek formal adalah sudut pandang dari mana
sang subjek menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur,
metode, dan validitas ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi)
ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana
cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.

D. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pegetahuan


Gerard Beekman dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf, berfilsafat
menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam hubungannya dengan
semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak harus mengirim informasi dari sisi ilmu
pengetahuan, tapi harus memberikan ilmu pengetahuan.
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu berbagai pengertian tentang filsafat
dan ilmu sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar
pula. Pola hubungan antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk
persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di
zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu
pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu.
Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat
praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat.
Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam daya perkembangan berikut,
perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi,
telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah
lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan
dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul
suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang
relevan dikembangkan ole manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu
yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit
“dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah menjadi
sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas
ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial
lewat observasi dan eksperimen.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 13


Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat
didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang
cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan
manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara
sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.
Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang
pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni;
yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat
diperoleh dalam ilmu. Lalu jika demikian, dimana saat ini filsafat harus
ditempatkan?
Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal
pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu.
Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap
kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus
maju.
Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori.
Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-
ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan
dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori,
yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak
mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat
spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi
hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan
eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak
setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan
disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu
sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir
seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir
ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu.
Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 14


bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat
dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara
kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni
sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan
fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana
sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan kemana akhirnya.
Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi
dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang
lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan.
Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of
science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang
tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat
merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai
observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang
lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan
untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat
untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat
pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang
yang disebut sebagai filsafat ilmu.
Dapat kita pahami bahwa ilmu pengetahuan dengan filsafat adalah cara
berpikir untuk menemukan kebenaran melalui berpikir, hanya saja cara tujuan dan
hasil yang diperoleh berbeda. Oleh karena itu terdapat hubungan antara ilmu
pengetahuan dengan filsafat, keduanya hanya dapat dibedakan tidak dapat
dipisahkan, keduanya produk berfikir dalam upaya manusia menemukan
kebenaran. Filsafat merupakan induk dari ilmu pegetahuan, hasil pemikiran
filsafat kemudian dijadikan rujukan dan dasar bagi pemikiran lebih lanjut para
ilmuwan. Berfikir dengan sifat spekulatif selanjutnya dianalisis memisahkan
spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Tugas utama filsafat

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 15


adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Achmad rustandi (dalam
Muchtar, 2014) membedakan bahwa filsafat dengan ilmu berbeda obyek
formalnya yakni dalam kedalaman penyelidikannya, sedangkan obyek materinya
bisa sama, ilmu hanya menyelidiki bentuk luar sesuatu yang tampak dan dapat
dirasakan, sedangkan filsafat menyelidiki hakikat . Ilmu bersifat empirik dimana
kebenaran dan kekeliruannya dapat dibuktikan secara empirik. Sedangkan filsafat
bersifat praduga bagi hal-hal yang belum dapat dibuktikan dan bersifat spekulatif
bagi hal-hal yang tidak mungkin dapat dibuktikan secara ilmiah. Dilain pihak
sebagai hasil proses berfikir, filsafat pun merupakan pengetahuan, namun
kemudian ilmu pengetahuan dalam perkembangannya dikontrol dan dibimbing
oleh filsafat. Filsafat melahirkan kebenaran filosofis yang berkaitan dengan
hakikat sesuatu sedangkan ilmu pengetahuan melahirkan kebenaran ilmiah yaitu
kebenaran yang secara langsung dapat diverifikasi dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Dalam kaitan ini maka berkembang filsafat llmu, terutama
pada kebenaran cara kerja berfikir keilmuan. Setiap ilmu pengetahuan
dikembangkan dengan kawalan filsafat keilmuan. Oleh karena itu setiap cabang
ilmu pengetahuan memiliki filsafatnya sendiri.

E. Hubungan Fisafat Dengan Pendidikan Kebutuhan Khusus


Dalam kenyataanya setiap orang pasti melalukan kegiatan berpikir setiap
harinya, begitu juga para ahli dalam bidang pendidikan khusus. Salah satu
perubahan yang sangat berdampak terhadap perkembangan pendidikan itu sendiri
yaitu, berubahanya paradigma persepsi untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Sebelumnya mereka menganggap bahwa mendapatkan anak berkebutuhan khusus
itu “sebuah kutukan” dan jelas akhirnya mereka menolak keberadaan anak-anak
berkebutuhan khusus, dari mulai menyembunyikan dari orang disekitarnya,
mengurung seolah olah anak berkebutuhan khusus tidak memiliki kemampuan
apa-apa. Seiring berkembangnya pola pikir maka anak berkebutuhan khusus juga
menjadi “anak anugerah” , keberadaannya sangat disyukuri bahkan untuk para
orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus melakukan berbagai cara agar

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 16


anaknya berkembang seperti anak pada umumnya. Dunia pendidikan khusus
seiring dengan perkembangan zaman telah merubah paradigma persepsi tentang
anak-anak berkebutuhan khusus tersebut, dan terciptalah pendidikan yang
bertujuan ingin “memanusiakan manusia” sehingga anak berkebutuhan khusus
mampu mendapatkan pelayanan yang baik sama seperti anak pada umumnya.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 17


BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
         Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu
dengan segala segi dari kehidupan manusia.
         Cabang-cabang filsafat ada : logika,epistemologi, kritik ilmu,ontologi,teologi
metafisik,kosmologi,antropologi,etika,estetika,sejarahfilsafat.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 18


DAFTAR PUSTAKA

http://www.masbied.com/2011/06/27/cabang-cabang-filsafat/
http://almasdi.staff.unri.ac.id/files/2010/02/02_Ke-Arah-Pemikiran-
Filsafat.pdf
http://www.makalahkuliah.com/2012/08/filsafat-ilmu-pembagiannya-
cabangnya.html

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU | 19

Anda mungkin juga menyukai