Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat dan
karunianya sehinnga makalah Pengantar ilmu pendidikan dapat diselesai kan dengan
baik adapun judul dari makalah yang kami buat adalah Teori-teori ilmu pendidikan
klasik didalam makalah ini kami akan memebahas bagaimana
Teori-teori klasik.
Penyusunan makalah ini diambil dari berbagai refrensi pendidikan yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersipat membangun dari pengguna
makalah ini sehingga makalah dapat bermanpaat bagi pembaca dan pengguna,Pada
kesempatan ini kami mengucapkan termakasih kepada bapak sebagai dosen ilmu
pendidikan. Semoga makalah ini bermanpaat bagi dunia pendidikan khusus nya mata
kuliah tentang pendidikan.

Penulis

14 Oktber 2016

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar belakang..............................................................................................3
B. Rumusan masalah.........................................................................................3
BAB II
A. Pengertian Pendidikan Klasik.......................................................................5
B. Teori-teori pendidikan klasik........................................................................5
Aliran Empirisme..............................................................................5
Aliran Nativisme...............................................................................6
Aliran Naturalisme............................................................................9
Aliran Konvergensi...........................................................................9
BAB III
PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................11
B. Daftar pustaka............................................................. ..........................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Alangkah pentingnya kita berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena pendidikan
dalam praktek harus dipertanggungjawabkan. Tanpa teori dalam arti seperangkat alasan dan
rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka tindakan-tindakan dalam pendidikan
hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan
menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik
sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual
juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang
dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai-
nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan
harkat nilai-nilai yang dihayati itu. Sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld
(1955).

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme,


Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai
upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih
menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari
khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang
telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan
besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai
penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi
pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan
memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan
proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang diaksud dengan pendidikan klasik ?

2.      Apa – apa saja teori yang terdapat pada pedidikan klasik ini?

3
C.    Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memberikan pemahaman kepada mahasiswa
sebagai calon-calon tenaga pendidik tentang aliran-aliran klasik dalam pendidikan (empiris,
nativiesme, dan konvergensi) ilmu-ilmu pendidikan, serta teori pendidikan sistematis agar
dapat menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-pemikiran dalam pendidikan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.    Pengertian Pendidikan Klasik

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik,yang memandang bahwa


pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan
budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya.
Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah
ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan
sistematis. Misalnya teori fisika, biologi, matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya.

Perbedaan padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi
dasar perbedaan pendangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang
paling pesimis sampai yang paling optimis.  Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan
satu faktor dominan tertentu saja dan dengan demikian suatu aliran dalam pendidikan akan
mengajukan gagasan  untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.

2.     Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan klasik

a. Aliran Empirisme

b. Aliran Nativisme

c. Aliran Naturalisme

d. Aliran Konvergensi

A. Pendidikan Empirisme

Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi ekternal


dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh
anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-
stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam
bentuk program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris

5
bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak
lahir kedua bagaikan kertas putih yang bersih.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman
yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir
dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terdapat
anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung.

Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri berupa
kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian,
penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai
mahluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, contohnya melalui modifikasi tingkah laku.  Hal
ini tercermin dari pandangan scientific psychology dari BF. Skinnerataupun pandangan
behavioralisme lainnya.

B.Pendidikan Nativisme

Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak lahir.

Pada hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada
kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan
ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua. Seorang filsuf
Jerman Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan
pembawaan baik ataupun buruk.

Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri.
Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang
berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan
ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini,
keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat
menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat
dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan

6
menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan
berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang
artinya adalah terlahir.  Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pembawan tidak
dapat dirubah dari kekuatan luar.

Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara
fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah
pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya
yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang
sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik
tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan
berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya,
mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.

Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara
fisik) dan juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu
bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak.  Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni
dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong
manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan
kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai mahluk yang mempunyai
kemauan bebas.

Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar itu
ataupun penerimaan dan persepsi seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi
makna kepada apa yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar ditentukan oleh
“internal frame of reference” yang dimilikinya.

1. Faktor Perkembangan Manusia Dalam Teori Nativisme

a. Faktor genetik

Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari
diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka
anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar

7
b. Faktor Kemampuan Anak

Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam
dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap
anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan
minatnya.

c. Faktor Pertumbuhan Anak

Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan
dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan
bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika
pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan
kemampuan yang dimiliki.

2. Tujuan Teori Nativisme

Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu
inti pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan
bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Sehingga
dengan teori ini setiap manusia diharapkan:

a. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki


b. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
c. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
d. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
e. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

C. Pendidikan Naturalisme

Pandangan ini ada persamaannya dengan nativisme. Aliran naturalisme dipelopori oleh filsuf
Perancis (JJ. Rousseau 1712-1778). Berbeda dengan dengan Schpenhaouer, Rousseau
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk.
Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.

8
Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat
merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme, karena
berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.

Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Karena yang perlu dilakukan adalah
menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh
tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan. Rousseau ingin menjauhkan anak
dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga anak-anak yang
diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas.
Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan
pembawaannya, kemampuan – kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya.

Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat
menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali
ke alam untuk mempertahankan segala yang baik.

D. Pendidikan Konvergensi

Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman
yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan ke dunia ini sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk.  Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting.  Bakat yang dibawa pada waktu anak dilahirkan
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai
dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang
diperlukan untuk mengembangkan itu.

Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil dari
konvergensi.  Pada manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, 
anak berbicara dalam bahasa tertentu.  Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya.  Karena itu setiap anak manusia mula-mula
menggunakan bahasa lingkungannya.  Misalnya bahasa jawa, sunda, bahasa inggris, bahasa
jerman dan lain sebaginya.

Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam lingkungan yang sama ) untuk mempelajari
bahasa mungkin tidak sama.  Itu disebabkan oleh faktor kualitas pembawaan dan perbedaan

9
situasi lingkungan, biar pun lingkungan kedua anak  tersebut menggunakan  bahasa yang
sama.  Willianm Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung pada  pembawan
dan lingkungan,  seakan-akan dua garis  yang menuju  kesatu titik pertemuan.

Oleh karena itu  teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat kesatu


titik).  Jadi menurut teori konvergensi :

Pendidikan mungkin dilaksanakan.

Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah  berkembangnya potensi yang kurang baik.

Yang membatasi hasil pendidikan  adalah pembawaan dan lingkungan.Aliran konvergen pada
umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh
kembang manusia.  Meskipun demikian terdapat variasi mengenai faktor-faktor mana yang
paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme,


Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai
upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih
menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses

Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan klasik yaitu :

1  Aliran Empirisme

2  Aliran Nativisme

3  Aliran Naturalisme

4  Aliran Konvergensi

B. Saran

Berdasarkan makalah ini, kami sadar akan kesalah penyusunan, pengetikan maka dari itu
kami mengharapkan kepada pendengar untuk memberikan saran dan kritik yang bersipat
membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Artikel TeoriPendidikan Oleh: AnneAhira.com Content Team
M, Y, Q. 25 Januri 2009. Aliran – Aliran Klasik Dalam Pendidikan (Online) Alamat:
(www.aliran-aliran-dalam-pendidikan)
diakses 30 Mei 2011
Kharis’s. 24 Maret 2009. Teori Nativisme (online) Alamat: (www.teorinativisme)

12

Anda mungkin juga menyukai