Anda di halaman 1dari 8

Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani

NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

Bentang Alam Edogen dan Eksogen

Pendahuluan
o Gaya endogen : semua gaya yang berasal dari dalam bumi, seperti aktivitas tektonik berupa
pergerakan antar lempeng dan pembentukan pegunungan (orogenesa), aktivitas magmatis yang
berupa intrusi magma ke permukaan atau dekat permukaan bumi, dan aktivitas volkanisme berupa
pembentukan gunungapi, erupsi/letusan gunungapi: aliran lava maupun semburan material
piroklastik.
o Gaya eksogen : gaya yang dipengaruhi oleh energi matahari dan gaya tarikbumi (gravitasi).
a. Pelapukan : proses desintegrasi atau dekomposisi dari material penyusun kulit bumi yang
berupa batuan. Sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, temperatur dan komposisi kimia dari
mineral-mineral penyusun batuan.
b. Erosi : proses pengikisan yang terjadi pada batuan maupun hasil pelapukan batuan (tanah) oleh
media air, angin, maupun es/gletser.
c. Mass wasting : gerakan batuan, regolith, dan tanah kearah kaki lereng sebagai akibat dari
pengaruh gaya berat.
d. Sedimentasi : suatu proses pengendapan material yang ditranport oleh media air, angin,
es/gletser di suatu cekungan.
o Jentera Geomorfik : suatu tahapan dari bentuk-bentuk bentangalam / morfologi sebagai akibat dari
proses-proses geomorofologi yang bekerja terhadap bentangalam tersebut (tahapan muda, dewasa,
tua, dan tahapan pendataran kembali (penepleinisasi)). (Noor, 2014).

Bentang Alam Endogen

Bentang alam yang proses pembentukannya/genetikanya dikontrol oleh gaya-gaya endogen, seperti
aktivitas gunungapi, aktivitas magma dan aktivitas tektonik (perlipatan dan patahan). Secara
geomorfologi dikenal sebagai bentuk bentangalam konstruksional. Beberapa bentuknya :

a. Bentang Alam Struktural  bentangalam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya
tektonik seperti perlipatan dan atau patahan. Morfologi :
- Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) : bentangalam yang berbentuk bukit dimana salah satu
lerengnya merupakan bidang sesar. Biasanya dicirikan oleh bukit yang memanjang dengan
perbedaan tinggi yang cukup ekstrim antara bagian yang datar dan bagian bukit.
- Morfologi Pressure Ridge (Bukit Tertekan) : bentangalam yang berbentuk bukit dan terjadi
sebagai akibat gaya yang bekerja pada suatu sesar mendatar dan akibat tekanan tersebut
mengakibatkan batuan yang berada disepanjang patahan terpatahkan menjadi beberapa
bagian yang kemudian menekan batuan tersebut kearah atas
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Morfologi Sag Basin : bentangalam yang berbentuk cekungan dan merupakan bagian dari
suatu pasangan sesar mendatar. Merupakan pasangan dari morfologi Pressure Ridge. Hanya
terbentuk pada sesar mendatar saja.
- Morfologi Shutter Ridge (Bukit Terpotong) : umumnya juga dijumpai pada sesar mendatar.
Terjadi apabila salah satu sisi dari bidang sesar merupakan bagian tanah yang berelief tinggi
dan pada sisi lainnya merupakan bagian permukaan yang lebih rendah. Perbedaan relief ini
disebabkan oleh pergeseran yang terjadi disepanjang patahan mendatar dan seringkali
mengakibatkan tesrumbatnya aliran sungai.
- Morfologi Stream Offset : bentangalam sungai yang arah alirannya berbelok secara tiba-tiba
mengikuti arah arah bidang patahan dan perubahan arah aliran ini disebabkan oleh
pergeseran bukit disepanjang patahan mendatar.
- Morfologi Folding Mountain (Berbukitan Lipatan) : bentuk bentangalam yang tersusun oleh
batuan sedimen yang terlipat membentuk struktur antiklin dan sinklin. Morfologi perbukitan
lipatan dicirikan oleh susunan perbukitan dan lembah-lembah yang berpola sejajar. Genesa
pembentukan morfologi perbukitan lipatan adalah gaya tektonik yang terjadi pada suatu
cekungan sedimen.
- Morfologi Bukit Antiklin : bentangalam yang berbentuk bukit dimana litologi penyusunnya
telah mengalami perlipatan membentuk struktur antiklin. Umumnya dijumpai di daerah
daerah cekungan sedimen yang telah mengalami pengangkatan dan perlipatan. Merupakan
bagian dari perbukitan lipatan yang bentuknya berupa bukit dengan struktur antiklin. Jentera
geomorfik ”Bukit Antiklin” diklasifikasikan kedalam JG muda (bahwa proses proses
eksogenik (pelapukan, erosi/denudasi) yang terjadi pada satuan morfologi ini belum sampai
merubah bentuk awalnya yang berupa bukit).
- Morfologi Anticlinal Valleys (Lembah Antiklin) : bentangalam yang berbentuk lembah yang
diapit oleh sepasang bukit tersusun dari batuan sedimen yang berstruktur antiklin. Jentera
geomorfik Lembah Antiklin dapat diklasifikasikan kedalam JG dewasa (bahwa proses
proses eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) yang terjadi pada satuan ini telah merubah
bentuk aslinya yang semula berbentuk bukit berubah menjadi lembah).
- Morfologi Synclinal Ridges (Bukit Sinklin) : bentangalam yang berbentuk bukit, tersusun
dari batuan sedimen yang membentuk struktur sinklin. Jentera geomorfik Bukit Sinklin
diklasifikasikan kedalam JG dewasa (bahwa proses proses eksogenik (pelapukan, erosi dan
denudasi) yang terjadi pada satuan ini telah merubah bentuk aslinya yang semula berbentuk
lembah berubah menjadi bukit). Morfologi Bukit Sinklin dalam geomorfologi dikenal
sebagai reverse topographic (topografi terbalik).
- Morfologi Synclinal Valleys (Lembah Sinklin) : bentangalam yang berbentuk lembah yang
tersusun dari batuan sedimen dengan struktur sinklin. Jentera geomorfik satuan
geomorfologi Lembah Sinklin dapat digolongkan kedalam JG muda (bahwa proses proses
eksogenik (pelapukan, erosi dan denudasi) belum sampai merubah bentuk aslinya yang
berupa lembah menjadi berbentuk bukit).
- Morfologi Plateau : bentangalam yang bentuknya menyerupai meja berelief tiggi dengan
struktur batuan yang horisontal. Umumnya dijumpai di daerah yang kondisi geologinya
relatif stabil atau relatif kecil terhadap pengaruh tektonik, sehingga perlapisan batuannya
relatif horisontal. Berdasarkan genetikanya, Plateau, Mesa dan Bute adalah bentuk
bentangalam yang proses pembentukannya sama dan dibedakan berdasarkan ukurannya
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

(dimensinya), dimana plateau berukuran luas, mesa dengan ukuran yang relatif lebih kecil
sedangkan bute merupakan bagian yang terkecil dan dikenal juga sebagai sisa-sisa dari
bentangalam mesa.
- Morfologi Hogbag : bentangalam yang berbentuk bukit yang memanjang searah dengan
jurus perlapisan batuan dan mempunyai kemiringan lapisan yang lebih besar 45°. Terjadi
kerena sesar/patahan yang memotong searah bidang perlapisan.
- Morfologi Mesa : bentangalam yang berbentuk dataran dan proses kejadiannya dikontrol
oleh struktur perlapisan mendatar dengan elevasi yang lebih tinggi dari sekitarnya. Dijumpai
di daerah yang kondisi geologinya relatif stabil atau pengaruh tektoniknya relatif kecil,
sehingga pada saat terjadi pengangkatan perlapisan batuannya tetap horisontal. Bentuk
bentangalamnya sama dengan bentangalam plateau dan dibedakan berdasarkan ukurannya
yang relatif lebih kecil.
- Morfologi Monoclinal Ridges (Bukit Monoklin) : bentangalam yang berbentuk bukit,
tersusun dari batuan sedimen dengan arah kemiringan yang seragam. Morfologi bukit
monoklin dapat berupa bagian sayap dari suatu lipatan antiklin atau sinklin.
- Morfologi Block Faulting Ridges (Perbukitan Patahan) : bentuk bentangalam yang terdiri
dari bukit-bukit yang dibatasi oleh bidang-bidang patahan (gawir sesar). Genesa
pembentukan bukit patahan dikontrol oleh struktur patahan.
- Morfologi Graben (Amblesan) : bentangalam yang berbentuk depresi dipisahkan dengan
morfologi lainnya oleh bidang patahan. Sedangkan Morfologi Hosrt (Tonjolan) :
bentangalam yang berbentuk bukit, merupakan bagian yang menonjol dibandingkan dengan
sekitarnya dan dibatasi oleh bidang sesar.
- Morfologi Intrusive (Intrusi) : bentangalam berbentuk bukit terisolir yang tersusun oleh
batuan beku dan genesanya dikontrol oleh aktivitas magma. Bukit intrusi pada awalnya
dapat berada dibawah permukaan bumi, namun seiring dengan berjalannya waktu oleh
proses endogenik (pelapukan dan erosi) maka bagian tanah yang menutupi tubuh batuan
intrusi akan tererosi sedangkan tubuh batuan yang lebih resisten hanya mengalami erosi
yang tidak signifikan.
b. Bentang Alam Gunungapi  bentangalam yang merupakan produk dari aktivitas gunungapi.
Bagian-bagian morfologi :
- Morfologi Gunungapi (Volcanic Landforms)
 Morfologi Gunungapi : proses terbentukannya dikontrol oleh aktivitas gunungapi.
Bentuk-bentuknya dapat dikelompokan berdasarkan pada tipe/jenis magmanya (magma
basa, magma intermediate, magma asam) serta jenis material yang dikeluarkannya (lava
atau piroklastik).
 Morfologi Gunungapi Strato : berbentuk kerucut dan disusun oleh perulangan dari
material piroklastik dan lava. Adapun jenis magma yang membentuk gunungapi strato
pada umumnya berupa magma yang berkompisi intermedier.
 Morfologi Gunungapi Perisai : bentuknya menyerupai perisai dan biasanya tersusun oleh
lava yang berkomposisi basaltis. Karena magma basa yang bersifat encer maka ketika
magma tersebut keluar melalui pusat erupsinya akan tersebar kesegala arah membentuk
bentuk menyerupai perisai.
- Volcanic Footslope Landforms (Kaki Gunungapi) : bentangalam gunungapi yang
merupakan bagian kaki dari suatu tubuh gunungapi.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Crater Landforms (Kawah Gunungapi) : bentangalam gunungapi yang berupa lubang


tempat keluarnya material gunungapi ketika terjadi erupsi.
- Morfologi Kaldera Gunungapi (Caldera Landforms) : bentangalam yang terbentuk sebagai
hasil erupsi gunungapi tipe explosive yang mengakibatkan bagian kepundannya runtuh
sehingga membentuk bentuk kawah yang sangat luas. Kadangkala bagian dalam kaldera
terisi air membentuk danau. Contoh : Danau Toba.
- Morfologi Jenjang Gunungapi (Volcanic-neck Landforms) : bentangalam yang berbentuk
seperti leher atau tiang merupakan sisa dari proses denudasi gunungapi.
- Morfologi Gunungapi Parasit (Parasitic Cone Landforms) : bentangalam yang berbentuk
kerucut yang keberadaannya menumpang pada badan dari induk gunungapi, sering juga
disebut sebagai anak gunungapi.
- Morfologi Sumbat Lava (Lava Plug Landforms) : bentangalam yang berbentuk pipa atau
bantal berupa lava yang membeku pada lubang kepundan.
- Morfologi Maar : bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah gunungapi hasil
erupsi preatomagmatik, letusannya disebabkan oleh air bawah tanah yang kontak dengan
magma. Ciri dari morfologi Maar umumnya diisi oleh air membentuk suatu danau kawah
yang dangkal.
- Morfologi Sisa Gunungapi (Volcanic Remnant Landforms) : sisa-sisa dari suatu gunungapi
yang telah mengalami proses denudasi.

Bentang Alam Eksogen

Bentuk-bentuk bentangalam yang proses pembentukannya/ genetikanya dikontrol oleh gaya eksogen.
Bentangalam eksogen dikenal juga sebagai bentangalam destruksional. Proses-proses Eksogen yang
membentuk bentang :

a. Bentangalam Hasil Aktivitas Sungai (Landforms of Fluvial Processes)


- Pengikisan sungai : sungai mengikis dan menoreh lembahnya adalah dengan cara (1) abrasi,
(2) merenggut dan mengangkat bahan-bahan yang lepas, (3) dengan pelarutan.
- Pengangkutan oleh sungai : sungai merupakan media yang mampu mengangkut sejumlah
besar bahan yang terbentuk sebagai akibat proses pelapukan batuan. Banyaknya bahan yang
diangkut ditentukan oleh faktor iklim dan tatanan geologi dari suatu wilayah. Meskipun
bahan-bahan yang diangkut oleh sungai berasal antara lain dari hasil penorehan yang
dilakukan sungai itu sendiri, tetapi ternyata yang jumlahnya paling besar adalah yang
berasal dari hasil proses pelapukan batuan. Proses pelapukan ternyata menghasilkan
sejumlah besar bahan yang siap untuk diangkut baik oleh sungai maupun oleh cara lain
seperti gerak tanah, dan atau air-tanah dengan cara melarutkan.
b. Pola Pengaliran Sungai
Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola pengaliran
tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola pengaliran ini
sangat ditentukan oleh faktor geologinya.
- Pola Aliran Dendritik : pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai struktur
pohon. Pada umumnya dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Dapat memiliki
tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Bisa dijelaskan bahwa
resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah di-erosi membentuk alur-
alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak
resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan pada
batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
- Pola Aliran Radial : pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu
titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Dijumpai pada bentuk-
bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada bentangalam ini pola aliran
sungainya kemungkinan adalah kombinasi dari pola radial dan annular.
- Pola Aliran Rectangular : pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi :
struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Dicirikan oleh saluran-saluran air yang
mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
- Pola Aliran Trellis : pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh
struktur geologi : perlipatan sinklin dan antilin. Dicirikan oleh saluran-saluran air yang
berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng, dan tegak lurus dengan saluran
utamanya (berarah se arah dengan sumbu lipatan).
- Pola Aliran Centripetal : berlawanan dengan pola radial, dimana aliran sungainya mengalir
kesatu tempat yang berupa cekungan (depresi).
- Pola Aliran Annular : pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari
suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah downstream aliran kembali bersatu. Biasanya
dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.
- Pola Aliran Paralel (Aliran Sejajar) : terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan
lereng yang seragam. Kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang
memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam.
c. Genetika Sungai
Klasifikasi genesa sungai ditentukan oleh hubungan struktur perlapisan batuannya. Genetika
sungai dapat dibagi sebagai berikut:
- Sungai Superposed/Superimposed : sungai yang berkembang belakangan dibandingkan
dengan pembentukan struktur batuannya. Terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan
dalam perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke arah bagian bawah hingga
sampai memotong bidang struktur dibawahnya agar supaya sungai dapat mengalir ke bagian
yang lebih rendah.
- Sungai Antecedent : sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan keberadaan struktur
batuannya dan selanjutnya air sungai mengikis hingga ke bagian struktur yang ada
dibawahnya karena erosi arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah lateral.
- Sungai Konsekuen : sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng topografi aslinya.
Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan struktur lapisan batuan
yang ada dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi pedoman, bahwa asal dari pembentukan
sungai konsekuen adalah didasarkan atas lereng topografinya bukan pada kemiringan
lapisan batuannya.
- Sungai Subsekuen : sungai yang berkembang disepanjang suatu garis atau zona yang
resisten. Umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus perlapisan batuan yang resisten
terhadap erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenal dan memahami genetika sungai
subsekuen seringkali dapat membantu dalam penafsiran geomorfologi.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Sungai Resekuen : sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan batuan
sama seperti tipe sungai konsekuen. Namun sungai resekuen berkembang belakangan.
- Sungai Obsekuen : sungai yang mengalir berlawanan arah terhadap arah kemiringan lapisan
dan berlawanan terhadap sungai konsekuen (mengalir searah dengan arah lapisan batuan)
- Sunggai Insekuen : aliran sungai yang mengikuti suatu aliran dimana lereng tidak dikontrol
oleh faktor kemiringan asli, struktur atau jenis batuan.
d. Tahapan Perkembangan Sungai
- Tahapan Awal (Initial Stage) : dicirikan oleh sungai yang belum memiliki orde dan belum
teratur seperti lazimnya suatu sungai (air terjun, danau, arus yang cepat dan gradien sungai
yang bervariasi). Sungai pada tahapan awal umumnya berkembang di daerah dataran pantai
(coastal plain) yang mengalami pengangkatan atau diatas permukaan lava yang masih
baru/muda dan gunungapi, atau diatas permukaan pediment dimana sungainya mengalami
peremajaan (rejuvenation).
- Tahapan Muda : sungai-sungai yang aktivitas aliran sungainya mengerosi kearah vertikal.
Aliran sungai yang menempati seluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil
lembahnya membentuk seperti huruf ”V”. Didominasi oleh air terjun dan arus yang cepat.
- Tahapan Dewasa : tahap awalnya dicirikan oleh mulai adanya pembentukan dataran banjir
secara setempat setempat dan semakin lama semakin lebar dan akhirnya terisi oleh aliran
sungai yang berbentuk meander, sedangkan pada sungai yang sudah masuk dalam tahapan
dewasa, arus sungai sudah membentuk aliran yang berbentuk meander, penyisiran kearah
depan dan belakang memotong suatu dataran banjir (flood plain) yang cukup luas sehingga
secara keseluruhan ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus sungai
sudah memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi lateral dan profil
sungainya sudah berubah dari bentuk ”V”  ”U”.
- Tahapan Tua : dataran banjir diisi sepenuhnya oleh meander dan lebar dari dataran banjir
akan beberapa kali lipat dari luas meander belt. Sungai pada tahapan ini dicirikan oleh arah
erosi lateral yang dominan serta banyaknya rawa-rawa. Profil sungai pada sungai tahapan
tua membentuk seperti huruf ”U”.
- Peremajaaan Sungai (Rejuvenation) : proses terjadinya erosi ke arah vertikal pada sungai
berstadia dewasa akibat pengangkatan dan stadia sungai kembali menjadi stadia muda
(sungai dewasa dapat mengalami pengikisan kembali ke arah vertikal untuk kedua kalinya
karena adanya pengangkatan).
e. Bentuk Morfologi Sungai
Bentuk bentuk bentangalam yang terbentuk oleh aktivitas dan proses fluviatil. Beberapa
bentuknya antara lain :
- Morfologi Kipas Aluvial (Alluvial Fan) : bentangalam yang menyerupai bentuk kipas,
umumnya terbentuk dibagian kaki lereng suatu perbukitan dan biasanya berada di daerah
yang beriklim arid, pada sungai yang mengalir dari suatu berbukitan dengan gradien lereng
yang curam  lereng yang landai dari suatu dataran dan material material lepas yang
diangkut oleh air sungai diendapkan.
- Morfologi Sungai Bersirat (Braided-streams) : bentuk bentangalam hasil dari proses
pengendapan yang disebabkan oleh saluran air sungai yang berpindah-pindah.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Morfologi Tekuk Sungai (Pointbar Rivers) : bentuk bentangalam yang berada pada kelokan
sungai bagian dalam yang merupakan hasil pengendapan sungai pada bagian dalam dari
suatu kelokan sungai (meander).
- Morfologi Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake) : bentangalam yang berupa danau yang
bentuknya menyerupai tapal kuda. Bentuk tapal kuda berasal saluran air sungai yang telah
ditinggalkan dikarenakan terjadinya pemotongan meander sungai, menyebabkan meander
terisolasi dari saluran utamanya dan pada akhirnya membentuk danau.
- Morfologi Gosongpasir (Bar rivers) : berbentuk daratan disepanjang suatu saluran sungai
sebagai hasil pengendapan material yang diangkut sungai. Pengendapan yang terjadi di
tengah saluran sungai disebabkan oleh ukuran dan masa jenis material yang diangkut air
sungai dengan kecepatan arus air. Ketika kecepatan arus air melemah maka material
sedimen yang bermasa jenis lebih besar akan diendapkan didalam saluran yang pada
akhirnya akan membentuk daratan.
- Morfologi Undak Sungai (Terrace Rivers) : terjadi oleh erosi vertikal yang lebih dominan
dibandingkan erosi lateral. Undak undak sungai dapat terjadi pada sungai yang mengalami
pengangkatan kembali sehingga gaya erosi vertikal kembali bekerja. Undak sungai tersusun
dari endapan aluvial yang membentuk morfologi datar.
- Morfologi Tanggul Alam (Levee) : bentangalam yang berbentuk tanggul dan sejajar dengan
arah saluran sungai, merupakan akumulasi dari endapan material berbutir kasar saat air
sungai melimpah keluar saluran.
f. Bentangalam Hasil Aktivitas Pesisir (Landforms of Coastal Processes)
Wilayah Pesisir : suatu wilayah yang berada pada batas antara daratan dan lautan dan
merupakan tempat pertemuan antara energi dinamis yang berasal dari daratan dan lautan.
Morfologi pantai : bentuk–bentuk bentangalam yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas air
yang berada di wilayah pesisir. Kebanyakan bentuk bentangalamnya hasil perubahan
gelombang air laut.
- Unsur-unsur dan sifat-sifat gelombang : air laut yang terdapat di bumi dapat bergerak dan
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dikarenakan oleh rotasi bumi, iklim, tekanan
udara di bumi, perbedaan temperatur di bumi. Gelombang air laut terjadi karena adanya
energi yang dirambatkan melalui media air laut.
- Bentuk-bentuk pantai : sangat dipengaruhi oleh aktifitas gelombang yang menuju ke arah
pantai. Proses abrasi gelombang laut yang menuju ke arah pantai.
a. Arah gelombang membentuk sudut dengan garis pantai
b. Arah gelombang membentuk sudut dan mengarah ke arah muara sungai
c. Arah gelombang yang sejajar dengan garis pantai
g. Morfologi Pantai
- Morfologi Delta : konsep keseimbangan lingkungan dikendalikan oleh gaya-gaya yang
berada dalam suatu sistem yang komplek. Berasal dari endapan sedimen sungai, tetapi ke ke
arah bagian laut lebih banyak sedimen yang di endapkan. Delta terbentuk ketika sungai
mencapai ketinggian dasar air (base level), dimana air tidak lagi meng-erosi. Berdasarkan
bentuk dan morfologinya, dibedakan menjadi 3 jenis :
 Delta yang didominasi sungai (A River-dominated delta) : pengaruh sungai.
 Delta yang didominasi pasang surut (Tide-dominated deltas) : perubahan yang ekstrim.
 Delta yang didominasi gelombang (Wave-dominated deltas) : berukuran kecil.
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Morfologi Teluk : bentangalam yang daratannya menjorok ke arah daratan sedangkan


bagian kiri dan kanan nya relatif sejajar dengan garis pantai.
- Morfologi Stack dan Arches : Stack  berada di sekitar garis pantai merupakan sisa-sisa
daratan akibat kikisan/abrasi gelombang air laut dan mengakibatkan garis pantai mundur ke
arah daratan. Arches  sisa-sisa daratan akibat erosi (abrasi) dengan bentuk yang tidak
teratur karena batuannya resisten terhadap hantaman gelombang.
- Morfologi Wave-cut : bentangalam berbentuk datar hasil erosi gelombang air laut dan
berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat
erosi gelombang laut.
- Morfologi Tanggul (Barrier) : berbentuk memanjang sejajar dengan garis pantai dan
terbentuk sebagai hasil pengendapan partikel partikel pasir dibagian muka pantai oleh abrasi
gelombang air laut.
- Morfologi Lagoon : bentuk bentangalam yang terletak diantara barrier (tanggul) dan
daratan, dengan kedalaman air yang dangkal dan dipengaruhi oleh air laut dan air tawar
yang berasal dari darat.
- Morfologi Pantai Submergent : bentangalam yang terbentuk dari pengaruh gabungan antara
naiknya muka air laut (transgresi) dan penurunan cekungan.
- Morfologi Pantai Emergent : bentangalam yang terbentuk sebagai akibat dari penurunan
muka air laut (regresi) atau naiknya permukaan daratan. Umumnya bentuk pantai emergent
ditandai oleh teras-teras pantai.

Referensi :
Noor, D. (2014). Pengantar Geologi. Deepublish. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=TRdADAAAQBAJ. Diakses tanggal 2 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai