Anda di halaman 1dari 4

Sinopsis Pelarian

Di pinggiran kota Jakarta, sekitar tahun 2019. Sore hari, di sebuah pos kamling
bambu dengan dekorasi bendera merah putih disisi atasnya. Nampak papan
informasi yang penuh dengan coretan, tepat di pojok kiri atasnya tergantung sebuah
TV tabung kecil berdebu.

Terlihat beberapa anak dengan rentang usia kelas 4-6 SD sedang berkumpul.
Diantara mereka terlihat ROY (12) seorang anak kaya dengan jam tangan di tangan
kiri sambil memegang minuman di wadah plastik memainkan handphone nya.
Selanjutnya seorang bocah yang terlihat heboh sendiri dengan handphone nya,
MARTIN (9) memakai baju bola berwarna oranye bertuliskan “Persija” duduk
disamping Roy. Disebelah Martin dengan rambut panjang sedikit klimis, hidungnya
terlihat sedikit memerah karena flu, BOBI (10) seorang pendiam yang asik
menikmati permainan di handphone nya.

Selain mereka bertiga terlihat juga RUDI (10) seorang bocah kelas 5 SD yang hanya
bisa menonton teman-temannya bermain game. Dengan baju lusuhnya Rudi duduk
tepat dihadapan ketiga temannya. Beberapa kali ia meminta ikut serta bermain
dengan temannya, berharap dari salah satu dari mereka dapat berbaik hati
meminjamkan handphone nya.

Hal lain terjadi, Roy si bocah kaya mengejek rudi secara halus dengan berpura-pura
lupa bahwa Rudi tidak memiliki handphone. Ini membuat Rudi kesal dan akhirnya
Rudi memilih meninggalkan ketiga temannya.

Rudi memutuskan untuk kembali kerumah, di sepanjang jalan Rudi banyak


menggerutu dan di sepanjang jalan itu pula Rudi banyak sekali melihat orang-orang
asik bermain dengan handphone nya. Rudi pun semakin kesal dan merasa hanya
dirinya di dunia ini yang tidak memiliki handphone.*
Di dalam rumah kecil sederhana namun tertata. Di depan TV tabung berwarna abu-
abu, IBU RUDI (32) sedang menyetrika pakaian. Tiba-tiba Rudi datang merengek
meminta dibelikan handphone. Dengan keadaan keluarga yang serba kekurangan,
Ibu Rudi tidak bisa mengiyakan permintaan Rudi.

Rudi terus merengek dan memaksa ibunya membelikan handphone. Hal ini terus-
terusan dilakukan Rudi sehingga mengganggu pekerjaan rumah ibunya. Dengan
berdalih sebuah nasihat, Ibu Rudi berkata bahwa handphone dapat memberikan
dampak buruk bagi Rudi dan dengan umur Rudi yang masih dikatakan anak-anak
Rudi belum pantas untuk memiliki handphone sendiri.

Rudi kesal. Di dalam kamarnya tanpa berpikir panjang, Rudi memutuskan untuk
kabur dari rumah. Diambilnya selembar kertas dari bagian tengah buku tulis
miliknya. Dengan hati yang penuh kekesalan ia menulis sebuah surat untuk ibunya.
Surat tersebut berisi ancaman yang mengatakan bahwa Rudi akan pergi dari rumah
dan tak akan kembali sebelum ibunya membelikan handphone.

Sebelum pergi ia ambil sebuah celengan kecil dibalik tumpukan bajunya, ia belah
celengan tersebut dan mengambil uang recehan yang terkumpul dengan tujuan
untuk membeli handphone.

Dengan berbekal pakaian seadanya, dengan tas selempang kecil miliknya, lewat
jendela kamar Rudi pergi secara diam-diam.

Rudi berjalan sejauh mungkin dari rumah, melewati gang-gang menuju jalan utama.
Sebelum menuju jalan utama Rudi harus melewati pos kamling dimana teman-
temannya berkumpul tadi.

Ide jahil pun muncul dipikiran Rudi, demi membalaskan dendam dan melampiaskan
kekesalannya Rudi mematikan wifi yang ada di pos tersebut. Teman-teman Rudi
yang sedang asik bermain game berteriak kesal karena kehilangan koneksi
internetnya.*
Ditengah perjalanannya, disebuah jalanan sepi dengan sisi kanan dan kiri penuh
dengan sampah dan tumbuhan liar. Tiba-tiba jalannya dihadang oleh dua ekor
anjing berwarna hitam dan coklat. Rudi terus berjalan pelan berusaha melewati
kedua anjing tersebut. Kedua anjing ini terus saja menggonggong, membuat Rudi
ketakutan untuk melewatinya. Dengan hati-hati Rudi mencoba melewatnya, namun
salah satu gerakan dari anjing hitam membuat Rudi panik lalu berlari menjauhi
kedua anjing itu. Kedua anjing tersebut merasa bahwa Rudi seperti mengajaknya
bermain, alhasil mereka ikut berlari mengejar Rudi.

Akibat Rudi yang berlarian karena panik, tak terasa uang yang ia simpan di
kantong celananya berjatuhan……………………………

Di trotoar jalan raya, dekat sebuah tiang listrik dengan banyak sisa kertas poster
iklan. Terlihat seorang anak kecil sedang duduk diatas gerobak barang bekas. Ia
nampak lebih lusuh dibanding Rudi. Anak kecil tersebut terlihat sedang memakan
sebungkus gorengan dengan ayahnya yang duduk di trotoar. Melihat kejadian itu
membuat hati Rudi tersentuh dan mengingat ibunya yang ada dirumah.

Langit tiba-tiba mendung, rintik air mulai turun satu persatu.

Sebelum hujan turun deras Rudi bergegas meninggalkan tempat tersebut,


meninggalkan pemandangan anak kecil dan ayahnya yang sedang asik makan
bersama. Ketika Rudi telah meninggalkan tempat itu, si anak dan bapak dengan
gerobak pun ikut pergi, dengan begitu santainya si anak mengeluarkan handphone
dari dalam gerobak, menuliskan tujuan perjalanannya dalam maps, lalu kemudian
memutarkan music sebagai teman perjalanan mereka.*

Hujan lebat pun lebih dahulu turun. Rudi yang tak punya persiapan berlari kocar-
kacir mencari perlindungan. Namun sayang, sebelum Rudi menemukan tempat
berteduh, seluruh tubuh Rudi sudah terlanjur basah kuyup.
Di depan sebuah rumah yang terletak di pinggir jalan Rudi berteduh. Terlihat bagian
dalam rumah nampak hangat dengan lampu berwarna kuning. Lewat jendela yang
terbuka Rudi terlihat menatapi isi rumah. Secara tak sengaja dari balik jendela ia
melihat seorang anak kecil sedang disuapi sepiring nasi goreng oleh ibunya. Melihat
hal tersebut ikut membuat perut Rudi keroncongan. Rudi yang kedinginan mulai
merasa lapar. Hingga menjelang waktu maghrib hujan pun mulai reda.

Ketika Rudi akan kembali meneruskan perjalanan, datang pengendara motor mio
berwana merah dengan 2 orang penumpang dibelakangnya. Berkendara ugal-ugalan.
sambil memainkan handphone. Karena motor yang oleng akibat tidak fokusnya si
pengendara, Rudi pun hampir terserempet. Rudi yang kaget dengan refleks langsung
berlari kembali menuju arah rumahnya.

Dengan baju yang masih basah kuyup, Rudi datang langsung memeluk ibunya yang
sedang memasak di dapur. Ibu Rudi kebingungan, karena ternyata Rudi tak begitu
lama keluar dari rumah hingga tidak disadari oleh ibunya. Rudi tiba-tiba meminta
maaf. Akhirnya Rudi berganti pakaian dan makan malam bersama ibunya.

Ketika Rudi sedang melahap makanannya ibu Rudi mengeluarkan sebuah celengan
plastic, kemudian mengajak rudi menabung bersama untuk membeli sebuah
handphone*

Anda mungkin juga menyukai