Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH SEMINAR

REVIEW 2 ARTIKEL JURNAL


Dosen Pengampu : Putri Rachmadyanti, S.Pd M,Pd

NAMA : REINA PUSPA KENCANA


NIM : 18010644056
KELAS : 2018-C

Judul Artikel : Keteladanan Guru Sebagai Sarana


Penerapan Pendidikan Karakter Siswa
Penulis : Deni Sutisna, Dyah Indraswati, dan
Muhammad Sobri
Nama Jurnal/ Tahunterbit/ halaman :Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia /
2019 / 29-33
Pengkaji (reviewer) : (Reina Puspa Kencana)

No
. Aspect Result of Review

1. Sistematika  Pendahuluan:
penelitian ini meyoroti keteladan guru dalam
peerapan pendidikan karakter. Seyogyanya guru
harus dapat menganalisis karakter siswa baik yang
terlihat ataupun karakter yang bisa dialami. Sutisna,
Indraswati dan Sobri mencoba mengkaji nilai-nilai
keteladanan guru sebagai sarana pengembangan
karakter siswa SD di sekolah. Keberhasilan
pendidikan karakter disekolah terletak pada sejauh
mana keberhasilan guru dalam mengelola kelas.
Dalam hal ini guru harus bisa menjadi panutan,
menjadi contoh, tentang bagaimana karakter yang
sesungguhnya dalam artian seorang guru harus
memiliki sikap dan kepribadian yang pantas menjadi
teladan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
pada masyarakat.
 Metode Penelitian:
Penelitian ini menggunakan studi literatur atau
literature review dengan menganalisis beberapa
kajian yang berkaitan dengan topik pembahasan
yaitu pendidikan, keteladanan guru, dan karakter.
Sumber rujukan berasal dari jurnal artikel, prosiding,
dll.
 Hasil dan Pembahasan:
Sutisna, Indraswati, dan Sobri membahas penelitian
ini kedalam 4 topik, yakni Karakter, Tujuan dan
Prinsip Pendidikan Karakter, Implementasi
Pendidikan Karakter di Sekolah, Keteladanan Guru
dan Pendidikan Karakter. Hasil kajian ini
menghasilkan bahwa penerapan pendidikan
karakter di sekolah merupakan tanggungjawab
semua warga sekolah, akan tetapi guru memegang
peranan penting dalam pencapaian program
tersebut
 Kesimpulan:
Peneliti menyimpulkan bahwa keberhasilan
pendidikan karakter disekolah bergantung dari
sejuah mana guru tersebut bisa menjadi teladan
bagi siswanya. Oleh karena itu guru sebagai kunci
utama dalam keberhasilan pembelajaran sebab
sekolah merupakan tempat yang cukup ideal
setelah keluarga untuk menerapkan pendidikan
karakter.

2. Jenis Artikel Gagasan Konseptual

3. Pembelajaran  Dapat mengetahui metode yang digunakan yaitu


yang kalian menggunakan studi literatur dengan sumber rujukan
dapatkan dari berasal dari jurnal artikel, prosiding.
hasil review  Mengetahui isi dari penelitian yang dilakukan
artikel tersebut dimana berkaitan dengan topik pendidikan karakter
khususnya bagi siswa sekolah dasar
 Memahami bahwa dalam metode studi literatur lebih
banyak mengkaji dari permasalahan yang ada
dikaitkan dengan berbagai teori yang berkaitan.
 Mampu menganalisis dari topik permasalahan yang
ada dimana dalam artikel tersebut lebih
menekankan pada pendidikan karakter sehingga
peneliti dituntut lebih memiliki wawasan penalaran
yang baik dengan mengacu dari berbagi sumber
rujukan yang berbeda
4. Kontribusi artikel Dari hasil review pada artikel, kontribusi dalam
ini dalam rencana rencana artikel yang akan saya tulis lebih mengacu
artikel kalian sebagai bahan referensi atau bahan analisis saya
dalam mengkaji topik yang saya pilih yaitu berkaitan
dengan pendidikan karakter dimana dalam artikel yang
berjudul keteladanan guru sebagai sarana penerapan
pendidikan karakter ini sesuai dengan topik yang saya
pilih.

Judul Artikel : Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap


Perilaku Siswa MI
Penulis : Firda Halawati dan Dicky Fauzi Firdaus
Nama Jurnal/ Tahunterbit/ halaman:Education and Human Development
Journal / 2020 / 51-60
Pengkaji (reviewer) : (Reina Puspa Kencana)

No
. Aspect Result of Review

1. Sistematika  Pendahuluan:
penelitian ini menyoroti seberapa besar pengaruh
pendidikan karakter yang ada di sekolah dasar
terhadap perilaku siswa khususnya MI. Halawati
dan Firdaus mencari data dan melaksanakan
observasi langsung di MI Sindangjawa dan
ditemukan beberapa masalah yaitu masih ada
siswa yang berpakaian tidak sesuai aturan,
berkelahi, siswa yang tidak patuh atau hormat
terhadap guru sehingga dapat diartikan di MI
Sindangjawa tingkat kedisplinan lemah, minat
belajar yang kurang, integrasi moral sering
menyeleweng Hal itu disebabkan karena pendidikan
karakter di madrasah tersebut kurang diperhatikan.
 Landasan Teori:
Konsep Pendidikan, Konsep Karakter, Konsep
Pendidikan Karakter, Konsep Perilaku
 Metode Penelitian:
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian
kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah angket,
observasi, dokumentasi, sedangkan teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis regresi linier sederhana dengan
tahpan uji prasyarat meliputi uji normalitas, uji
homogenitas dan uji autokorelasi.
 Hasil dan Pembahasan:
Halwati dan Firdaus mengkategorikan hasil
penelitian dalam bentuk diagram lingkaran dimana
hasil dari perhitungan pendidikan karakter siswa
mendapat skor 88,64% dengan kategori sangat
tinggi dan hasil dari perhitungan perilaku siswa
mendapat skor 77,27% dengan kategori sangat
baik. Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi (positif) pendidikan karakter di
sekolah maka akan semakin tinggi pula perilaku
siswa di sekolah. Hasil penelitian menyatakan “ada
pengaruh positif antara pendidikan karakter
terhadap perilaku siswa”. Pendidikan karakter ini
memberikan sumbangan efektif sebesar 21,40%%
terhadap perilaku siswa, dan memberikan
sumbangan relatif sebesar 57,29% terhadap
perilaku siswa. Nilai correlation sebesar 0,273,
maka terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan karakter terhadap perilaku siswa dengan
nilai signifikan sebesar 0,000 dan tingkat hubungan
antara pendidikan karakter dan perilaku siswa
hubungannya rendah.
 Kesimpulan:
(1) Pendidikan karakter siswa MI tergolong sangat
tinggi dengan persentasi 88,64%, (2) Perilaku
siswa MI menunjukan kategori sangat baik sebesar
77,27%, (3) Terdapat pengaruh positif antara
pendidikan karakter terhadap perilaku siswa MI.
Dimana apabila pendidikan karakter siswa
meningkat 1% maka akan diikuti pula peningkatan
perilaku siswa sebesar 0,471. Pada uji f diperoleh
fhitung sebesar 4,483 dan nilai ftabel taraf sig 5%
sebesar 3,39. Berdasarkan hasil analisis regresi
diperoleh nilai r sebesar 0,446 dan r2 sebesar
0,526. Hal ini berarti bahwa pengaruh pendidikan
karakter terhadap perilaku siswa sebesar 52,6%,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain
diluar dari variabel dalam penelitian ini.
2. Jenis Artikel Penelitian Kuantitatif

3. Pembelajaran  Dapat mengetahui metode yang digunakan mulai


yang kalian dari teknik pengumpulan data (angket,observasi,
dapatkan dari dokumentasi) serta analisis data menggunakan
hasil review teknik analisis regresi linier sederhana
artikel tersebut  Mengetahui isi dari penelitian yang dilakukan
dimana berkaitan dengan tahapan atau prosesnya
mulai dari mencari tahu masalah yang diteliti
kemudian menyebar angket kepada jumlah populasi
yang dibutuhkan yakni siswa MI Sindangjawa,
disamping melaksanakan pengamatan secara
langsung sehingga dalam penelitian tersebut
peneliti hendak mencari tahu seberapa besar
pengaruh pendidikan karakter terhadap perilaku
siswa.
 Mengetahui cara atau tahapan dalam membuktikan
hipotesis dari penelitian yang dilaksanakan.
 Memahami bahwa dalam teknik analisis regresi
linier sederhana menggunakan tahapan mulai dari
uji normalitas, uji homogenitas, dan uji autorelasi

4. Kontribusi artikel Dari hasil review pada artikel, kontribusi dalam


ini dalam rencana rencana artikel yang akan saya tulis lebih mengacu
artikel kalian sebagai bahan referensi atau bahan analisis saya
dalam mengkaji topik yang saya pilih yaitu berkaitan
dengan pendidikan karakter dimana dalam artikel yang
berjudul Pegaruh Pendidikan Karakter terhadap
Perilaku Siswa MI apabila kedepannya saya melakukan
penelitian yang berkaitan dengan jenis pendekatan
kuantitatif sehingga saya dapat lebih mudah dalam
mempelajari teknik analisis regresi linier sederhana
LAMPIRAN ARTIKEL 1
KETELADANAN GURU SEBAGAI SARANA PENERAPAN
PENDIDIKAN KARAKTER SISWA
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435

Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia is licensed under


A Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License

Keteladanan Guru sebagai Sarana Penerapan Pendidikan


Karakter Siswa
Deni sutisna1), Dyah Indraswati2), Muhammad Sobri3)
1)
Universitas Mataram, NTB
Email: denisutisna@unram.ac.id
2)
Universitas Mataram, NTB
Email:dyahindrawati@unram.ac.id

3)
Universitas Mataram, NTB
Email:muhammad.sobri@unram.ac.id

Abstrak. Penerapan Pendidikan karakter merupakan sebuah jalan untuk membangun


pendidikan yang lebih bermoral. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis keteladanan guru dalam penerapan pendidikan karakter disekolah. Artikel ini
merupakan hasil analisis dengan mengkaji literatur yang memiliki keterkaitan dengan topik
pembahasan. Model yang digunakan adalah studi literatur atau lirature riview. Dari hasil
penelaahan, hasil yang didapat menunjukkah bahwa penerapan pendidikan karakter
disekolah merupakan tanggung jawab semua warga sekolah, tetapi guru memegang peranan
penting dalam pencapaian program tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
keberhasilan pendidikan karakter disekolah bergantung dari sejauh mana guru tersebut bisa
menjadi teladan siswa-siswinya sehingga untuk mewujudkan siswa yang berkarakter
diperlukan guru yang berkarakter pula.
Kata Kunci: Keteladanan Guru dan Karakter

Undang No. 14 tahun 2015 pasal 10 ayat 1tentang


I. PENDAHULUAN guru dan dosen dimana guru harus memiliki
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
Guru itu digugu dan ditiru. Sebuah ungkapan profesional.
lama yang merupakan sebuah keharusan. Simpel Sebagaimana kita tahu tugas guru tidaklah mudah,
memang, tapi implikasi dari sebuah ungkapan yang bukan hanya sekedar membuat siswa menjadi pintar,
sangat tidak mudah untuk di terapkan. Guru memang bukan hanya sekedar mengajari membaca dan
merupakan ujung tombak pendidikan, dimana salah menulis, bukan pula sekedar menjadikan siswa yang
satu keberhasilan dari pendidikan adalah sejauh mana ahli dalam matematika dan sains tetapi
tingkat kredibilitas seorang guru dalam artian
seprofesional apa guru tersebut. Menurut referensi
[1] guru profesional adalah guru yang ahli
dibidangnya dan memiliki standar dengan memiliki
landasan pengetahuan,memiliki kompetensi, memilik
sertifikasi, berkompetisi sehat, memiliki kesadaran
profesional, memiliki kode etik, dan memiliki
organisasi profesi. Sementara menurut Undang-
29
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435
lebih dari itu guru harus bisa menjadi role model
untuk para siswanya yang bisa menumbuhkan nilai-
nilai karakter yang baik. Keberhasilan guru bukan
hanya sekedar sejauh mana keahlian dalam
mengajar, seberapa banyak kompetensi yang dia
miliki tetapi lebih kepada sejauh apa guru bisa
menjadi panutan bagi siswa-siswinya yang nantinya
bisa menjadi guru yang diguru dan ditiru. Masalah
guru adalah masalah pendidikan, karena
keberhasilan guru adalah keberhasilan sistem
pendidikan karena [2] menegaskan bahwa guru
harus bisa berperan dan bersikap selaras dengan
keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Sebagai negara berkembang, Indonesia
menghadapi permasalahan yang cukup kompleks
dalam dunia pendidikan. Permasalahan tersebut
datang dari berbagai aspek, seperti permasalahan
siswa, permasalahan guru, permasalahan sekolah,
permasalahan lingkungan luar sekolah yang
berdampak kepada lingkungan sekolah, kurikulum,
dan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh
referensi [3] bahwa pendidikan memiliki masalah
yang sangat dasar dan dapat dilihat dari faktor:
pertama, proses pembelajaran terlalu berorientasi
pada penguasaan teori dan hafalan yang
menyebabkan kurang berkembangnya penalaran
peserta didik

30
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435

dalam pembelajaran; kedua, tuntutan kurikulum yang siswanya, dan memiliki sikap dan kepribadian yang
terstruktur dan membebankan sehingga pantas menjadi teladan yang sesuai dengan nilai dan
menyebabkan pembelajaran kurang bisa beradaptasi norma yang berlaku pada masyarakat[5].
dengan lingkungan baik fisik ataupun sosial, ketiga, Paparan di atas menunjukkan bahwa guru
kurangnya monitoring terhadap penilaian dan menjadi aktor utama dalam keberhasilan pendidikan
pengujian mutu pendidikan; keempat, bimbingan karakter disekolah. Tidak hanya seorang pendidik,
karier seorang guru masihbelum tertata dengan pengajar, pentransfer, penganalisis, penilai, pemberi
optimal. Selain kajian diatas yang menjadi fokus motivasi, pengembang inovasi dan pemberi inspirasi,
masalah pendidikan di Indonesia saat ini adalah lebih dari itu guru harus menjadi teladan demi
tentang karakter siswa atau peserta didik. keberhasilan pendidikan karakter disekolah. Analisis
Berbicara terkait karakter artinya berbicara ini mencoba mengkaji nilai-nilai keteladanan guru
tentang kecenderungan seseorang untuk bersikap dan sebagai sarana pengembangan karakter siswa SD
mencerminkan diri dan berbicara tentang karakter disekolah.
siswa artinya berbicara terkait dengan bagaimana cara
siswa tersebut dalam bertindak, bergaul,
berkomunikasi, bertatakrama dalam berinteraksi baik
dengan teman, orang tua, guru, atau dengan
lingkungannya. Permasalahan karakter telah menjadi
topik yang hangat diperbincangkan. Krisis karakter
adalah krisis kepribadian, buruknya kepribadian
berdampak pada penyimpangan- penyimpangan
sosial.
Permasalahan karakter merupakan
permasalahan inti dari seorang siswa. Meski karakter
dibentuk sebagian besar dalam keluarga tetapi
lingkungan dan sekolah menjadi faktor pembentukan
dan perubahan karakter tersebut. Sebagai motor
penggerak sekolah, Guru tentunya memegang
peranan penting dalam pembentukan karakter siswa.
Seyogianya guru harus dapatmenganalisis karakter
siswa baik yang terlihat (character as seen) ataupun
karakter yang bisa dialami (character as
experienced) [4], dengan demikian guru dapat lebih
mengendalikan dan memahami karakteristik yang
nantinya akan dengan mudah memberikan
pemahaman dan pandangan yang baik bagi
perkembangan karakter siswa.
Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah
terletak pada sejauh mana keberhasilan guru dalam
mengelola kelas. Penanaman karakter bukan hanya
sebatas materi baik yang tertulis ataupun yang tidak
tertulis dalam kurikulum pendidikan, akan tetapi
perlu contoh nyata bagi seorang siswa tentang
bagaimana penerapan karakter yang baik. Dalam hal
ini gurulah yang harus bisa menjadi panutan, menjadi
contoh, menjadi cerminan tentang bagaimana
karakter yang sesungguhnya dalam artian seorang
guru harus memiliki keterampilan sesuai bidangnya,
berwawasan luas yang bisa di transferkan kepada
31
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435
II. METODE PENELITIAN manusia itu hidup. hal-hal yang menjadi ciri
kepribadian adalah: 1). kepribadian berasal dari diri
Artikel ini menggunakan studi literatur atau sendiri sebagai seorang individu, 2).
literature riview dengan menganalisis beberapa Menggambarkan perilaku dalam menghadapi
kajian yang berkaitan dengan topik pembahasan berbagai situasi, 3). Bersifat tahan lama,dalam artian
yaitu pendidikan, keteladanan guru, dan karakter. tidak mudah berubah dalam jangka waktu yang
Sumber-sumber rujukan yang menjadi pokok pendek, 4). Menjadi pembeda individu dengan
bahasan bersumber dari buku, jurnal artikel, individu lain [9].
prosiding dan yang lainnya. hal tersebut Karakter adalah kecenderungan manusia
dimaksudkan untuk meninjau keteladanan guru dalam bertindak yang terbentuk dari pengalaman
sebagai sarana penerapanpendidikankarakter siswa semasa manusia hidup dari mulai dilahirkan hingga
di sekolah. dewasa. George herberd maid mengemukakan Ada
empat tahapan pembentukan kepribadian yang erat
kaintaanya dengan pembentukan karakter seorang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN manusia yaitu tahap persiapan (preepatory stage),
tahap meniru (play stage), tahap bermain peran
Karakter
(game stage), tahap penerimaan dan penerapan nilai
Karakter merupakan kecenderungan yang
dan norma (generalized other). Tahapan tersebut
dimiliki manusia dalam bertindak, bersosialisasi,
merupakan fase-fase
berinteraksi dengan lingkungan baik fisik ataupun
sosial. Karakter merupakan hal paling mendasar
dalam menentukan pencapaian hidup karena
karakter bisa menjadi dorongan untuk hal yang
dianggap baik untuk hidup [6]. Setiap manusia
terlahir dengan karakteristik yang berbeda dengan
latarbelakang yang berbeda pula baik latar belakang
suku, agama, ras, dan adat istiadat. Perbedaan
tersebut bisa menjadi faktor penyebab perbedaan
kebiasaan. Perbedaan kebiasaan akan berpengaruh
kepada kepribadian dan tentunya akan
menyebabkan perbedaan karakter. Pada dasarnya
karakter terbentuk dari keturunan dan lingkungan,
akan tetapi lingkungan berperan besar dalam
pengembangan karakter yang dimiliki manusia baik
lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan,
lingkungan kerja, atau lingkungan pendidikan tetapi
yang paling dominan dalam pembentukan karakter
adalah lingkungan keluarga.
Karakter erat kaitannya dengan kepribadian.
Kepribadian adalah dorongan dalam diri yang
mengatur dan memberikan arah hidup yang
diinginkan.Referensi [7] menjelaskan kepribadian
didapat manusia dari lahir yang merupakan karakter
bawaan atau genetik yang melekat pada individu
dan memungkinkan untuk berubah meski secara
lambat Dari segi ilmu psikologi, kepribadian
merupakan kualitas seseorang yang menyebabkan
rasa senang atau tidak dari orang lain [8]. Teori
diatas menunjukkan bahwa karakter merupakan
hasil dari kepribadian yang berkembang selama

32
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435

ideal manusia dalam mengembangkan karakter. diperlukan prinsip-prinsip demi mewujudkan


Karakter akan terbentuk dan berubah sesuai dengan keberhasilan pendidikan karakter disekolah.
lingkungan dimana manusia tersebut hidup dan Ada sebelas prinsip yang bisa dijadikan
menjalani kehidupan. penunjang keberhasilan pendidikan karakter menurut
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa Thomas lickona dalam [10] yaitu: 1) komunitas
karakter berkembang selama manusia itu hidup. sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan
Setiap detik, menit dari waktu yang telah kita kemampuan inti sebagai landasan karakter yang baik,
habiskan dalam hidup akan membentuk karakteristik 2). sekolah mendefinisikan karakter secara
yang berbeda dengan individu lain. komprehensif untuk memasukkan pemikiran,
Setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga perasaan, dan perbuatan, 3). Sekolah menggunakan
akan diajarkan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan pendekatan komprehensif, sengaja, dan proaktif untuk
kebiasaan keluarganya. Baik atau buruk karakter mengembangkan karakter, 4) sekolah menciptakan
seorang anak itu tergantung dari kebiasaan masyarakat peduli karakter, 5).sekolah memerikan
keluarganya. Pendidikan nilai, norma, dan kebiasaan kesempatan kepada peserta didik untuk melalukan
pertama kali didapat dari keluarga oleh karena itu tindakan moral, 6) sekolah menawarkan kurikulum
keluarga merupakan dasar utama dalam mengajarkan akademik yang berarti menantang yang menghargai
dan menerapkan karakter setelah itu baru lingkungan semua peserta didik mengembangkan karakter, dan
lainnya yang dapat mempengaruhi karakter seorang membantu
anak.
Penerapan pendidikan karakter perlu ada
sinergitas dari beberapa faktor baik dari keluarga,
lembaga pendidikan ataupun lembaga pemerintah.
Terkait dengan porsi dari aspek tersebut, keluarga
tentu memiliki tempat paling besar. Meski demikian,
pemerintah terus berusaha untuk menumbuhkan
karakter siswa dengan jalan pendidikan. Pendidikan
karakter di sekolah semata-mata untuk
menumbuhkan dan mengembangkan karakteristik
siswa yang lebih berkualitas, berdaya saing, dan
berakhlak mulia dan dimaksudkan untuk
menciptakan manusia Indonesia yang cerdas,
demokratis, dan berperadaban [10]
Tujuan dan PrinsipPendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu proses
pembelajaran yang mendukung perkembangan sosial
emosional dan etis siswa dan sebuah upaya untuk
membangun karakter [11]. Pendidikan karakter
bertujuan untuk membentuk pribadi yang beriman
dan bertakwa yang lebih bertanggung jawab atas
segala perilaku yang dimiliki oleh siswa, termasuk
didalamnya rasa percaya diri, bertanggung jawab,
kompetitif, inovatif, kreatif, murah hati, berjiwa
besar, baik hati, jujur, lapang dada, berjiwa sosial
yang tinggi dsb.Secara teoritis ada tiga tujuan utama
dari pendidikan karakter menurut [12] yaitu: untuk
membentuk dan mengembangkan profesi,
memperbaiki dan menguatkan pribadi, menyaring
dan memilah kebudayaan dan peradaban yang
berkembang. Untuk mewujudkan semua itu
33
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435
mereka untuk mencapai keberhasilan, 7). Sekolah penerapan pendidikan karakter disekolah karena guru
mengembangkan motivasi diri peserta didik, 8) staf yang secara langsung berinteraksi dengan siswa.
sekolah adalah masyarakat belajar etika yang Keteladanan Guru dan Pendidikan Karakter
membagi tanggung jawab untuk melaksanakan Keberhasilan dunia pendidikan tidak lepas
pendidikan karakter danmemasukkan nilai-nilai inti dari peran guru dalam menjalankan program-
yang mengarahkan peserta didik, 9). Sekolah program pendidikan terutama kurikulum sekolah.
mengembangkan kepemimpinan bersama dan Kiprah seorang guru tentunya menjadi salah satu
dukungan yang besar terhadap permulaan atau faktor yang sangan dominan dalam indikator
perbaikan pendidikan karakter, 10). Sekolah ketercapaian pendidikan (pembelajaran) dimana
melibatkan anggota keluarga dan masyarakat guru menjadi figur utama dalam proses pembelajaran
sebagai mitra dan upaya pembangunan karakter, disekolah. Oleh karena itu guru harus memiliki
11). Sekolah secara teratur menilai dan mengukur kemampuan yang mumpuni agar dapat menjalankan
budaya dan iklim fungsi-fungsi staf sebagai tugas sebagai guruprofesional.
pendidik karakter serta sejauh mana peserta didik Guru profesional merupakan kunci dari
mampu mengimplementasikankarakter yang baik keberhasilan pendidikan. Professional artinya ahli
dalam pergaulan sehari-hari . ada keterkaitan antara dibidangnya. Ciri-ciri dari profesional adalah, harus
satu aspek dengan aspek lainnya dari penjelasan, memiliki landasan pengetahuan yang kuat, harus
dimana 11 faktor diatas merupakan satu kesatuan berlandaskan atas kompetensi atas individu,
yang tidak bisa terpisahkan dalam proses penerapan
pendidikan karakter di sekolah.
Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Pada dasarnya penerapan pendidikan
karakter dapat diimplementasikan dalam segala
aspek disekolah baik kurikulum sekolah ataupun
penunjang lainya seperti lingkungan, sarana
prasarana, dan kebijakan. Terlebih lagi[13]
menegaskan bahwa pendidikan karakter lebih
menekankan kepada proses yang terintegrasi pada
kurikulum sekolah. Ada empat cara yang dapat
ditempuh dalam penerapan pendidikan karakter; 1)
menerapkan pada setiap mata pelajaran yang ada
disekolah baik mata pelajaran wajib ataupun
muatan lokal; 2). Menerapkan kedalam kegiatan
harian non pelajaran seperti upacara wajib, upacara
hari-hari besar, acara keagamaan, dan acara yang
bersifat Insidental; 3). Merencanakan dalam
program sekolah jangka pendek dan jangka
panjang; 4). Mensosialisasikan kepada semua
elemen sekolah terutama kepada keluarga siswa
[14] dengan demikian penerapan pendidikan
karakter di sekolah dapat diterapkan.
Penerapan pendidikan karakter disekolah
tidak lepas dari peran seluruh warga sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan, guru
sebagai eksekutor dari program, orang tua sebagai
daya dukung di rumah, komite sekolah sebagai
jembatan antara program sekolah dan orang tua
memiliki peranan masing-masing dalam
penerapan Pendidikan karakter.Dalam
hal ini guru memiliki peran terpenting dalam
34
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435

memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, ada kearah manapun yang mereka mau dengan tuntunan
kerjasama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, kurikulum sekolah. Oleh karena itu peran guru dalam
adanya kesadaran profesional yang tinggi, memiliki penerapan pendidikan karakter menjadi kunci utama
kode etik, memiliki sistem sanksi profesi, adanya demi ketercapaian program tersebut.
militansi individual, dan memiliki organisasi profesi Guru memiliki peran penting dalam penerapan
C0. Hole dalam [1]. pendidikan karakter disekolah, akan tetapi, tidak
Bermodalkan keahlian seperti di semua guru memiliki kemampuan tersebut. Jelas
uraikandiatas, seorang guru mampumenjalankan dikatakana dalam undang-undang bahwa guru harus
kewajibannyadan berperan sebagai fasilitator yang memiliki kompetensi inti yang mencakup pedagogik,
menyediakan kemudahan-kemudahan bagi kepribadian, sosial, dan profesional sehingga guru bisa
pesertadidik dalam proses belajar mengajar, sebagai menjadi teladan yang mampu mencerminkan seorang
pembimbing yang membantu siswa mengatasi yang pantas untuk dijadikan model dalam penerapan
kesulitan pada proses pembelajaran, sebagai pendidikan karakter.
penyedia lingkungan yang berupaya menyediakan Berbicara tentang guru teladan artinya
lingkungan belajar yang menantang bagi siswa agar berbicara tentang kepribadian dan karakter seorang
mereka melakukan kegiatan belajar yang guru. Seorang guru harus bisa mencontohkan sikap
bersemangat, sebagai model yang mampu atau perilaku yang baik bagi peserta didik dengan
memberikan contoh yang baik kepada peserta didik sasaran supaya peserta didik mampu
agar berperilaku sesuai dengan norma yang ada dan
berlaku di dunia pendidikan, sebagai motivator yang
menyebarluaskan usaha-usaha pembaharuan bagi
masyarakat khususnya kepada siswa, sebagai agen
perkembangan kognitif yang menyebarluaskan ilmu
dan teknologi kepada peserta didik dan masyarakat,
dan sebagai manager yang memimpin kelompok
siswa dalam kelas sehingga keberhasilan proses
belajar mengajar berhasil[1].
Seperti yang kita ketahui tugas guru disekolah
bukan hanya sebagai pengajar, yang lebih penting
dari semua itu adalah tugas guru sebagai pendidik.
Mendidik artinya mengarahkan, membangun,
mengembangkan kepribadian sehingga siswa
memiliki karakter yang baik. Guru sebagai pendidik
harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
pembentukan perilaku jangka panjang atau karakter
peserta didik sebagaimana yang diterapkan di dalam
tujuan pendidikan nasional [15] dengan demikian
guru dapat melahirkan siswa yang bukan hanya
sekedar pintar saja, tetapi lebih beriman, bertakwa,
dan berahlak mulia dengan kata lain guru dapat
melahirkan siswa yang lebih berkarakter.
Keberhasilan penerapan pendidikan karakter
disekolah tergantung dari sejauh mana implementasi
dari visi- misi sekolah yang berkaitan dengan
penguatan karakter siswa. Instrumen yang utama
dalam implementasi penerapan pendidikan karakter
disekolah adalah guru. Kenapa guru? Jelas. Karena
guru memiliki kesempatan untuk dapat melihat,
menilai, mengevaluasi, dan mengarakan siswa
35
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435
mengamalkan teori-teori yang sudah diajarkan oleh adalah panutan, guru adalah sorotan sehingga
gurunya apapun yang dilakukan oleh guru berdampak bagi
[16] lebih lanjut beliau mengatakan bahwa metode perkembangan siswa. Oleh karena itu keteladanan
keteladanan sangat penting di lakukan karena guru merupakan cara terbaik dalam proses penerapan
peserta didik mampu melihat secara langsung apa pendidikan karakter disekolah. Hendaklah setiap guru
saja yang seharusnya dia lakukan dan secara bisa menjadi guru yang lebih profesional dalam
langsung peserta didik akan meniru apa- apa yang artian guru bukan hanya sebagai profesi tetapi benar-
dilakukan oleh seorang guru yang mereka anggap benar panggilan hati untuk mendidik dan
sebagai panutan kedua setelah orang tua. membimbing siswa menjadi lebih baik sehingga
Tidak mudah untuk menjadi seorang yang guru bisa menjadi figur untuk membangun siswa
teladan, akan tetapi hal tersebut mutlak dimiliki yang lebih berkarakter.
oleh seorang guru. Guru selalu menjadi sorotan
siswanya, apapun yang dilakukan oleh guru akan DAFTAR PUSTAKA
berdampak bagi perkembangan kepribadian seorang
siswa. Sehingga guru bertanggung jawab terhadap [1] Jakarta: Prenada Media Grup.
perkembangan siswa baik segi afektif, kognitif, dan [2] Koesoema, D. (2006). Pendidik Karakter (di zaman keblinger)
Mengembangkan Visi Guru Sebagai Pelaku Perubahan dan pendidik
psikomotor sehingga teladan yang baik merupakan
cara yang ampuh dalam mewujudkan semua itu dan
dalam penerapan pendidikan karakter disekolah.
Ada beberapa hal dasar yang harus diperhatikan
oleh guru sebagai teladan yaitu; bagaimana ia
bertuturkata, bagaimana kebiasaan dia dalam
bekerja, bagaimana sikap dalam pengalaman dan
menghadapi kesalahan, bagaimana hubungan
sosialnya, bagaimana proses berpikirnya,
bagaimana perilaku, kesehatan dan gaya hidupnya
[17]. Setiap performa kita dihadapan siswa akan di
tiru, dampak yang akan terjadi tergantung dari
kesan yang kita tampilkan kepada siswa jadi guru
berahlak mulia menjadi keharusan untuk
mengembangkan dan melahirkan siswa yang lebih
berkarakter

IV. KESIMPULAN

Pendidikan karakter merupakan usaha untuk


mengubah dan membangun kebiasaan-kebiasaan
siswa yang tadinya tidak baik menjadi baik dan
yang baik menjadi lebih baik, selebihnya dari itu
pendidikan karakter dimaksudkan untuk
membangun siswa yang lebih beriman, bertakwa,
berakhlak mulia dan lebih bertanggung jawab.
Sekolah merupakan tempat yang cukup ideal setelah
keluarga untuk menerapkan pendidikan karakter.
Oleh karena itu guru sebagai kunci utama dalam
keberhasilan pembelajaran harus dapat menjadi
model atau teladan bagi siswa.
Keberhasilan pendidikan karakter
disekolah bergantung penuh
pada bagaimana cara guru mengelola kelas. Guru
36
Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia
Volum 4 Nomor 2 bulan September 2019 Page 29 – 33
p-ISSN: 2477-5940 e-ISSN: 2477-8435

[3] Ace Suryadi, D. B. (2004). Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat


Indonesia Baru. Bandung: PT Genesindo.
[4] Kesuma, D. (2007). Pendidikan Karakter (Strategi Pendidikan Anak DI
ZamanGlobalisasi). Jakarta: PR Grasindo.
[5] Budimanjaya, W. S. (2017). Paradigma Baru Mengajar. Jakarta: Prenada
Media Group.
[6] Rosidatun. (2018). Model Implementasi Pendidikan Karakter. Gresik:
Caremedia Communication.
[7] Agus Wijaya, N. P. (2015). Kepemimpinan Berkarakter. Surabaya :
Brilian Internasional.
[8] Sunaryo. (2004). Psikologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
[9] Parkinson, M. (2004). Personality Questionnaires (memahami Kuesioner
Kepribadian. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
[10] Yaumi, M. (2016). Pendidikan Karakter (landasan, Pilar, Dan
Impelmentasi). Jakarta: Prenada Mesdia Group.
[11] Nuraini, A. (2014). Pendidikan Karakter Untuk Mahasiswa PGSD.
Bandung: UPI PRESS.
[12] Nuh, M. (2019, Agustus 30). Desain Induk Pendidikan Karakter.
Retrieved from pendikar.dikti.go.id.: pendikar.dikti.go.id.gdp/wp-
contain/upload/desain-induk-pendidikan-karakter-kemdiknas,pdf
[13] Wahyunianto, S. (2019). Implementasi Pembiasaan Diri dan Pendidikan
Karakter. Sleman: CV Budi Utama.
[14] Zulhijrah, Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. TADRIB
(Jurnal Pendidikan Islam), 10,2015.
[15] Susanto, A. (2018). Bimbingan Dan Konseling di Sekolah (konsep, teori
dan aplikasinya). Jakarta: Prenada Media Goup.
[16] Cece Abdulwaly, F. J. (2016). Mendidik Dengan Teladan Yang Baik.
Yogyakarta: Laksana.
[17] Dahlan, M. (2018). Menjadi Guru Yang Bening Hati (Strategi Mengelola
Hati di Abad Modern). Yogyakarta: Penerbit Deepublish ( Group
Penerbitan CV Budi Utama).Karakter. Jakarta: Grasindo.

37
LAMPIRAN ARTIKEL 2
PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP
PERILAKU SISWA
Education and Human Development Journal
Tahun 2020; Vol. 5 (2); ISSN. 2541-0156; e-SSN. 2599-0292; hal. 51-60
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/EHDJ/index
doi : 10.33086/ehdj.v5i2.1561

PENGARUH PENDIDIKAN
KARAKTER TERHADAP PERILAKU
SISWA MI
Firda Halawati
Dicky Fauzi Firdaus

fbayasut90@yahoo.com
df.firdaus.20@gmail.com

Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana pendidikan karakter siswa MI? (2)
Bagaimana perilaku siswa MI? (3) Apakah ada pengaruh pendidikan karakter terhadap perilaku siswa MI.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Teknik pengambilan
sampel menggunakkan simple random sampling diperoleh sampel 88 siswa. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan instrument angket, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa (1) Pendidikan karakter siswa MI tergolong sangat tinggi dengan persentasi 88,64%, (2) Perilaku
siswa MI menunjukan kategori sangat baik sebesar 77,27%, (3) Terdapat pengaruh positif antara
pendidikan karakter terhadap perilaku siswa MI. Dimana apabila pendidikan karakter siswa meningkat 1%
maka akan diikuti pula peningkatan perilaku siswa sebesar 0,471. Pada uji f diperoleh fhitung sebesar 4,483
dan nilai ftabel taraf sig 5% sebesar 3,39. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai r sebesar 0,446
dan r2 sebesar 0,526. Hal ini berarti bahwa pengaruh pendidikan karakter terhadap perilaku siswa sebesar
52,6%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari variabel dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Perilaku Siswa .

Abstract: This study aims to determine (1) How is the character education of MI students? (2) What is the
behavior of MI students? (3) Is there any influence of character education on MI student behavior. This
research uses quantitative research with survey research type. The sampling technique using simple
random sampling obtained a sample of 88 students. Data collection techniques using questionnaire
instruments, observation and documentation. The results of this study indicate that (1) MI student character
education is classified as very high with a percentage of 88.64%, (2) MI student behavior shows a very
good category of 77.27%, (3) There is a positive influence between character education on student behavior
MI Where if student character education increases by 1%, it will also be followed by an increase in student
behavior by 0.471. In the f test, the fcount of 4.483 was obtained and the significance level of the
significance level of 5% was 3.39. Based on the results of regression analysis, the value of r is 0.446 and
r2 is 0.526. This means that the influence of character education on student behavior by 52.6%, while the
rest is influenced by other factors outside the variables in this study.

Keywords: Character Education, Student Behavior

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu harapan besar bagi negeri ini agar bisa bangkit dari
keterpurukan dalam semua aspek kehidupan. Pada zaman modern ini bangsa Indonesia
mengalami krisis moral dan perilaku sehingga membutuhkan upaya atau program nyata
untuk menyelesaikan permasalahan ini, salah satunya dengan menanamkan pendidikan

Submitted: May 31, 2020 Accepted: August 25, 2020 Published: September 30, 2020
karakter. Dengan demikian lembaga sekolah menanamkan pendidikan karakter untuk
membentuk perilaku dan kepribadian siswa. Sekolah dan madrasah termasuk pendidikan
yang formal. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah mempunyai kewajiban untuk
membentuk perilaku siswa yang baik. Maka dari itu, dituangkanlah pendidikan karakter
di sekolah.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan
karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design (rancangan
besar) tentang pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan
pendidikan.
Bagaimanapun juga pendidikan karakter sangat penting bagi peserta didik. Melalui
pendidikan karakter inilah, para peserta didik lebih berpeluang memiliki perilaku yang
bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Selain itu, karakter merupakan
aspek yang penting untuk kesuksesan manusia di masa depan. Pendidikan karakter
memiliki fungsi yaitu untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran
baik, dan berperilaku baik, untuk memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikultur, dan untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. Pada dunia pendidikan banyak membicarakan mengenai pendidikan karakter.
Dengan fakta yang menunjukkan bahwa karakter bangsa pada zaman globalisasi ini
merosot dengan sangat tajam. Dengan merosotnya karakter bangsa maka tidak jauh
kemungkinan karakter peserta didik juga akan merosot, karena sedikitnya dampak negatif
globalisasi akan menyerang kepada anak-anak, sehingga akan mempengaruhi pada hasil
belajar di sekolah terutama pada mata pelajaran PKN. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Moralitas menjadi longgar adalah salah
satu dampak negatif globalisasi. Sesuatu yang dahulu dianggap tabu, sekarang menjadi
biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, sikap siswa kepada
guru tidak sopan, melawan dan membantah perintah guru dan lain sebagainya. Akhirnya,
karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh, terjerumus dalam budaya asing yang
melenakan, dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan. Kondisi yang demikian akan
menjadikan tantangan yang semakin berat bagi dunia pendidikan, bagaimana cara
membangun perilaku siswa yang sesuai dengan norma. Dampak negatif globalisasi telah
mengakibatkan nilai-nilai moral, semangat patriotisme dan karakter dari individu dan
masyarakat bangsa dan negara kita semakin memudar. Hal ini membuat lembaga
pendidikan berjalan stagnan (keadaan yang terhenti), bahkan terkesan mundur. Prinsip-
prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan dari karakteristik mereka karena terkikis
oleh globalisasi. Inilah yang menyebabkan dekadensi moral serta hilangnya kreativitas
dan produktivitas bangsa. Hal ini lah yang melatar belakangi munculnya pendidikan
berkarakter. Pendidikan sendiri dianggap sebagai suatu media yang paling jitu dalam
mengembangkan potensi anak didik baik berupa keterampilan maupun wawasan. Oleh
karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses
pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan.
Fakta perilaku siswa yang menyimpang akibat tidak ditanamkannya pendidikan
karakter di sekolah. Peneliti Komnas Perlindungan Anak (KPAI), yakni pelaku kriminal
dari kalangan siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang ada, terhitung sejak
bulan Januari hingga Oktober 2009 meningkat 35% dibanding tahun sebelumnya. Pelaku
rata-rata umur 13 sampai 17 tahun dan yang dilakukannya itu tawuran antar sekolah.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pendidikan karakter yang terdapat MI
Sindangjawa Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan. Siswa MI Sindangjawa tidak
sedikit yang masih berperilaku kurang baik, contohnya masih ada siswa berpakaian tidak
sesuai dengan aturan, kurang menghormati temannya, tidak jarang siswa yang berkelahi,
siswa yang tidak hormat kepada gurunya dan lain sebagainya. Mereka belum
mencerminkan sebagai siswa yang berperilaku baik, kedisiplinan yang lemah, sehingga
minat belajar yang hampir hilang, integrasi moral yang sering menyeleweng. Hal itu
disebabkan karena pendidikan karakter di madrasah ini kurang di perhatikan. Upaya
untuk membangun perilaku siswa di MI Sindangjawa masih kurang baik, sehingga masih
banyak perilaku siswa yang tidak sesuai dengan norma. Selain itu orangtua mempunyai
harapan besar dan sangat bergantung kepada pihak lembaga.

LANDASAN TEORI
Konsep Pendidikan
Menurut Danim (2011:2) istilah pendidikan sering disebut dengan sekolah, guru
mengajar di kelas, atau satuan pendidikan formal. Selain itu, pendidikan adalah aktivitas
semua potensi dasar manusia melalui interaksi antara manusia dewasa dengan yang
belum dewasa. Sedangkan menurut Brubacher (Ahmadi dan Uhbiyati, 2007:7)
mendefinisikan pendidikan sebagai suatu proses pengembangan potensi dasar manusia
yang berkaitan dengan moral, intelektual dan jasmaninya untuk mencapai tujuan hidup
dalam kerangka sistem sosial. Menurut Noor Syam (Oemar, 2003:10) mendefinisikan
pendidikan sebagai aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (rasa, cipta, dan budi
nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan). Berdasarkan
pendapat para ahli yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi dasar manusia yang
dilakukan secara sadar untuk mengubah tingkah laku manusia dengan melalui interaksi
antara manusia sehingga mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap
segala sesuatu.

Konsep Karakter
Karakter berasal dari kata bahasa latin yang berarti “dipahat”. Secara harfiah,
karakter artinya kualitas mental atau moral (Hidayatullah, 2009:1). Menurut Soedarsono
(2009: 32) karakter adalah suatu nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan,
pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkung, di padukan dengan nilai
nilai dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsik yang wujud dalam sistem daya
juang melandasi pemikiran, sikap dan prilaku. Menurut Hanna Djumhana Basman
(Majid, 2012: 12) karakter merupakan aktualisasi diri dalam dan internalisasi nilai-nilai
moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya. Menurut Asmani (2012:19) Karakter
yang kuat merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pemenang dalam medan kompetisi
kuat seperti saat ini dan yang akan datang. Dari beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa karakter adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang yang menjadi
suatu ciri khas orang tersebut yang biasanya terbentuk dengan sendirinya atau di
pengaruhi oleh lingkungan di sekitar atau orang orang di sekitarnya.

Konsep Pendidikan Karakter


Cara untuk dapat memperbaiki perilaku pada diri siswa, diperlukan adanya
pendidikan karakter di sekolah, yang diharapkan dengan adanya pendidikan karakter di
sekolah, perilaku siswa akan lebih baik dan lebih sesuai dengan norma. Dengan dua
pemahaman dasar tentang pendidikan dan karakter. Menurut Koesoema (2007:3)
mencoba membuat sintesis tentang pendidikan karakter, yaitu karakter lebih bersifat
subjektif, sebab berkaitan dengan struktur antropologis manusia dan tindakannya dalam
memaknai kebebasannya sehingga ia mengukuhkan keunikannya berhadapan dengan
orang lain. Menurut Aqib (2011:14) pendidikan karakter merupakan sebuah upaya untuk
membentuk kepribadian yang kuat bagi siswa untuk mempersiapkan diri dalam era
globalisasi. Pendidikan karakter bisa dilakukan 50% melalui keluarga dan 50% melalui
sekolah. Kedua lembaga ini berperan sama penting dalam pengajaran nilai-nilai yang
membentuk karakter siswa. Memberikan pendididkan karakter melalui nilai-nilai agama
sehingga anak mempunyai pegangan yang kuat dan menjadi penyaring dari pengaruh
media seperti televisi, internet, dan lingkungan pergaulan siswa. Menurut Sujak (2011:3)
pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the
deliberate use of all dimenstions of school life to foster optimal character development”.
Lebih lanjut di jelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan
guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Menurut beberapa pengertian
para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan
keseluruhan dinamika rasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari
dalam maupun dari luar dirinya. Agar pribadi itu semakin dapat menghayati
kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya
sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Secara singkat
pendidikan karakter bisa diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat
bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain
dalam dunia. Ada beberapa nilai-nilai karakter Menurut Aqib (2011:7), diantaranya :
a) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
b) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
c) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
d) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
e) Nilai kebangsaan
Menurut Asmani (2012:36) berdasarkan dari berbagai nilai agama, norma sosial,
peraturan atau hukum, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai
yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai karakter manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan.

Konsep Perilaku
Menurut Desmita (2011:238) tingkah laku adalah berasal dari diri seseorang yang
disebut sebagai sumber endosentris. Sumber endosentris adalah keinginan untuk
mengubah diri, yaitu memajukan self-image. Keinginan mengubah diri tersebut sebagai
suatu cara meningkatkan self-image positif yang berfokus kepada aspek self-moral.
Menurut Notoadmodjo (Sugihartono, 2007:56) perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri .
Menurut Zuriah (2011: 38) Perilaku manusia adalah nilai-nilai hidup manusia yang
sungguh-sungguh dilaksanakan bukan sekedar kebiasaan, tetapi berdasar pemahaman dan
kesadaran diri untuk menjadi baik. Perilaku menurut Walgito (2005:168) adalah suatu
aktivitas yang mengalami perubahan dalam diri individu. Perubahan itu didapat dalam
segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Saifuddin (2010:21) perilaku
merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Menurut Nashir (2013: 71)
terdapat beberapa nilai perilaku, diantaranya :
1) Jujur
2) Berani
3) Adil
4) Disiplin
5) Tanggung Jawab
6) Sopan Santun
7) Kasih Sayang

PROSEDUR PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survei,
karena penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel dari populasi dan
menggunakan angket untuk mendapatkan informasi dari responden. Dengan tujuan
memberikan gambaran akan penelitian yang memberikan opini ataupun jawaban dari
sampel yang ditentukan agar mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih untuk
menentukan ada atau tidaknya pengaruh antar dua variabel tersebut,

Populasi dan Sampel


Populasi penelitian seluruh siswa Madrasah Ibtidaiyah Sindangjawa yang
berjumlah 112 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin

𝑛= !
"#!$ !
""%
𝑛= "#""%(',')) !
𝑛 = 87,5 = 88

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
angket,observasi, dokumentasi Uji Validitas Pendidikan Karakter dari 30 item instrumen
pendidikan karakter, terdapat 4 item pernyataan yang tidak valid dan sisanya 26 item yang
valid. Dari 26 pernyataan yang valid akan diujikan kepada responden. Uji Validitas
Perilaku Siswa dari 30 item pernyataan instrumen perilaku siswa terdapat 1 item yang
tidak valid dan 29 item valid. 1 item butir pernyataan yang tidak valid diganti dengan
pernyataan yang maksud dan tujuan yang sama. Jadi yang di ujikan 29 item yang valid
dan 1 item pernyataan yang di ganti dengan maksud dan tujuan yang sama, jadi seluruh
pernyataan sebanyak 30 item. Uji Reliabilitas Pendidikan karakter sebesar 0,775 dan
reliabilitas perilaku siswa sebesar 0,862. Besarnya nilai lebih dari alpha yaitu (α = 0,60),
maka kedua variabel tersebut reliabel.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
regresi linier sederhana. Namun sebelum dilakukan analisis, dilakukan uji prasyarat yang
meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji autokorelasi. Uji normalitas data
merupakan salah satu uji mendasar yang dilakukan sebelum melakukan analisis data lebih
dalam. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah jika nilai signifikansi
> 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05
maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians sampel yang diambil
homogen atau tidak. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari dua
atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka
dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama. Uji
autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier
terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antara data yang ada pada
variabel-variabel penelitian. Untuk data cross section, akan diuji apakah terdapat
hubungan yang kuat antara data pertama dengan data kedua, data kedua dengan ketiga
dan seterusnya
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependent
(terikat) dapat diprediksikan (meramalkan) melalui variabel independent (bebas) secara
parsial ataupun secara bersama-samam (stimulan). Analisis regresi dapat digunakan
untuk menaikan atau menurunkan variabel independent. Pengambilan keputusan dalam
uji regresi sederhana dapat mengacu pada dua hal, yakni dengan membandingkan nilai t
hitung dengan t tabel, atau dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai
probabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecenderungan tentang tinggi rendahnya nilai skor dalam pendidikan karakter dan
perilaku siswa berdasarkan pada kriteria skor ideal. Berikut ini kategori disajikan dalam
diagram lingkaran pendidikan karakter :
Pendidikan Karakter
0%
0,00% 0%

22,73% Sangat Tinggi


Tinggi
Sedang
Rendah

77,27% Sangat Rendah

Gambar 1. Pendidikan Karakter Siswa

Berdasarkan gambar diagram lingkaran di atas kriteria siswa diperoleh skor sebesar
88,64% pada kategori sangat tinggi yang diwakili oleh 78 responden, maka pendidikan
karakter siswa dikategorikan sangat tinggi. Sedangkan untuk hasil perilaku siswa dapat dilihat
dalam gambar di bawah ini

Perilaku Siswa
0%
0,00% 0%

22,73% Sangat Tinggi


Tinggi
Sedang
Rendah
77,27% Sangat Rendah

Gambar 2. Perilaku Siswa


Berdasarkan gambar diagram lingkaran di atas kriteria siswa diperoleh skor sebesar
77,27% pada kategori sangat tinggi yang diwakili oleh 68 responden. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa pendidikan karakter termasuk kategori sangat tinggi. Hal ini dilihat dari
perolehan skor pada kuesioner sebesar 88,64% yang diwakili oleh 78 responden, 4,55%
pada kategori tinggi yang diwakili oleh 4 responden dan 6,82% pada kategori sedang
diwakili oleh 6 responden. Sedangkan perilaku siswa berdasarkan hasil angket
menunjukkan bahwa perilaku siswa Madrasah Ibtidaiyah Sindangjawa berkategori sangat
baik dengan skor sebesar 77,27% yang diwakili oleh 68 responden dan sisanya
berkategori baik sebesar 22,73% yang diwakili oleh 20 responden. Dari hasil penelitian
yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat pengaruh variabel independent
(pendidikan karakter) dan variabel dependent (perilaku siswa) berpengaruh positif. Hal
tersebut dapat dibuktikan melalui hasil analisis regresi sederhana, dengan menunjukkan
koefisien korelasi (r) sebesar 0,446, dan Rsquare sebesar 0,526. Hal ini berarti bahwa
pendidikan karakter mempunyai pengaruh yang positif sebesar 52,6% terhadap perilaku
siswa. Setelah uji f diperoleh fhitung sebesar 4,483. Nilai ftabel pada taraf signifikansi
5% dan derajat kebebasan dk=86 sebesar 3,95, maka d disimpulkan bahwa fhitung >
ftabel, dan tingkat signifikansi 0,000 > 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh
thitung sebesar 4,948, dan ttabel (d-k) (88-2=86) yaitu sebesar 1,662 Maka thitung >
ttabel dan nilai p value (Sig.) 0,000 < 0,05. Sedangkan persamaan regresinya yaitu Y =
147.325 + 0,471X, Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak H1 diterima, yang artinya
ada pengaruh positif pendidikan karakter terhadap perilaku siswa.
Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi (positif) pendidikan
karakter di sekolah maka akan semakin tinggi pula perilaku siswa di sekolah. Hasil
penelitian menyatakan “ada pengaruh positif antara pendidikan karakter terhadap
perilaku siswa”. Pendidikan karakter ini memberikan sumbangan efektif sebesar
21,40%% terhadap perilaku siswa, dan memberikan sumbangan relatif sebesar 57,29%
terhadap perilaku siswa. Nilai correlation sebesar 0,273, maka terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan karakter terhadap perilaku siswa dengan nilai signifikan
sebesar 0,000 dan tingkat hubungan antara pendidikan karakter dan perilaku siswa
hubungannya rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan hasil analisis data yang diperoleh maka
yang menjadi kesimpulan umum yaitu :
1. Pendidikan karakter siswa tergolong sangat tinggi, hal ini terlihat dari data yang
terkumpul menunjukkan bahwa pendidikan karakter termasuk kategori sangat
tinggi yang di wakili oleh 78 responden dengan persentasi 88,64%.
2. Perilaku siswa menunjukan kategori sangat baik, hal ini terlihat dari data yang
terkumpul menunjukkan bahwa persentase perilaku siswa berkategori sangat baik
sebesar 77,27% yang diwakili oleh 68 responden.
3. Variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Dengan
diperoleh Fhitung = 4,483 dengan dn1 (k-1)=(2-1)=1 sedangkan dn2=(n-k)=(88-
2)=86, pengujian dilakukan pada sig 5%, maka nilai ftabel = 3,95, dapat diartikan
bahwa Ho ditolak karena fhitung > ftabel. Sedangkan tingkat sig 0,000 > 0,05 maka
artinya variabel bebas berpengaruh secara siginifikan terhadap variabel terikat.
Berdasarkan hasil yang didapat mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif
antara pendidikan karakter terhadap perilaku siswa karena thitung > ttabel dan nilai
p value (Sig.) 0,000 < 0,05, dan rsquare sebesar 0,526 sehingga pengaruh antara
pendidikan karakter terhadap perilaku siswa sebesar 52,6%. Maka terdapat
hubungan yang positif antara pendidikan karakter terhadap perilaku siswa dimana
apabila pendidikan karakter meningkat 1% maka akan diikuti pula peningkatan
perilaku siswa sebesar 0,471 dimana semakin tinggi pendidikan karakter semakin
baik pula perilaku siswa.

SARAN
Dari hasil penelitian kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
1. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan pelajaran pendidikan karakter yang baik
dan memperhatikan penuh terhadap perilaku siswa, agar siswa menjadi anak yang
lebih berperilaku baik.
2. Bagi lembaga yang terkait dalam memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan
perlu memperhatikan pendidikan karakter yang ditanamkan oleh guru, agar
perilaku siswa lebih baik lagi.
3. Bagi Siswa, seyogyanya lebih meningkatkan perilakunya dengan cara
menumbuhkan karakter yang baik yang telah ditanamkan oleh guru dan pihak
lembaga.
4. Bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut
khususnya yang berkaitan dengan perilaku siswa. Peneliti lain dapat
menyempurnakan hasil penelitian ini dengan menambah atau mengganti dengan
variabel lain yang belum diungkapkan dalam penelitan ini. Sehingga penelitian
dapat lebih berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad & Uhbiyati. (2007). Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Asmani, Ma’mur Jamal. (2009). Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif Dan Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press.
Asmani, Ma’mur Jamal. (2012). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta : Diva Press.
Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter membangun Perilaku Positif anak Bangsa.
Bandung: CV. Yrama Widya.
Azwar, Saifuddin. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danim, Sudarwan. (2011). Pengantar Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan peserta didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hidayatullah, Furqon. (2010). Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta:Grasindo.
Majid, Abdul. (2012). Pendidikan Karakter perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nashir, Header. (2013). Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Kebudayaan.
Yogyakarta: Multi Presindo.
Oemar, Hamalik. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Soedarsono, Soemarno. (2009). Karakter pengantar Bangsa dan Kegelapan menjadi Terang. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sujak&Aqib, Zainal, (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.
Suwedo, Erie. (2011). Character Building: Menuju Indonesia Lebih Baik. Jakarta: Republik Grafindo
Persada.
Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prepektif Perubahan.
Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai