Disusun oleh :
Kelompok 9
Kelas/sem : E/III
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
limpahan kesehatan jasmani dan rohani serta rahmat dan karunia-nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah filsafat pendidikan islam dengan
judul “Strategi pembelajaran untuk mengaktifkan individual” insyaallah telah
diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak
keterangan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran yang membangun agar
sekirnya penyusunan makalah ini kurang baik akan bias menjadi lebih baik lagi.
Seoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, memahami dan
mengamalkannya.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran dan Kritik.............................................................................................18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Strategi Pembelajaran Secara Aktif ?
1
2. Apa Pengertian Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Individu ?
3. Bagaimana Cara Mengaktifkan Individual Melalui Pendekatan dan Model
Pembelajaran?
4. Apa Pendekatan Individual Yang Tepat guna Mengaktifakn Pendekatan
Individual ?
5. Bagaimana Cara Belajar Siswa Aktif?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang
dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di
atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi
pembelajaran.
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di
atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa
teman lain, saya mulai paham
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus
kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik.
Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam
pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus
yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Active learning (belajar aktif)
pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi
hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.
Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik
dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan
kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada
pembelajarankonvesional
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru
harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu
menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik
4
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241). 1
Dari uraian di atas dapat dijelaskan beberapa perbedaan antara pendekatan
pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran
konvensional, yaitu :
5
tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.2
Dari apa yang telah di sampaikan di atas, ada kesimpulan yang dapat di
ambilantaranya. Yang pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Selanjutnya,
strategi di susun untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya, arah dari
semua keputusan strategi adalah pecapaian tujuan
2
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.( Kencana Prenada
Group. Jakarta. 2009).hlm. 126
6
pembetukan perilaku aktif dan memanipulasi lingkungan untuk kepentingan
belajar.
3
Rusman, Model-model Pemeblajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru / Rusman (Jakarta :
Rajawali Pers, 2014) hlm. 380-381
7
a. Strategi pembentukan tim, misalnya bertukar tempat, resume kelompok,
pencarian teman sekelas, prediksi, iklan televisi, teman yang kita miliki,
saling mengenal, banteng pertahanan, mengakrabkan kembali, hembusan
angina kencang, menyusun aturan dasar kelas.
b. Strategi penilaian sederhana, yaitu pertanyaan penilaian, pertanyaan yang
dimiliki siswa, penilaian siswa, penilaian instan, sampel perwakilan,
persoalan pelajaran, dan pertanyaan kuis.
c. Strategi pelibatan belajar langsung, yaitu berbagi pengetahuan secara
aktif, merotasi pertukaran kelompok tiga orang, kembali ke tempat
semula, menyemarakan suasana belajar, bertukar pendapat, benar atau
salah, bertanggung jawab terhadap mata pelajaran, membantu siswa secara
aktif.
d. Belajar dalam satu kelas penuh, yaitu memberi pertanyaan, pembentukan
tim, membuat catatan ikhtisar, pengajaran sinergis, pegajran terarah,
menemui pembicara tamu, mempraktikkan materi yang diajarkan,
membagi kelompok, memerankan pahlawan.
e. Menstimulasi diskusi kelas, yaitu debat aktif, rapat dewan, keputusan
terbuka tiga tahap, memperbanyak anggota diskusi panel, argumen dan
argumen tandingan, membaca keras-keras, pengadilan oleh majelis hakim.
f. Pengajuan pertanyaan yaitu berawal dari pertanyaan, pertanyaan yang
disiapkan, pertanyan pembalik peran.
g. Belajar bersama, yaitu proses pencarian informasi, kelompok belajar,
pemilihan kartu, turnamen belajar, kekuatan dua orang, kuis tim.
h. Pengajaran sesama siswa, yaitu pertukaran kelompok dengan kelompok,
belajar ala permainan jigsaw, siswa berperan menjadi guru, pemberian
pembelajaran antar siswa, studi kasus buatan siswa, pemberian poster.
i. Belajar secara mandiri, yaitu imajinasi, menulis di sini dan saat ini, peta
pikiran, belajar sekaligus bertindak, jurnal belajar, kontrak belajar, belajar
modul, belajar paket.
8
j. Belajar secara efektif, yaitu mengetahui yang sebenarnya, peningkatan
pada papan pengumuman, apa? Dan sekarang bagaimana?
k. Pengembanagn ketrampilan, yaitu formasi regu tembak, pengamatan dan
pemberian masukan secara aktif, pemeran lakon yang tidak membuat
grogi siswa, pemeran lakon oleh tiga orang siswa, menggiling peran,
memperagakan caranya, pemeragaan tanpa bicara, pasangan dalam praktik
pengulangan, pemberian peran, lempar bola, kelompok penasihat.
l. Penerapan model pembelajaran kooperatif (STAD, jigsaw, investigasi
kelompok, membuat pasangan, TGT, dan model struktual);
m. Penerapan pembelajaran berbasis masalah, melalui orientasi siswa pada
masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.Untuk melibatkan pihak luar, misalnya para ahli dari
universitas atau undangan yang diperlukan karena kedudukannya.
Dengan demikian, lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencakup
satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten, atau lebih luas
lagi. Pada tahapan perencanaan, anggota komunitasnya selain guru-guru
9
sebidang dari sekolah yang berbeda-beda, dimungkinkan pula datang dari
pihak lain, misalnya universitas.
Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe lesson study di atas pada
dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan,
implementasi, dan refleksi pascapembelajaran secara bersama-sama sehingga
membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu
menciptakan terobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajarn
inovatif. Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat
sangat potensial untuk mampu melakukan self-development sehingga
memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota
komunitas belajar lainnya. 4
10
kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinan-kemungkinan
pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait.
Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan
membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan
berpengaruh terhadap keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan individu siswa.
11
Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun
kelompok.
12
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua
siswa (berpasangan. Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh
tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan
sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.
D. Pendekatan Individual
13
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada
guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik
pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus harus melakukan
pendekata individual dalam strategi mengajarnya. Bila tidak, maka stategi
belajar tuntas atau master learning yang menuntut penguasaan penuh kepada
anak didik tidak menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan
individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan
optimal.
Cara belajar siswa akif (CBSA) adalah suatu istilah yang bermakna cara
belajar yang mengoptimalkan keaktifan siswa. Student active learning
(Sudjana, 1988: 15, 32). Di dalam ilmu mengajar konsep ini bukanlah konsep
5
Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Aneka Cipta, 2010) hlm. 54-55
14
baru. Dalam setiap kegiatan pengajaran sebenarnya tidak pernah ada siswa
yang sama sekali tidak aktif; keaktifan berbeda-beda antara satu proses
pengajaran dibandingkan dengan proses pengajaran yang lain. Konsep CBSA
hanya bermaksud mengoptimalkan keaktifan siswa tersebut. Sebelum konsep
ini diuraikan lebih lanjut, perlu dijelaskan lebih dahuku makna aktif dalam
belajar.
Indikator yang paling utama yang menandai siswa dalam suatu proses
pengajaran ialah bila siswa selalu mengikuti proses pengajaran langkah demi
langkah secara psikis. Isi pengajaran setiap langkah dipahami oleh siswa. Bila
seorang siswa sedikit saja mengalami kekaburan di tengah-tengah proses
pengajaran ia pun segera menginterupsi proses agar diualangi; bila siswa terus
dapat mengikuti proses maka ia diam saja. Mungkin tidak ada siswa bergerak
secara pisik. Mereka diam, tidak bersuara, tetapi mereka amat aktif dalam
proses pengajaran itu. Akhir indikator ini ialah siswa menguasai apa yang
yang diajarkan secara sempurna. Inilah pengertian yang paling penting
tentang konsep cara belajar siswa yang aktif (CBSA).6
6
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Islam, (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya, 2003) hlm.145-146
15
Indikator fisik yang kelihatan secara lahiriah yang menandai siswa cukup
aktif dalam proses pengajaran cukup banyak, antara lain seperti dijelaskan
oleh Sudjana dalam bukunya Cara Belajar Siswa Aktif (1988 : 33-34).
Indikator tersebut dapat dilihat pada lima segi yakni:
1. Segi siswa
a. Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan permasalahan
yang dihadapinya.
b. Keinginan dan keberanian serta kesempatan berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.
c. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan sampai mencapai hasil.
d. Kemandirian belajar.
16
a. Hubungan erat antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, guru
dengan guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah.
b. Siswa bergairah belajar.
Atas dasar uraian di atas tahulah kita bahwa cara belajar siswa aktif adalah
cara belajar yang didasarkan pada teori-teroi ilmiah , oleh karena itu dapat
dikatakan sebagai bentuk proses pengajaran yang pada tahap tertentu ilmiah .
mengapa demikian? Karena CBSA mempertimbangkan teori-teori berikut.
1. Anak didik adalah manusia yang sedang berkembang, senang mencari dan
menemukan sendiri, bangga atas kemampuannya. Anak didiki tidak sama
kemampuanya (ada perbedaan individu). Anak didik bersifat aktif dan
dinamis. Pengajaran CBSA memenuhi semua tuntunan itu.
2. Guru yang baik ialah guru yang mampu mengajar murid belajar, jadi guru
adalah pemimpin belajar. Guru adalah pemimpin belajar. Guru harus
menciptakan kondisi belajar agar sifat-sifat yang ada pada siswa dapat
tersalur bahkan berkembang. Pengajaran CBSA dapat menampung konsep-
konsep itu.
17
Sebelum anda memulai lesson plan untuk pengajaran siswa aktif ada baiknya
anda memahami lebih dahulu prinsip pengajaran siswa aktif. Sudjana (1988 :
39-41) menjelaskan prinsip-prinsip itu sebagai berikut.
18
siswa, persetujuan pendapat dari siswa, ganjaran hadiah, dan lain-lain.
Peneguh dari dalam ialah bila respons yang diberikan siswa betul-betul
memuaskan dirinya karena sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pikiran manusia sanggup menyimpan informasi dalam jumlah yang tidak
terbatas. Karena informasi itu begitu banyak maka pengaturan dan
penempatan harus benar, sehingga informasi itu mudah digunakan bila
diperlukan. Ini berarti perlu adanya asosiasi ; jadi pengajaran memperluas
asosiasi diperlukan. Asosiasi dapat dilakukan dengan cara pemebrian bahan
(informasi) yang bermakna, berorientasi pada pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, latihan teratur, pemecahan
masalah yang serupa. Pokoknya siswa dihadapkan pada situasi baru yang
dapat dipecahkan dengan mengguanakn informasi yang telah dimilikinya.
1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas dan
terkendali.
2. Guru tidak mendominasi pengajaran tetapi lebih banyak rangsangan agar
siswa memecahkan sendiri masalah.
3. Guru mengusahakan tersedianya sumber belajar seperti sumber tertulis,
sumber manusia, alat bantu pengajaran.
7
Ibid hlm. 147-148
19
4. Kegiatan tidak monoton, ada kegitan yang dilakukan bersama-sama dan ada
yang dilakukan perseorangan.
5. Hubungan murid dengan guru berupa hubungan manusiawi seperti
hubungan bapak dengan anak. Kasih saying dan tanggung jawab muncuk di
sini. Guru sebagai pemimpin dan pembimbing belajar.
6. Situasi kelas tidak kaku menuruti susunan yang mati, sewaktu-waktu dapat
diubah sesuai kebutuhan.
7. Belajar tidak hanya diukur pada hasil yang dicapai melainkan juga pada
mutu belajar.
8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya, maupun kepada murid
lainnya.
9. Guru selalu menghargai pendapat murid, benar ataupun salh, tidak menekan
apalagi mematiksn keberanian siswa mengajukan gagasan.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
22