Anda di halaman 1dari 26

STRTEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENGANGAKTIFKAN INDIVIDIDU

(Diajukan untuk memenuhi tugas Strategi Pembelajaran PAI)

Dosen pengampu : Dr. Hj Rita Linda M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 9

Diki Sudarmaji : 1811010312

Yeni Sulistiawati : 1811010504

Kelas/sem : E/III

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
limpahan kesehatan jasmani dan rohani serta rahmat dan karunia-nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah filsafat pendidikan islam dengan
judul “Strategi pembelajaran untuk mengaktifkan individual” insyaallah telah
diselesaikan dengan baik.

Kemudian shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan Kepada


baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang mudah-mudahan kita selaku umat-Nya
mendapat syafa’atul ‘uzma-Nya dihari kiamat kelak. Atas tersusunnya makalah ini,
kami ucapkan terima kasih kepada selaku Dosen kami Ibu Dr. Hj Rita Linda M.Ag.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu banyak
keterangan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran yang membangun agar
sekirnya penyusunan makalah ini kurang baik akan bias menjadi lebih baik lagi.
Seoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, memahami dan
mengamalkannya.

Bandar Lampung, Sempember 2019

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Secara Aktif.............................................3


B. Pengertian Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Individu.....................5
C. Mengaktifkan Individual Melalui Pendekatan dan Model Pembelajaran.....6
D. Pendekatan Individual....................................................................................11
E. Cara Belajar Siswa Aktif................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................18
B. Saran dan Kritik.............................................................................................18

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi


yang ada disekitar indidvidu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu
(Sudjana, 1989:28). Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku
yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalh
belajar. Perilaku belajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan
penggunaan pendekatan dan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa.
Hubungan antara guru dengan siswa harus bersisfat dinamis dan syarat
dengan makna edukasi. Untuk itu penggunaan pendekatan dan model
pembelajaran harus mampu mengaktifkan siswa agar terdapat perubahan pada
diri siswa dalam kegiatan belajar, untuk itu pendekatan dan model
pembelajaran harus dirancang dengan baik agar kegiatan pembelajaran dapat
mencapai hasil yang optimal.

Pembelajaran merupakan suatu sitem, yang terdiri dari berbagai


komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen
tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen
pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan
menentukan pendekatan, dan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalm kegiatan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Strategi Pembelajaran Secara Aktif ?

1
2. Apa Pengertian Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Individu ?
3. Bagaimana Cara Mengaktifkan Individual Melalui Pendekatan dan Model
Pembelajaran?
4. Apa Pendekatan Individual Yang Tepat guna Mengaktifakn Pendekatan
Individual ?
5. Bagaimana Cara Belajar Siswa Aktif?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan


penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak
didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning)
juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang


bersamaan dengan berlalunya waktu. Kondisi tersebut di atas merupakan
kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan
seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan
anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya
dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung
untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham

3
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang
dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di
atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi
pembelajaran.
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di
atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa
teman lain, saya mulai paham
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus
kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik.
Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam
pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus
yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Active learning (belajar aktif)
pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan
respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi
hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.
Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik
dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan
kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada
pembelajarankonvesional 
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru
harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu
menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik

4
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241). 1
Dari uraian di atas dapat dijelaskan beberapa perbedaan antara pendekatan
pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran
konvensional, yaitu :

Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Pembelajaran Active learning :


- Berpusat pada guru
Berpusat pada anak didik
- Penekanan pada menerima pengetahuan
Penekanan pada menemukan
- Kurang menyenangkan
Sangat menyenangkan
- Kurang memberdayakan semua
Membemberdayakan semua
- Indera dan potensi anak didik
indera dan potensi anak didik
- Menggunakan metode yang monoton
Menggunakan banyak metode
- Kurang banyak media yang digunakan
Menggunakan banyak media
- Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada

Strategi dalam dunia pendidikan, memiliki arti sebagai a plan method, or


series of activities designed to achieves a particular educational goal ( J. R
David, 1976). Jadi strategi dapat di artikan sebagai perencanaan yang berisi
1
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004).

5
tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.2

Dari apa yang telah di sampaikan di atas, ada kesimpulan yang dapat di
ambilantaranya. Yang pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Selanjutnya,
strategi di susun untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya, arah dari
semua keputusan strategi adalah pecapaian tujuan

B. Pengertian Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Individu

Model pembelajaran yang mengaktifkan siswa biasanya disusun berdasarkan


berbagai prinsip atau teori belajar. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teroi psikologis, sosiologis,
anilis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil, 1980).
Joyce & Weil mepelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar
yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu: (1) model
interaksi sosial, dalam model ini siswa dituntut untuk aktif berinteraksi
dengan lingkungan belajarnya; (2) model pemrosesan informasi, yaitu
menuntut siswa untuk aktif dalam memilih dan mengembangkan materi yang
akan dipelajari; (3) model personal, yaitu menuntut siswa untuk mampu
mengeksplorasi, mengelaborasi dan mengaktualisasikan kemampuannya
dalam kegiatan pembelajaran; (4) model modifikasi tingkah laku, yaitu siswa
harus mampu mengembangkan kemampuannya melalui tugas-tugas belajar,

2
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.( Kencana Prenada
Group. Jakarta. 2009).hlm. 126

6
pembetukan perilaku aktif dan memanipulasi lingkungan untuk kepentingan
belajar.

Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk


mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil (1980)
berpendapat berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum atau rencana
pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh meimilih model pembelajaran
yang sesuai dan efesien untukmencapai tujuan pembelajaran.3

C. Menngaktifkan Individual Melalui Pendekatan dan Model Pembelajaran

Silberman (1996) dalam bukunya yang berjudul Active Learning


mengemukakan banyak cara yang bisa membuat siswa belajar secara aktif
yang disebutnya dengan perlengkapan belajar aktif. Perlengkapan belajar aktif
yang dimaksud yaitu: tata letak ruangan kelas, metode mengaktifkan siswa,
kemitraan belajar, melakukan analisis terhadap kebutuhan siswa,
membangkitkan minat siswa, pemahaman dan melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran, membentuk kelompok belajar, pemilihan tugas dan
strategi yang tepat, menfalitasi dalam diskusi, kegiatan eksperimen, bermain
peran, penghematan waktu, dan pengendalian aktivitas siswa yang berlebihan.

Cara pelaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode,


strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa
aktif dalam belajar. Di antaranya adalah :

3
Rusman, Model-model Pemeblajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru / Rusman (Jakarta :
Rajawali Pers, 2014) hlm. 380-381

7
a. Strategi pembentukan tim, misalnya bertukar tempat, resume kelompok,
pencarian teman sekelas, prediksi, iklan televisi, teman yang kita miliki,
saling mengenal, banteng pertahanan, mengakrabkan kembali, hembusan
angina kencang, menyusun aturan dasar kelas.
b. Strategi penilaian sederhana, yaitu pertanyaan penilaian, pertanyaan yang
dimiliki siswa, penilaian siswa, penilaian instan, sampel perwakilan,
persoalan pelajaran, dan pertanyaan kuis.
c. Strategi pelibatan belajar langsung, yaitu berbagi pengetahuan secara
aktif, merotasi pertukaran kelompok tiga orang, kembali ke tempat
semula, menyemarakan suasana belajar, bertukar pendapat, benar atau
salah, bertanggung jawab terhadap mata pelajaran, membantu siswa secara
aktif.
d. Belajar dalam satu kelas penuh, yaitu memberi pertanyaan, pembentukan
tim, membuat catatan ikhtisar, pengajaran sinergis, pegajran terarah,
menemui pembicara tamu, mempraktikkan materi yang diajarkan,
membagi kelompok, memerankan pahlawan.
e. Menstimulasi diskusi kelas, yaitu debat aktif, rapat dewan, keputusan
terbuka tiga tahap, memperbanyak anggota diskusi panel, argumen dan
argumen tandingan, membaca keras-keras, pengadilan oleh majelis hakim.
f. Pengajuan pertanyaan yaitu berawal dari pertanyaan, pertanyaan yang
disiapkan, pertanyan pembalik peran.
g. Belajar bersama, yaitu proses pencarian informasi, kelompok belajar,
pemilihan kartu, turnamen belajar, kekuatan dua orang, kuis tim.
h. Pengajaran sesama siswa, yaitu pertukaran kelompok dengan kelompok,
belajar ala permainan jigsaw, siswa berperan menjadi guru, pemberian
pembelajaran antar siswa, studi kasus buatan siswa, pemberian poster.
i. Belajar secara mandiri, yaitu imajinasi, menulis di sini dan saat ini, peta
pikiran, belajar sekaligus bertindak, jurnal belajar, kontrak belajar, belajar
modul, belajar paket.

8
j. Belajar secara efektif, yaitu mengetahui yang sebenarnya, peningkatan
pada papan pengumuman, apa? Dan sekarang bagaimana?
k. Pengembanagn ketrampilan, yaitu formasi regu tembak, pengamatan dan
pemberian masukan secara aktif, pemeran lakon yang tidak membuat
grogi siswa, pemeran lakon oleh tiga orang siswa, menggiling peran,
memperagakan caranya, pemeragaan tanpa bicara, pasangan dalam praktik
pengulangan, pemberian peran, lempar bola, kelompok penasihat.
l. Penerapan model pembelajaran kooperatif (STAD, jigsaw, investigasi
kelompok, membuat pasangan, TGT, dan model struktual);
m. Penerapan pembelajaran berbasis masalah, melalui orientasi siswa pada
masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.Untuk melibatkan pihak luar, misalnya para ahli dari
universitas atau undangan yang diperlukan karena kedudukannya.

Lesson study juga bisa dilaksanakan dengan berbasiskan MGMP (bidang


studi). Sebagai contoh, sekelompok guru Matematika di suatu wilayah
bersepakat untuk melakukan lesson study guna meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar Matematika diwilayah tersebut. Karena kelompok guru
Matematika tersebut berasal dari beberapa sekolah, maka pelaksanaannya
dapat dilakukan secara bergiliran dari satu sekolah ke sekolah lain. Langkah-
langkah kegiatan yang dilakukan dalam lesson study tipe ini pada dasarnya
sama dengan tipe yang diuraikan sebelumnya. Perbedaannya hanya pada
anggota komunitas yang datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi
yang sama.

Dengan demikian, lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencakup
satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten, atau lebih luas
lagi. Pada tahapan perencanaan, anggota komunitasnya selain guru-guru

9
sebidang dari sekolah yang berbeda-beda, dimungkinkan pula datang dari
pihak lain, misalnya universitas.

Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe lesson study di atas pada
dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan,
implementasi, dan refleksi pascapembelajaran secara bersama-sama sehingga
membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu
menciptakan terobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajarn
inovatif. Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat
sangat potensial untuk mampu melakukan self-development sehingga
memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota
komunitas belajar lainnya. 4

1. Persiapan Lesson Study

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa lesson study pada


dasarnya meliputi tiga bagian kegiatan, yakni perencanaan, implementasi,
dan refleksi. Untuk mempersiapkan sebuah lesson study hal pertama yang
sangat penting adalah melakukan persiapan. Tahap awal persiapan dapat
dimulai dengan melakukan identifikasi masalah pembelajaran yang
meliputi materi ajar, teaching material (hands on) strategi pembelajaran,
dan siapa yang kan berperan menjadi guru. Materi ajar yang dipilih tentu
harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program yang
sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar dan
hand on yang dipilih perlu dilakukan secara bersama-sama untuk
menperoleh alternatif terbaik yang dapat mendorong proses belajar siswa
secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perlu diperhatikan
kedalaman materi yang akan disajikan, ditinjau antara lain dari tuntunan
kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kemampuan siswa,
4
Ibid hlm. 399-401

10
kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinan-kemungkinan
pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait.

2. Academic-Construktive Contoversy (AC)

Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam


situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar
masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan
anggota sekelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan
pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan maslah, pemikiran
kritis, pertimbangan, hubungan antar pribadi, kesehatan psikis dan
keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota
ataupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

3. Jigsaw Proscedure (JP)

Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas


yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota
dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi
yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.

4. Student Team Achievement Divisons (STAD)

Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan
membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan
berpengaruh terhadap keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan individu siswa.

11
Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun
kelompok.

5. Complex Instruction (CI)

Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang


berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika
dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan
ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode
ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual
(mengguankan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat
heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.

6. Team Accelerated Instruction (TAI)

Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran


kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap,
setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan
sendiri terlebih dahulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama
dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar,
setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun, jika seorang
siswa belum dapat menyelasaikan soal tahap peratama dengan benar, ia
harus menyelasikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal
disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hsil
belajar individual maupun kelompok.

7. Cooperative Learning Stuctures (CLS)

12
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua
siswa (berpasangan. Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh
tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan
sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.

8. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model


pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis, dan tata
Bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan
membaca, menulis, dan tata Bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di
dalam kelompoknya (Ruhacitra, 2008).

D. Pendekatan Individual

Di kelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduka di kursi masing-masing.


Mereka berkelompok dari dua sampi lima orang. Di depan mereka ada meja
untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka
belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Prilaku mereka juga bermacam-
macam. Cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, dan daya serap
tingkat kecerdasan, dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing
anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu
anak didik dengan anak didik lainnya.

13
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada
guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik
pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus harus melakukan
pendekata individual dalam strategi mengajarnya. Bila tidak, maka stategi
belajar tuntas atau master learning yang menuntut penguasaan penuh kepada
anak didik tidak menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan
individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan
optimal.

Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar


dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya, untuk menghentikan
anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memindahkan salah satu anak
didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak
didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.

Pendekatan indidividual mempunyai arti yang sangat penting bagi


kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan
pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu
saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan
kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan
pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
diperlukan.5

E. Cara Belajar Siswa Aktif

Cara belajar siswa akif (CBSA) adalah suatu istilah yang bermakna cara
belajar yang mengoptimalkan keaktifan siswa. Student active learning
(Sudjana, 1988: 15, 32). Di dalam ilmu mengajar konsep ini bukanlah konsep

5
Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Aneka Cipta, 2010) hlm. 54-55

14
baru. Dalam setiap kegiatan pengajaran sebenarnya tidak pernah ada siswa
yang sama sekali tidak aktif; keaktifan berbeda-beda antara satu proses
pengajaran dibandingkan dengan proses pengajaran yang lain. Konsep CBSA
hanya bermaksud mengoptimalkan keaktifan siswa tersebut. Sebelum konsep
ini diuraikan lebih lanjut, perlu dijelaskan lebih dahuku makna aktif dalam
belajar.

Mungkin ada orang yang mengira suatu proses belajar-mengajar (sering


saya singkat proses pengajaran) dianggap aktif bila siswanya banyak
melakukan gerakan seperti yang terlihat pada kegiatan pengajaran di
laboratorium , atau pada proses pengajaran olah raga. Jadi suatu proses
pengajaran di sini dianggap oleh orang itu aktif bila siswa aktif secara fisik.
Sebagian orang mengira suatu proses pengajaran dianggap aktif bila siswa
ramai bertanya, mendebat gurunya atau berdiskui satu dengan lainnya.
Semuanya ini memang tidak salah, tetapi keaktifan fisik itu bukanlah
indikator siswa yang aktif paling utama.

Indikator yang paling utama yang menandai siswa dalam suatu proses
pengajaran ialah bila siswa selalu mengikuti proses pengajaran langkah demi
langkah secara psikis. Isi pengajaran setiap langkah dipahami oleh siswa. Bila
seorang siswa sedikit saja mengalami kekaburan di tengah-tengah proses
pengajaran ia pun segera menginterupsi proses agar diualangi; bila siswa terus
dapat mengikuti proses maka ia diam saja. Mungkin tidak ada siswa bergerak
secara pisik. Mereka diam, tidak bersuara, tetapi mereka amat aktif dalam
proses pengajaran itu. Akhir indikator ini ialah siswa menguasai apa yang
yang diajarkan secara sempurna. Inilah pengertian yang paling penting
tentang konsep cara belajar siswa yang aktif (CBSA).6

6
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Islam, (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya, 2003) hlm.145-146

15
Indikator fisik yang kelihatan secara lahiriah yang menandai siswa cukup
aktif dalam proses pengajaran cukup banyak, antara lain seperti dijelaskan
oleh Sudjana dalam bukunya Cara Belajar Siswa Aktif (1988 : 33-34).
Indikator tersebut dapat dilihat pada lima segi yakni:

1. Segi siswa
a. Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan permasalahan
yang dihadapinya.
b. Keinginan dan keberanian serta kesempatan berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.
c. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan sampai mencapai hasil.
d. Kemandirian belajar.

2. Segi guru tampak adanya


a. Usaha mendorong, membina gairah belajar dan berpartisipasi dalam
proses pengajaran secara aktif.
b. Peranan guru yang tidak mendominasi kegiatan belajar siswa.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara
keadaan masing-masing.
d. Menggunakan berbagai metode mengajar dan pendekatan multi media.

3. Segi program tampak hal-hal berikut


a. Tujuan pengajaran sesuai dengan minat, serta kemampuan siswa.
b. Program cukup jelas bagi siswa dan menantang siswa untuk
melakukan kegiatan belajar.

4. Segi situasi menampakkan kegiatan berikut.

16
a. Hubungan erat antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, guru
dengan guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah.
b. Siswa bergairah belajar.

5. Segi saran belajar tampak adanya


a. Sumber belajar yang cukup.
b. Fleksibel waktu bagi kegiatan belajar.
c. Dukungan media pengajaran.
d. Kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas.

Tanda-tanda itu akan mempermudah guru merencanakan pengajaran.


Indikator-indikator itu sekurang-kurangnya dapat menjadi rambu-rambu bagi
guru dalam merencanakan dan melaksankan lesson plan CBSA.

Atas dasar uraian di atas tahulah kita bahwa cara belajar siswa aktif adalah
cara belajar yang didasarkan pada teori-teroi ilmiah , oleh karena itu dapat
dikatakan sebagai bentuk proses pengajaran yang pada tahap tertentu ilmiah .
mengapa demikian? Karena CBSA mempertimbangkan teori-teori berikut.

1. Anak didik adalah manusia yang sedang berkembang, senang mencari dan
menemukan sendiri, bangga atas kemampuannya. Anak didiki tidak sama
kemampuanya (ada perbedaan individu). Anak didik bersifat aktif dan
dinamis. Pengajaran CBSA memenuhi semua tuntunan itu.
2. Guru yang baik ialah guru yang mampu mengajar murid belajar, jadi guru
adalah pemimpin belajar. Guru adalah pemimpin belajar. Guru harus
menciptakan kondisi belajar agar sifat-sifat yang ada pada siswa dapat
tersalur bahkan berkembang. Pengajaran CBSA dapat menampung konsep-
konsep itu.

17
Sebelum anda memulai lesson plan untuk pengajaran siswa aktif ada baiknya
anda memahami lebih dahulu prinsip pengajaran siswa aktif. Sudjana (1988 :
39-41) menjelaskan prinsip-prinsip itu sebagai berikut.

1. Perhatian dan motivasi merupakan syarat penting dalam proses belajar


mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang tidak
lama berlangsung. Banyak hal yang dapat mengganggunya. Untuk menjaga
perhatian dan motivasi itu maka guru harus melakukan cara mengajar yang
bervariasi, mengulang informasi, memberikan stimulus baru (misalnya
pertanyaan), memberi kesempatan kepada siswa menyalurkan
keinginannya, menggunakan media dan alat yang menarik perhatian siswa
(seperti gambar, diagram). Secara umum timbulkanlah minat siswa untuk
aktif belajar.
2. Kebanyakan kegiatan belajar didominasi oleh informasi dari guru.
Informasi itu berfungsi sebagai stimulus. Usahakan informasi itu mudah
diterima, dengan cara banyak mengulang, siswa diminta mengulangnya
berkali-kali.
3. Belajar adalah suatu proses yang aktif, bila siswa tidak atau kurang
dilibatkan, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah. Bentuk keterlibatan
siswa itu ialah adanya perhatian, menginternalisasi informasi, aktif dalam
memecahkan masalah dan lain-lain. Semua bentuk respons siswa itu harus
menunjang tercapainya tujuan pengajaran (TIK). Pada dasarnya respons itu
dua macam: respons psikis dan respons fisik.
4. Peneguhan diperlukan dalam proses belajar. Setiap langkah pengajaran
yang menimbulkan kepuasan pada siswa, akan cenderung diulang bila
diperlukan. Ini berarti guru harus mengusahakan agar setiap stimulus yang
diberikan memuaskan kebutuhan siswa, supaya siswa bersedi mempelajari
tingkah laku (stimulus) tersebut. Peneguh belajar itu bersumber dari luar
dan di dalam diri siswa. Peneguh dari luar seperti nilai, pengakuan prestasi

18
siswa, persetujuan pendapat dari siswa, ganjaran hadiah, dan lain-lain.
Peneguh dari dalam ialah bila respons yang diberikan siswa betul-betul
memuaskan dirinya karena sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pikiran manusia sanggup menyimpan informasi dalam jumlah yang tidak
terbatas. Karena informasi itu begitu banyak maka pengaturan dan
penempatan harus benar, sehingga informasi itu mudah digunakan bila
diperlukan. Ini berarti perlu adanya asosiasi ; jadi pengajaran memperluas
asosiasi diperlukan. Asosiasi dapat dilakukan dengan cara pemebrian bahan
(informasi) yang bermakna, berorientasi pada pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, latihan teratur, pemecahan
masalah yang serupa. Pokoknya siswa dihadapkan pada situasi baru yang
dapat dipecahkan dengan mengguanakn informasi yang telah dimilikinya.

Prinsip-prinsip di atas bukan saja untuk diketahui tetapi untuk digunakan


(diterapkan) dalam membuat dan menggunakn lesson plan pengajaran siswa
aktif. 7

Konsep-konsep dan prinsip-prinsip cara belajar siswa aktif yang dijelaskan


di atas itu perlu diterapkan dalam pembuatan dan penggunaan lesson plan.
Pelaksanaan CBSA harus tercermin dalam dua hal itu, yakni dalam membuat
lesson plan dan dalam pelaksanaan pengajaran. Baik dalam membuat maupun
dalam pelaksanaan pengajaran harus tampak hal-hal berikut ini.

1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas dan
terkendali.
2. Guru tidak mendominasi pengajaran tetapi lebih banyak rangsangan agar
siswa memecahkan sendiri masalah.
3. Guru mengusahakan tersedianya sumber belajar seperti sumber tertulis,
sumber manusia, alat bantu pengajaran.

7
Ibid hlm. 147-148

19
4. Kegiatan tidak monoton, ada kegitan yang dilakukan bersama-sama dan ada
yang dilakukan perseorangan.
5. Hubungan murid dengan guru berupa hubungan manusiawi seperti
hubungan bapak dengan anak. Kasih saying dan tanggung jawab muncuk di
sini. Guru sebagai pemimpin dan pembimbing belajar.
6. Situasi kelas tidak kaku menuruti susunan yang mati, sewaktu-waktu dapat
diubah sesuai kebutuhan.
7. Belajar tidak hanya diukur pada hasil yang dicapai melainkan juga pada
mutu belajar.
8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya, maupun kepada murid
lainnya.
9. Guru selalu menghargai pendapat murid, benar ataupun salh, tidak menekan
apalagi mematiksn keberanian siswa mengajukan gagasan.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran yang mengaktifkan siswa biasanya disusun berdasarkan


berbagai prinsip atau teori belajar. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teroi psikologis, sosiologis,
anilis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil, 1980).
Joyce & Weil mepelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar
yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu: (1) model
interaksi sosial, dalam model ini siswa dituntut untuk aktif berinteraksi
dengan lingkungan belajarnya; (2) model pemrosesan informasi, yaitu
menuntut siswa untuk aktif dalam memilih dan mengembangkan materi yang
akan dipelajari; (3) model personal, yaitu menuntut siswa untuk mampu
mengeksplorasi, mengelaborasi dan mengaktualisasikan kemampuannya
dalam kegiatan pembelajaran; (4) model modifikasi tingkah laku, yaitu siswa
harus mampu mengembangkan kemampuannya melalui tugas-tugas belajar,
pembetukan perilaku aktif dan memanipulasi lingkungan untuk kepentingan
belajar.

B. Saran dan Kritik

Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik


yang sifatnya membangun dan saran yang gunanya untuk memperbaiki
makalah yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan


Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,


Kencana Prenada Group, Jakarta, 2009

Rusman, Model-model Pemeblajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru /


Rusman, Jakarta, Rajawali Pers, 2010

Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Aneka Cipta, 2010

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Islam,Bandung, Pt Remaja Rosdakarya, 2003

22

Anda mungkin juga menyukai