Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN PETA BATIMETRI DAN PETA PROFIL LAPISAN TANAH DENGAN

MENGGUNAKAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER DAN SUB BOTTOM PROFILER

Yuridho Agni Kusuma1, Rochman Djaja2, Ahmad Lufti Ibrahim3

ABSTRAK

Pemasangan pondasi tiang pancang jalan di dasar sungai terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu kondisi topografi dasar sungai, adanya arus sungai yang dapat mempengaruhi
keadaan pada saat pemasangan tiang pondasi serta kondisi dibawah dasar sungai agar pada saat
pemasangan tiang pondasi tidak terhambat oleh unsur-unsur alami atau buatan yang berada dibawah
dasar sungai. Melihat kondisi yang demikian, maka sangat diperlukan peta secara mendetail kondisi
perairan di wilayah survei yang meliputi peta hidrografi, penampang lapisan tanah dibawah
permukaan dasar sungai, sehingga untuk memenuhi informasi tersebut diperlukan metode pemetaan
bawah permukaan sungai antara lain dengan menggunakan metode Survei Batimetri (Multibeam
Echosounder), serta Survei dengan menggunakan alat Sub Bottom Profiler. Visualisasi permukaan
dasar sungai dan profil memanjang yang berada diatas permukaan dasar sungai dengan hasil
pengolahan data sub bottom profiler berupa citra seabed yang menggambarkan lapisan tanah dibawah
permukaaan sungai dapat terlihat kondisi diatas dan dibawah permukaan dasar sungai sehingga dapat
dijadikan informasi dasar untuk keilmuan lain dalam pemasangan pondasi tiang pancang jalan tol.

Kata Kunci : Batimetri, Multibeam Echosounder, Sub Bottom Profiler

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemasangan pondasi tiang pancang di dasar TNI-AL didapat data kedalaman sungai musi
sungai memiliki perbedaan dengan dimulai dari kedalaman 3 meter sampai
pemasangan pondasi tiang pancang di dengan 16 meter serta kondisi arus bawah
daratan. Pemasangan pondasi tiang pancang sungai yang cukup deras pada saat-saat
di dasar sungai terdapat beberapa hal yang tertentu, sehingga melihat kondisi yang
perlu diperhatikan, yaitu kondisi topografi demikian, maka dalam perencanaan survei
dasar sungai, adanya arus sungai yang dapat hidrografi perlu mempertimbangkan
mempengaruhi keadaan pada saat penggunaan jenis/bobot kapal untuk masing-
pemasangan tiang pondasi serta kondisi masing kondisi arus dan waktu yang tepat
dibawah dasar sungai agar pada saat didalam pelaksanaanya sehingga data yang
pemasangan tiang pondasi tidak terhambat dihasilkan mempunyai akurasi yang tinggi
oleh unsur-unsur alami atau buatan yang guna mendukung perencanaan yang lebih
berada dibawah dasar sungai. detil.
Sehingga dalam perencanaan pondasi tiang Melihat kondisi yang demikian, maka sangat
jalan tol di Perairan Sungai Musi, Palembang, diperlukan peta secara mendetil kondisi
Sumatera Selatan dibutuhkan data kedalaman perairan di wilayah survei yang meliputi peta
dan profil dibawah dasar sungai. Hal ini dapat hidrografi, penampang bawah permukaan
diketahui dengan melakukan kegiatan survei sungai, sehingga untuk memenuhi informasi
hidrografi, sehingga kondisi topografis dan tersebut diperlukan metode pemetaan bawah
informasi adanya material dibawah dasar permukaan sungai antara lain dengan
sungai disepanjang dasar sungai dan bila menggunakan metode Survei Batimetri
dijumpai material-material lainnya dapat (Multibeam Echosounder), serta Survei
diantisipasi sebelum pelaksanaan dengan menggunakan alat Sub Bottom
pemancangan. Profiler. Hal ini dikarenakan
Berdasarkan hasil analisis dari peta laut Sistem SBP merupakan aplikasi dari
no.161, sekala 1 : 50.000, yang diterbitkan penggunaan metode seismik pantul
oleh Pusat Hidro-Oseanografi (Pushidros) menggunakan gelombang akustik untuk

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Unversitas Pakuan Bogor 1


mengidentifikasi dan mengukur bermacam a. Dalam penentuan posisi suatu titik di
lapisan sedimen yang ada di bawah sungai harus menggunakan dasar atau
permukaan sungai. ikatan pada titik-titik di darat yang telah
diketahui posisinya.
1.2. Perumusan Masalah b. Hasil ukuran kedalaman dari suatu
permukaan dasar sungai tidak dapat
Berdasarkan uraian kondisi yang telah langsung digunakan, akan tetapi harus
dijelaskan pada latar belakang, maka direduksi dengan ketinggian permukaan
permasalahan yang diangkat dalam penelitian sungai hasil dari pengukuran pasang-surut
ini adalah “bagaimana hasil pemetaan yang dilakukan di tepi sungai atau
batimetri dan profil lapisan tanah dibawah berdasarkan titik referensi tertentu.
permukaan sungai menggunakan data Masalahnya adalah bagaimana menggunakan
multibeam echosounder dan sub bottom berbagai faktor tersebut agar mendapatkan
profiler?”. Data tersebut diperlukan sebagai hasil pengukuran, sehingga peta yang
data pendukung dalam kegiatan engineering dihasilkan dapat merepresentasikan kondisi
pemasangan pondasi tiang jalan tol. permukaan dasar sungai beserta ketebalan
sedimentasi yang sebenarnya. (Waskita,
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 2016)
Prinsip dasar pengukuran kedalaman sungai
Maksud dari dilakukannya penelitian ini dengan metoda multibeam echosounder
adalah sebagai berikut: adalah mengukur waktu penjalaran
a. Untuk mendapatkan gambaran secara gelombang suara (echosound) yang
detil tentang kondisi topografi dasar dibangkitkan oleh generator pembangkit
sungai. gelombang suara, sehingga dengan
b. Untuk mendapatkan informasi mengetahui kecepatan rambat gelombang (V)
kedalaman di masing-masing lokasi yang dihasilkan serta waktu tempuh (T), maka
perencanaan pemasangan tiang akan diperoleh jarak rambat gelombang sesuai
pondasi jalan tol. dengan rumus dibawah ini:
c. Untuk mendapatkan informasi lapisan S = V X T ……….. (1)
tanah dibawah dasar sungai di Dimana:
masing-masing lokasi perencanaan
S = Jarak (m)
pemasangan tiang pondasi jalan tol.
V = Kecepatan rambat gelombang suara (m/s)
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
T = Waktu rambat gelombang (sekon)
untuk dapat mengetahui keadaan profil di
Karena S adalah jarak dari sumber suara ke
dasar dan dibawah dasar permukaan sungai
penerima suara, maka untuk mendapatkan
dengan menggunakan data Multibeam
kedalaman digunakan rumus:
Echosounder dan Sub Bottom Profiler untuk s T
perencanaan pemasangan pondasi tiang jalan d = = V x ……….. (2)
2 2
tol. Sesuai rekomendasi IHO SP-44 mengenai
persyaratan bahwa untuk Orde Spesial dan
2. TINAJAUN TEORI Orde 1 (lihat tabel 2.3) seperti perairan di
pelabuhan perlu mendapatkan alur yang bebas
2.1. Survei Batimetri dari bahaya navigasi sehingga survei batimetri
mutlak perlu dilakukan dengan menggunakan
Survei batimetri bertujuan untuk MBES untuk mendapatkan coverage penuh
mendapatkan gambaran topografi permukaan (SP-44, 2008).
dasar sungai, hal ini tentunya tidak jauh
2.3. Multibeam Echosounder
berbeda dengan pengukuran topografi untuk
mendapatkan informasi dipermukaan tanah.
Multibeam echosounder digunakan untuk
Ada dua faktor yang berbeda dalam
mengukur kedalaman dari suatu susunan
pelaksanaan survei batimetri dibandingkan
transduser. Kedalaman diukur sepanjang
dengan pengukuran topografi darat yaitu
swath oleh transduser. Multibeam
antara lain:
echosounder memancarkan beam dalam
jumlah yang banyak dengan frekuensi rentang

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor 2


12-500 kHz. Pola pancarannya melebar dan
melintang terhadap badan kapal. Setiap beam
akan mendapatkan satu titik kedalaman
selanjutnya titik-titik kedalaman tersebut
dihubungkan akan membentuk profil dasar
sungai. Jika kapal bergerak maju hasil sapuan
multibeam echosounder tersebut akan
menghasilkan suatu luasan yang akan
menggambarkan permukaan dasar sungai
(Moustier, 1998). Sistem sapuan tersebut Gambar 2. Offset Static (Mann, 1996 dalam
digambarkan seperti dibawah ini: Sasmita, 2008)

2.4 Survei Sub Bottom Profiler

Dalam beberapa tahun terakhir, metode


akustik juga telah digunakan untuk mengukur
struktur sedimen skala kecil dan proses,
dengan resolusi temporal dan spasial tinggi,
dan mereka telah banyak diadopsi oleh para
peneliti kelautan karena kemampuan mereka
Gambar 1. Jangkauan Sapuan Multibeam untuk secara cepat dan non-intrusif
Terhadap Kedalaman (Nugraha, 2014) mengumpulkan data (Davis et al., 2002,
Walter et al., 2002, Kim et al., 2002).
2.4. Kalibrasi Sistem Multibeam Meskipun sebagian besar akustik sistem sub-
Echosounder (MBES) bottom profiling telah dirancang untuk
memperoleh informasi tentang batas-batas
Proses kalibrasi ini meliputi : roll, pitch, gyro geologi di bawah dasar laut, informasi yang
dan cepat rambat akustik. Data yang diperoleh berkaitan dengan lingkungan sedimen di
akan baik setelah kalibrasi telah tepat sudah permukaan dan dekat-surficial juga melekat di
dilaksanakan di sistem-sistem secara banyak sistem yang tersedia secara komersial
keseluruhan. (Davis et al., 2002).
Adapun tahap-tahap proses kalibrasi MBES
meliputi:
2.4.1 Kalibrasi Offset Static

Kalibrasi ini mulai dengan kelurusan dan


offset-offset statis dari sensor-sensor yang
disesuaikan kepada centerline dari kapal dan
transduser. Kelurusan itu akan mengurangi
koreksi statik dari tiap sensor dan dapat
dilaksanakan dengan penerima GPS.
Proses dari kelurusan secara fisik dari
platform kapal (antenna GPS kapal), Gambar 3. Prinsip Dasar SBP
transduser, kompas giro, dan MRU dikenal (Waskita, 2016)
sebagai offset-offset statis. Offset offset statis Impedansi akustik berhubungan dengan
dari sensor-sensor itu adalah jarak-jarak tingkat densitas dari material dan nilai pada
antara sensor-sensor dan titik referensi (CoG) saat suara melewati material penyusun.
terhadap antena GPS, dll. Dibawah ini Ketika ada perubahan terhadap nilai rintangan
merupakan offset-offset statik terhadap akustik, seperti permukaan air dengan
centerline baik dilihat dari depan maupun dari sedimen, bagian suara yang ditransmisikan
samping kapal: akan memantul. Begitu juga, beberapa energi
suara yang mampu menembus melewati batas
air dan sedimen. Energi ini akan dipantulkan
ketika bertemu dengan lapisan sedimen
dibawahnya yang memiliki tingkat impedansi

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Unversitas Pakuan Bogor 3


berbeda. Sistem SBP menggunakan energi
yang terpantulkan lapisan-lapisan sedimen
untuk membentuk suatu profil dari dasar laut.
(Davis et al., 2002, Walter et al., 2002).
Hal ini berdasarkan konsep dasar metode
resistivitas atau disebut Hukum Ohm. Pada
tahun 1826 George Simon Ohm melakukan
eksperimen menentukan hubungan antara
tegangan V pada penghantar dan arus I yang
melalui penghantar dalam batas-batas
Gambar 4. Metoda Pengamatan Real-Time
karakteristik parameter penghantar. Parameter
Differential GPS (ESRI, 2016)
itu disebut resistansi R, yang didefinisikan
sebagai hasil bagi tegangan (V) dan arus (I), Sistem ini memperoleh koreksi lebih dari satu
sehingga dituliskan: stasiun referensi. Stasiun referensi
𝑉 mengumpulkan data stasiun base GPS dan
R = atau V = I.R ……….. (14)
𝐼 menyampaikan data ini menjadi format
dengan R adalah resistansi bahan (ohm), I
RTCM SC-104 ke pusat jaring kontrol, yang
adalah besar kuat arus (ampere), dan V adalah
mengirimkan informasi ke satelit geostasioner
besar tegangan (volt).
untuk verifikasi. Informasi diverifikasi
dikirim ke penerima GPS untuk memastikan
2.5 Satelite Based Augmentation System
itu memperoleh posisi GPS secara real time.
DGPS (Differential Global Positioning (ESRI, 2016)
System) adalah sebuah sistem atau cara untuk
meningkatkan GPS, dengan menggunakan 3. METODOLOGI
stasiun darat, yang memancarkan koreksi
lokasi. Dengan sistem ini, maka ketika alat Dalam pelaksanaan tugas akhir ini memiliki
navigasi menerima koreksi dan beberapa tahapan pekerjaan, yaitu persiapan,
memasukkannya kedalam perhitungan, maka pengumpulan data, pengolahan data dan
akurasi alat navigasi tersebut akan meningkat. analisis penggabungan data pengolahan
Oleh karena menggunakan stasiun darat, multibeam echosounder dan sub bottom
maka sinyal tidak dapat mencakup area yang profiler. Berikut diagram alir pelaksanaan
luas. tugas akhir:
Secara umum, bisa dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu real time (langsung) dan post Persiapan
processing (setelah kegiatan selesai). Maksud
dari real time adalah alat navigasi yang
menggunakan sinyal SBAS ataupun DGPS Pengumpulan Data:
1. Data Multibeam
secara langsung saat digunakan. Sedangkan Echosounder
post processing maksudnya adalah data yang 2. Data Sub Bottom
Profiler
dikumpulkan oleh alat navigasi di proses
ulang dengan menggunakan data dari stasiun
Pengolahan Data Pengolahan Data
darat DGPS. Ada banyak stasiun darat DGPS Multibeam
Pengolahan Sub Bottom
Data
diseluruh dunia yang dapat kita pakai untuk Echosounder Profiler

hal ini, baik versi yang gratis maupun


berbayar, bahkan kita dapat langsung
menggunakannya melalui internet. Profil Profil Lapisan
Memanjang Analisis Penggabungan
Tanah
Data Hasil Pengolahan
Multibeam Echosounder
dan Sub Bottom Profiler

Penyajian
Data

Gambar 5. Diagram alir pelaksanaan Tugas


Akhir

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor 4


3.1 Persiapan

Persiapan ini terdiri dari persiapan alat, data


yang dibutuhkan serta personil untuk kegiatan
survei. Berikut adalah persiapan yang harus
dilakukan sebelum kegiatan survei
berlangsung:
a. Persiapan Alat
Sebelum melakukan survei terlebih dahulu
mempersiapkan alat dan data yang diperlukan
di lapangan, seperti Multibeam Echosounder
Kongsberg Simrad EM 710-MK2, DGPS Gambar 6. Akuisisi Data dengan
MarineStar 9200 + GLONASS Receiver, Menggunakan Multibeam Echosounder
Motion Sensor SBG System, Sound Velocity
Profiler AML Micro X, Geo-Spark 1000 2. Akuisisi Data menggunakan Sub Bottom
Plus, Geo-Source 200 LW, Mini Trace-II Profiler
Geosuite Acquistion dan Differential GPS Pelaksanaan survei dapat dilaksanakan
Hemisphere. Seluruh peralatan tersebut harus setelah peralatan sub bottom profiler Geo-
dilakukan pengecekan kondisi sebelum Spark 100 plus telah terkoneksi dengan
dilakukan survei. Differential GPS Hemisphere, Mini Trace
b. Instalasi Alat II Geosuite Acquisition, dan Geo-Source
1. Instalasi Pada Kapal Multibeam 200 LW yang telah diluncurkan ke
Echosounder permukaan sungai dengan jarak 15 meter
a) Pemasangan Tranduser dari posisi GPS dipasang. (Lihat Gambar
b) Pemasangan Motion Sensor 7).
c) Pemasangan GPS
d) Pemasangan Processing Unit
e) Pemasangan Sound Velocity Profiler
2. Instalasi Alat Pada Kapal Sub Bottom
Profiler Gambar 7.. Pengaturan offset pada
a) Pemasangan DGPS Hemisphere software Geosuite Allworks
b) Pemasangan Geo-Spark 1000 Plus
3.2 Pengolahan Data
c) Instalasi peralatan Geo-Source 200 LW

c. Akuisisi Data Pengolahan data yang dilakukan pada


1. Akuisisi Data menggunakan Multibeam penelitian ini untuk menghasilkan informasi
Echosounder profil kedalaman dan permukaan dasar laut
Pelaksanaan survei dapat dilaksanakan dengan menggunakan multibeam echosounder
setelah peralatan multibeam echosounder serta mengidentifikasi dan mengukur lapisan-
dan GPS terpasang pada kapal survei, dan lapisan sedimen yang ada di bawah
juga telah dilakukan sinkronisasi permukaan dasar laut dengan menggunakan
peralatan dengan processing unit sub bottom profiler.
multibeam echosounder dan pengambilan
data patch test agar dapat mengkoreksi 3.2.1 Pengolahan Data Multibeam
pergerakan kapal serta telah diukur offset Echosounder
ukuran kapal survei. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
menggunakan multibeam echosounder adalah
data yang berformat .raw. Pengolahan data
multibeam echosounder menggunakan
software Caris Hips and Sips 7.1.

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Unversitas Pakuan Bogor 5


data yang dilakukan pengolahan data adalah
data berformat .segy menggunakan software
Geosuite Allworks.

Gambar 8. Pengolahan Data Kedalaman


Data kedalaman tersebut kemudian dilakukan
pengolahan pada software AutoCAD. Hal ini
Gambar 10. Hasil Pengolahan Data pada
dilakukan agar dapat diperoleh profil
software Geosuite Allworks
memanjang dasar permukaan sungai yang
dilewati rencana jalan tol. Profil memanjang
ini didapatkan dari data kedalaman yang 3.2.3 Penggabungan Data Multibeam
sebelumnya diolah pada software Caris Hips Echosounder dan Sub Bottom Profiler
and Sips 7.1, kemudian pada software Penggabungan hasil pengolahan data
AutoCAD data kedalaman tersebut dapat multibeam echosounder berupa visualisasi
menghasilkan bentuk kontur permukaan permukaan dasar sungai dan profil
sungai musi. memanjang yang berada di atas permukaan
dasar sungai dengan hasil pengolahan data
sub bottom profiler berupa citra seabed yang
menggambarkan lapisan tanah dibawah
permukaaan sungai dengan menggunakan
software AutoCAD Land Desktop Companion
2009. Kedua hasil pengolahan data ini akan
digabungkan ke layout peta, agar kedua hasil
pengolahan data tersebut dapat dibandingkan
dalam satu layout peta, supaya semua
informasi geospasial dapat disampaikan,
sehingga dapat dilakukan analisis
penggabungan untuk mendeteksi benda-benda
artifisial di dasar sungai untuk pembangunan
tiang pondasi jalan tol yang dihasilkan
multibeam echosounder dan sub bottom
profiler.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 9. Pengolahan Data menggunakan
AutoCad
4.1 Pengolahan Data Multibeam
Echosounder
3.2.2 Pengolahan Data Sub Bottom Profiler Pengolahan data multibeam echosounder
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dilakukan pada software Caris Hips and Sips
menggunakan sub bottom profiler adalah data 7.1 yang terlebih dulu dilakukan konfigurasi
berformat .segy. Data yang dimiliki dari hasil dengan membuat bentuk kapal yang
survei sub bottom profiler berupa citra menyesuaikan dengan bentuk kapal pada saat
seabed. Citra seabed dihasilkan oleh sparker akuisisi data dan pembuatan lembar kerja
yang merupakan salah satu jenis dari sub baru. Setelah itu pengolahan data dapat
bottom profiler dan data yang ditampilkan dilakukan dengan memasukkan data
oleh Geo-Spark 100 plus merupakan lapisan- pemeruman dan lakukan koreksi dengan data
lapisan sedimen yang ada di bawah sound velocity. Setelah itu melakukan
permukaan dasar sungai. Pada penelitian ini filtering data agar dapat menghilangkan noise

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor 6


sehingga menghasilkan data yang tidak
memiliki blunder. Dengan begitu dapat
membuat kontur pada permukaan Sungai
Musi.

Gambar 12. Kontur Permukaan Sungai Musi


Dari data kontur tersebut dapat diketahui
keadaan topografi permukaan dasar sungai di
Gambar 11. Proses Pengolahan Data
sekitar jalur rencana jalan tol. Topografi di
lokasi penelitian relatif datar, memiliki kontur
Selain itu data juga dapat dihasilkan dengan
yang menurun disisi kanan dan kiri sungai,
berupa nilai koordinat titik-titik kedalaman
dapat diketahui kedalaman disekitar jalur
untuk selanjutnya dilakukan penyajian data
rencana jalan tol, yaitu memiliki data
berupa peta batimetri. Keseluruhan data titik
kedalaman 1 m – 16.9 m, serta dapat
kedalaman didapat sebanyak 48,647 titik
menghasilkan profil memanjang. (lihat
kedalaman. Berikut ini adalah contoh
Gambar 4.5.)
koordinat hasil yang didapatkan pada saat
pemeruman, terdapat pada Lampiran 1:

Tabel 1. Contoh Koordinat Hasil Pemeruman


Northing
No. Easting (m) (m) Depth (m)
1 464115.018 9664849.727 13.281871
2 463872.199 9664847.415 5.351498
3 463849.073 9664845.102 4.966261
4 463867.574 9664842.790 5.391688
5 463865.261 9664840.477 5.355149 Gambar 13. Profil Memanjang Jalur Rencana
6 463930.013 9664838.164 10.732763 Jalan Tol
7 463930.013 9664838.164 10.732763 Profil memanjang ini menggambarkan
8 463888.387 9664833.539 7.458434 kondisi topografi yang dilewati jalur rencana
9 464047.953 9664831.227 15.269723 jalan tol. Profil memanjang jalur rencana jalan
10 463860.636 9664828.914 5.818495 tol ini relatif datar, namun memiliki
11 463844.448 9664826.602 5.487499 kemiringan dibeberapa titik, kemiringan tanah
12 464105.767 9664826.602 13.168511 mulai dari 1% - 2.7%, dan juga memiliki titik
terdangkal mencapai kedalaman 1.57 m yang
Kontur yang dihasilkan berasal dari terdapat pada STA 0+575 dan yang terdalam
pengolahan data dengan menggunakan 14.43 m yang terdapat pada STA 0+245.
software AutoCAD Land Desktop Companion
2009 (lihat Gambar 4.4.). Yang berasal dari 4.2 Pengolahan Data Sub Bottom Profiler
titik-titik kedalaman yang sebelumnya diolah
Pengolahan data sub bottom profiler
pada software Caris Hips and Sips 7.1.
dilakukan pada software Geosuite Allworks
yang merupakan data lapisan sedimen yang
ada di bawah permukaan dasar sungai.
Selanjutnya dilakukan filtering data untuk
menghilangkan data noise antara yang
dipancar tapi tidak tertangkap oleh receiver.
Tahapan selanjutya yaitu mambuat
pengaturan gain dan melakukan pendeteksian

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Unversitas Pakuan Bogor 7


seabed secara otomatis yang berguna untuk material padat dikedalaman yang berbeda-
memperjelas perbedaan setiap lapisan beda dibawah permukaan sungai.
dibawah permukaan sungai.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Berdasarkan data multibeam echosounder


dengan pengambilan data secara full
coverage sehingga diperoleh informasi
nilai kedalaman yang rapat dan detail,
maka kondisi topografi dasar permukaan
Sungai Musi dan profil memanjang pada
jalur rencana jalan tol hasilnya relatif
datar dengan nilai kemiringan 1% - 2.7%.
b. Angka kedalaman yang diperoleh
Gambar 14. Hasil Pengolahan Data Sub sepanjang jalur rencana jalan tol memiliki
Bottom Profiler kedalaman terdangkal 1.57 m yang
terdapat pada STA 0+575 dan yang
Pada gambar 14. yang merupakan hasil terdalam 14.43 m yang terdapat pada
pengolahan data sub bottom profiler dapat STA 0+245. Jumlah angka sounding yang
terlihat material padat dikedalaman yang diperoleh berjumlah 48,647 titik
berbeda-beda dibawah permukaan sungai kedalaman dengan data kedalaman mulai
musi. Gradasi warna menunjukkan bahwa yang terdangkal 1 m dan yang terdalam
terdapat perbedaan lapisan material. Semakin 16.9 m.
gelap atau abu-abu warnanya berarti terdapat c. Berdasarakan data sub bottom profiler
lapisan material padat di kedalaman tersebut, didapatkan informasi mulai dari
sedangkan semakin terang atau kuning berarti kedalaman 0 m – 90 m dibawah
tidak terdapat lapisan material padat pada permukaan sungai dengan intrepetasi
kedalaman tersebut. awal diidentifikasikan terdapat lapisan
material padat pada kedalaman yang
4.3 Analisis Penggabungan Data Multibeam berbeda-beda.
Echosounder dan Sub Bottom Profiler
5.2 Saran
Penggabungan data multibeam echosounder
dan sub bottom profiler dilakukan pada a. Penggunaan alat sub bottom profiler jenis
software AutoCAD Land Desktop Companion sparker ini harus diluncurkan ke
2009. Kedua hasil pengolahan data ini permukaan sungai sehingga terkendala
digabungkan ke layout peta, agar kedua hasil alat Geo-Source 200 LW yang terkadang
pengolahan data tersebut dapat dibandingkan terhambat oleh benda-benda yang ada di
dalam satu layout peta, supaya semua permukaan sungai seperti tumbuhan
informasi geospasial dapat disampaikan. eceng gondok, sampah dan lain-lain. Oleh
Data multibeam echosounder menghasilkan karena itu sebaiknya diadakan
keadaan topografi dasar permukaan sungai pembersihan area pengukuran sebelum
dan juga digambarkan profil memanjang pada pelaksanaan survei.
jalur rencana jalan tol. Hasil dari pengolahan b. Data yang diperoleh MBES tidak dapat
ini mendapatkan keadaan jalur rencana jalan mencapai bibir sungai, oleh karena itu
tol yang datar dan relatif aman untuk untuk dapat data yang lebih detail
pemasangan tiang pondasi jalan tol. diperlukan pengukuran topografi di
Data sub bottom profiler menghasilkan sekitar sungai.
visualisasi lapisan tanah dibawah permukaan c. Untuk dapat mengetahui nama-nama
sungai. Hasil dari pengolahan ini lapisan tanah dibawah permukaan sungai
mendapatkan keadaan lapisan tanah dibawah diperlukan kegiatan survei geologi.
permukaaan sungai yang terdapat lapisan d. Adanya pengembangan materi
perkuliahan untuk survei pemetaan laut

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor 8


yang lebih detail, sebaiknya dibuat Studies. CSIRO Report to FRDC
beberapa mata kuliah agar pemahaman project T93/237.
mahasiswa tentang survei pemetaan laut 11. Lean, J., and Pratt, D.A. (1991).
lebih berkembang dan dapat bersaing Multi-Sensor Marine Geophysical
dengan institusi lain. Profiling And Digital Acquisition
Using SASI. Exploration Geophysics.
PUSTAKA 12. McQuillin, R., Bacon, M., and
Barclay, W. (1984). An Introduction
1. Abidin. (2000). Penentuan Posisi To Seismic Interpretation: Reflection
dengan GPS dan Aplikasinya, PT. Seismics In Petroleum Exploration,
Pradnya Paramita. Jakarta 2nd Ed. Graham & Trotman Ltd.,
2. Abidin. (2001). Geodesi Satelit. PT. London.
Pradnya Pramita. Jakarta 13. Mini-Trace II Specifications (2016).
3. Davis, A., Haynes, R., Bennell, J., Mini-Trace II 24-bit Very Hi-res
Huws, D. (2002). Surficial Seabed Seismic Acquisition Module.
Sediment Rotterdam. Netherland.
4. Davies, J., Foster-Smith, R. and 14. Nugraha. (2014). Metode Untuk
Sotheran, I.S. (1997). Marine Deteksi Pipa Bawah laut
Biological Mapping For Environment Menggunakan Multibeam
Management Using Acoustic Ground Echosounder dan Sub Bottom
Discrimination Systems And Profiler. Tugas Akhir. Program Studi
Geographical Information Systems. Teknik Geodesi dan Geomatika
Journal of the Society for Underwater Fakultas Ilmu dan Teknologi
Technology. Kebumian. ITB. Bandung.
5. de Moustier, C., and Matsumoto, H. 15. Penrose, J D, et al. (2005). Acoustic
(1993). Seafloor Acoustic Remote Techniques for Seabed Classification.
Sensing With Multibeam Echo- Cooperative Research Centre for
Sounders And Bathymetric Sidescan Coastal Zone Estuary and Waterway
Sonar Systems. Marine Geophysical Management. Australia.
Research. 16. PT. Waskita Karya. (2016) Laporan
6. Djunarsah, E dan Poerbandono. Survei Hidro-Oseanografi dan
(2005). Survei Hidrografi. Penerbit Seismik Sungai Musi Palembang.
Refika Aditama, Bandung. Jakarta.
7. Geo-Source LW 200 Specifications 17. Sasmita. (2008). Aplikasi Multibeam
(2016). Geo-Source LW 200 Marine Echosounder System (MBES) Untuk
Multi-Tip Sparker System. Geo Keperluan Batimetrik. Tugas Akhir.
Marine Survey System. Rotterdam. Program Studi Teknik Geodesi dan
Netherland. Geomatika Fakultas Ilmu dan
8. Geo-Spark 1000 Plus Specifications Teknologi Kebumian . ITB. Bandung.
(2016). Geo-Spark 1000 Plus Solid 18. Stoker, M.S., Pheasant, J.B.,
State Pulsed Power Supplies. Geo Josenhans, H. (1997). Seismic
Marine Survey System. Rotterdam. Methods And Interpretation. In T.A.
Netherland. Davies, T. Bell, A.K. Cooper, H.
9. Kim, H.J., Chang, J.K., Jou, H.T., Josenhans, L. Polyak, A. Solheim,
Park, G.T., Suk, B.C., and Kim, K.Y. M.S. Stoker, J.A. Stravers (Eds.),
(2002). Seabed Classification From Glaciated Continental Margins: An
Acoustic Profiling Data Using The Atlas of Acoustic Images. Chapman
Similarity Index. Journal of the and Hall, London.
Acoustical Society of America. 19. Verbeek, N.H., and McGee, T.M.
10. Kloser, R.J., Sakov, P.V., Waring, (1995). Characteristics Of High-
J.R., Ryan, T.E. and Gordon, S.R. Resolution Marine Reflection
(1998). Development Of Software For Profiling Sources. Journal of Applied
Use In Multi-Frequency Acoustic Geophysics.
Biomass Assessments And Ecological 20. Walter, D.J., Lambert, D.N., and
Young, D.C. (2002). Sediment facies

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Unversitas Pakuan Bogor 9


determination using acoustic
techniques in a shallow-water
carbonate environment, Dry
Tortugas, Florida. Marine Geology.

RIWAYAT PENULIS

1. Yuridho Agni Kusuma, ST., Alumni


Tahun 2016 Program Studi Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas
Pakuan Bogor.
2. Dr. Ir. Rochman Djaja, M.Surv.Sc.,
Ketua Program Studi Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Bogor.
3. Ahmad Lufti Ibrahim, ST. M.Sc., Staf
Dosen Program Studi Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Bogor.

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor 10


Lampiran 1. Contoh Koordinat Hasil Pemeruman

No. Easting (m) Northing (m) Depth (m)


1 464115.018 9664849.727 13.281871
2 463872.199 9664847.415 5.351498
3 463849.073 9664845.102 4.966261
4 463867.574 9664842.790 5.391688
5 463865.261 9664840.477 5.355149
6 463930.013 9664838.164 10.732763
7 463930.013 9664838.164 10.732763
8 463888.387 9664833.539 7.458434
9 464047.953 9664831.227 15.269723
10 463860.636 9664828.914 5.818495
11 463844.448 9664826.602 5.487499
12 464105.767 9664826.602 13.168511

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Unversitas Pakuan Bogor 9


Lampiran 2. Peta Batimetri dan Peta Profil Lapisan Dasar Sungai Musi

Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor 10

Anda mungkin juga menyukai