Anda di halaman 1dari 3

MAKNA TAWAKAL DALAM KEHIDUPAN

Oleh: handi pitritarmizhi

A. Pendahuluan
Kita sebagai hamba allah SWT kita harus mempunyai sifat tawakal karna tawakal
salah satu ketaan kepada allah SWT, tawakal perwujutan dari ketauhitan dan tawakal
ialah keyakinan sepenuhnya akan kekuasaan dan kebesaran allah SWT karna itulah
tawakal merupakan bukti nyata dari tauhid ,pohon tauhid yang tumbuh didalam hati dan
berangsur-angsur besar dan akhirnya membuahkan sikap tawakal .apa makna tawal yg di
alami nabi ya’qub ?,apakah kita perlu bertawakal dalam semua perkara?.bagai mana
meyakin bertawal kejalan allah yg lurus?. dan tercantum dalam surat al quran , Qs. Yusuf
(67) dari kata, Qs.al-thalaq (3), dan Qs.huud (56)
B. PENAFSIRAN
1. APAKAH MAKNA TAWAKAL ITU SENDIRI
‘’Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu
gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak
dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi
Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang
yang bertawakal’’ (QS. Yusuf : 12/67)

Allah SWT menceritakan tentang Nabi Ya'qub 'AS, bahwa dia memerintahkan kepada
anak-anaknya ketika melepas keberangkatan mereka bersama Bunyamin menuju negeri
Mesir, bahwa janganlah mereka masuk dari satu pintu gerbang semuanya, tetapi
hendaklah masuk dari berbagai pintu gerbang yang berlainan.

Menurut Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi,
dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, hal itu untuk menghindari 'ain (kesialan).
Demikian itu karena mereka adalah orang-orang yang berpenampilan bagus dan
mempunyai rupa yang tampan-tampan serta kelihatan berwibawa. Maka Ya'qub
'alaihissalam merasa khawatir bila mereka tertimpa 'ain disebabkan pandangan mata
orang-orang. Karena sesungguhnya 'ain itu adalah benar, ia dapat menurunkan
pengendara kuda dari kudanya.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha'i sehubungan dengan firman-Nya:
dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lainan. (Yusuf: 67) Ya'qub merasa
yakin bahwa Yusuf pasti akan menjumpai salah seorang dari saudara-saudaranya di
antara pintu-pintu gerbang itu.

Firman Allah Swt.


Namun demikian, aku tiada dapat melepaskan kalian barang sedikit pun dari (takdir)
Allah. (Yusuf: 67)
Yakni sesungguhnya tindakan hati-hati ini tidak dapat menolak takdir dan keputusan
Allah; karena sesungguhnya apabila Allah menghendaki sesuatu, maka kehendak-Nya itu
tidak dapat dicegah, tidak dapat pula ditolak.
Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakal dan
hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri. Dan tatkala
mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka
lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, tetapi itu hanya
suatu keinginan pada diri Ya’qub yang telah ditetapkannya. (QS. Yusuf: 12/67-68)

Menurut banyak ulama tafsir, Ya'qub melakukan hal itu untuk menghindarkan anak-
anaknya dari terkena penyakit 'ain.1

2. SIKAP TAWAKAL DALAM MENGHADAPI SUATU PERKARA

“Dan dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan
ketentuan bagi setiap sesuatu.” (At-Thalaq: 65/3)

{ ‫يخطر بباله { ومن يتوكل على هللا } في أموره { فهو حسبه } كافيه { إن هللا بالغ } ويرزقه من حيث ال يحتسب‬
‫أمره } مراده وفي قراءة باإلضافة { قد جعل هللا لكل شيء } كرخاء وشدة { قدرا } ميقاتا‬

(Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya) dari arah yang belum
pernah terbisik dalam kalbunya. (Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah) dalam
semua perkaranya (niscaya Allah akan memberi kecukupan) akan mencukupinya.
(Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya) tentang apa yang dikehendaki-Nya.
Menurut suatu qiraat dibaca baalighu amrihi yakni dengan dimudhafkan. (Sesungguhnya
Allah telah menjadikan bagi setiap sesuatu) seperti hidup penuh dengan kecukupan, dan
hidup sengsara (ketentuan) atau waktu-waktu yang ditentukan2.

3. MEYAKINI SIKAP TAWAKAL ALLAH DI JALAN YANG LURUS

“Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun
makhluk bergerak yang bernyawa melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya
(menguasainya). Sungguh, Tuhanku di jalan yang lurus (adil).” (QS. Hud : 11/56)

Abu ja’far berkata “sesunguhnya aku terhadap allah itu karena dia adalah raja ku dan
rajamu ,dandia yng mengatur semua makhluk nya.”
(Tawakaltu) “aku bertawakal,dari sesuatu yang kamu dan selain mu dari golongan
mahluknya yang akan menipakan suatu kejahatan kepada ku.”. Jadi apabila ada yang

1
Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir : P-12 Hal 31 : Yusuf 67
2
Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain : At-Thalaq ayat 3 Bag 1
berkata “bagaimana bisa dikatakan dia yang memegang ubun-ubun , dikhususkan pada
pengambilan ubun-ubun saja, dan bukan semua tempat yang terdapat dalam tubuh.
Dikatakan itu karena bangsa arab medngunakan kalimat tersebut untuk mengabarkan
kebinaan dan penguasaan terhadap orang lain. bila kamu berkata tidak yang dapat
mengambil fulan kecuali dengan fulan, artinya dialah yang harus ditaati karena karena
dia kehendaki. ia berkata ”sesunguhnya tuhan ku berada diatas jalan yang benar, dia akan
memberikan balasan kebaikan terhadap makhluknya yang melakukan kebaikan , dan
balasan kejahatan bagi mereka yang melakukan kejahatan.3

KESIMPULAN
1. Dalam suatu permasalalahan kita di ajarkan bertawakal atau brserah diri kepada allah
karena dibalik permasalahn pasti ada jalan keluarnya dan Allah bersama orang yang yang
taat kepadaalah
2. Dalam menghadapi suatu perkara kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan
berserah diri kepa allah karana semua perkara tersimpan rapih kebaikan, menurut kita
baik, tapi blm tentu menurut allah baik juga .
3. Dan kita sebagai makhluk allah kita sepatutnya mempunyai sikap tawakal, dan kita
harus meyakini kamu bahwa benar Allah lah diatas jalan yang lurus

REFERENSI
1. Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir : P-12
Hal 31 : Yusuf 67
2. Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain : At-Thalaq ayat 3 Bag 1
3. Ahmad Muhammad Syakir, Mahmud Muhammad Syakir. Tafsir Ath-Thabari Juz 14 Hal
100

3
Ahmad Muhammad Syakir, Mahmud Muhammad Syakir. Tafsir Ath-Thabari Juz 14 Hal 100

Anda mungkin juga menyukai