Anda di halaman 1dari 20

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature>37,2°C (Dinarello &
Gelfand, 2005). Demam biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan
(Kaneshiro & Zieve, 2010).

Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi


atau bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi
pertanda bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah,
2011).
Demam bukan merupakan penyakit melainkan reaksi yang
menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan
suhu, tubuh bisa jadi sedang memerangi infeksi sehingga terjadi demam
atau menunjukan adanya proses inflamasi yang menimbulkan demam
(Arifianto, 2012).
Resiko kejadian demam pada anak terhadap penyakit serius
tergantung pada usia anak. Pada neonatus yang terkena demam
mempunyai resiko yang lebih besar terkena penyakit serius dibandingkan
dengan anak dengan umur yang lebih tua. Hal ini dikarenakan dua alasan
yaitu infeksi pada neonatus yang berbeda dari infeksi pada anak pada
umumnya dan kemampuan sistem imun neonatus yang belum mampu
mengatasi infeksi (Graneto, 2010)
Salah satu penanganan demam adalah dengan memberikan obat
-obatan. Salah satu diantara obat yg dapat mengatasi demam adalah
parasetamol. Parasetamol atau asetaminofen adalah metabolit fenasetin
yang mempunyai efek antipiretik dan analgetik lemah (Wilmana& Ga,
2007).

1
Parasetamol merupakan salah satu analgetik yang tergolong
sebagai obat bebas. Terdapat banyak jenis nama dagang dari obat yang
mengandung parasetamol yang beredar dan telah dikenal oleh masyarakat
sehingga penggunaannya sangat luas (Kania, 2010).
Dalam penanganan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan formal
yaitu perawat dan dari tenaga informal seperti ibu di dalam sebuah
keluarga. Perempuan, sebagai tenaga kesehatan non-formal menentukan
perawatan kesehatan/obat-obatan bagi keluarganya, seperti anak, suami,
ibu/ayah atau keluarga dekat lainnya. Ibu mempunyai peranan yang
penting dalam kehidupan rumah tangga. Ibu mempunyai peranan sebagai
orang yang menjaga sekaligus merawat/mencari pengobatan untuk anggota
keluarganya (Kania, 2010).

B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun Laporan ini, dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada
Nn. ”Y” dengan Kasus Febris. Terapi dan pelaksanaanya di Ruang 5
Rawat Inap UPT Puskesmas Playen 1.

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengethaui Definisi febris
2. Untuk mengetahui Etiologi febris
3. Untuk mengetahui Manifestasi febris
4. Untuk mengetahui Kalsifikasi febris
5. Untuk mengetahui Patofisiologi febris
6. Untuk mengetahui Komplikasi febris
7. Untuk mengetahui Penatalaksanan febris
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang febris
9. Untuk mengetahui Rencana asuhan keperawatan febris

2
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran produksi kelebihan panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang berhubugan dengan infeksi
kurang lebih hanya 29-52%, sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4%
dengan penyakit metabolik, 11-12% dengan penyakit lain (Alvin, 2007).
Demam adalah respon fisilogis tubuh terhadap penyakit yang
diperantarai oleh sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh
dan aktivitas kompleks imun (Kania, 2007).
Panas atau demam adalah kondisi di mana otak mematok suhu di atas
setting normal yaitu di aas 38oC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya
adala bila suhu lebih dari 38,5oC. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh
akan memproduksi panas (Purwanti, 2008: 81).

B. Etiologi

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam


dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000), demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,

3
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai
demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000
bahwa etiologi febris,diantaranya
a.      Suhu lingkungan.
b.     Adanya infeksi.
c.      Pneumonia.
d.     Malaria.
e.      Otitis media.
f.      Imunisasi

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:


a.      Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b.     Kulit kemerahan
c.      Hangat pada sentuhan
d.     Peningkatan frekuensi pernapasan
e.      Menggigil
f.      Dehidrasi
g.     Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik
minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman
pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit
yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan,
dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

4
D. Patofisiologi

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak


terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam,
ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat
berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula
besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam
cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada
anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.

5
E. Klasifikasi

Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:


a.      Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
b.     Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c.      Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d.     Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e.      Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis

6
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap infeksi bakterial.
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi
hari turun hingga diatas normal,
sering disertai menggigil dan
berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2
hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

F. Komplikasi

a.      Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh


b.     Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini
juga tidak membahayakan otak

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

7
A. Pemeriksaan Penunjang

Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang


siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning,
masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan
tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis
dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi

B. Penatalaksanaan Keperawatan

a.      Secara Fisik


Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang
yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena
oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1.     Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2.     Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3.     Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4.     Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan
tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh
gantinya.

8
5.     Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6.     Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol
dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7.     Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur
suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b.     Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal
dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian
antipiretik:
1.     Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2.     Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh
sirup parasetamol
3.     Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh
sirup parasetamol.

9
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan
dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali
sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-
obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya
menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja
menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf
pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal
5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini
dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat
menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat
secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen
juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat
antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan
aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis
dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut
(terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik
yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin)
bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek
antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya
berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna.
Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan

10
unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai
antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia
hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang
dari 6 bulan.

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit.

11
D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(NOC) (NIC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fever treatment
berhubungan dengan selama…x24jam klien menunjukkan  Monitir suhu sesering mungkin
proses infeksi, proses temperatur dalam batas normal dengan  Monitor IWL
penyakit. kriteria hasil:  Monitor warna dan suhu kulit
Batasan karakeristik :   Suhu Tubuh dalam batas normal  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
   Kenaikan suhu tubuh   Bebas dari kedinginan  Monitor penurunan tingkat kesadaran
diatas rentang normal   Suhu tubuh stabil 36,5 -37,5 c
0 0
 Monitor WBC, HB dan HCT
  Serangan atau   Termoregulasi dbn
 Monitor intake dan output
konvulsi (kejang)   Nadi dbn  Kolaborasikan pemberian antipiretik
   Kulit kemerahan <1 bln : 90-170  Berikan pengobatan untuk mengatasi
   Pertambahan RR <1 thn : 80-160 penyebab demam
   Takikardi 2 thn   : 80-120  Selimuti pasien
   Saat disentuh tangan 6 thn   : 75-115
 Berikan cairan intravena
terasa hangat 10 thn : 70-110
 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
14 thn : 65-100
 Tingkatkan sirkulasi udara
>14thn : 60-100

12
  Respirasi dbn  Berikan pengobatan untuk mencegah
 BBL : 30-50 x/m terjadinya menggigil
Anak-anak : 15-30 x/m  Temperature regulation
Dewasa : 12-20 x/m  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
 Berikan antipiretik bila perlu
 Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu dan RR

13
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS pada saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
 Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan
sesudah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan abnormal
 Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
     Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
berhubungan dengan selama …x24jam anak bebas dari cidera  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
infeksi mikroorganisme. dengan kriteria hasil: sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi

14
  Menunjukan homeostatis kognitif pasien dan riwayat penyakit
  Tidak ada perdarahan mukosa dan bebas terdahulu pasien
dari komplikasi lain  Menghindari lingkungan yang berbahaya
misalnya memindahkan perabotan
 Memasang side rail tempat tidur
 Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
bersih
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang cukup
 Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien
 Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
      Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab penyakit.
3. Resiko kurang cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid management:
berhubungan dengan selama …x24jam volume cairan adekuat  Pertahankan catatan intake dan output yang

15
intake yang kurang dan dengan kriteria hasil: akurat
diaphoresis, faktor yang    Mempertahankan urine output sesuai  Monitor status dehidrasi (kelembaban
mempengaruhi dengan usia dan BB, BJ urine normal, membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
kebutuhan cairan HT normal darah ortostatik)
(hipermetabolik).    Tekanan darah, nadi, suhu tubuh  Monitor vital sign
dalam batas normal  Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung
   Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, intake kalori harian
elastisitas turgor kulit baik, membrane  Lakukan terapi IV
mukosa lembab, tidak ada rasa haus  Monitor status nutrisi
yang berlebihan.  Berikan cairan
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nasogastrik sesuai
output
 Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
 Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas
belimbing perhari

16
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
 Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi
dengan hipertermi, efek selama 2x24jam ansietas klien/keluarga yang dimiliki klien/keluarga mengenai
proses penyakit hilang dengan kriteria hasil: hipertermi
   Klien/keluarga dapat mengidentifikasi  Berikan informasi pada klien/keluarga yang
hal-hal yang dapat meningkatkan dan akurat tentang penyebab hipertermi
menurunkan suhu tubuh  Validasi perasaan klien/keluarga dan
   Klien/keluarga mau berpartisipasi yakinkan klien/keluarga bahwa kecemasan
dalam setiap tidakan yang dilakukan merupakan respon yang normal
   Klien/keluarga mengungkapkan  Diskusikan dengan klien/keluarga rencana
penurunan cemas yang berhubungan tindakan yang dilakukan berhubungan dengan
dengan hipertermi, proses penyakit hipertermi dan keadaan penyaki

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk


mempertahankan pengeluaran produksi kelebihan panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang berhubugan dengan infeksi
kurang lebih hanya 29-52%, sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4% dengan
penyakit metabolik, 11-12% dengan penyakit lain (Alvin, 2007)
  Demam adalah suatu reaksifisiologis tubuh yang kompleks terhadap penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal akibat
rangsangan zat pirogen terhadap pengatur suhu tubuh di hipotalamus. Suhu
normal tubuh manusia berkisar antara 36 – 37.2 ˚C. Suhu subnormal yaitu <36 ˚C,
hipotermia merupakan suhu <35 ˚C. Demam terjadi jika suhu >37.2 ˚C.
hiperpireksia merupakan suhu ≥41.2 ˚C. Terdapat perbedaan pengukuran suhu di
oral, aksila, dan rectal sekitar 0.5 ˚C; suhu rectal > suhu oral > suhu aksila
(Alvin, 2007)

B.     SARAN

           Adapun saran yang ingin di sampaikan pada dasarnya adalah untuk
meninkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam membuat asuhan
keperawatan yang akan di buat dan mengembagkan inovati tentang pencegahan
infeksi dan kuman.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto.2012 . Orangtua Cermat, Anak Sehat. Jakarta :Gagas Media

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Graneto, J.W., 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine of
Midwestern University. Available from: http://emedicine. medscape. com
/article/801598-overview.

Kania, Nia. 2007. Penatalaksanaan Demam Pada Anak.

Kania. Nia. 2010. Stimuli tumbuh kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh
kembangYang Optimal, tersedia dalam Adobe reader PDf. Stimuli tumbuh
kembang anak optimal.

Kaneshiro, N.K., Zieve, D., 2010, Fever.University of Washington.Dalam :


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. Dikutip 29
September 2012.

NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.


Yogyakarta: Media Hardy
Nurdiansyah .(2011). Buku Pintar Ibu dan Bayi.Jakarta.

Purwanti Sri, Winarsi Nur Ambarwati. 2008. Pengaruh Kompres Hangat


Terhadap Perubahan Suhu Pada Pasien Anak Hiperetermi Di Ruang Rawat
Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Journal Buku Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol 1. No 1, hal 81-86.

Wilmana, P. F., 2007, Analgesik-antipiretik, analgesik anti-inflamasi non


steroid dan obat gangguan sendi lainnya, in: Gunawan, S. G., (Ed.), Farmakologi
dan Terapi, 5thed., Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia Jakarta, p.237-239.

Valita, Alvin. 2007. Perbedaan Penurunan Suhu Klien Febris Antara Kompres
Hangat Dengan Tanpa Kompres Hangat Pada Reseptor Suhu (Studi Kasus
Di Ruang Anak Rsu Dr Saiful Anwar Malang).

19

Anda mungkin juga menyukai