BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature>37,2°C (Dinarello &
Gelfand, 2005). Demam biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan
(Kaneshiro & Zieve, 2010).
1
Parasetamol merupakan salah satu analgetik yang tergolong
sebagai obat bebas. Terdapat banyak jenis nama dagang dari obat yang
mengandung parasetamol yang beredar dan telah dikenal oleh masyarakat
sehingga penggunaannya sangat luas (Kania, 2010).
Dalam penanganan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan formal
yaitu perawat dan dari tenaga informal seperti ibu di dalam sebuah
keluarga. Perempuan, sebagai tenaga kesehatan non-formal menentukan
perawatan kesehatan/obat-obatan bagi keluarganya, seperti anak, suami,
ibu/ayah atau keluarga dekat lainnya. Ibu mempunyai peranan yang
penting dalam kehidupan rumah tangga. Ibu mempunyai peranan sebagai
orang yang menjaga sekaligus merawat/mencari pengobatan untuk anggota
keluarganya (Kania, 2010).
B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun Laporan ini, dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada
Nn. ”Y” dengan Kasus Febris. Terapi dan pelaksanaanya di Ruang 5
Rawat Inap UPT Puskesmas Playen 1.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengethaui Definisi febris
2. Untuk mengetahui Etiologi febris
3. Untuk mengetahui Manifestasi febris
4. Untuk mengetahui Kalsifikasi febris
5. Untuk mengetahui Patofisiologi febris
6. Untuk mengetahui Komplikasi febris
7. Untuk mengetahui Penatalaksanan febris
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang febris
9. Untuk mengetahui Rencana asuhan keperawatan febris
2
BAB II
A. Definisi
Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran produksi kelebihan panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang berhubugan dengan infeksi
kurang lebih hanya 29-52%, sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4%
dengan penyakit metabolik, 11-12% dengan penyakit lain (Alvin, 2007).
Demam adalah respon fisilogis tubuh terhadap penyakit yang
diperantarai oleh sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh
dan aktivitas kompleks imun (Kania, 2007).
Panas atau demam adalah kondisi di mana otak mematok suhu di atas
setting normal yaitu di aas 38oC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya
adala bila suhu lebih dari 38,5oC. Akibat tuntutan peningkatan tersebut tubuh
akan memproduksi panas (Purwanti, 2008: 81).
B. Etiologi
3
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai
demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000
bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
C. Manifestasi Klinis
4
D. Patofisiologi
5
E. Klasifikasi
6
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap infeksi bakterial.
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi
hari turun hingga diatas normal,
sering disertai menggigil dan
berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2
hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia
F. Komplikasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
7
A. Pemeriksaan Penunjang
B. Penatalaksanaan Keperawatan
8
5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol
dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur
suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal
dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian
antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh
sirup parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh
sirup parasetamol.
9
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan
dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali
sehari.Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-
obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya
menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja
menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf
pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal
5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini
dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat
menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat
secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen
juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini bersifat
antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan
aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis
dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut
(terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik
yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin)
bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek
antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek samping pemberiannya
berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han saluran cerna.
Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan
10
unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai
antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia
hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang
dari 6 bulan.
11
D. Intervensi Keperawatan
12
Respirasi dbn Berikan pengobatan untuk mencegah
BBL : 30-50 x/m terjadinya menggigil
Anak-anak : 15-30 x/m Temperature regulation
Dewasa : 12-20 x/m Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu dan RR
13
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS pada saat pasien berbaring,
duduk atau berdiri
Monitor TD , nadi, RR, sebelum, selama dan
sesudah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama dari pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor warna, suhu dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
berhubungan dengan selama …x24jam anak bebas dari cidera Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
infeksi mikroorganisme. dengan kriteria hasil: sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
14
Menunjukan homeostatis kognitif pasien dan riwayat penyakit
Tidak ada perdarahan mukosa dan bebas terdahulu pasien
dari komplikasi lain Menghindari lingkungan yang berbahaya
misalnya memindahkan perabotan
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
bersih
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab penyakit.
3. Resiko kurang cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid management:
berhubungan dengan selama …x24jam volume cairan adekuat Pertahankan catatan intake dan output yang
15
intake yang kurang dan dengan kriteria hasil: akurat
diaphoresis, faktor yang Mempertahankan urine output sesuai Monitor status dehidrasi (kelembaban
mempengaruhi dengan usia dan BB, BJ urine normal, membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
kebutuhan cairan HT normal darah ortostatik)
(hipermetabolik). Tekanan darah, nadi, suhu tubuh Monitor vital sign
dalam batas normal Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung
Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, intake kalori harian
elastisitas turgor kulit baik, membrane Lakukan terapi IV
mukosa lembab, tidak ada rasa haus Monitor status nutrisi
yang berlebihan. Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogastrik sesuai
output
Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas
belimbing perhari
16
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kaji dan identifikasi serta luruskan informasi
dengan hipertermi, efek selama 2x24jam ansietas klien/keluarga yang dimiliki klien/keluarga mengenai
proses penyakit hilang dengan kriteria hasil: hipertermi
Klien/keluarga dapat mengidentifikasi Berikan informasi pada klien/keluarga yang
hal-hal yang dapat meningkatkan dan akurat tentang penyebab hipertermi
menurunkan suhu tubuh Validasi perasaan klien/keluarga dan
Klien/keluarga mau berpartisipasi yakinkan klien/keluarga bahwa kecemasan
dalam setiap tidakan yang dilakukan merupakan respon yang normal
Klien/keluarga mengungkapkan Diskusikan dengan klien/keluarga rencana
penurunan cemas yang berhubungan tindakan yang dilakukan berhubungan dengan
dengan hipertermi, proses penyakit hipertermi dan keadaan penyaki
17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran yang ingin di sampaikan pada dasarnya adalah untuk
meninkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam membuat asuhan
keperawatan yang akan di buat dan mengembagkan inovati tentang pencegahan
infeksi dan kuman.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kania. Nia. 2010. Stimuli tumbuh kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh
kembangYang Optimal, tersedia dalam Adobe reader PDf. Stimuli tumbuh
kembang anak optimal.
Valita, Alvin. 2007. Perbedaan Penurunan Suhu Klien Febris Antara Kompres
Hangat Dengan Tanpa Kompres Hangat Pada Reseptor Suhu (Studi Kasus
Di Ruang Anak Rsu Dr Saiful Anwar Malang).
19