PENDAHULUAN
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
1
2
“Dalam konteks SDM yang handal kita dapat mencermati hasil studi
World Bank (Bank Dunia) terhadap 150 negara, bahwa kemajuan suatu
negara ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu: (1) innovation and
creativity 45%; (2) networking 25%; (3) technology 20%; (4) natural
resources 10%.” 2 Berdasarkan hasil tersebut, tiga dari empat faktor
menempatkan SDM yang handal sebagai faktor yang sangat strategis.
Dimaksudkan bahwa ke depan sumber daya manusia dituntut: (1) memiliki
daya kreatif dan inovatif; (2) mampu membangun jaringan dan kerjasama; (3)
mampu mengembangkan dan mendayagunakan teknologi; (4) mampu
mengelola sumber daya alam yang dimiliki.
Studi Bank Dunia juga menunjukkan bahwa “investasi pendidikan
sebagai kegiatan inti pengembangan SDM terbukti telah memiliki,
sumbangan yang sangat signifikan terhadap tingkat keuntungan ekonomi
(MC Machon dan Boediono, 1992).” 3
Negara berkembang seperti Indonesia semakin menyadari betapa
penting pendidikan bagi bangsa yang terwujud dalam Program Wajib Belajar
9 Tahun. Pendidikan berkualitas akan menyediakan investasi berupa sumber
daya manusia, yang pada akhirnya memberikan sumbangan terhadap
pembangunan sosial ekonomi melalui cara-cara meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, kecakapan, sikap dan produktivitas.
Pemerintah memang harus lebih berani menginvestasikan dana yang
cukup besar untuk sektor yang satu ini bila dibandingkan dengan sektor
lainnya. Meskipun investasi dalam sektor ini tidak menjanjikan timbal balik
atau keuntungan dalam waktu cepat bahkan mungkin baru bisa diperoleh
manfaatnya dalam kurun waktu yang cukup lama.
1
DEPAG RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema),
h. 597.
2
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2011), Cet. I, h. 93.
3
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2002), Cet. II, h. 79.
3
4
Joko Suryanto, dkk., Efisiensi Penggunaan APBN di Daerah: Tinjauan Terhadap
Pelaksanaan BOS, (Jakarta: Sekretariat Jenderal DPD, 2010), h. 2.
5
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
SISDIKNAS, (Jakarta: DEPAG, 2003), h. 37.
.
4
6
Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: PT Rakasta
Samasta, 2004), Cet. I, h. 186.
7
Arifin, op.cit., h. 39.
8
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, 2014, h. 6, (www.dikdas.kemdikbud.go.id)
9
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 162.
5
Program sekolah gratis bagi siswa SD, SMP dan sederajat yang mulai
diselenggarakan oleh pemerintah sejak tahun 2005 nampak masih ada
keluhan. Pengertian gratis bukanlah gratis untuk segalanya, namun gratis
yang terbatas. 10 Meskipun pendidikan dasar yang telah digratiskan masih
ditemui sekolah-sekolah yang memungut biaya kepada peserta didik, seperti
uang pangkal, uang daftar ulang, uang ujian, dan iuran lain yang
memberatkan orang tua peserta didik. Kebutuhan sekolah yang tidak sedikit,
namun dana tidak mencukupi memaksa sekolah harus mencari sumber dana
lain diantaranya pungutan bagi orang tua murid. Sehingga anak didik dari
keluarga kurang mampu yang tidak sanggup membayar akhirnya memilih
untuk menghentikan pendidikan anak-anak mereka.
Pemerintah sebagai pemangku kewajiban utama mengalami keterbatasan
kemampuan dalam hal pembiayaan pendidikan. Oleh karena itu, diberlakukan
desentralisasi pendidikan demi mewujudkan pemerataan dan mutu
pendidikan, sehingga pembiayaan menjadi tanggung jawab bersama.
Berdasarkan payung hukum Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pada BAB XIII Pasal 46 ayat 1 yaitu:
“Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat”. 11 Dengan kata lain, pemerintah tidak
boleh melepaskan tanggung jawabnya dalam pembiayaan, melainkan
bersama-sama membantu penyediaan sumber dana pendidikan.
Disahkannya konstitusi tersebut, mendorong beberapa pihak swasta turut
ambil bagian dalam penyelenggaraan pendidikan. Jika diperhatikan saat ini
telah menjamur lembaga pendidikan yang mengedepankan proses
pembelajaran menarik, memadukan kurikulum mandiri dengan kurikulum
nasional maupun internasional, melengkapi fasilitas pendidikan untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar. Namun, sekolah-sekolah ini hanya
dapat diakses oleh masyarakat kelas atas, sedang masyarakat kelas bawah
hanya dapat mengenyam pendidikan dengan kualitas rendah. Padahal harapan
10
Ibid., h. 166.
11
Arifin, op.cit., h. 54.
6
12
Ibid., h. 38.
13
Arifin., loc.cit.
7
bantuan dana pemerintah. Meskipun baru didirikan pada tahun 2007, namun
SD Juara sudah tersebar dibeberapa daerah termasuk Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Medan, Surabaya dan Jakarta.
Pendidikan dasar merupakan landasan awal peserta didik melanjutkan
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, dengan tidak mengesampingkan
proses pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Apabila pendidikan
dasar tidak bermutu, maka sulit diharapkan penyelenggaraan pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi memiliki peserta didik dengan kemampuan
memadai.
memiliki peran penting sebagai landasan awal peserta didik agar dapat,
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis terdorong untuk
meneliti bagaimana manajemen pembiayaan pendidikan serta kendala yang
dihadapi dalam pembiayaan di Sekolah Dasar Juara Kebagusan-Jakarta
Selatan sehingga mampu mewujudkan sekolah gratis bagi seluruh siswanya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk
mengadakan penelitian/membahas skripsi yang berjudul “Manajemen
Pembiayaan Pendidikan di Sekolah Dasar Juara Rumah Zakat
Kebagusan-Jakarta Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini yaitu pembiayaan
pendidikan di SD Juara Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan . Penjabaran
dari hal tersebut adalah:
1. Tingginya biaya pendidikan sehingga tidak dapat dijangkau oleh semua
lapisan masyarakat.
2. Terbatasnya akses pendidikan bagi masyarakat miskin.
3. Belum meratanya anggaran pendidikan dari pemerintah.
4. Terbatasnya anggaran yang tersedia di sekolah.
8
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa serta kajian
selanjutnya, penulis memberikan batasan masalah sehingga kajian skripsi ini
terfokus pada pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan yang meliputi
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap penggunaan dana demi memperlancar penyelenggaraan pendidikan
serta kendala yang dihadapi dalam manajemen pembiayaan di SD Juara
Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah
dalam skripsi ini sebagai berikut:
a. Bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan
pembiayaan pendidikan di SD Juara Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta
Selatan?
b. Kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pembiayaan di SD Juara
Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan?
E. Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen memiliki banyak makna, diantaranya pengelolaan
pengaturan, pengurusan dan lain sebagainya. Untuk menghindari tafsiran
yang berbeda-beda diantara satu dengan lainnya, maka penulis perlu
menjelaskan pengertian secara komprehensif.
Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus yang berarti
tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata tersebut kemudian
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Kata
managere diterjemahkan kembali ke dalam Bahasa Inggris dengan bentuk
kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan orang yang
melakukan kegiatan manajemen disebut manager. Akhirnya, management
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelolaan. 1413F
14
Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. I, h. 5.
11
15
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1992), Cet. XIII,
h. 14.
16
Ibid.
17
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), Cet. VIII, h. 3.
18
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1999), Cet. XIV, h. 11.
12
19
Arifin, loc. cit.
13
Dari ketiga definisi tersebut terdapat kata-kata yang sama yaitu sumber
daya pendidikan. Yang dimaksud sumber daya pendidikan adalah segala
sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada
umumnya meliputi antara lain: manusia (man), uang (money), metode
(methods), bahan-bahan (material), mesin (machine), pasar (market) yang
disingkat dengan 6 M.
2. Prinsip-prinsip Manajemen
Manajemen memiliki prinsip-prinsip yang berfungsi sebagai pedoman
umum dalam pelaksanaan aktivitas manajerial. Prinsip-prinsip tersebut tentu
saja akan menjadi penentu berhasil atau tidaknya suatu organisasi. Prinsip-
prinsip umum manajemen menurut pandangan Henry Fayol, yaitu sebagai
berikut:
a. Pembagian kerja (Division of work).
b. Wewenang dan tanggungjawab (Authority and responsibility).
c. Disiplin (Discipline).
d. Kesatuan perintah (Unity of command).
e. Kesatuan arah (Unity of direction).
f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
(Subordination of individual to the general interest).
g. Imbalan atau pemberian upah (Remuneration).
h. Sentralisasi atau pemusatan (Centralization).
i. Jenjang (Hierarchy).
j. Keteraturan atau tatatertib (Order).
k. Keadilan (Equity).
l. Stabilitas masa jabatan personalia (Stability of tenure of personel).
m. Prakarsa (Initiative).
n. Semangat korps (Esprit’s de corps). 21
20
Usman, op. cit., h. 12.
21
Silalahi, op.cit., h. 96-98.
14
3. Tujuan Manajemen
Pada dasarnya setiap aktivitas selalu mengarah pada tujuan yang hendak
dicapai. Pencapaian tujuan dengan tepat sasaran harus melewati proses
manajemen. Dalam hal ini tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin
direalisasikan.
22
Hani Handoko., op. cit., h. 44-45.
23
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, op.cit., h. 15
15
4. Fungsi Manajemen
Kegiatan manajemen selalu mengarah pada pencapaian output organisasi
yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien,
maka manajer dituntut untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen atau
sering disebut dengan fungsi manajerial.
Sama hal dengan definisi manajemen, hingga dewasa ini belum ada
kesepakatan umum mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dikemukakan mengenai fungsi-fungsi
manajemen menurut beberapa ahli, di antaranya:
Pertama, Harold Koontz dan O’Donnel berpendapat bahwa fungsi-
fungsi manajemen, meliputi:
1. Planning,
2. Organizing,
3. Staffing,
4. Directing,
5. Controlling. 24
Kedua, menurut Henry Fayol menjelaskan fungsi-fungsi manajemen,
sebagai berikut:
1. Planning,
2. Organizing,
3. Commanding,
4. Cordinating,
24
Manullang, op.cit., h. 17.
16
5. Controlling. 25
Ketiga, fungsi-fungsi manajemen sederhana yang sering diterapkan
dalam organisasi yaitu menurut George .R. Terry, meliputi:
1. Planning,
2. Organizing,
3. Actuating,
4. Controlling. 26
Keempat, berbeda dengan pendapat para ahli di atas, Luther Gullick
membagi fungsi-fungsi manajemen menjadi tujuh, yaitu:
1. Planning,
2. Organizing,
3. Staffing,
4. Directing,
5. Cordinating,
6. Reporting,
7. Budgeting. 27
Kelima, menurut Lyndak F. Urwick fungsi-fungsi manajemen, sebagai
berikut:
1. Forecasting,
2. Planning,
3. Organizing,
4. Commanding,
5. Cordinating,
6. Controlling. 28
Beberapa tokoh di atas berbeda pendapat mengenai fungsi-fungsi
manajemen, namun bila dicermati pada esensinya adalah sama. Dalam
fungsi perencanaan (planning) semua tokoh sepakat dan meletakkan fungsi
25
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000), Cet. II, h. 3.
26
Usman, op.cit., h. 44.
27
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, op.cit., h. 13.
28
Manullang, loc.cit.
17
B. Pembiayaan Pendidikan
1. Pengertian Pembiayaan Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri dalam praktek manajemen pendidikan tidak dapat
terlepas dari masalah pembiayaan. Karena itu, pembiayaan pendidikan
merupakan salah satu unsur yang penting dalam kegiataan pendidikan.
Keberadaannya sebagai instrumental input untuk mencapai tujuan pendidikan
berperan sangat dominan bersama komponen-komponen lainnya. Pada
dasarnya pembiayaan pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk
memperoleh dana dan kemudian mengalokasikan dana tersebut untuk
kegiatan pendidikan. Untuk lebih jelas, ada beberapa definisi terkait dengan
pembiayaan pendidikan, yaitu:
Uhar Suharsaputra dalam bukunya Administrasi Pendidikan
mendefinisikan, “pembiayaan pendidikan merupakan kajian tentang
bagaimana pendidikan dibiayai, siapa yang membiayai serta siapa yang perlu
dibiayai dalam suatu proses pendidikan.” 29 28F
29
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),
Cet.I, h. 261.
18
2. Biaya Pendidikan
Kegiatan pendidikan pada lembaga pendidikan formal tidak lepas dari
kebutuhan akan biaya. “Dalam arti yang luas, biaya pendidikan bersifat
budgetair maupun nonbudgetair.” 31
Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya yang bersifat
budgetair yaitu biaya yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah.
Dedi Supriadi mendefinisikan, “biaya adalah semua jenis pengeluaran
yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang
maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang).” 32
Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Syaiful Sagala mendefinisikan
“biaya pendidikan adalah seluruh usaha yang dicurahkan oleh pemerintah dan
masyarakat pendidikan berupa uang atau non moneter.” 33
Selanjutnya Nanang Fattah menjelaskan mengenai definisi biaya
pendidikan adalah:
Sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk keperluan
penyelenggaraaan pendidikan sekolah dasar yang mencakup: gaji guru,
peningkatan kemampuan profesional guru, pengadaan sarana ruang
belajar, perbaikan ruang belajar, pengadaan perabot/mebeler, pengadaan
alat-alat pelajaran, pengadaan buku-buku pelajaran, alat tullis kantor,
kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan
supervisi/pembinaan pendidikan serta ketatausahaan sekolah yang
semuanya diselenggaraan dalam RAPBS selama satu tahun anggaran. 34
30
Bastian, op.cit., h. 160.
31
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit., h. 23.
32
Dedi Supriadi, Satuan Biaya pendidikan dan Menengah, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. VI, h. 3.
33
Sagala, op. cit., h. 176.
34
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit., h. 112.
19
35
Suharsaputra. op.cit. h. 261-262.
36
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
Cet. X, h. 168.
20
biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun. Sedang biaya tidak
langsung ialah “dana berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk
kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh peserta didik selama
mengikuti kegiatan belajar-mengajar.” 37
Kategori kedua, biaya pendidikan lainnya adalah social cost dan private
cost. Pengertian social cost atau biaya publik, yaitu biaya yang dikeluarkan
oleh masyarakat untuk pendidikan baik yang disalurkan langsung ke sekolah
maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan
untuk membiayai pendidikan. Sedang private cost atau disebut dengan biaya
pribadi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga untuk pendidikan
anak-anaknya, dan termasuk didalamnya forgone opportunities (biaya
kesempatan yang hilang).
37
Ibid.169.
38
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit., h. 113.
39
Supriadi, op.cit., h. 5.
21
40
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, op.cit., h. 2.
41
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2010), Cet. III, h. 269.
22
Selain sumber dana pendidikan yang telah diuraikan di atas, Abudin Nata
menjelaskan ada sumber dana lain, yaitu: zakat, sedekah, wakaf, hibah. 42
a. Zakat
Sebagai salah satu dari rukun islam, zakat merupakan ibadah yang
berhubungan dengan harta benda dan bernilai kemasyarakatan atau sosial.
Apabila dana zakat dikelola dengan tepat maka dapat mengentaskan
kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosial.
Salah satu yang berhak menerima zakat adalah fiisabilillah (untuk jalan
Allah), menurut Al-Maraghi menegaskan yang dimaksud dengan jalan Allah
ialah “kemaslahatan umum kaum muslimin yang karenanya haruslah urusan
agama dan Negara, bukan urusan individu.” 43 Seperti dalam firman Allah
SWT yang berbunyi:
b. Sedekah
Sedekah merupakan suatu pemberian secara suka rela yang dilakukan
oleh seorang muslim dengan hanya mengharap keridhaan dan pahala semata
42
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), h. 344-353.
43
Ibid., h. 346.
44
DEPAG RI, op.cit., h. 196.
23
dari Allah SWT. Beberapa ulama Fiqh menyebut istilah sedekah memiliki
arti sama dengan zakat. Dengan begitu, sedekah dapat diberikan kepada orang
berhak menerima zakat. Untuk itu, sedekah dapat digunakan sebagai sumber
dana pendidikan yang meliputi gaji guru, sarana dan prasarana, serta
beasiswa.
Tercantum dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
c. Wakaf
Wakaf secara bebas diartikan sebagai sumbangan keagamaan (religious
endowment) yang mengandung makna keshalehan yang digunakan bagi
kepentingan umum dijalan Allah SWT. 46 Ayat mengenai wakaf yang
berbunyi:
45
Ibid., h. 97.
46
Nata, op. cit., h. 348-349.
24
d. Hibah
Hibah adalah pemberian harta benda kepada orang lain semasa hidup
tanpa mengharap imbalan untuk kepentingan seseorang atau untuk badan
sosial, keagamaan, ilmiah.
Ada beberapa fungsi hibah yaitu:
a. Menjembatani kesenjangan antara golongan yang mampu dan yang
tidak mampu,
b. Sarana mewujudkan keadilan sosial,
c. Salah satu upaya untuk menolong golongan yang lemah. 48
Dengan melihat kepada fungsi hibah itu sendiri, jelas bahwa hibah juga
termasuk salah satu sumber pembiayaan dalam pendidikan. Hibah ini dapat
dilihat dalam Ayat Al Qur’an yang berbunyi:
Tabel 2.1
Jumlah SD Negeri dan SD Swasta
SD
Indikator
Negeri Swasta Total
Jumlah Sekolah 132.513 12.054 144.567
2007/2008
Jumlah Sekolah 144.228
131.490 12.738
2008/2009
Jumlah Sekolah 143.252
130.563 12.689
2009/2010
49
DEPAG RI, op.cit., h. 27.
50
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (Kemdikbud), Jumlah Sekolah di Indonesia,
2012, h. 6, (www.dikdas.kemdikbud.go.id).
26
51
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op. cit., h. 23.
27
52
Ibid., h. 116.
53
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada
Press Jakarta, 2006), Cet. II, h. 38.
28
54
Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), Cet. II, h. 202-203.
55
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan,op.cit., 2-4.
29
56
Mulyasa, op.cit., h. 48-49.
57
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), Cet. II, h. 18.
30
Fungsi Anggaran
Keberadaan anggaran dalam lembaga pendidikan memiliki beberapa
fungsi. Nanang Fattah mengungkapkan fungsi-fungsi Anggaran, sebagai
berikut:
1) Fungsi perencanaan
2) Fungsi pengendalian
3) Fungsi alat bantu manajemen mengarahkan suatu lembaga
menempatkannya pada posisi yang kuat atau lemah. 60
Anggaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam mencerminkan
kekuatan lembaga/organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Anggaran terdiri dari dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Yang dimaksud dengan sisi penerimaan adalah sejumlah dana yang diperoleh
lembaga dari beberapa sumber dana, seperti pemerintah, orang tua,
58
Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2010), Cet. II, h. 357.
59
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit., h. 47.
60
Suharsaputra, op.cit., h. 265.
31
61
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), Cet. II,. h. 92.
32
62
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen, op.cit., h. 260.
63
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaann Pendidikan, op.cit., h. 50.
33
2) Pelaksanaan Anggaran.
Tahap kedua, pelaksanaan anggaran adalah kegiatan berdasarkan rencana
yang telah dibuat dan dapat dilakukan penyesuaian jika diperlukan.
Pelaksanaan baru bisa dilakukan apabila telah mendapat persetujuan
pemimpin. Pelaksanaan anggaran bukan kegiatan yang mudah, setiap
penerimaan dan penggunaan biaya harus dilakukan pembukuan (accounting)
yang tertib sesuai peraturan yang berlaku. Seyogyanya manajer/kepala
sekolah harus bertanggung jawab terhadap jalannya pelaksanaan anggaran
tersebut agar tercipta akuntabilitas.
Accounting atau akuntansi sebagaimana pendapat Arens & Loebbecke
merupakan “proses pencatatan, pengelompokkan pengikhtisaran kejadian-
kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan
menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan.” 64
Kegiatan akuntansi membutuhkan sistem akuntansi yang benar. Sistem
akuntansi tersebut bertujuan untuk memastikan data keuangan dan transaksi
kegiatan diinputkan secara tepat ke dalam catatan akuntansi, sehingga apabila
laporan keuangan tersebut dibutuhkan dapat lebih akurat dan tepat waktu.
Beberapa hal terkait dengan komponen-komponen yang harus dibiayai
oleh sekolah, terdiri dari:
a. Biaya rutin
1) gaji pegawai,
2) biaya pemeliharaan gedung,
3) biaya operasional,
4) fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang habis pakai),
5) dan sebagainya.
b. Biaya pembangunan
1) biaya pembangunan fisik,
2) pembelian tanah,
3) perbaikan gedung,
4) biaya lain untuk pembelian barang-barang tidak habis pakai. 65
64
Tim Dosen Administrasi UPI, op.cit., h. 265.
65
Mulyasa, op.cit., h. 48.
34
Dana yang telah diterima oleh sekolah harus dialokasikan sesuai dengan
ketentuan pemerintah, seperti SPP, DPP, serta dana BOS.
Berdasarkan SKB Mendikbud dan Menkeu No. 0585/K/1997 dan No.
590/kmk. 03/03/1987, tanggal 24-9-1987 tentang penggunaan SPP
(Sumbangan Pembinaan Pendidikan) dan DPP (Dana Penunjang Pendidikan)
meliputi:
• Untuk pelaksanaan pelajaran sekolah
• Untuk tata usaha sekolah
• Untuk perbaikan sarana
• Untuk kesejahteraan pegawai sekolah
• Untuk pekan olahraga dan seni (PORSENI)
• Untuk pengadaan buku rapor
• Untuk penyelenggaraan EBTA dan STTB
• Untuk supervisi
• Untuk pembinaan pengelolaan Subsidi/Bantuan
• Untuk pendataan 66
Sejak tahun 2005 dana BOS telah dialokasikan baik ke sekolah negeri
maupun sekolah swasta. Alokasi dana BOS pada tahun anggaran 2012 untuk
SD sebesar Rp. 580.000 per siswa per tahun dan SMP sebesar Rp. 710.000,-
per siswa per tahun. 67Bagi setiap sekolah dana BOS hanya dapat dialokasikan
sesuai dengan Buku Panduan 2006, yaitu:
1. Pembiayaan kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru:
Biaya pendaftaran, Penggandaan formulir, Administrasi pendaftaran,
Pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan
kegiatan tersebut.
2. Pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di
perpustakaan.
3. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan
praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula,
kopi dan teh untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah.
4. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial, program pengayaan,
olah raga kesenian, karya ilmiah remaja, palang merah remaja dan
sejenisnya.
66
Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet.
II, h. 192.
67
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Tentang BOS,
2012,(www.bos.kemdikbud.go.id).
35
3) Pengawasan Anggaran
Tahap ketiga dalam manajemen biaya adalah pengawasan anggaran.
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Sedang yang dimaksud
dengan “pengawasan anggaran adalah suatu sistem penggunaan bentuk-
bentuk sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi
kegiatan-kegiatan manajerial dengan melakukan perbandingan pelaksanaan
nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.” 69
Pada dasarnya, pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur,
membandingkan, menilai alokasi biaya, dan tingkat penggunaannya.
Diharapkan pengawasan anggaran tidak hanya berfungsi untuk menilai
sebuah kegiatan berjalan atau tidak sesuai rencana namun perlu ada timbal
balik (feed back) dari hasil pengawasan. Hal pokok dari pengawasan adalah
68
Suryanto, dkk., op. cit., h. 19-20.
69
Hani Handoko, op.cit., h. 378.
36
Prinsip-Prinsip pengawasan
Dalam kebijakan umum pengawasan Departemen Pendidikan dan
kebudayaan (Rakernas, 1999), dinyatakan bahwa sistem pengawasan harus
berorientasi kepada hal-hal berikut:
a) Sistem pengawasan fungsional
b) Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti
c) Pengawasan hendaknya lebih diarahkan pada bidang-bidang yang strategis
d) Pengawasan hendaknya memberi dampak terhadap penyelesaian masalah
e) Pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten
f) Akurat
g) Tepat waktu
h) Objektif dan komprehensif
i) Tidak mengakibatkan pemborosan.
j) Pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana atau keputusan yang
telah dibuat.
k) Pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan
sesuai rencana semula. 70
70
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit.,, h. 65-66.
71
Ibid, h. 66
37
Cara-cara mengawasi
Supaya pengawasan yang dilakukan oleh seorang atasan efektif, maka
haruslah terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yanag bersangkutan.
Guna pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta-
fakta, yaitu:
1. Peninjauan pribadi,
2. Interview atau lisan,
3. Laporan tertulis,
4. Laporan dan pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa. 72
Pertama, peninjauan pribadi (personal inspection) adalah mengawasi
dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri
pelaksanaan pekerjaan.
Kedua, lisan yaitu pengawasan yang dilakukan dengan mengumpulkan
fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan.
Ketiga, laporan tertulis merupakan suatu pertanggungjawaban kepada
atasan mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya sesuai dengan intruksi dan
tugas-tugas yang diberikan atasan kepadanya.
Keempat, pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa adalah
suatu sistem pengawasan yang ditujukan apabila ditemui peristiwa-peristiwa
yang khusus.
72
Manullang, op.cit., h.132
38
KERANGKA BERFIKIR
Lembaga Pendidikan
39
Manajemen Pembiayaan
Tujuan Pendidikan
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai
melalui penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan manajemen pembiayaan di Sekolah Dasar Juara
Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan.
2. Mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan oleh SD Juara Rumah
Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan dalam manajemen pembiayaan
pendidikan.
D. Sumber Penelitian
Agar mendapatkan informasi secara maksimum, penelitian ini diperoleh
dari beberapa sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian manajemen
pembiayaan pendidikan, terdiri dari:
1. Kepala SD Juara Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan.
2. Bendahara SD Juara Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan.
3. Perwakilan guru SD Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan.
73
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Cet. II, h. 47.
42
74
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, (Jakarta:
Kencana, 2009), Cet. III, h. 115.
75
Adang Rukhiyat, dkk., Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olah Raga dan
Pemuda, 2003), Cet. III, h. 51.
76
Zuriah, op. cit., h. 191.
43
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah
4. Sumber-sumber pendanaan
pendidikan
5. Alokasi dana yang digunakan di
sekolah.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Bendahara Sekolah
pendidikan
2. Alokasi dana yang digunakan
sesuai dengan APBS
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru
78
Ibid., h. 334.
46
3. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal penelitian ini dimulai.
Hal ini karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pada awal
penelitian, kesimpulan masih bersifat sementara dan masih diragukan.
Seiring berjalannya penelitian maka data yang diperoleh akan semakin
bertambah, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih objektif.
79
Ibid., h. 337.
80
Ibid., h. 338.
47
Data yang telah dianalisis untuk selanjutnya ditulis dalam bentuk skripsi.
Apabila terdapat data yang kurang relevan maka peneliti melakukan
pengulangan hingga akhirnya diperoleh data yang lengkap.
81
Ibid., h. 373.
82
Sugiyono. loc.cit.
83
Ibid., h. 374.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
84
Hasil Studi Dokumentasi SD Juara Jakarta Selatan.
50
85
Ibid.
86
Ibid.
51
Tabel 4.1
Daftar Guru SD Juara Jakarta-Selatan
Tahun Ajaran 2013/2014
Tabel 4.2
Daftar Karyawan SD Juara Jakarta-Selatan
Tahun Ajaran 2013/2014
87
Ibid.
52
Tabel 4.3
Prasarana SD Juara Rumah Zakat Jakarta Selatan
Tahun Ajaran 2013/2014
88
Ibid.
53
Tabel. 4.4
Prestasi SD Juara Rumah Zakat Jakarta Selatan
89
Yamin, op.cit., h. 99.
90
Ibid., h.100.
91
Damsir Besari Rumadinto, Wawancara, (Jakarta: 1 Agustus 2013)
54
Jakarta
3. Juara II lomba menyanyikan Hymne Pramuka Puteri 2011
pada Kegiatan Besar Permainan Siaga Gugus Depan
Ki Hajar Dewantara dan Cut Nya’ Dien di sekolah
Al Azhar Pd labu
4. Juara III lomba KIM Lihat Atribut Pramuka (Putera) 2011
pada Kegiatan Besar Permainan Siaga Gugus Depan
Ki Hajar Dewantara dan Cut Nya’ Dien di sekolah
Al Azhar Pd labu
5. Juara I Lomba melukis di atas kaos kategori B 2011
bersama Faber Castell dan TK Harapan Bunda Beji
Depok
6. Hafalan Juz ‘Amma Putera lomba keterampilan 2012
Agama LOKETA Tingkat wilayah Juara I Murottal
Putera, lomba keterampil;an agama Tingkat wilayah
VI Kelurahan Ragunan Kec. Pasar Minggu Jakarta
Selatan
7. VI Kelurahan Ragunan Kec. Pasar Minggu Jakarta 2012
Selatan
8. Juara III lomba Hafalan Surah Pendek Tingkat SD 2012
KIDS Festival and edufair
9. Juara I Murottal Putri Lomba Keterampilan agama 2012
LOKETA Tingkat wilayah VI Kelurahan Ragunan
Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan
10. Juara I Lomba menyusun Puzzle seminar orang tua 2013
Juara
11. Juara II lomba mewarnai seminar orang tua Juara 2013
92
Rumadianto, op.cit.
93
Ibid.
56
94
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit., h. 50.
57
a) Perencanaan Anggaran
Perencanaan dalam proses pembiayaan biasa disebut dengan
istilah budgeting. Anggaran memegang peranan penting dalam
kegiatan pengelolaan keuangan karena mencerminkan kekuatan
lembaga/organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.
Dalam dunia pendidikan, sebelum melakukan kegiatan satu
tahun mendatang pun terlebih dahulu membuat perencanaan
anggaran atau lebih dikenal dengan RAPBS (Rencana Anggaran
58
95
Rumadianto, op.cit.
59
96
Nata, op.cit., h. 344.
60
b) Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah keseluruhan proses
pengelompokkan orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan
wewenang untuk menciptakan organisasi yang dapat digerakkan
97
Arifin, loc. cit.
98
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op. cit., h. 24.
61
99
Sedarmayanti, Manajemen Perkantoran, (Bandung: Mandar Maju, 2001), h. 17.
100
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, op.cit., h. 74
62
c) Pelaksanaan
Pelaksanaan Anggaran adalah implementasi terhadap rencana
pembiayaan (RAPBS) yang telah disetujui oleh yayasan. Dalam
tahap ini setiap pengeluaran dan pemasukan sekolah harus
dilakukan pencatatan oleh bendahara dengan teliti. Dalam
pelaksanaan anggaran meliputi kegiatan penerimaan dan
pengeluaran.
1. Penerimaan
Dalam realisasi penerimaan dana SD Juara Jakarta Selatan
seluruhnya bersumber dari Rumah Juara Indonesia yang bermitra
dengan Rumah Zakat. Dana tersebut kemudian baru disalurkan ke
SD Juara Jakarta Selatan. Adapun penerimaan lain yang berasal
dari donatur langsung bersifat insidental yaitu hanya memberikan
sumbangan bukan dalam bentuk uang namun berupa peralatan
sekolah untuk peserta didik. Sumbangan tersebut tidak dapat
dijadikan sumber penerimaan tetap sekolah, sehingga tidak
dimasukkan dalam perencanaan penerimaan pembiayaan
pendidikan.
SD Juara Jakarta Selatan menerima dana perbulan dari
yayasan sebesar Rp. 8.000.000 diluar gaji guru dan karyawan.
Apabila dikalkulasikan selama satu tahun, dana operasional
tersebut berjumlah Rp. 96.000.000. Yayasan juga memberikan
dana berkala atau dana yang tidak rutin dikeluarkan tiap bulannya
seperti biaya pelatihan guru, seragam siswa, buku dan media,
bantuan kegiatan, set up kelas, dan sewa gedung.
Setiap dana yang masuk ke SD Juara Jakarta Selatan selalu
dilakukan pencatatan dalam file Buku Kas Harian oleh bendahara
sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban ke Yayasan Rumah
Juara Indonesia.
63
2. Pengeluaran
Setelah SD Juara Jakarta Selatan menerima dana dari yayasan
berupa pendapatan rutin dan pendapatan berkala, selanjutnya dana
tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan sekolah.
Pengeluaran dana di SD Juara Jakarta Selatan meliputi pengeluaran
biaya rutin dan biaya berkala.
a) Biaya Rutin
• Telepon
• Listrik
• Sampah
• ATK
• Perawatan inventaris
• Pelatihan dan Dinas
• Lain-Lain
b) Biaya Berkala
• Pakaian seragam siswa
• Buku dan LKS
• Kesehatan
• Kegiatan periodik
• Pengadaan inventaris
d) Pengawasan
Setelah alokasi pembiayaan, maka kegiatan selanjutnya
adalah pengawasan. Pengawasan anggaran bertujuan untuk melihat
sejauh mana efektivitas dan efisiensi sumber-sumber dana yang
tersedia. Melalui pengawasan diharapkan proses penggunaan
anggaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Dari hasil wawancara penulis dengan kepala
sekolah, guru, dan bendahara sekolah, pengawasan yang dilakukan
oleh SD Juara Jakarta Selatan bersifat internal dan eksternal, yaitu:
64
a. Internal
Pengawasan internal ini dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai pimpinan. Selaku pimpinan, kepala sekolah
melakukan manajemen terhadap pembiayaan kegiatan di
sekolah. Setiap transaksi yang dilakukan oleh bendahara
harus sepengetahuan kepala sekolah. Sebagai manajer, kepala
sekolah melakukan kegiatan pengawasan dengan melihat
laporan dan proses pemasukan dan pengeluaran dana.
b. Eksternal
Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh Yayasan
Rumah Juara Indonesia (RJI) serta Rumah Zakat.
Dalam hal ini pengawasan diwujudkan dalam bentuk laporan
tertulis dan laporan lisan. Laporan keuangan dilakukan dalam tiga
bentuk. Pertama laporan harian yang merupakan laporan
bendahara ke Rumah Juara Indonesia melalui media elektronik
seperti email terkait kondisi keuangan tiap harinya yang telah
diketahui oleh kepala sekolah. Berkas yang perlu dilampirkan
adalah file buku kas harian yang formatnya telah ditentukan oleh
yayasan. Kedua, laporan yang dibuat satu bulan sekali. Laporan
tersebut hanya berupa bukti-bukti pengeluaran atau nota selama
satu bulan beserta pembukuannya. Ketiga, pada akhir tahun
bendahara melaporkan rekapitulasi keuangan selama satu tahun.
Pembukuan keuangan SD Juara Jakarta Selatan sudah
menerapkan sistem komputerisasi sehingga tidak ada pencatatan
secara manual. Setiap transaksi berupa pemasukan dan
pengeluaran keuangan sekolah setiap harinya dicatat pada file
Buku Kas Harian. Sedang Buku Bank Harian digunakan untuk
mencatat semua uang keluar dan uang yang masuk ke Bank.
Kegiatan pengawasan pembiayaan di SD Juara Jakarta
Selatan sejauh ini sudah hampir sesuai dengan teori pengawasan,
dan telah mampu memanfaatkan perkembangan teknologi. Namun
65
101
Fattah,Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,op. cit., h. 66
102
Enoch, op. cit., h. 211.
103
Bastian, op.cit., h. 172.
66
yang dialami oleh sekolah adalah proses pencairan dana dari yayasan
Rumah Juara Indonesia ke SD Juara Jakarta Selatan tidak jarang terlalu
dekat waktunya dengan kegiatan. Tidak hanya itu saja, biasanya anggaran
yang diajukan pihak sekolah ke yayasan tidak seluruhnya disetujui. Maka
dari itu, upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengatasi
keterbatasan dana adalah dengan mengajukan proposal kegiatan kepada
yayasan dan mengoptimalkan dana yang ada untuk kegiatan pendidikan.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SD Juara Jakarta
Selatan telah sesuai dengan teori manajemen pembiayaan yaitu meliputi;
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) SD Juara Jakarta Selatan dilakukan pada setiap awal tahun
ajaran dengan melibatkan kepala sekolah dan dewan guru.
3. Cara pengorganisasian penggalian, alokasi dana di SD Juara Jakarta
Selatan diwujudkan dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS).
4. Sumber dana SD Juara Jakarta Selatan hanya mengandalkan dana dari
yayasan Rumah Juara Indonesia yang bermitra dengan Rumah Zakat.
Seluruh dana tersebut diperoleh dari ZIS (Zakat, Infak, dan Shodaqah).
5. Di dalam RAPBS SD Juara Jakarta Selatan tidak dimasukkan komponen
gaji, karena komponen tersebut dikelola langsung oleh yayasan.
6. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pembiayaan di SD Juara
Jakarta Selatan adalah keterbatasan dana yang diperoleh dari yayasan
68
B. Saran-Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa saran yang dapat
dijadikan pertimbangan sekolah dalam kegiatan manajemen pembiayaan
pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Sekolah seharusnya melibatkan seluruh pihak yang terkait dalam
penyusunan RAPBS, tidak hanya guru dan kepala sekolah saja.
2. Hendaknya SD Juara Jakarta Selatan memiliki sumber dana lain yang
tidak bersumber dari Rumah Zakat. Misalnya memanfaatkan sumber
dana dari pemerintah seperti dana BOS dan BOP, agar sekolah dapat
mengatasi kendala dalam keuangan sekolah.
3. Kegiatan pengawasan pembiayaan di SD Juara Jakarta Selatan,
sewaktu-waktu perlu dilakukan kegiatan inspeksi mendadak dari
yayasan ke sekolah untuk melihat kondisi di lapangan yang
sesungguhnya.
4. Membentuk komite sekolah sebagai pengawasan keuangan sekolah,
sehingga pengawasan bersifat netral karena dilakukan di luar lembaga
sekolah dan lembaga zakat.
5. Agar masyarakat kurang mampu dapat menikmati sekolah gratis
seperti SD Juara Jakarta Selatan, hendaknya ada penambahan
kuota/jumlah penerimaan peserta didik setiap tahun di SD Juara
Jakarta Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin., dkk. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, Cet. II,
2010.
Redaksi Sinar Grafika. Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL. Jakarta: Sinar
Grafika, Cet. II, 2009.
Rukhiyat Adang., dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: Dinas Olah
Raga dan Pemuda, Cet. III, 2003.
Usman, Husaini. Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. I, 2009.