TESIS
Disusun oleh :
Yhupi Maya Hapsari
1807051002
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan dalam pasar semakin ketat.
Agar dapat lebih unggul dalam persaingan perusahaan harus memiliki kinerja yang lebih
baik. Untuk mencapai kinerja yang lebih baik perusahaan harus dapat memanfaatkan
resources yang ada didalamnya termasuk memaksimalkan fungsi sumber daya manusia.
Menurut Shafiq dan Hamza (2017) aset utama dalam perusahaan adalah sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang mampu memberikan kontribusi dengan baik
perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas perusahaan tidak dapat
Untuk mencapai Sumber Daya Manusia yang berkualitas karyawan harus memiliki
kinerja yang baik. Karyawan dengan kinerja yang buruk akan berdampak negative bagi
(2003:03)”Sepanjang karyawan tidak dapat memenuhi standar kinerja, selama itu pula
masalah kinerja muncul” kinerja yang baik dalam diri karyawan membuat karyawan
tersebut dapat menyelesikan tugas secara efektif dan efisien. Sehingga masalah di dalam
perusahaan berkurang.
Salah satu masalah tentang kinerja karyawan adalah turnover. Fenomena turnover
menjadi masalah bagi perusahaan ketika karyawan berprestasi tinggilah yang keluar
perusahaan. Dampak negatif yang dirasakan akibat terjadinya turnover pada perusahaan
yaitu pada kualitas dan kemampuan untuk menggantikan karyawan yang keluar dari
perusahaan, sehingga butuh waktu serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru
(Robbins, 2008). Saat itulah produktifitas perusahaan menurun sampai dengan adanya
pindah yang biasa disebut turnover intentions (intensi keluar). Turnover intention adalah
kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya untuk
didahului oleh niat karyawan yang dipicu oleh ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan
serta rendahnya komitmen karyawan untuk mengikatkan diri pada organisasi (Jimad,
2011). Karyawan yang merasakan turnover intention ditandai dengan beberapa perilaku
yang merugikan perusahaan seperti absensi yang meningkat, mulai malas kerja, naiknya
keberanian untuk melanggar tata tertib kerja, dan keberanian untuk menentang atau protes
kepada atasan. Pengaruh kinerja sangat besar dalam menentukan keberhasilan dan
tujuannya tidak hanya bergantung kepada sarana dan prasarana yang ada tetapi juga
bergantung pada kinerja yang dicapai karyawannya. Oleh sebab itu, perusahaan harus
yang sering terjadi dalam organisasi. Turnover karyawan penting untuk di kendalikan
karena dapat menimbulkan masalah lain dalam perusahaan atau organisasi. Turnover
memberikan dampak kerugian yang luas antara lain: biaya proses penerimaan pegawai,
diantara pegawai yang masih bertahan dalam organisasi, dan hubungan masyarakat yang
Penelitian terdahulu memberikan bukti ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
turnover Invention karyawan; Job Insecurity, dan stress kerja (Septiari dan Adnan,
2016),dan menurut Utama dan Desak (2015) turnover Intention dipengaruhi oleh Work-
mengungkapkan bahwa faktor turnover intention yaitu stres kerja, lingkungan kerja, dan
kepuasan kerja. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tentang Work Family Conflick,
Menurut Frone (2000) dalam Triaryati (2003), work-Family conflick terjadi pada
saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut
keluarganya, dan sebaliknya. Hal tersebut biasanya terjadi pada seorang wanita yang sudah
pada perilakunya dalam pekerjaan. Tanggung jawab pada keluarga dapat menimbulkan
kelelahan dan akhirnya berdampak pada menurunnya kinerja seseorang saat berada di
Work Family Conflict bisa timbul dari tuntutan waktu yang sulit sehingga dapat
menyebabkan stress. Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 2001). Stres kerja merupakan salah satu
faktor yang dapat mengakibatkan karyawan keluar dari pekerjaannya. Saat karyawan
merasa stress kinerjanya juga semakin memburuk hal ini akan merugikan perusahaan
karna berdampak pada turunnya prodiktifitas perusahaan. Stres kerja dapat diartikan
sebagai suatu perasaan negative akibar dari tidak mampunya seorang individu menghadapi
beban kerja yang melebihi kapasitasnya atau menghadapi berbagai tekanan dari tempat
Dalam pekerjaan banyak sekali indicator yang berpengaruh terhadap kepuasan dan
ketidak puasan. Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan masalah yang kompleks karena
berasal dari berbagai indicator, seseorang dapat mengalami kepuasan untuk indicator
tertentu tetapi tidak untuk indicator yang lain, Darmawati dan Indarto (2015).Spector
(1997) menjelaskan kepuasan kerja memiliki 9 indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur kepuasan kerja yaitu kepuasan terhadap gaji, promosi, supervise, tunjangan
tidak langsung, penghargaan kontijen, prosedur atau peraturan kerja, rekan kerja,pekerjaan
itu sendiri, dan komunikasi. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja maka tidak
akan mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi stress dan keluar
dari perusahaan. Saat itulah karyawan tidak lagi memiliki etos kerja yang tinggi dan akan
merugikan perusahaan.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Sleman
Yogyakarta. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk merupakn salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang Jasa Keuangan. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
merupakan perusahaan besar yang banyak di dambakan orang untuk menjadi karyawan di
dalamnya karnena beranggapan jaminan kesejahteraan dan gaji yang cukup menggiurkan.
untuk keluar dari perusahaan. Walaupun karyawan PT Bank Rakyat Indonesia identik
dengan jaminan atas pekerjaan yang layak, bukan berarti semua karyawan merasa puas
dengan hal tersebut. Sehingga tidak menutup kemungkinan karyawan merasakan ingin
Perusahaan tersebut harus mencari solusi untuk permasalahan yang di hadapi guna
mencapai tujuan yang di inginkan. Dengan adanya penurunan Turnover akan membawa
kemajuan bagi perusahaan untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan. Work family
conflict, stress kerja dan kepuasan kerja tidak kalah penting karena hal ini sangat
family conflict.
3. Beban kerja yang terlalu banyak yang mengakibatkan waktu istirahat berkurang.
5. Hubungan dengan rekan kerja yang kurang baik sehingga membuat suasana
karyawan.
C. Batasan Masalah
conflict, stres kerja, dan kepuasan kerja karyawan PT Bank Rakyat Indonesia
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
E. Tujuan Penelitian
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
4. Untuk mengetahui pengaruh Work-Family Conflict, Stres kerja dan
Yogyuakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi PT. Bank Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Sleman Yogyakarta
Family Conflict, Stres Kerja, dan Kepuasan Kerja dan hubungannya dengan
Turnover Intention pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Sleman
konflik antar kepentingan pekerjaan dan keluarga agar tidak berdampak terhadap
Work-Family Conflict, Stes Kerja dan Kepuasan Kerja agar Turnover Intention
tidak meningkat.
bagi penelitian selanjutnya ang terkait maslah Work-family Conflict, Stres Kerja
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Turnover Intention
sikap yang dimiliki oleh karyawan untuk mencari pekerjaan baru ditempat lain
atau adanya rencana untuk meninggalkan perusahaan dalam masa tiga bulan
yang akan datang, enam bulan yang akan datang, satu tahun yang akan datang,
dan dua tahun yang akan dating. Menurut Handoko (2001, p.131) permintaan
berhenti dapat terjadi jika seorang karyawan melihat kesempatan karir yang
saat ini itu berhubungan dengan perasaan individu yang puas atau tidak puas
terhadap pekerjaannya saat ini. Turnover intention yang terjadi pada individu
pasar tenaga kerja, harapan terhadap pilihan kesempatan kerja dan panjangnya
pekerjaan yang lebih baik di tempat lain. Menurut Andini (2006) penyebab
terjadinya turnover intention antara lain kepuasan gaji dan kepuasan kerja.
1) Faktor individual.
a) Umur.
b) Pendidikan.
c) Keterampilan.
d) Besar keluarga.
e) Beban kerja.
f) Lama kerja.
g) Tipologi diri.
h) Copying stress.
2) Faktor organisasi.
a) Kebijakan organisasi.
b) Rekruitmen.
c) Imbalan.
d) Pengembangan karir.
e) Desain pekerjaan.
f) Afiliasi kerja.
g) Supervisi.
h) Kepemimpinan.
3) Faktor lingkungan.
a) Pesaing.
Menurut kasmir (2016), turnover akan berakibat baik positif maupun negatif
a) Terjadi kekosongan. Artinya, jika ada karyawan yang keluar maka ada jabatan
Misalnya, penggantinya harus memiliki kualitas yang sama atau lebih dari
karyawan sebelumnya.
Proses rekrutmen dan seleksi ini tentu disamping mengeluarkan biaya juga
waktu, sedangkan ke kosongan harus segera diisi kalau tidak ada karyawan
proses kerja yang selama ini berjalan normal sekalipun sudah mendapatkan
penggantinya kesulitan lain adalah pengganti yang mengisi kekosongan belum
tentu memiliki kualitas yang sama dengan yang digantikan. Akibatnya, hal ini
yang keluar dan memiliki kualitas baik, akan ikut mempengaruhi aktivitas
apalagi dikeluarkan dengan sebab tidak jelas. Bahkan bukan tidak mungkin
jejak karyawan yang keluar akan diikuti oleh karyawan yang lain.
kemampuan dan keahlian khusus relative sulit dan memerlukan waktu. Dana
g) Mengurangi tenaga yang tidak produktif. Keluarnya karyawan yang tidak atau
kompensasi bagi karyawan yang keluar. Biaya ini dikeluarkan sebagai balas
tentu memiliki kualitas yang sama dengan yang digantikan. Akibatnya, hal ini
yang keluar dan memiliki kualitas baik, akan ikut mempengaruhi aktivitas
apalagi dikeluarkan dengan sebab tidak jelas. Bahkan bukan tidak mungkin
jejak karyawan yang keluar akan diikuti oleh karyawan yang lain.
kemampuan dan keahlian khusus relative sulit dan memerlukan waktu. Dana
g) Mengurangi tenaga yang tidak produktif. Keluarnya karyawan yang tidak atau
kompensasi bagi karyawan yang keluar. Biaya ini dikeluarkan sebagai balas
memberikan dampak positif jika karyawan yang keluar dari perusahaan tersebut
adalah karyawan yang kurang disiplin dan tidak memiliki keahlian yang
negatif jika karyawan yang keluar dari perusahaan tersebut adalah karyawan yang
atas:
organisasi lain. Jika karyawan sudah mulai sering berpikir untuk keluar dari
keluar apabila telah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan nantinya
akan diakhiri dengan keputusan karyawan tersebut untuk tetap tinggal atau
2. Work-Family Conflict
Work- family conflict adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu
didalam keluarga (Greenhaus &Beutell, 1985). Jam kerja yang panjang dan
beban kerja yang berat merupakan pertanda langsung akan terjadinya konflik
bekerja mengakibatkan kurangnya waktu dan energy yang bisa digunakan untuk
peran yang terjadi pada karyawan, di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di
kantor dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit
kerja yang berlebihan dan waktu, seperti; pekerjaan yang harus diselesaikan
waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga dan menjaga
family conflict merupakan salah satu bentuk dari konflik peran dimana secara
umum dapat didefinisikan sebagai kemunculan stimulus dari dua tekanan peran.
tuntutan peran yang lain. Sehingga mengakibatkan individu sulit membagi waktu
dan sulit untuk melaksanakan salah satu peran karena hadirnya peran yang lain.
a) Tekanan waktu
Ukuran keluarga yaitu jumlah anggota atau individu yang terdapat dalam
c) Kepuasan kerja
jumlah yang diyakini harus diterima, semakin tinggi kepuasan kerja maka
d) Kepuasan pernikahan
e) Size of firm, yaitu banyaknya pekerja dalam perusahaan. Hal ini mungkin
karyawan.
Dampak dampak work-family conflict sebagai berikut :
1. Pekerjaan
2. Keluarga
conflict, yaitu :
Konflik yang terjadi ketika waktu yang dituntut dari satu peranan
Konflik yang terjadi ketika ketegangan atau kelelahan pada suatu peran
konflik yang terjadi pola-pola perilaku dalam suatu peran tidak sesuai
yang mungkin tidak dapat dibandi ngkan dengan harapan pada peran
laiinya.
conflict, seseorang yang memiliki jam kerja yang lama maka akan merasa
sehingga timbul tekanan atau stres dalam dirinya dan berdampak pada
menurunnya kepuasan kerja dan keinginan untuk keluar atau pindah dari
intention dan kepuasan kerja menurut Ghayyur dan Jamal (2012) dimana
dalam keluarga, datang terlambat ke tempat kerja dan absensi. Penelitian yang
dilakukan oleh Blomme et al. (2010) dan Ngadiman dkk. (2014) juga
3 Stes Kerja
terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan
sebagai tidak pasti tetapi penting (Robbins & Judge, 2008). Sedangkan
seseorang. Stres yang tidak dapat diatasi dengan baik biasanya berakibat pada
kerja sebagai suatu ketegangan atau tekanan yang dialami ketika tuntutan
yang dihadapkan melebihi kekuatan yang ada pada diri kita. Berdasarkan
dalam menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan, yang terkait dengan apa
yang sangat diinginkan dan hasilnya dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak
yaitu:
Stres biasanya terjadi ketika terlalu banyak yang harus dilakukan dan
terlalu banyak pikiran atau tuntutan tidak masuk akal atau bahkan ketika
1. Dampak subjektif
kesepian.
2.
a. Pengertian Kepuasan Kerja Terdapat beberapa pengertian kepuasan kerja
2) Blum dalam As’ad (1995: 104) kepuasan kerja adalah sikap umum yang
hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja
4) Rivai (2012) kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa
Kepuasan kerja juga adalah sikap umum yang merupakan dari beberapa
5) Waluyo (2013: 131) kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif
yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap
Banyak faktor yang dapat menjadi penentu bagi kepuasan pegawai, salah
satunya adalah pekerjaan itu sendiri. Hackman dan Oldham (1976) dalam
mempengaruhi pekerjaan atau bahkan kehidupan orang lain. Hal ini akan
yang dipakai.
intrinsic dan extrinsic reward. Yang dimaksud dengan nilai intrinsic reward
yaitu timbulnya suatu perasaan dalam diri pegawai karena pekerjaan yang
karena bekerja dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
Menurut Wexley dan Yukl (1992) secara umum ada 3 (tiga) teori tentang
Porter (1961) dimana kepuasan ini diukur dengan menghitung selisih dari
seseorang individu dengan apa yang ia terima, dan pentingnya apa yang
diinginkan individu.
dikembangkan oleh Adams (1963). Prinsip dari teori ini adalah bahwa puas
atau tidaknya seseorang itu tergantung pada apakah ia merasakan adanya
keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi, 14 diperoleh orang dengan
kepuasan tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak
3) Two Factor Theory. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Hazberg
advancement.
(Higiene factor) atau extrinsic factor, job content adalah faktor-faktor yang
conditing, job security dan status. Menurut Weiss et al., (1967) dalam
Spector (2000), ada 20 (dua puluh) aspek dari pekerjaan yang diukur untuk
berikut: 15
di tempat kerja.
2. Activity adalah kesempatan yang dirasakan oleh karyawan untuk
dilakukan.
melakukan sesuatu bagi orang lain di tempat kerja baik fisik maupun
bekerja.
11. Social Status adalah kesempatan untuk menjadi seseorang dalam
masyarakat.
14. Company policy and practices adalah segala sesuatu yang menyangkut
19. Working Condition adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja,
menggunakan teori dari Weiss et al., (1967) dilihat dari 20 aspek yang ada,
aspek-aspek tersebut dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan
kerja dengan akurat karena meliputi semua elemen yang ada pada setiap
karyawan, baik aspek dari dalam atau dari luar karyawan untuk meraih
kepuasan kerja. Dibandingkan teori lain, teori ini paling kuat akurasinya.
bentuk konflik peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara
keluarga (work family conflict) yang terjadi pada karyawan, dimana satu
3. Menurut Ching dalam Rantika dan Sunjoyo (2010) work family conflict
peran dari pekerjaan dan keluarga tidak dapat disejajarkan dalam beberapa
pada individu yang memiliki peran ganda antara peran dalam pekerjaan
menjalankan salah satu tuntutan dapat berasal dari keluarga maupun dari
pekerjaan yang dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang
lainnya.
pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau
keluarga). Kossek dan Ozeki dalam Rantika dan Sunjoyo (2010) membagi
keluarga.
pekerjaan. Dalam penelitian ini digunakan teori dari Greenhaus dan Beutell
. Stres Kerja
stres kerja sebagai kondisi yang muncul dari interaksi antara menusia dan
tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi
4. Menurut Selye (1956) dalam Waluyo (2013: 92) stres kerja dapat
pengertian tentang stres, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa stres
b. Penyebab Stres Penyebab stres kerja tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor penyebab saja, namun stres bisa saja terjadi karena penggabungan
dari beberapa sebab sekaligus. Seperti pendapat dari Luthans (2006: 443)
organisasi. Penyebab stres ini dapat terjadi pada organisasi yang bersifat
lain. 22
2. Stresor Organisasi Yaitu penyebab stres yang berasal dari dalam
kerja yang setiap hari berinteraksi dengan karyawan, misalnya rekan kerja
4. Stresor Individual Yaitu penyebab stres yang berasal dari individu yang
Handoko (2001) faktor yang memengaruhi stres kerja adalah segala hal
karyawan.
Hal-hal yang bisa menimbulkan stres yang berasal dari beban pekerjaan
antara lain:
h. Frustasi
i. Konflik antar pribadi dan antar kelompok.
c. Jenis-jenis Stres Kerja Quick dan Quick (1984) dalam Waluyo (2013:
1. Eustres, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat,
yang tinggi.
2. Distres, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
d. Dampak Stres Kerja Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan
94) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat
tubuh disaat mood sedang negatif dan akan meningkat naik pada saat mood
lainnya.
2. Terganggunya kesehatan psikis. Stres berkepanjangan akan
3. Kinerja terganggu. Pada tingkat kerja yang tinggi ataupun ringan akan
masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan yang tidak selesai pada
yang berulang.
pekerjaan dengan baik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori dari Luthans (2006: 443) mengenai faktor-faktor penyebab stres kerja.
indikator dalam teori ini tepat sekali untuk digunakan dalam pengukuran
stres kerja.
B. Penelitian Terdahulu
No. 1 Maret 2015. Populasi yang digunakan sebanyak 1200 orang dan
sampel 550 orang, dengan teknik sampling studi lapangan yaitu observasi,
2. Amany, T. J., Nasir, A., & Idrus, R. (2016). Pengaruh Stres Kerja,
Staff Auditor di Kantor Akuntan Publik (Studi pada KAP di Jakarta dan
3.. Penelitian Faqihuddin (2008) yang berjudul Pengaruh Stres Kerja terhadap
determinasi (R2 ) sebesar 0,5214 dan nilai t-hitung -5,5226 dengan taraf
signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres yang rendah akan
tujuan organisasi.
populasi sebesar -0,263, varians populasi sebesar 0,0011 dan standar deviasi
individu yang bekerja. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa hal antara
peran dalam pekerjaan dan keluarga akan membuat individu merasa dan
Conflict and Pay on Employee Job Satisfaction With the Moderating Affect
signifikansi 100%, hal ini dikarenakan adanya jam kerja yang kaku,
pekerjaan yang berorientasi target, dan tidak fleksibel dalam jam kerja.
Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
Pekerjaan dan keluarga merupakan dua hal yang saling terkait dan sangat penting bagi
setiap orang. Kedua hal tersebut amatlah sulit diintegrasikan apabila orang tersebut
sudah menikah dan memiliki anak. Konflik akan muncul ketika seseorang harus
membuat pilihan diantara dua peran yang harus dijalani (peran dalam keluarga dan
pekerjaan) sehingga orang tersebut harus menjalankan peran ganda yaitu sebagai
suami/istri, orang tua, anak dan karyawan (Amelia, 2010). Karyawan yang mengalami
work family conflict dan stres kerja akan menyebabkan rendahnya kepuasan kerja
karyawan. Hasil penelitian Ghayyur dan Jamal (2012) dan Mansoor et al. (2011) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi konflik dan stres yang dirasakan oleh seseorang maka
mengemukakan bahwa, jika kepuasan kerja sudah dirasa kurang oleh seseorang, maka
akan muncul keinginan untuk keluar dari perusahaan tempat mereka bekerja. Kepuasan
kerja memiliki efek untuk menentukan akan meninggalkan atau tetap tinggal di
merasa tidak puas terhadap pekerjaannya (Aydogdu dan Asikgil, 2011). Berdasarkan
uraian tersebut maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
dan Rohman, 2014). Menurut Amelia (2010) yang didukung hasil penelitian
kerjanya akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan
negatif dengan kepuasan kerja, karena stres menjadi masalah utama dalam
2011). Menurut Iqbal dan Waseem (2012) stres kerja merupakan masalah serius
yang berhubungan dengan kepuasan kerja, hal ini dapat dibuktikan dengan
penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa stres kerja berpengaruh
negatif terhadap kepuasan kerja, didukung pula dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Muamarah dan Kusuma (2012), Arifin dkk.(2010) serta Yinfah et
al. (2010). Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Waspodo dan Handayani (2013), Iqbal
et al .(2014) serta Garnita dan Suana (2014) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
kerja karyawan yang tinggi akan menurunkan turnover intention (Muamarah dan
turnover dipengaruhi oleh kepuasan kerja seseorang (Aydogdu dan Asikgil, 2011).
berikut
conflict, seseorang yang memiliki jam kerja yang lama maka akan merasa kesulitan
tekanan atau stres dalam dirinya dan berdampak pada menurunnya kepuasan kerja
dan keinginan untuk keluar atau pindah dari organisasi tersebut (Amelia, 2010).
kepuasan kerja menurut Ghayyur dan Jamal (2012) dimana konflik ini
Blomme et al. (2010) dan Ngadiman dkk. (2014) juga mengemukakan bahwa work-
konflik yang dirasakan seseorang maka semakin tinggi pula keinginan seseorang
Masalah turnover intention adalah masalah umum yang sering dihadapi oleh
perusahaan. Turnover intention dipicu oleh stres kerja yang dialami oleh karyawan
(Waspodo dkk.,2013). Hasil penelitian Muamarah dan Kusuma (2012) didukung pula
oleh Basri (2012), Malna dkk. (2012), dan Iqbal et al. (2014) mengemukakan bahwa
stres kerja memiliki pengaruh positif terhadap turnover intention. Tingginya stres kerja
yang dirasakan oleh karyawan akan mempengaruhi tingkat keinginan karyawan untuk
keluar dari perusahaan tempat mereka bekerja (Manurung dan Ratnawati, 2012;
hipotesis penelitian sebagai berikut. H5 : Stres kerja berpengaruh secara positif terhadap
turnover intention
6. Peran Mediasi Kepuasan Kerja dalam Hubungan antara Work Family Conflict atau
Work Family Conflict dan stres kerja dapat menurunkan kepuasan kerja
sehingga dapat meningkatkan keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan. Hasil
intention disebabkan oleh adanya work family conflict (Amelia, 2010). Work family
conflict juga memiliki hubungan signifikan dengan kepuasan kerja dan turnover
intention (Latifah dan Rohman, 2014). Kepuasan kerja juga dapat mempengaruhi
hubungan stres kerja dan turnover intention. Dalam penelitian sebelumnya seperti yang
dinyatakan oleh Muamarah dan Kusuma (2012) stres kerja berpengaruh negatif terhadap
beberapa hasil penelitian yang sudah diungkapkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
H6 : Kepuasan kerja memediasi hubungan work family conflict dan turnover intention
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian asosiatif kausal karena penelitian ini
bertujuan untuk meneliti dan mengetahui pengaruh work-family conflict dan stres kerja
terhadap kepuasan kerja karyawan di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini akan dilakukan di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang
Sleman Yogyakarta,. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2021 sampai
selesai.
variabel terikat (dependen), baik secara positif atau negatif (Sekaran, 2006). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah, Variabel Penelitian dan
yaitu work-family conflict (X1)dan stres kerja (X2), variabel mediasi yaitu kepuasan
kerja (m), dan variabel dependen yaitu turnover intention (Y). Masing-masing variabel
tersebut merupakan variabel laten yang diukur dari beberapa indikator. Tiap-tiap
indikator terdiri atas beberapa item, yang dijabarkan dalam butir-butir pertanyaan dalam
instrumen penelitian.
Work-family conflict (x1) adalah situasi yang timbul saat seseorang mengalami kesulitan
membagi peran antara pekerjaan dan keluarga ataupun sebaliknya. Penelitian dalam
tuntutan waktu pekerjaan kantor yang membawa kesulitan untuk mengurus rumah
tangga, keluarga dan tanggung jawab pribadi, strain-based conflict yaitu tekanan yang
timbul misalnya sesuatu yang ingin dilakukan dirumah tidak dapat dilakukan karena
tuntutan dari pekerjaan dan menimbulkan stress, dan behavior-based conflict yaitu
perilaku secara khusus yang dibutuhkan oleh salah satu peran (pekerjaan/keluarga)
Stres kerja (x2) adalah suatu kondisi yang tercipta akibat seseorang tidak bisa
mengendalikan emosi yang berdampak pada proses berpikir dan kondisi diri sendiri
(Muamarah dan Kusuma, 2012). Variabel stres kerja diukur dengan 3 indikator seperti
(SOP) yang tidak pasti terkadang membuat karyawan sulit menyelesaikan pekerjaannya.
Organisasional yaitu tekanan dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres dalam
menyelesaikan tugas dalam waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, atasan
yang sangat menuntut dan tidak sensitif. Pribadi yaitu faktor pribadi yang dimaksud
dalam hal ini seperti permasalahan diri sendiri dengan pekerjaannya, dimana karyawan
Turnover intention (y1) adalah suatu hasrat atau keinginan untuk keluar dan mencari
pekerjaan lain yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya (Muamarah dan Kusuma,
2012). Variabel stres kerja diukur dengan 2 indikator yaitu berpikir keluar dari pekerjaan
baik dalam waktu dekat atau jangka waktu tertentu dan aktif mencari pekerjaan lain
apabila mendapatkan kesempatan dan gaji yang ditawarkan lebih besar dari sebelumnya.
Kepuasan kerja (m) adalah suatu tingkatan dimana seseorang menyukai pekerjaan
(Amelia, 2010). Penelitian dalam variabel ini diukur dengan 4 indikator yaitu gaji yang
diperoleh sesuai dengan apa yang dilakukan, pengawasan yaitu kemampuan penyelia
untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, pekerjaan itu sendiri yaitu
pekerjaan tersebut menarik, adanya kesempatan untuk belajar, dan rekan sekerja yaitu
secara teknis, rekan sekerjanya pandai dan sosial serta saling mendukung. Dalam
interval penelitian mulai dari skor 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skor 5 (sangat
setuju).
Jumlah karyawan BRI Kanca Sleman sebanyak 165 orang yang terdiri dari … orang pria
dan … orang wanita, sedangkan karyawan yang statusnya sudah menikah sebanyak …
orang terdiri dari … pria dan …wanita. Responden dalam penelitian ini difokuskan pada
karyawan wanita yang sudah menikah, berjumlah …orang, dengan status pekerjaan
outsourcing, kontrak dan tetap. Sugiyono (2009) menyatakan apabila obyek penelitian
kurang dari 100 maka obyek penelitian yang digunakan adalah seluruhnya sehingga
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini
meliputi data kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka seperti data jumlah
karyawan dan jumlah karyawan yang mengundurkan diri. Data kualitatif berupa uraian
atau deskripsi yang meliputi lokasi penelitian, gambaran umum perusahaan dan
pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil pengujian
validitas instrumen terbukti valid karena nilai koefisien korelasi tiap tiap variabel
menunjukkan nilai di atas 0,30 ( r > 0,3). Demikian pula hasil pengujian reliabilitas
instrumen menunjukkan hasil reliabel karena nilai Alpha Cronbach setiap variabel
untuk menjelaskan kausalitas atau hubungan antara variabel Work-family conflict (X1),
Stres Kerja (X2), Kepuasan Kerja (m), dan Turnover intention (Y) dengan menggunakan