Anda di halaman 1dari 27

LATAR BELAKANG

Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan


mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang dapat
digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau
energi. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan
dapat diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh.
Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena sintesis berbagai enzim yang terkandung dalam
berbagai cairan pencernaan. Setiap enzim mempunyai tugas khusus dan bekerja atas satu jenis
makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis makanan lainnya. Agar makan itu
berguna bagi tubuh, maka makanan itu harus di distribusi oleh darah sampai pada sel-sel di
seluruh tubuh Sistem pencernaan terdiri atas suatu saluran panjang yaitu saluran cerna yang
dimulai dari mulut sampai anus, dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan yang letaknya di luar
saluran.
1.anatomi fisiologi system pencernaan
Sistem Pencernaan Pada Manusia adalah proses pemecahan molekul zat makanan menjadi zat
yang lebih sederhana. Sistem pencernaan manusia terdiri atas berbagai macam sistem organ
pencernaan. Proses pencernaan makanan berlangsung di dalam sistem pencernaan yang
meilibatkan proses pencernaan mekanis oleh gigi-gigi di mulut dan pencernaan kimiawi oleh
enzim-enzim yang ada di saluran pencernaan. Berikut urutan sistem pencernaan manusia yang
dijelaskan mulai dari sistem pencernaan manusia lengkap dan fungsinya, penjelasannya serta
sistem pencernaan manusia beserta gambarnya secara berurutan mulai dari mulut hingga anus:

a. Mulut

Di dalam rongga mulut inilah makanan mulai dicerna, baik secara mekanis maupun secara
kimiawi. Di dalam rongga mulut terdapat alat-alat yang membantu berlangsungnya proses
pencernaan seperti gigi, lidah, dan kelenjar air lur. Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan
dan kelenjar air liur mengandung enzim amilase (ptialin) yang berfungsi untuk mencerna
polisakarida (amilum) menjadi disakarida.

b. Kerongkongan (Esofagus)
Organ ini berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung. Panjang kerongkongan ± 20
cm dan lebar ± 2 cm. Kerongkongan dapat melakukan gerak peristaltik, yaitu gerakan melebar,
menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar makanan terdorong ke lambung. Di
kerongkongan, zat makanan tidak mengalami pencernaan.

c. Lambung (Ventrikulus)

Lambung berupa kantung yang terletak di dalam rongga perut di sebelah kiri. bagian-bagian
lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu:

1. Kardiak adalah bagian lambung yang paling pertama untuk tempat masuknya makanan
dari kerongkongan (esofagus) 
2. Fundus adalah bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung makanan
serta proese pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim.
3. Pilorus adalah bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan keluar makanan
menuju usus halus.

Di dalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi yang disekresikan dalam bentuh getah
lambung. Sekresi getah dipacu oleh hormon gastrin. Getah ini tersusun dari:

1.  HCl ; membunuh mikroorganisme dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.


2. Pepsin : merubah protein menjadi molekul yang lebih kecil  (pepton).
3. Renin : merubah kaseinogen pada susu menjadi kasein. Selanjutnya kasein digumpalkan
oleh in Ca2+.
4. Lipase : merubah lemak menjadi asam lemak dam gliserol.
5. Musin : protein yang berfungsi untuk melicinkan makanan.

Setelah makanan dicerna di dalam lambung, makanan ini berubah menjadi bentuk seperti bubur
atau disebut kim (chyme).

d. Usus Halus (Intestinum)


Usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Panjang usus halus sekitar 6
hingga 8 meter yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni: duodenum (± 25 cm); jejunum (± 2,5 m);
dan illeum (± 3,6 m).
Di duodenum bermuara kantung empedu dari hati (hepar) dan pankreas. Kantung empedu
mensekresikan empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak. Sementara pankreas
menghasilkan getah pankreas yang tersusun dari:

1.  Amilase/amylopsin : memecah amilum menjadi disakarida


2. Tripsinogen : akan diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin yang berfungsi merubah
protein menjadi asam amino.
3. Lipase : memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
4. NaHCO3 : memberi suasana pH menjadi basa

Di usus halus juga diproduksi enzim enterokinase dan erepsinogen. Enterokinase adalah enzim
yang mengubah tripsinogen menjadi tripsin dan mengubah erepsinogen menjadi erepsin. Tripsin
dan erepsin berfungsi untuk mencerna protein menjadi asam amino.

Hasil pencernaan selanjutnya akan menuju ke usus penyerapan (ileum). Di dalam usus ini, sari-
sari makanan akan diserap melalui jonjot-jonjot usus atau vili dan selanjutnya akan diedarkan ke
seluruh tubuh. Khusus untuk hasil pencernaan lemak tidak diangkut lewat pembuluh darah
melainkan melalui pembuluh getah bening.

e. Usus Besar (Colon)

Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki tambahan usus yang berupa
umbai cacing (appedix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu bagian naik (ascending),
mendatar (tranverse), dan menurun (descending). di usus besar tidak terjadi pencernaan. Semua
sisa makanan akan dibusukkan dengan bantuan bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K. Di
bagian akhir usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus untuk membuang sisa makanan.
2.perkembangan anatomi fisiologi system pencernaan dari janin sampai dewasa

Selama periode intrauterine janin melalui sirkulasi plasenta terjadi pemindahkan semua
nutrient dari darah ibu langsung masuk kesirkulasi janin yaitu berupa bahan makanan yang siap
untuk langsung digunakan. Sehinga janin tidak perlu mencerna dan mengabsorbsinya, begitu
juga dengan sytem pembuangannya masih belum diperlukan kerena semua bahan sisa yang
terbentuk akan kembali kedalam sirkulasi darah ibu.
Menjelang bayi dilahirkan, fungsi – fungsi saluran cerna dan ginjal berkembang sangat cepat.
Pada masa akhir kehamilan janin menunjukan gerakan – gerekan menelan dan meminum cairan
amonion, begitupula kemampuannya dalam memproduksi dan mengekskresi urine, walaupun
ginjal janin masih berkembang dan belum memainkan peran vital.
Setelah bayi lahir, bayi harus memasukan makanan dari mulut, mencerna dan
mengabsorbasinya, serta memfungsikan ginjal untuk mengeluarkan limbah metabolic,
mempertahankan air dan hemeostatis elektrolit. Namun karena alat pencernaan dan sytem
ekskresi belum berkembang sempurna, sehingga ekskresi air, mineral keseluruhan sangat sempit
dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua, karena pada saat lahir sampai dengan beberapa
bulan ginjal bayi belum mampu mengkonsentersikan urine untuk mengeluarkan mineral yang
memadai.
Pada saat bayi sanggup menghisap ASI, bayi dapat menempatkan ASI di mulut bagian
belakang dan kemudian menelannya. Fungsi menghisap dan menelan merupakan kemampuan
yang vital bagi neonatus dan bayi selama bulan – bulan pertama kehidupannya. Jika makanan
padat atau semi padat dimasukan kedalam mulut bayi biasanya secara spontan akan ditolak
sampai bayi tersebut berusia 4-6 bulan, setelah berusia 6 bulan bayi sudah dapat mengatur
makanan semi padat. Selanjutnya pada usia 7-9 bulan, gerakan gigitan yang ritmis mulai terlihat
bersamaan dengan pertubuhan gigi yang pertama sehingga perkembangan dalam kemampuan
mengunyah dimulai.
Jadi, usia 4-6 bulan pertama dalam kehidupan bayi normal merupakan tingkat perkembangan
fungsional yang memberikan kesempatan pada bayi untuk dapat menerima diet yang esensial
yang berbentuk cair, yang merupakan periode transisi dari diet janin dalam kandungan menuju
makanan dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan sistem pencernaan sebenarnya sudah terbentuk pada saat berada
dalam kandungan. Namun sistem pencernaan tersebut masih belum berfungsi secara sempurna.
Pada saat bayi dilahirkan alat pencernaan secara bertahap dapat berfungsi dengan semestinya
hingga pada waktu bayi tersebut tumbuh dan berkembang menjadi dewasa sistem fungsional dari
organ pencernaan semakin mengalami perkembangan yang akhirnya dapat berfungsi secara
sempurna. Fungsi pencernaan ini akan tetap sama sampai lansia.

3.Histologi system pencernaan

Terdiri atas saluran panjang dari rongga mulut sampai anus. Mulai dari rongga mulut, esophagus,
lambung, usus halus, usus besar, rectum, dan liang anus.

1. Rongga Mulut

Dilapisi epitel squamosa kompleks non keratin sebagai pelindung yang juga melapisi permukaan
dalam bibir.

Bibir terdiri atas:

Pars Cutanea (Kulit bibir) dilapisi:

 epidermis, terdiri atas epitel squamosa kompleks berkeratin, dibawahnya terdapat


dermis.
 dermis, dengan folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, m. erector pili, berkas
neuro vaskuler pada tepi bibir.
 Letak pars kutanea di bagian luar penampang bibir

Pars Mukosa, dilapisi:

 epitel squamosa kompleks nonkeratin, diikuti lamina propia (jaringan ikat padanan dari
epidermis dan dermis), dibawahnya submukosa, terdapat kelenjar labialis (sekretnya
membasahi mukosa mulut).
 Letak di penampang bibir berhadapan dengan gigi dan rongga mulut.

Pars Intermedia (mukokutaneus), dilapisi:

 epitel squamosa kompleks nonkeratin. Banyak kapiler darah.


 Letak bagian atas penampang bibir yang saling berhadapan (bibir atas dan bawah)

Lidah

Epitel permukaan dorsal lidah sangat tidak teratur (epitel squamosa kompleks) dan ditutupi
tonjolan (papilla) yang berindentasi pada jaringan ikat lamina propia (mengandung jaringan
limfoid difus). Terdiri papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliata. Papilla lidah
ditutupi epitel squamosa kompleks yang sebagian bertanduk.

bagian pusat lidah terdiri atas berkas-berkas otot rangka, pembuluh darah dan saraf.

Strukur umum saluran pencernaan.

Lapisan  saluran pencernaan secara umum dari luar ke dalam: Tunika mukosa, submukosa,
muskularis dan serosa/adventisia. Adventisia merupakan jaringan ikat pada retroperitoneal.

Tunika mukosa, terdiri dari

Epitel pembatas, lamina propia (jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh limfe,
kelenjar pencernaan, jaringan limfoid) dan Tunika muskularis mukosa (lapisan otot polos
pemisah tunika mukosa dan submukosa).

Tunika submukosa, terdiri:

Jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan pembuluh limfe, jaringan limfoid, kelenjar
pencernaan, pleksus submukosa meissner

Tunika Muskularis, tersusun atas:

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara lapisan
tersebut terdapat pembuluh darah dan limfe, pleksus mienterikus auerbach.

Tunika Serosa, tersusun atas:


Jaringan ikat longgar yang dipenuhi pembuluh darah dan sel-sel adipose. Epitel squamosa
simpleks.

1. Esophagus

Panjang ±10 inc. Meluas dari faring sampai lambung dibelakang trakea, sebagian besar dl rongga
thoraks dan menembus diafragma masuk rongga abdomen. Terdiri atas:

Tunika Mukosa

Epitel squamosa kompleks non keratin, lamina propia, muskularis mukosa.

Tunika Submukosa

Jaringan ikat longgar mengandung sel lemak, pembuluh darah, dan kelenjar esophageal propia.

Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara otot
tersebut sedikit dipisah jaringan ikat. Pada ⅓ bagian atas esophagus terdiri otot rangka, ⅓ bagian
tengah terdiri otot polos dan otot rangka, ⅓ bagian bawah dibentuk otot polos.

Adventisia

Terdapat pembuluh darah, saraf, jaringan lemak. Adventisia merupakan lapisan terluar dari
esophagus bagian atas sedangkan serosa merupakan lapisan esophagus bagian bawah

1. Gaster

Tunika Mukosa

Merupakan epitel kolumner simpleks, tidak terdapat vili intestinalis dan sel goblet. Terdapat
foveola gastrika/pit gaster yang dibentuk epitel, lamina propia dan muskularis mukosa. Seluruh
gaster terdapat rugae (lipatan mukosa dan submukosa) yang bersifat sementara dan menghilang
saat gaster distensi oleh cairan dan material padat. Foveola tersebut terdapat sel mukosa yang
menyekresi mucus terutama terdiri dari:

 Sel neck. Menghasilkan secret mukosa asam kaya glikosaminoglikan


 Sel parietal. Menghasilkan HCl
 Sel chief. Mengahasilkan pepsin
 Sel argentaffin. Menghasilkan intrinsic factor castle untuk pembentukan darah

Tunika submukosa

Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah dan saraf pleksus meissner

Tunika muskularis

Terdiri atas otot oblik (dekat lumen),otot sirkular (bagian tengah) dan otot longitudinal (bagian
luar). Diantara otot sirkuler dan longitudinal tersebut sedikit dipisah pleksus saraf mienterikus
auerbach

Tunika Serosa

Peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh darah dan sel-sel
lemak.

Usus halus

Panjang ±5 m. Ciri khas terdapat plika sirkularis kerkringi, vili intestinalis, dan mikrovili. Plika
sirkularis kerkringi merupakan lipatan mukosa (dengan inti submukosa) permanen. Vili
intestinales merupakan tonjolan permanen mirip jari pada lamina propia ke arah lumen diisi
lakteal (pembuluh limfe sentral). Mikrovili merupakan juluran sitoplasma (striated brush border).
Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn, didasarnya terdapat sel paneth
(penghasil lisozim-enzim antibakteri pencerna dinding bakteri tertentu dan mengendalikan
mikroba usus halus) dan sel enteroendokrin (penghasil hormone-gastric inhibitory
peptide,sekretin dan kolesistokinin/pankreozimin-).
1. Duodenum

Tunika Mukosa

Epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili intestinalis dan sel goblet. Pada lamina
propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn.

Tunika Submukosa

Jaringan ikat longgar. Terdapat kelenjar duodenal Brunner (ciri utama pada duodenum yang
menghasilkan mucus dan ion bikarbonat). Trdapat plak payeri (nodulus lymphaticus agregatia/
gundukan sel limfosit)

Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantaranya dipisah
oleh pleksus mienterikus auerbach.

Tunika Serosa

Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh darah
dan sel-sel lemak.

1. Jejunum dan Ileum

secara histologis sama dengan duodenum, perkecualiannya tidak ada kelenjar duodenal brunner.

1. Appendiks

Secara struktur mirip kolon (lihat bawah). Ada banyak kesamaan dengan kolon seperti epitel
pelapis dengan sel goblet. Lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn (tapi kurang
berkembang, lebih pendek, letak sering berjauhan) dan jaringan limfoid difus sangat banyak.
Terdapat pula Muskularis mukosa.

Tunika Submukosa sangat vascular.


Tunika Muskularis terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).
Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.

Tunika Serosa

1. Usus Besar (Kolon)

Terdapat sekum; kolon asendens, tranversal, desendens, sigmoid; rectum serta anus.

Tunika Mukosa

Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet (lebih banyak dibanding usus halus) tapi
tidak mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar
intestinal lieberkuhn yang lebih banyak dan nodulus limpatikus. Tidak terdapat sel paneth tapi
terdapat sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa

Tunika Submukosa

Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf pleksus meissner

Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot sirkular
berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya dipisah
oleh pleksus mienterikus auerbach.

Tunika Serosa/Adventisia

Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh darah
dan sel-sel lemak. Kolon tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh melalui
mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar bagian kolon ini. Sedangkan
adventisia membungkus kolon ascendens dan descendens Karena ketaknya peritoneal.

1. Rectum
Tunika Mukosa

Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet dan mikrovili, tapi tidak mempunyai
plika sirkularis maupun vili intestinalis. Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal
lieberkuhn, sel lemak, dan nodulus limpatikus. Dibawah lamina terdapat muskularis mukosa.

Tunika Submukosa

Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak  dan saraf pleksus
meissner

Tunika Muskularis

Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Otot sirkular
berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya dipisah
oleh pleksus mienterikus auerbach.

Adventisia

Merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi rectum, sisanya ditutupi serosa.

1. Anus

Tunika Mukosa

Terdiri epitel squamosa non keratin, lamina propia tapi tidak ada terdapat muskularis mukosa.

Tunika Submukosa

Menyatu dengan lamina propia. Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah,
saraf pleksus hemorroidalis dan glandula sirkum analis.

Tunika Muskularis

Bertambah tebal. Terdiri atas sfingter ani interna (otot polos, perubahan otot sirkuler), sfingter
ani eksterna (otot rangka) lalu diluarnya m. levator ani. Otot sirkular berbentuk utuh tapi otot
longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya dipisah oleh pleksus mienterikus
auerbach.

Adventisia

Terdiri jaringan ikat longgar

4.mekanisme pengendalian system pencernaan pada system saraf dan system enbdokrin

Sistem Pencernaan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Banyak saraf yang bekerja pada
sistem pencernaan mulai dari mengunyah sampai defekasi. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Mulut
Didalam mulut makanan dikunyah lalu dibentuk bolus-bolus kecil sehingga dapat ditelan. Dalam
mengunya diperlukan gigi untuk membuat makan menjadi lebih kecil dan juga air liur untuk
mempermudah penelanan. Gigi-gigi atas disarafi oleh Nervus Trigeminus bagian nervus
maksilaris. Sedangkan gigi-gigi bawah disarafi oleh Nervus trigeminus bagian Nervus
Mandibularis. Gerakan mengunyah juga melibatkan rahang atas dan bawah yang disarafi sama
seperti gigi. Rahang atas oleh nervus maksilaris dan rahang bawah oleh nervus mandibularis.
Dimulut juga terjadi gerakan menelan dengan bantuan lidah serta air liur. Air liur yang ada
disekresikan oleh saraf otonom yaitu saraf parasimpatis. Sedangkan gerak lidah mendorong
lobus sehingga masuk kedalam esofagus dan terjadi proses menelam dihantarkan melalui saraf
otak ke V, IX, X, dan XII serta bebeapa nervus servikalis Superior.

2. Esofagus
Didalam esophagus makanan yang bebentuk bolus tidak dicerna baik secara kimiawi maupun
mekanik. Didalam esophagus hanya terjadi gerakan peristaltic untuk mendorong makanan
sampai ke lambung. Gerakan peristaltic ini disarafi oleh nervus Vagus.

3. Lambung
Didalam lambung makanan yang berbentuk bolus di cerna secara kimiawi. Dengan sekresi
kelenjar-kelenjar di sistem pencernaan untuk membantu kerja lambung dalam mencerna
makanan. Sekresi itu diatur oleh saraf otonom yaitu saraf parasimpatik. Didalam usus juga
terjadi gerakan peristaltic yang juga diatur oleh saraf otonom, yaitu saraf parasimpatik. Nervus
vagus juga ikut mempersarafi kegiatan (kerja) lambung. Selain saraf parasimpatis saraf simpatik
juga mempersarafi lambung yaitu bagian fleksus simpatis dengan serabut bernama fleksus
seliaka.

4. Usus
Usus tidak jauh berbeda dengan lambung. Nervus vagus masih mempersarafi absorbsi yang ada
di usus setelah makanan di cerna didalam lambung. Usus juga disarafi oleh saraf simpatis bagian
fleksus simpatikus.

5. Pankreas dan hepar


Pankreas dan hepar disarafi oleh sistem saraf parasimpatis bagian nucleus dorsalis nervus X juga
oleh bagian fleksus simpatikus, saraf simpatis.

6. Kolon Asenden
Pusat yang mempersarafi Kolon Asenden adalah bagian sakral II, III, dan IV dari saraf
parasimpatik yang masuk didalam saraf otonom.

7. Anus
Saraf simpatis sakral adalah bagian yang memepersarafi anus (rectum). Saraf ini termasuk dalam
saraf otonom bagian saraf parasimpatis. Begitu juga defekasi. Defekasi juga diatur oleh saraf
yang sama yang memepersarafi bagian anus

5.mekanisme pengosongan lambung

Pengosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yang kuat di dalam


antrum lambung. Pada umumnya, kontraksi-kontraksi ritmis lambung bersifat lemah
dan terutama berfungsi untuk menyebabkan pencampuran makanan dan sekresi
lambung. Akan tetapi, selama sekitar 20 persen dari seluruh waktu ketika makanan
berada dalam lambung, kontraksi menjadi kuat, bermula pada bagian perlengahan
lambung dan menyebar melalui bagian kaudal lambung. Kontraksi ini tidak lagi
sebagai kontraksi mencampur yang lemah tetapi sebagai peristaltik yang kuat, sangat
ketat seperti kontraksi cincin sehingga dapat menyebabkan pengosongan
lambung.12,15Pengosongan lambung juga dipengaruhi dari duodenum. Rangsangan dari
duodenum
yang juga dapat menunda pengosongan berasal dari beberapa faktor, seperti : 
- Lemak
Lemak dicerna dan diserap lebih lambat daripada nutrien lain. Selain itu,
pencernaan dan penyerapan lemak berlangsung hanya di dalam lumen usus halus.
Karena itu, ketika lemak sudah ada di duodenum, pengosongan lambung lebih
lanjut ke dalam duodenum terhenti sampai usus halus selesai memproses lemak
yang ada di dalamnya. lemak adalah perangsang paling kuat untuk menghambat
motilitas lambung. Hal ini jelas ketika anda membandingkan laju pengosongan
makanan tinggi lemak (setelah enam jam hidangan yang mengandung daging
berlemak ditambah telur mungkin masih ada di lambung) dengan makanan yang
banyak mengandung karbohidrat dan protein (hidangan dengan daging tanpa lemak
dan kentang mungkin sudah tidak ada lagi di lambung dalam tiga jam).12,15- Asam  
Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl), maka kimus yang masuk
ke duodenum sangat asam. Kimus ini dinetralkan oleh natrium bikarbonat
(NaHCO.) yang disekresikan ke dalam lumen duodenum terutama dari pankreas.
Asam yang belum ternetralkan akan mengiritasi mukosa duodenum dan
menginaktifkan enzimenzim pencernaan pankreas yang disekresikan ke dalam
lumen duodenum. Karena itu, masuk akal jika asam yang belum ternetralkan di
duodenum akan menghambat pengosongan lebih lanjut isi lambung yang asam
sampai netralisasi selesai.
- Hipertonisitas
Sewakru molekul-molekul protein dari tepung dicerna di lumen duodenum terjadi
pembebasan sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Jika penyerapan
molekul asam amino dan glukosa ini tidak mengimbangi kecepatan pencernaan
protein dan karbohidrar maka sejumlah besar molekul akan tetap berada di kimus
dan meningkatkan osmolaritas isi duodenum. Osmolaritas bergantung pada jumlah
molekul yang ada, bukan ukurannya, dan satu molekul protein dapat diuraikan
menjadi beberapa ratus molekul asam amino, yang masing-masing memiliki
aktivitas osmotik setara dengan molekul protein semula. Hal yang sama berlaku
untuk satu molekul besar tepung, yang menghasilkan banyak molekul glukosa
berukuran kecil namun dengan aktivitas osmorik serara. Karena dapat berdifusi
bebas menembus dinding duodenum maka air masuk ke lumen duodenum dari
plasma jika osmolaritas duodenum meningkat. Air daiam jumlah besar yang masuk
ke usus dari plasma akan menyebabkan peregangan usus dan, yang lebih penting,
gangguan sirkulasi karena berkurangnya volume plasma. Untuk mencegah efeke-efek ini,
pengosongan lambung secara refeks dihambat jika osmolariras isi
duodenum mulai meningkat. Karena itu, jumlah makanan yang masuk ke
duodenum untuk dicerna lebih lanjut menjadi partikel - partikel yang lebih kecil
dan aktif osmotis berkurang sampai proses penyerapan memiliki kesempatan untuk
menyusul.  
- Peregangan  
Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan menghambat pengosongan isi
lambung lebih lanjut agar duodenum memiliki waktu untuk memproses kelebihan
volume kimus yang sedang ditampungnya sebelum duodenum menerima kimus
tambahan. 

6.mekanisme mual dan muntah

Mual yaitu : rasa ingin muntah yang dapat di sebabkan oleh impuls iritasi yang datang dari
traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion
sickness, maupun impuls yang berasal dari korteks serebri untuk memulai muntah.

Mekanisme mual pada penderita maag atau gastritis:

- Di dalam tubuh kita terjadi peradangan lambung akibat kita makan-makanan yang mengandung
alcohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga menyebabkan terjadi iritasi pada lambung dan
menyebabkan peradangan di lambung yang diakibatkan oleh tingginya asam lambung .
- Setelah terjadi peradangan lambung maka tubuh akan merangsang pengeluaran zat yang di
sebut vas aktif yang menyebabkan permeabilitas kapilier pembuluh daran naik

- Sehingga menyebabkan lambung menjadi edema (bengkak) dan merangsang reseptor tegangan
dan merangsang hypothalamus untuk mual.

Muntah yaitu pengeluaran isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut karena terjadi
kontraksi otot abdominal dan otot dada yang di sertai dengan penurunan diafragma dan di control
oleh pusat muntah otak.
Penyebab : infeksi virus, stress, kehamilan obat-obatan

Mekanisme mutah pada penderita maag atau gastritis:

- Lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh system syaraf aferen dan s. simpatis
sehingga menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan menyebabkan makanan kembali ke
duodenum dan lambung setelah masuk ke usus
- Sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu kerja lambung dan
duodenum sehingga duodenum teregang
- Akibat duodenum teregang mengakibatkan kontraksi kuat diafragma dan otot dinding
abdominal sehingga menyebabkan tekanan di dalam lambung tinggi
- Setelah itu kita menjadi bernafas dalam dan naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik
sfingter esophagus bagian atas supaya terbuka
- Sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi lambung melalui esophagus dan keluar.
hal Ini disebut muntah

7.mekanisme pembentukan feses

Defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja
yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia
dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa
hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu
minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang
lebih besar.

Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan
menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi
tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi oleh
sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh.
Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat kembali ke usus besar
yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air
besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi
dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan
mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer
sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan
demikian disebut dengan diare.

Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan
rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphinkter
pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.
Rektume manusia

Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis
menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan
diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang
dipompa menuju jantung meninggi.

Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang lemah ±20
cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid  dan rectum serta sudut tajam yang
menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi
rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang
terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani
eksternus

Refleks Defekasi Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum mencapai 18
mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus melemas dan
isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem
saraf enteric dalam dinding rectum.

Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen menyebar
melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon descendens,
sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati anus,
sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani
eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter
melemas sewaktu rectum teregang

Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter dapat
dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot
abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan
sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau
melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi, sehingga
diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis). Bila
ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian
secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut
parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan
merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses
defekasi yang kuat

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas
dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun
ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus
mengeluarkan feses.

8.perbedaan makanan dalam lambbung , usus halus dan usus besar

LAMBUNG

Makanan bergerak dari kerongkongan menuju lambung, yaitu bagian saluran pencernaan yang
melebar. Makanan yang masuk ke dalam lambung tersimpan selama 2-5 jam. Selama makanan
berada di dalam labung, makanan di cerna secara kimiawi dengan bercampurnya dengan getah
lambung yang dihasilkan dari dinding lambung. Dalam getah lambung itu sendiri terdapat
campuran zat-zat kimia yang sebagian besar terdiri dari air dan sekresi asam lambung. Asam
lambung mengandung HCl yang berfungsi untuk mematikan bakteri atau membunuh kuman
yang masuk ke lambung dan berfungsi untuk menghasilkan pepsinogen menjadi pepsin.
Lambung juga mengandung enzim renin yang berfungsi untuk menggumpalkan kasein dalam
susu. Mukosa (lendir) pada lambung berfungsi melindungi dinding lambung dari abrasi asam
lambung.

Proses pencampuran tersebut dipengaruhi oleh gerak mengaduk yang bergerak di sepanjang
lambungsetiap 15-25 detik akibat adanya kontraksi dinding lambung yang menyebabkan ketiga
otot lambung bergerak secara peristaltik mengaduk dan mencampur makan dengan getah
lambung. Sesudah kira-kira tiga jam, makanan menjadi berbentuk bubur yang disebut kim.
Gerakan mengaduk dimulai dari kardiak sampai di daerah pylorus yang terjadi terus-menerus
baik pada saat lambung berisi makanan maupun pada saat lambung kosong. Akibat gerakan
peristaltik, kim terdorong ke bagian pilorus. Di pilorus terdapat sfingter yang merupakan jalan
masuknya kim dari lambung ke usus halus. Gerakan peristaltik tersebut menyebabkan sfingter
pilorus mengendur dalam waktu yang sangat singkat sehingga kim masuk ke usus halus sedikit
demi sedikit.

USUS HALUS

Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia
yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke
usus halus.

Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah 1. Disakaridase (Menguraikan disakarida
menjadi monosakarida) 2. Erepsinogen (Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi
erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino) 3. Hormon Sekretin (Merangsang
kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus) 4. Hormon CCK
(Kolesistokinin) untk merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.

Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :


1. Bikarbonat (Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung) 2.
Enterokinase( Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen
menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.) 3. Amilase (Mengubah amilum
menjadi disakarida) 4. Lipase (Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol) 5. Tripsinogen
(Tripsin yang belum aktif) 5. Kimotripsin (Mengubah peptone menjadi asam amino) 6. Nuklease
(Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat) 7. Hormon Insulin
(Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal) 8. Hormon Glukagon
(Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal)

Di dalam jejunum, makanan mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan
dinding usus, sehingga makanan semakin halus dan cenderung encer. Pada ileum terdapat
banyak lipatan atau lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi memperluas
permukaan usus sehingga proses terjadinya penyerapan zat makanan akan lebih sempurna.
Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari
pancreas melalui proses kimiawi. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna
sesuai kandungan zatnya.

a. Makanan dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas


menjadi disakarida. Disakarida kemudian diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida,
yaitu glukosa. Glukaosa hasil pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh
tubuh oleh peredaran darah.
b. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan
diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino
kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.
c. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan
empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak
kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan
gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.

Zat makanan berupa glukosa, asam amino, vitamin, mineral, dan air akan diserap oleh kapiler
darah dalam vili, kemudian diangkut menuju hati melalui pembuluh darah (vena porta).
Sedangkan zat makanan yang berupa asam lemak dan gliserol yang terdiri dari molekul
berukuran lebih besar, akan diangkut melalui pembuluh kil, yaitu pembuluh getah bening atau
pembuluh limfe. Di dalam usus halus selain terjadi penyerapan kimiawi juga terjadi penyerapan
sari-sari makanan. Beberapa materi yang tidak dapat diserap di usus halus didorong menuju usus
besar (kolon).

USUS BESAR

Pada pertemuan usus besar dan usus halus terdapat suatu penyempitan yang disebut klep
ileosekum yang berfungsi untuk menjaga makanan yang sudah masuk ke dalam usus besar, tidak
dapat kembali ke usus halus. Perjalanan makanan agar sampai di usus besar dapat mencapai
antara empat sampai lima jam. Namun, di usus besar makanan dapat disimpan sampai 24 jam.
Makanan yang masuk ke usus besar sebetulnya merupakan sisa penyerapan dari usus halus.

Namun demikian, kandungan airnya masih cukup tinggi. Jika sisa makanan masih mengandung
kadar air yang tinggi, usus besar akan menyerapnya. Akan tetapi, jika sisa makanan mengandung
sedikit air, usus besar akan menambahkan air. Penyerapan dan penambahan air bertujuan agar
feses dalam keadaan tidak cair dan juga tidak padat.

Di dalam usus besar, feses didorong secara teratur dan lambat oleh gerakan peristalsis menuju ke
rectum (poros usus). Gerakan peristalsis dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar). Akan
tetapi, pada saat buang air besar otot sfingter di anus dipengaruhi oleh otot lurik (otot sadar).

Jadi proses defekasi dilakukan dengan sadar, yaitu dengan adanya kontraksi otot dinding perut
yang diikuti dengan mengendurnya otot sfingter anus dan kontraksi kolon serta rectum.
Akibatnya, feses dapat terdorong ke luar anus.

9.Fungsi kerja hati

Hati adalah salah satu organ tubuh kita yang sangat menakjubkan. Hati adalah salah satu organ
terbesar dalam tubuh dan menerima 25% dari jumlah darah yang dipompa jantung setiap
denyutnya. Hati memiliki banyak fungsi yang diperlukan untuk menjaga kita tetap hidup. Hati
memiliki cara kerja yang unik dan manfaat luar biasa.
Hati menghasilkan protein yang diperlukan bagi tubuh. Banyak pasien dengan penyakit liver
memiliki fungsi sintetis normal hingga penyakitnya memburuk. Hati menjadi faktor penting
dalam pembuatan koagulasi, protein yang membantu darah menggumpal ketika terdapat anggota
tubuh manusia yang terluka untuk melindungi kita dari perdarahan. Ketika hati tidak berfungsi,
akan akan membuat darah tidak bisa membeku.

Hati juga menghasilkan cairan empedu, yang membantu kita menyerap makanan dan
menghilangkan racun. Garam empedu, yang berasal dari hati dan dibuang ke dalam usus melalui
saluran empedu, membantu kita menyerap lemak dari makanan. Ketika hati tidak berfungsi
dengan baik, empedu tidak dapat diproses atau dikeluarkan sebagaimana mestinya. Seseorang
dapat mengembangkan diare dan gizi buruk.

Salah satu zat yang terkandung dalam cairan empedu dan dikeluarkan dari tubuh disebut
bilirubin. Bilirubin berasal dari sel-sel darah merah yang sudah rusak, yang didaur ulang oleh
tubuh sekitar 90 hari sekali. Bilirubin biasanya keluar dari tubuh melalui empedu dan kotoran.
Seseorang dengan fungsi hati yang buruk atau dengan penyumbatan aliran empedu tidak akan
bisa mengeluarkan bilirubin, yang menumpuk dalam aliran darah. Hal ini dapat
menyebabkannya kulit dan mata terlihat berwarna kuning. Salah satu zat yang terkandung dalam
cairan empedu dan dikeluarkan dari tubuh disebut bilirubin. Bilirubin berasal dari sel-sel darah
merah yang sudah rusak, yang didaur ulang oleh tubuh sekitar 90 hari sekali. Bilirubin biasanya
keluar dari tubuh melalui empedu dan kotoran. Seseorang dengan fungsi hati yang buruk atau
dengan penyumbatan aliran empedu tidak akan bisa mengeluarkan bilirubin, yang menumpuk
dalam aliran darah. Hal ini dapat menyebabkannya kulit dan mata terlihat berwarna kuning.

10. mekanisme glikogenesis glikogenolisis dan glukoneogenesis

Glikogenesis
Glikogenesis adalah pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila terjadi peningkatan kadar
glukosa dalam darah (misalnya beberapa saat setelah makan) maka pankreas akan mensekresikan
hormon insulin yang akan menstimulasi penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen di dalam
hati dan otot. Hormon insulin akan menstimulasi enzim glikogen sintase untuk memulai proses
glikogenesis.
Dalam sintesis glikogen, satu ATP dibutuhkan untuk setiap molekul glukosa. Molekul glukosa
diubah menjadi glukosa-6-fosfat sebagai struktur pembangun glikogen. Glukosa-6-fosfat akan
ditambahkan pada molekul glikogen yang sudah ada sehingga glikogen menjadi lebih panjang.
Hati mampu menyimpan glikogen sebesar 6% dari massa total hati, sedangkan otot hanya
mampu menyimpan gikogen kurang dari 1% saja.
Glikogenolisis
Glikogenolisis merupakan proses pemecahan molekul glikogen menjadi glukosa. Apabila tubuh
dalam keadaan lapar, tidak ada asupan makanan, kadar gula dalam darah menurun, gula
diperoleh dengan memecah glikogen menjadi glukosa yang kemudian digunakan untuk
memproduksi energi.

Dalam glikogenolisis, glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dipecah menjadi glukosa-1-
fosfat kemudian diubah menjadi glukosa-6-fosfat. Glukogenolisis diatur oleh hormon glukagon
yang disekresikan pancreas dan epinefrin (adrenalin) yang disekresikan kelenjar adrenal. Kedua
hormon tersebut akan menstimulasi enzim glikogen fosforilase untuk memulai glikogenolisis dan
menghambat kerja enzim glikogen sintase (menghentikan glikogenesis).
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses sintesis (pembentukn) glukosa dari sumber bukan karbohidrat.
Molekul yang umum sebagai bahan baku glukosa adalah asam piruvat, namun oxaloasetat dan
dihidroxiaseton fosfat dapat juga menjalani proses glukoneogenesis. Asam laktat, beberapa asam
amino dan gliserol dapat dikonversi menjadi glukosa. Glukoneogenesis hampir mirip dengan
glikolisis dengan proses yang dibalik, hanya beberapa tahapan yang membedakannya dengan
glikolisis. ATP dibutuhkan dalam tahapan glukoneogenesis.

Glukoneogenesis terjadi terutama dalam hati dan dalam jumlah sedikit terjadi pada korteks
ginjal. Sangat sedikit glukoneogenesis terjadi di otak, otot rangka, otot jantung dan beberapa
jaringan lainnya. Umumnya glukoneogenesis terjadi pada organ-organ yang membutuhkan
glukosa dalam jumlah banyak. Glukoneogenesis terjadi di hati untuk menjaga kadar glukosa
darah agar tetap dalam kondisi normal. 
Glukosa-6-fosfat akan masuk ke dalam proses glikolisis untuk menghasilkan energi. Glukosa-6-
fosfat juga dapat diubah menjadi glukosa untuk didistribusikan oleh darah menuju sel-sel yang
membutuhkan glukosa.

11.mekanisme lapar

Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan mengirimkan
impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di nucleus bed
pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang akan menimbulkan
rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang ditentukan oleh berbagai
faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di nucleus ventromedial di
hipotalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan, sehingga kita akan berhenti
makan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa lapar pada manusia adalah:
1. Hipotesis Lipostatik
Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau mengukur persentase lemak
dalam sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut rendah, maka akan membuat
hipotalamus menstimulasi kita untuk merasa lapar dan makan.
2. Hipotesis Hormon Peptida pada Organ Pencernaan
Makanan yang ada di dalam saluran gastrointestinal akan merangsang munculnya satu atau lebih
peptida, contohnya kolesitokinin. Kolesitokinin berperan dalam menyerap nutrisi makanan.
Apabila jumlah kolesitokinin dalam GI rendah, maka hipotalamus akan menstimulasi kita untuk
memulai pemasukan makanan ke dalam tubuh.
3. Hipotesis Glukostatik
Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa dalam darah. Makanan yang kita
makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah satunya glukosa)akan dibawa oleh darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam darah kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan
memerintahkan otak untuk memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran
asam lambung.
4. Hipotesis Termostatik
Apabila suhu dingin atau suhu tubuh kita di bawah set point, maka hipotalamus akan
meningkatkan nafsu makan kita. Teori produksi panas yang dikemukakan oleh Brobeck
menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar
berkurang. Inilah salah satu yang bisa menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak
makan di waktu musim hujan/dingin.
5. Neurotransmitter
Neurotransmitter ada banyak macam, dan mereka berpengaruh terhadap nafsu makan. Misalnya
saja, adanya norepinephrine dan neuropeptida Y akan membuat kita mengkonsumsi karbohidrat.
Apabila adanya dopamine dan serotonine, maka kita tidak mengkonsumsi karbohidrat.
6. Kontraksi di Duodenum dan Lambung
Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam atau
lebih. Kontraksi ini merupakan kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus lambung.
Ketika kontraksi sangat kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinius
selama 2-3 menit. Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh kadar gula darah yang rendah.
Bila kontraksi lapar terjadi tubuh akan mengalami sensasi nyeri di bagian bawah lambung yang
disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu lapar. Hunger pans biasanya tidak terjadi
sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang terakhir. Pada kelaparan, hunger pangs mencapai
intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari dan kemudian melemah secara bertahap pada hari-hari
berikutnya.
7. Psikososial
Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis. Sebagai
manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan
kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya, manusia menggunakan jam
dalam rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan makan. Penanda waktu ini juga memicu
rasa lapar.
Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Warna makanan juga memperngaruhi
rasa lapar. Stres juga dapat berpengaruh terhadap nafsu makan, tetapi ini bergantung pada
masing-masing individu.
Kebiasaan juga mempengaruhi rasa lapar. Seperti orang normal yang biasa makan 3 kali sehari
bila kehilangan 1 waktu makan, akan merasa lapar pada waktunya makan walaupun sudah cukup
cadangan zat gizi dalam jaringan-jaringannya.
Saat berenang, tubuh akan menggunakan energy sebesar 500 kalori per jamnya. Semakin lama
berenang makan jumlah energy yang terpakai pun semakin besar. Hal ini akan menurunkan
kadar gula didalam tubuh. Penurunan kadar gula dalam darah akan menimbulkan rasa lapar,
yang menimbulkan suatu perilaku yang disebut teori glukostatik pengaturan rasa lapar dan
perilaku makan, teori lipostatik dan teori aminostatik.
Penurunan kadar glukosa darah akan menurunkan kecepatan bangkitan neuron glukoreseptor
di pusat kenyang di nucleus ventromedial dan paraventrikulat hipotalamus.
Penurunan kadar gula juga secara bersamaan meningkatkan bangkitan neuron glukosensitif di
pusat lapar hipotalamus lateral.
Akibat penundaan lapar adalah terjadi kontraksi peristaltic yang ritmis di korpus lambung ,
ketika kontraksi berturut – turut tersebut sangat kuat , kontraksi – kontraksi ini menimbulkan
kontraksi tetanik yang continue dan kadang berlangsung selama 2 sampai 3 menit. Kontraksi ini
sangat meningkat ketika kadar gula darah lebih rendah dari normal. Kontraksi ini dapat
menimbulkan rasa nyeri ringan di bagian bawah lambung , disebut Hunger Pans. Hunger pans
tidak terjadi sampai waktu 12 sesudah masuknya makanan terakhir. Selain jika penundaan ini
belangsung dalam waktu yang lebih lama maka akan terjadi metabolic lemak dan protein untuk
menggantikan kadar gula yang turun

DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko V. P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9. Jakarta :
EGC.

Watson, Roger. Anatomi dan Fisiologi, Jakarta : EGC. 2002

Almatsier, sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001

Simbolon, Hubu. Biologi, Jakarta : Erlangga, 1992

Irianto, Kus., Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Bandung : Yrama Widya, 2005.

Green, J.H., Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 2002.

Anda mungkin juga menyukai