Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PENGGANTI UJIAN AKHIR SEMESTER (TAKE HOME)

INTERVENSI KOMUNITAS DAN ORGANISASI

Disusun oleh :

Shafira Putri Ramadhani

190910301041

Kelas:

D3

Ruang Kuliah 217

Dosen Pengampu:

Kris Hendrijanto, S.Sos., M.Si

197001031998021001

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2021
Kasus 1:

Di Desa Kemuning Lor terdapat banyak anak putus sekolah, yang kemudian sebagian
besar dari mereka menjadi pengangguran, sebagiannya lagi bekerja secara serabutan
(tidak tetap), dan bahkan sebagiannya lagi memilih menikah di usia dini. Tentu saja
kehidupan rumahtangga mereka ini berada pada posisi yang rawan secara psikologis
(emosinya masih labil), dan juga secara sosial-ekonomi (jauh dari kemapanan).

Melihat fenomena tersebut, jika Anda sebagai pekerja sosial yang akan ditugaskan di
Desa Kemuning Lor tersebut, maka jelaskan model intervensi sosial yang mana yang
akan Anda gunakan untuk mengatasi fenomena atau masalah sosial tersebut, jelaskan
konsep-konsep yang mendasari model intervensi tersebut, lalu jelaskan pula bagaimana
kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan di masing-masing tahapan intervesinya.

JAWABAN

Dalam intervensi sosial pada kasus di desa Kemuning Lor ini, metode intervensi
yang akan dilakukan adalah implementasi teori dari Jack Rohtman. Adapun proses
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Masyarakat Lokal (Locality Development)


Perencanaan masyarakat lokal adalah sebuah tahapan dimana pekerja sosial
merancang sebuah metode dalam intervensi orang-orang yang ber-adat. Dalam
hal ini adalah mengenalkan aspek modern atau teknologi terkini, yang memang
di perlukan untuk pengembangan masyarakat lokal. Perlu di garis bawahi,
bahwa masyarakat lokal memiliki dinamika dalam sistem berkelompok sosial,
maka oleh sebab itu, seorang pekerja sosial harus bisa memahami bahwa
dinamika bisa terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi. Dinamika ini bisa
disebabkan karena perbedaan ras, suku, budaya, serta ekonomi. Dinamika juga
diperlukan untuk partisipasi serta memungkinkan komunitas dan organisasi
sebagai sebuah kelompok sosial bisa mencapai tujuan. Terdapat beberapa point
terkait dengan pelaksanaan konsep yang dilakukan kepada komunitas dan
organisasi yaitu :
1) Proses komunikasi dan pola interaksi
Proses komunikasi dan pola interaksi ini yang akan memiliki pengaruh besar
terhadap perilaku serta sikap dari setiap personal dalam kelompok sosial yang
telah terbentuk. Dalam hal ini sesama anggota kelompok akan beradaptasi
dengan
kondisinya masing-masing, juga dengan rekan seperjuangan dalam situasi dan
kondisi yang sama.
2) Ketertarikan interpersonal
Merupakan ketertarikan yang awal mulanya disebabkan karena adanya sebuah
kesamaan. Selain adanya kesamaan, keterkaitan ini juga disebabkan karena
perbedaan serta melengkapi satu sama lain. Dalam konsep ini juga, faktor
penerimaan dan persetujuan menjadi sangat dominan. Maka setelah sesama
anggota kelompok sosial merasa saling menerima satu sama lain, rasa kerja
sama dan gotong royong akan tercipta.
3)Integrasi sosial dan pengaruhnya
Integrasi sendiri berarti kesatuan. Lebih jauh, Integrasi sosial dan pengaruhnya
memiliki arti dari sebuah persatuan dari anggota-anggota serta penerimaannya
dalam sebuah komunitas dan organisasi. Integrasi sosial disini perlu kita pahami
sebagai sebuah aspek yang memiliki pengertian yaitu membantu manusia dalam
lingkup kelompok dalam mencapai tujuannya. Terdapat 3 komponen penting di
dalam integrasi sosial, yaitu norma, peran, dan status. Ketiga komponen ini akan
berpengaruh juga terhadap setiap personal dari sasaran dalam kelompok sosial
yang dilakukan pendampingan intervensi oleh pekerja sosial.
4) Kekuasaan dan kontrol
Konsep ini menjelaskan terkait adanya suatu kekuatan di dalam komunitas yang
merupakan sumber daya dari setiap anggotanya. Akan tetapi tidak berarti bahwa
keberadaan pemimpin di sini tidak dianggap. Pemimpin dalam konsep ini,
adalah
menjadi pionerr dalam sebuah kontrol sosial di dalam komunitas, dan juga
kontroling atas berjalannya sebuah interaksi dan hubungan di dalam kelompok.
5) Budaya
Dalam konsep budaya, dijelaskan bahwa budaya merupakan hasil dari proses
interaksi. Budaya kelompok juga turut ditentukan oleh nilai, kepercayaa, adat,
dan
tradisi. Adapun peran yang dapat dilakukan oleh seorang pekerja sosial dalam
model intervensi ini adalah sebagai pemercepat perubahan (enabler). Sebagai
seorang community worker disini pekerja sosial menjadi pelayan pada komunitas
dan organisasi, dengan tujuan agar terdapat pengartikulasian kebutuhan mereka.
Proses yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengidentifikasi masalah pada
kelompok sosial yang dilayani. Terlebih disini aspek yang ingin menjadi
orientasi dari tupoksi pekerja sosial disini adalah mengembangkan dan
memberdayakan kelompok sosial dengan potensi yang ada dan bisa
termanfaatkan.
2. Perencanaan Sosial (Social Planning)
Model kedua dari proses intervensi pada kelompok sosial, yang disini terdiri dari
anak-anak usia dini yang membina hubungan rumah tangga adalah perencanaan
sosial. Sebuah model pelayanan sosial yang berfifat konseptual dari pelayanan
pekerjaan sosial. Di sini pekerja sosial dituntut untuk bisa mengkonsep terkait
arah tujuan dari kelompok sosial yang dilayani. Selanjutnya adalah pekerja
sosial juga merancang arah gerak yang akan dilakukan oleh kelompok, untuk
nantinya mempermudah dan mempercepat proses perubahan. Dalam proses ini
orientasi masa depan adalah hal yang menjadi tujuan dalam model social
planning. Sedangkan proses pengembangan anggota dalam kelompok sosial
yang menjadi oriented model ini juga harus melalui beberapa tahapan antara lain
:
-Forming
Tahap forming merupakan tahap perkenalan, dimana anggota di dalam
kelompok
sosial masih sama-sama belajar dan belum terdapat kejelasan dari tujuan yang
ingin dicapai.
-Storming
Pada tahap ini, anggota-anggota mulai bekerja sesuai dengan fungsinya. Tidak
jarang ditemui konflik dalam tahapan ini karena anggota sama sama masih
saling
mempertahkan pendapat masing-masing.
-Norming atau Normalisasi
Dalam tahap norming, para anggota sudah bisa berkomunikasi dengan tepat
yang
ditandai dengan peninjauan ulang serta perjelasan secara objektif.
-Performing atau Bekerja
Tahapan ini adalah saat di mana setiap anggota sudah dapat bekerja dengan baik,
karena sudah sadar ada tujuan yang harus dicapai. Dalam tahap ini juga anggota
sudah mulai memiliki kepercayaan diri, kreatif, dan inisiatif.
-Adjouring atau Pembubaran
Tahap adjouring adalah tahapan dimana sebuah proyek, atau yang dalam kasus
ini merupakan suatu permasalahan yang dialami sudah bisa terselesaikan.
Peran dari pekerja sosial dalam model intervensi kedua ini adalah sebagai
fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung
pengembangan manusia di dalam sebuah kelompok sosial. Proses pelayanan
sosial ini dilakukan agar nantinya mempermudah terkait tahapan perubahan dari
personalia di dalam sebuah kelompok sosial. Tujuan dari bagaimana pekerja
sosial yang menjadi fasilitator adalah dari personalia kelompok sendiri, menjadi
katalis untuk bertindak dan menolong sepanjang proses pengembangan.
Selanjutnya juga pekerja sosial juga harus menyediakan waktu, pemikiran dan
sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses pelayanan ini.
C. Aksi Sosial (Social Action)
1) Tahap Persiapan
Dalam tahap perisapan, langkah awal yang harus dilakukan adalah
assessment
guna memperoleh tujuan yang akan dicapai. Jika sudah didapat tujuan yang
akan dicapai, selanjutnya melakukan penyusunan komposisi komunitas atau
organisasi yang dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, minat, serta
masalahnya. Selanjutnya adalah memberi informasi kepada anggota
mengenai
kegiatan apa dan apa yang harus dilakukan. Lalu, pekerja sosial menyiapkan
setting fisik dan sosial. Adapun teknik yang dilakukan pada tahap persiapan
adalah:
a. Membentuk kelompok sosial
b. Merekrut anggota
c. Seleksi anggota
d. Melakukan sesi permulaan
e. Merumuskan tujuan kelompok
f. Mempersiapkan dan memberi pemahaman kepada anggota agar dapat
memperoleh banyak hal dari kelompok sosial yang telah terbentuk.
g. Memperisapkan pemimpin kelompok sosial, dalam hal ini bisa yang
paling memiliki pengaruh atau bisa juga yang berkompeten lebih dari yang
lain.
2) Tahap Awal
Tahapan awal ini adalah fase di mana suatu kelompol sosial sudah memiliki
pemimpin dari kelompok sosial yang ada. Pada tahap awal, hal yang harus
dilakukan adalah membangun relasi dengan pemimpin kelompok sosial
tersebut dengan anggotanya, proses ini dapat dilakukan dengan cara menjadi
orang yang berempati, tidak menghakimi, berfikir positif dll. Pekerja sosial
juga harus mengupayakan bagaimana agar hubungan antar anggota tersebut
dapat terjalin sebuah komunikasi dan interaksi. Teknik yang ada pada
tahapan awal ini terdiri dari:
a) Saling mengenal
b) Fokus pada anggota kelompok
c) Membangun kepercayaan
d) Menghadapi penolakan awal
e) Memulai suatu sesi
f)Mengakhiri suatu sesi
3) Tahap Transisi
Fase transisi merupakan tahap perpindahan dari aspek perilaku yang terjalin
di dalam hubungan interaktif antar anggota dalam kelompok sosial. Dalam
mendukung hal ini bisa terwujud dan mengantisipasi dari adanya hambatan,
maka proses transisi ini memerlukan teknik sebagai berikut:
a. Menghadapi anggota-anggota dalam kelompok sosial. Dalam artian
bagaimana intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial dapat mengatasi
perilaku yang terjadi dalam sebuah lingkup kelompok.
b. Mengatasi konflik. Pengentasan, antisipasi dini, dan penanggulanagan
dapat dilakukan dengan menjaga kepercayaan serta mau menerima
masukan.

4) Tahap Bekerja

Pada tahap bekerja, para anggota dalam kelompok sosial akan saling
bekerja sama satu sama lain, dan juga mereka harus bisa menghargai antar
sesame anggotanya. Adapun teknik yang dapat dilakukan dalam tahapan ini
antara lain adalah :
a) Bekerja dengan tema yang muncul dan di sepakati bersama.
b) Bekerja dengan emosi yang intens pada semua anggota secara serempak.
c) Bekerja dengan mimpi-mimpi (harapan) dan tujuan bersama.
d) Bekerja dengan proyeksi dan permasalahan lain dari kewaspadaan diri.

5) Tahap Pengakhiran

Merupakan tahapan pengakhiran dari sebuah proses aksi sosial yang


dilakukan oleh pekerja sosial. Sebab proses ini adalah fase akhir yang
mengedepankan aspek keberhasilan dalam kemandirian setiap personalia,
maka harus dilakukan dengan metode dan teknik yang terancang dengan
matang. Adapun teknik yang dapat dilakukan sesuai dengan
keprofesionalitasan pekerja sosial antara lain adalah :
a. Teknik mengakhiri sebuah sesi
Pekerja sosial akan meminta para anggota kelompok yang
didampinginya untuk menarik sebuah kesimpulan, mengerjakan
pekerjaan yang belum terselesaikan, menyusun tugas, serta membuat
uraian dari para anggotanya.
b. Teknik langkah akhir sebuah komunitas
Dalam langkah ini, pekerja sosial meninjau ulang, menyusun spesifikasi
tentang hasil dan perencanaan, membuat rencana masa depan, serta
menarik kesimpulan dari pribadi anggota kelompoknya.
c. Evaluasi dari terbentuk dan berjalannya kegiatan dalam sebuah
kelompok
sosial. Evaluasi disini sangat diperlukan sebab fase ini merupakan
penilaian atau indikator untuk mengukur sejauh mana proses intervensi
telah mengalami progresifitas. Dalam model intervensi ketiga ini,
peranan pekerja sosial adalah meliputi tiga fungsi fundamental dalam
pelayanan komunitas dan organisasi. Adapun dari ketiga peran tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Aktifis
Dalam aspek pekerjaan sosial, aktifis ditafsirkan sebagai seorang
yangmemperjuangkan hak-hak atau kewajiban dari kliennya. Dalam
banyak pelayanan sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial, klien disini
adalah sebagai “korban” dari sebuah struktur atau sistem yang sedang
berlaku, baik dari internal mau pun aspek eksternal dari klien yang
dilayani. Biasanya pekerja sosial akan menstimulus klien (disini adalah
kelompok), yang dirugikan agar bisa mengorganisir diri dan melakukan
tindak perlawanan dari struktur atau sistem yang menekan. Taktik dan
cara yang digunakan pun harus sejalan dengan kaidah profesional dan
etika seorang pekerja sosial yang profesional.
2) Advokat
Berfungsi sebagai pembela dari kelompok sosial yang sedang
dibantu, peran advokat adalah melakukan pembelaan dan menjadi
perwakilan mereka di ranah hukum. Kelompok sosial tentunya juga
akan
membutuhkan bantuan dan pelayanan seorang ahli, yang nantinya dapat
membantu mereka dalam proses hukum atau peradilan, dan pekerja
sosial
disini berperan menjadi wakil mereka, bisa sebagai pembela atau
penuntut
sesuai dengan posisi kelompok sosial yang dilayani. Dengan relasi dan
pemahaman terkait profesi profesional, seorang pekerja sosial dapat
mengawal dan mengadvokasi kliennya (komunitas) untuk mencapai
tujuan bersama.
3). Negosiator
Peranan pekerja sosial dalam model intervensi aksi sosial ini juga
menjadi seorang negoriator. Memberikan pelayanan mediasi jika
kelompok sosial yang dilayani mengalami konflik dengan pihak lain.
Dalam proses ini tujuan yang ingin dicapai dengan adanya peran pekerja
sosial dalam intervensi yang dilakukan pada kelompok sosial sasaran
adalah, mencapai kesejahteraan setiap personalia dalam kelompok
sosial, dengan tidak merugikan kedua belah pihak yang sewaktu-waku
mengalami konflik

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2012. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat :


Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai