Anda di halaman 1dari 12

Nama : Arnold Hasudungan

NIM : 2053005

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KEHAMILAN DENGAN ANEMIA

A. Defenisi
Center for deases control and prevention(CDC) mendefenisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5
d/dL pada trimester kedua(Leveno,2009).
Berdasarkan WHO, anemia pada ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%(manuaba,
2007)

B. Etiologi
 Perdarahan(jelas atau samar). Perdarahan yang jelas(dari perdarahan pervagina, epistaksis
dan sebagainya) menjadi penyebab/ keterangan yang nyata untuk anemia. Perdarahan
samar dapat karena perdarahan gastrointestinal yang diperiksa melalui feses.
 Defesiensi gizi(factor nutrisi). Akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
kualitas besi yang tidak baik( makanan yang mengandung serat, rendah vitamin C. dan
rendah daging)
 Kebutuhan zat besi yang meningkat untuk prematuritas janin.
 Gangguan absorbs zat besi seperti gastrektomi, colitis kronis.
 Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel- sel darah.
 Kelainan darah.

C. Patofisiologi
1. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun kadar
hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai
akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebit sebagai
anemia fisiologis dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.
2. Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari-
hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi menurunkan absorbs besi. Selama
kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel- sel darah ibu dan
transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel- sel darah merah. Janin harus
menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terkhir setelah kelahiran.
3. Selama trimester ketiga, jika supan besi wanita tersebut tidak memadai, hemoglobin tidak
akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan
mengakibatkan penurunan transfer zat besi kejanin.
4. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD mengakibatkan
anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel- sel darah merah.
5. Secara umum dengan kehilangan zat besi hal ini akan menyebabkan cadangan besi
menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state.
Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang, sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara
klinik belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis. Selanjutnya timbul
anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada
saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epiter serta beberapa enzim yang dapat
menimbulkan manifestasi anemia.

D. Manifestasi klinik
 Mengelu cepat lelah
 Pusing
 Mata berkunang- kunang
 Malaise
 Lidah luka
 Nafsu makan turun(anoreksia)
 Konsentrasi hilang
 Nafas pendek(pada anemia parah)
 Palpitasi

E. Klasifikasi
Anemia dan kehamilan dapat dibagi sebagai berikut:
1) Anemia defesiensi besi
Anemia dalam kehamilan karena kekurangan besi akibat defesiensi besi ini disebabkan
oleh kurangnya masukan unsur besi dengan makanan karena gangguan rearbsorbsi,
gangguan penggunaan, atau karena banyaknya besi keluar dari tubuh karena perdarahan.
Apabila masuknya besi tidak bertambah pada saat kehamilan, maka sangat mudah terjadi
anemia defesiensi besi.
2) anemia megaloblastik
anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defesiensi asam
folat(pteroylglutamic acid). Jarang sekali terjadi karena defesiensi vitamin
B12( cynocobalamin)
3) anemia hemolitik
disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dibandingkan
pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukat atau sulit saat hamil, karena
ketika hamil anemia yang diderita bisa semakin berat. Secara umum anemia hemolitik
dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yakni;
 golongan yang disebabkan oleh factor intrakorpuskuler, seperti pada anemia hemolitik
herediter, thalasemia, anemia sel sabit dan lain- lain.
 Golongan yang disebabkan oleh factor ekstrakorpuskuler, seperti pada infeksi(malaria,
sepsis), keracunan arsenikum,leukemia, penyakit Hodgkin, penyakit hati dan lain-
lain.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dasar ditemui
 Pemeriksaan Hb sahli, kadar Hb < 10 mg/%
 Kadar Ht menurun (normal 37%- 41%)
 Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
 Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
 Terdapat pansitopenia, sum- sum tulang kosong diganti lemak.

G. Penatalaksanaan
1. Medis
 Terapi oral
 Pemberian tablet zat besi mengandung ferosulat, besi glukonat
 Asam folik 15- 30 mg perhari
 Vitamin B12 3x1 tablet perhari
 Sulfas ferosus 3x1 tablet perhari
 Terapi parenteral
Secara intramuscular di injeksikandextran besi(imferon) atau sorbitol besi(jectofer0
2. Keperawatan
 Memberikan penyuluhan klien dan keluarga mengenai supplement besi dan
peningkatan sumber- sumber besi dalam makanan sesuai indikasi.
 Pada klien yang menderita thalasemia atau pembawa sifat tersebut, beri dukungan
khususnya jika wanita tersebut telah mengetahui bahwa ia pembawa. Juka kaji apakah
ada tanda- tanda infeksi selama kehamilan.
 Pada klien yang menderita sel sabit, kaji simpanan besi dan folat, dan hitung
retikulosit; skrining lengkap untuk hemolisis; berikan konseling diet dan supplement
asam folat; dan observasi apakah ada tanda- tanda infeksi.
 Pada klien yang menderita G-6-PD, berikan supplement besi dan asam folat dan
konseling nutrisi, dan jelaskan kebutuhan menghindari obat- obatan oksidasi.

H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1) Aktifitas
 Keletihan, kelemahan, malaise umum
 Kehilangan produktivitas, kehilangan semangat untuk bekerja.
2) Sirkulasi
 Riwayat kehilangan darah kronis
 Palpitasi
 CRT lebih dari 2 detik
3) Eliminasi
 Konstipasi
 Sering kensing
4) Makanan/ cairan: nafsu makan menurun, mual/ muntah
5) Nyeri/ kenyamanan: di daerah abdomen dan kepala
6) Pernapasan: napas pendek pada saat istirahat maupun aktivitas
7) Seksual
 Dapat terjadi perdarahn pervagina
 Perdarahan akut sebelumnya
 Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya

2. Diagnose yang mungkin muncul


1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan mual,
muntah.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan.
3) Intoleransi berhubungan dengan keletihan atau kelemahan.
4) Risiko cidera terhadap janin berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi ke janin.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasanpengetahuan mengenai
anemia.
3. Rencana keperawatan
1) Dx 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan
mual, muntah.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
 Berat badan klien dalam batas normal
 Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
 Mual dan muntah klien berkurang

Intervensi:

a. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/ sekarang dengan


menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit.
Rsional: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada nutrisi ibu selama
kehamilan.
b. Tentukan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan diet.
Rasional: menentukan kebutuhan belajar khusus.
c. Berikan informasi tertulis/ verbal yang tepat tentang diet prenatal dan supplement
vitamin/ zat besi.
Rasional: meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang saat dirumah.
d. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/ muntah.
Rasional: mual/ muntah pada trimester pertama dapat berdampak negative pada
status nutrisi prenatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.

2) Dx 2: gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke


jaringan.
Tujuan: setelah deberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam perfusi ke jaringan/
ke sel efektif.
Kriteria hasil:
 Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit( rambut, kuku, kelembapan)
 Tidak terdapat kebiruan pada kulit
 CRT dalam batas normal(kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)

Intervensi:

a. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.


Rasional: kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
b. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien
Rasional: keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari
2 detik dapat menandakan anemia.
c. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat brakikardi, atau takikardi. Catat perubahan pada
aktivitas janin(hipoaktif dan hiperaktif)
Rasional: mengkaji berkelanjutan hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon
pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan peningkatan gerakan. Bila
tetap deficit akan terjadi brakikardi dan penurunan aktivitas.
d. Catat kemungkinan kehilangan darah ibu dan adanya kontraksi uterus.
Rasional: kehilangan darah ibu secar berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
e. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
Rasional: menghilangkan tekanan vena cava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta atau janin dan pertukaran oksigen.

3) Dx 3: intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, kelemahan


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
dapat beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil:
 Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR.
 Mampu melakukan kgiatan sehari- hari(ADL) secara mandiri.
 Keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Intervensi:

a. Jelaskan alas an perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/
miring dan penurunan aktivitas.
Rasional: mempertahankan janin jauh dari servik dan meningkatkan perfusi uterus
b. Kaji adanya factor yang bisa menyebabkan kelelahan.
Rasional: menentukan intervensi lanjutan yang tepat.
c. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
Rasional: meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan.
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan.
Rasional: menghindari aktivitas yang mampu meningkatkan kelelahan klien

4) Dx 4 : risiko cedera terhadap janin berhubungan dengan penuruna suplai nutrisi ke


janin.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan risiko
cedera pada janin dapat tertanggulangi.
Kriteria hasil:
 DJJ dalam batas normal
 Hasil USG tidak menunjukkan tanda-tanda abnormalitas.
 Tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan

Intervensi:

a. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.


Rasional: factor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi/ oksigenasi ibu
mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin/ plasenta.
b. Ajari ibu untuk mengobservasi pergerakan janin
Rasional: jika janin tidak bergerak perlu diwaspadai terjadi cedera pada janin
akibat kekurangan nutrisi.
c. Bantu dalam screening dan kelainan genetic.
Rasional: kelainan seperti anemia sel sabit mengharuskan tindakan yang khusus
untuk mencegah efek negative dalam perumbuhan janin.

5) Dx 5: kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan anemia.


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat.
Kriteria hasil:
 Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia.
 Dapat mengikuti intruksi dan prosedur keperawatan.
 Dapat menunjukkan perilaku kesehatan yang positif untuk mengurangi anemia

Intervensi:

a. Kaji kesiapan klien untuk belajar


Rasional: factor ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap
informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar. Penyerapan informasi
ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap untuk belajar.
b. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar mengajar.
Rasional: dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas
yang nantinya menguatkan prinsip-pronsip belajar- mengajar.
c. Berikan informasi mengenai patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat.
Rasional: meningkatkan pengetahuan klien mengenai proses penyakit dan
pencegahannya.
d. Beikan informasi tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara
yang tepat.
Rasional: mengurangi kecemasan pada klien ketika mengalami tanda dan gejala
penyakit serta diteksi awal bagi klien mengenai suatau penyakit.

I. WOC

Pengktn kebth. perdarahan Defisiensi nutrisi


Zat besi u/ Gangguan absorbs zat
prematuritas besi(sperti:gastrektomi,
colitis kronis
Volume darah

Difisiensi zat besi


Peningkatan
kebutuhan volume
darah

asimptomati
k

Penurunan
curah
jantung

Aliran darah
ke jaringan
gg. kebutuhan menurun
nutrisi

Aliran darah
ke jaringan
menurun

Hipoksia, Suplai O2 ke
pucat, lemah jaringan
berkurang
Transfer zat
besi ke janin
gg. gg. perfusi menurun
intoleransi jaringan
aktifitas
Nutrisi janin
berkurang

Risiko cidera
janin
PENKES
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan penatalaksaan menurut
(Masrizal, 2007) :
a) Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup
tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang
lain untuk mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi
termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C.
Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan
penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber
vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi
konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat,
tannin.
b) Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum
digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Program pemerintah saat ini,
setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet besi
yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg.
program tersebut bertujuan mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil
c) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg BB/hari dalam 3
dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi
d) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga kebutuhan
makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.
e) Terapi jus jambu biji sebagai peningkatan kadar Hb

Pencegahan
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah (Masrizal
2007) :
a) Suplementasi tabet Fe
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan kada
Hemoglobin
e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah darah.
Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan
hemoglobin.
f) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi besi seperti
bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat
J. Daftar pustaka

Levero, Kenneth J dkk. 2009. Obstetric Williams. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida dkk. 2007. Pengantar Kuliah obsetri. Jakarta: EGC

Barbara, Stright. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi baru lahir. Jakarta: EGC

Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta. Salemba medika.
Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi”. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai