Laporan Kinerja KKP 2010 2014
Laporan Kinerja KKP 2010 2014
Sharif C. Sutardjo
6 KATA PENGANTAR
6 DAFTAR ISI
6 EXECUTIVE SUMMARY
BAB I
6
PENDAHULUAN
BAB II
6 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2010-2014
BAB III
6
HASIL PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BAB IV
6
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BAB V
6 RANCANGAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN TAHUN 2015-2019
BAB VI
6
PENUTUP
6 LAMPIRAN
6 TIM PENYUSUN
Kekuatan ekonomi perikanan dicerminkan dari PDB Perikanan yang memiliki peran strategis dalam
memberikan sumbangan terhadap PDB nasional. Dalam periode 2010-2013, capaian pertumbuhan
PDB Perikanan selalu berada di atas PDB Pertanian dan PDB Nasional dan merupakan rata-rata tertinggi
dalam empat tahun terakhir dalam kelompok pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian
secara umum, maupun pada PDB Nasional.
Pada periode 2010-2013 terjadi peningkatan produksi perikanan sebesar 18,10% per tahun, yakni dari
11,66 juta ton pada tahun 2010 menjadi 19,18 juta ton pada tahun 2013, dimana perikanan budidaya
menyumbang 69,53% dan perikanan tangkap sebesar 30,57%. Produksi olahan pada tahun 2012 sebe-
sar 4,8 juta ton, mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 5,16 juta ton. Selain perikanan telah
dilaksanakan pula Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat untuk meningkatkan produksi garam konsumsi.
Pada tahun 2012 telah tercapai swasembada garam konsumsi, sehingga tidak lagi diperlukan impor ga-
ram konsumsi. Produksi garam rakyat pada tahun 2012 mencapai hampir 3 juta ton, yang sekitar 2,2 juta
ton adalah hasil produksi garam rakyat.
Nilai Tukar Nelayan/Pembudidaya Ikan di atas angka 100, selama lima tahun terakhir mengalami fluktuatif
dengan rata-rata realisasinya 105,33 per tahun, pada tahun 2013 berhasil mencapai angka 105,37. Nilai
NTN/NTPi secara rata-rata dan bulanan masih di atas 100, artinya nelayan masih dapat menyimpan hasil
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan dan pembudidayaan ikan setelah digunakan
untuk memenuhi kebutuhan operasional dan hidup sehari-harinya.
Selama kurun waktu 2010-2013 ekspor hasil perikanan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,9%
per tahun. Nilai ekspor produk perikanan pada tahun 2013 mencapai USD 4,18 milliar, yaitu meningkat
8,05% dibandingkan dengan nilai ekspor produk perikanan pada tahun 2012, yakni USD 3,85 milliar.
Pada periode 2010-2013 volume ekspor meningkat rata-rata 4,37% per tahun dengan kenaikan nilai
rata-rata sebesar 437% per tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa produk hasil perikanan yang
diekspor memiliki nilai tambah tinggi. Dalam rangka mengamankan pangsa pasar produk hasil perikan-
an dalam negeri, KKP berhasil menjaga volume dan nilai ekspor hasil perikanan. Dalam rentang tahun
2010-2013, impor ikan dapat dikendalikan dan pada tahun 2013 nilai impor ikan hanya sebesar 11,2%
dari nilai ekspor. Kondisi demikian mengakibatkan surplus perdagangan produk hasil perikanan sebesar
USD 3,71 miliar pada tahun 2013. Impor hasil perikanan tersebut diperuntukan dalam rangka pemenu-
han bahan baku industri pengolahan yang akan diekspor, tepung ikan, dan jenis ikan yang tidak dapat
diproduksi di dalam negeri.
Dengan telah dilakukannya peningkatan sistem karantina ikan dan jaminan mutu produk perikanan, pada
tahun 2013 jumlah penolakan ekspor di negara mitra dipertahankan tetap <10. Keberhasilan pening-
katan produksi perikanan Indonesia, dibarengi pula dengan peningkatan tingkat konsumsi masyarakat.
Rata-rata peningkatan konsumsi ikan per kapita per tahun pada rentang tahun 2010-2013 sebesar 5,33%.
Sementara untuk tahun 2014, KKP mentargetkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia mencapai 37,8 kg/
kapita/tahun.
Sampai tahun 2013, telah ditetapkan kawasan konservasi perairan berjumlah 131 kawasan dengan
luasan mencapai 15.764.210,85 ha. Dalam rangka implementasi Undang-Undang 27/2007 jo Undang-
Undang 1/2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, telah dilakukan pengemban-
gan dan pengelolaan pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau kecil terluar melalui penguatan sarana
dan prasarana dasar di sebanyak 193 pulau. Ditargetkan sampai tahun 2014 dapat dilaksanakan sampai
220 pulau. Peningkatan kinerja pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan telah
dilakukan melalui pengembangan sistem pengawasan dalam rangka pemberantasan IUU Fishing (Illegal,
Dalam hal penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 KKP melaksanakan
PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan. Jumlah total kelompok penerima PNPM-Mandiri KP sebanyak
33.185 kelompok dengan total dana yang dikucurkan sebanyak Rp1,9 triliun. Kegiatan yang dilakukan
melalui bantuan langsung pada kelompok masyarakat ini telah dapat meningkatkan produksi perikanan
dan produk olahan dari kelompok masyarakat penerima, meningkatkan pendapatan anggota kelompok,
dan jumlah tabungan kelompok. Bahkan beberapa kelompok telah mandiri dapat mengakses kredit
seperti KUR, KKP-E, bahkan kredit komersial.
Dalam rangka meningkatkan kehidupan nelayan, KKP telah mengkoordinasikan 12 Kementerian Negara/
Lembaga untuk bersama-sama melaksanakan Program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN). PKN
dilaksanakan sejak tahun 2011 di 100 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan dilanjutkan pelaksanaannya di
400 PPI pada tahun 2012, 200 PPI pada tahun 2013 dan 116 PPI pada tahun 2014. Pelaksanaan Program
PKN selama periode 2011-2013 diantaranya adalah pemberian sertifikasi hak atas tanah nelayan (SEHAT)
sebanyak 18.000 bidang, rumah sangat murah sebanyak 6.000 unit, listrik murah sebanyak 10.995 unit,
BOS dan beasiswa anak nelayan sebanyak 1.600 orang, layanan kesehatan sebanyak 2.100 puskesmas,
PUMP, kapal penangkapan ikan dan sarana alat tangkap serta, pelatihan dan penyuluhan bidang kelau-
tan dan perikanan. K/L terkait lainnya juga telah mendukung melalui penyediaan layanan kesehatan,
sekolah, penguatan koperasi, pendampingan usaha, dll. Selain anggaran pusat, Pemerintah Daerah juga
mendukung melalui APBD utamanya dalam rangka pembinaan nelayan di lokasi Program PKN.
Untuk mendukung ketahanan pangan nasional, KKP memberi dukungan pembangunan Kapal Inka Mina
dengan ukuran 30 GT ke atas. Sampai dengan tahun 2014, pemerintah menargetkan bantuan sebanyak
1000 kapal kepada kelompok nelayan di berbagai wilayah Indonesia. Dari evaluasi yang telah dilakukan
sebanyak 507 atau 98% kapal Inka Mina dari total 519 realisasi pembangunan selama 2010-2012 telah
sukses beroperasi dan berhasil meningkatkan hasil tangkapan serta pendapatan nelayan di sejumlah
daerah. Dari jumlah kapal 519 unit yang telah terbangun, sebanyak 507 unit kapal sudah beropera-
sional dengan baik. Hingga tahun 2013, kapal-kapal tersebut telah berkontribusi terhadap peningkatan
produksi hasil tangkapan serta peningkatan pendapatan masyarakat rata-rata Rp46 juta per trip dengan
kisaran 10 orang ABK per kapal. Sejak tahun 2010-2013 jumlah kapal yang sudah terbangun mencapai
735 kapal. Direncanakan tahun 2014 akan dibangun 226 unit kapal.
Upaya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru sektor kelautan dan perikanan, salah satunya
dikembangkan melalui implementasi Minapolitan dan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan. Minapolitan
berbasis pengembangan wilayah sementara industrialisasi kelautan dan perikanan untuk percepatan
peningkatan daya saing dan nilai tambah. Sampai dengan tahun 2013, sudah ditetapkan 179 lokasi
Minapolitan. Keberhasilan pelaksanaan Minapolitan dan Industrialisasi diantaranya dapat dilihat dari
peningkatan volume produksi, nilai poduksi, pendapatan nelayan dan penyerapan tenaga kerja.
Sementara itu keberhasilan pengembangan sentra produksi perikanan melalui industrialisasi kelautan
dan perikanan, dapat kita lihat di 5 pelabuhan perikanan, yakni Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Nizam Zachman, PPS Bungus, PPS Bitung, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhanratu dan PPN
Ambon. Langkah-langkah perbaikan penanganan di 5 pelabuhan perikanan yang menjadi percontohan
industrialisasi dilakukan melalui (1) peningkatan infrastruktur dan fasilitas pelabuhan, (2) pembenahan
manajeman pelabuhan, dan (3) dukungan regulasi. Langkah-langkah perbaikan di 5 pelabuhan peri-
kanan tersebut telah mampu mendorong peningkatan jumlah produksi, nilai produksi, peningkatan mutu
dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari data-data produksi yang dicapai oleh 5 pelabu-
han lokasi industrialisasi dari tahun 2011-2014. Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu target
industrialisai selain peningkatan produksi dan nilai produksi serta mutu produk TTC.
Selain itu percepatan revitalisasi tambak udang guna mengembalikan kejayaan udang nasional, diupay-
akan melalui koordinasi dan sinergitas pembangunan perikanan budidaya dengan Pemda, meningkat-
kan koordinasi, kerjasama dan sinergitas lintas sektor, penetapan zonasi/kawasan budidaya, pendamp-
ingan dan fasilitasi akses permodalan, akses pasar, pendampingan teknologi dan manajemen bisnis,
peningkatan kualitas SDM, sertifikasi Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), Cara Budidaya Ikan yang
Baik (CBIB) dan teknologi anjuran lainnya.
Dampak pelaksanaan kegiatan industrialisi rumput laut pada sektor hulu adalah pencapaian produksi
rumput laut di Kabupaten lokasi industrialisasi yang naik secara signifikan yaitu dari total produksi sebe-
sar 647.036 ton sebelum direvitalisasi menjadi 2.156.787 setelah direvitalisasi atau naik 233,33%. Secara
nasional, dampak industrialisasi rumput laut berupa kenaikan produksi rumput laut dari 6.514.854 ton
pada tahun 2012 menjadi 9.298.474 ton pada tahun 2013.
Pengembangan sumber daya manusia kelautan dan perikanan dilaksanakan melalui 3 program utama,
yaitu 1) pendidikan, 2) pelatihan dan 3) penyuluhan. Pendidikan dilaksanakan melalui 9 Sekolah Usaha
Perikanan Menengah, 3 Akademi Perikanan dan 1 Sekolah Tinggi Perikanan yang seluruh pembiayaan-
nya ditanggung negara. Sementara itu, pelatihan dilakukan di 6 lembaga pelatihan yang dikelola oleh
KKP. Pendidikan dan pelatihan kelautan dan perikanan juga dilakukan di lembaga pendidikan dan
pelatihan lainnya melalui pembinaan kualitas dan pembinaan teknis. Salah satu contoh adalah pengem-
bangan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP). Sementara itu penyuluhan kelautan
dan perikanan melalui sistem penyuluhan nasional yang melibatkan 3.275 penyuluh pegawai negeri
sipil, swadaya 7.495 orang dan tenaga kontrak 1.473 orang.dengan kelompok sasaran mencapai 50.000
kelompok.
Dalam rangka menyiapkan SDM berkualitas, selama tahun 2010-2014 KKP telah mampu menyediakan
sebanyak 126.197 SDM KP yang kompeten, melalui serangkaian kegiatan (1) Program Unggulan Pendi-
dikan Wirausaha Mina Pemula (PRO-MULA), (2) School for Marine Protected Area Management (SMPAM),
(3) Revitalisasi Pendidikan Tinggi Akademi Perikanan Sidoarjo (APS) menjadi Politeknik KP, (4) Interna-
tional Job Fair in Marine and Fisheries, (5) Pembangunan Kampus Teaching Factory, (6) pengembangan
Sarana dan Prasarana Pendidikan di 9 lokasi sekolah SUPM, (7) Pendidikan Kesetaraan (Community
Collage), (8) Inovasi Pendidikan melalui Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik), (9) Gelar
Pelatihan Nasional, (10) Penetapan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP), dan (11)
Bantuan Pendidikan Bagi Anak Pelaku Utama.
Dalam rangka mendukung pembangunan KP, KKP telah menghasilkan beberapa teknologi inovatif
antara lain: pemanfaatan resirculation aquaculture system untuk budidaya udang vaname; penerapan
teknologi kantong rumput laut dan pancing gurita; Seleksi udang windu tahan penyakit menggunakan
mikrosatelit sebagai marker assisted selection (MAS); peningkatan efesiensi dan kualitas bahan baku
pakan untuk budidaya ikan air tawar melalui penggunaan mikroba; pengembangan teknologi budidaya
ikan nila best melalui vaksin streptovac dan probiotik pato–aero I, pengembangan teknologi pendederan
ikan gurame hibrid dengan aplikasi vaksin mycoforty; penerapan teknologi pembuatan pakan untuk
warna ikan koi; penerapan teknologi pembuatan dan pengayaan pakan ikan rainbow; perbaikan kualitas
induk lokal unggul ikan hias koi hasil selektif dan rekayasa set kromosom, peningkatan keragaan warna
ikan hias rainbow melalui hibridisasi; peningkatan mutu genetik udang galah - seleksi populasi F4 udang
Dalam kegiatan One map movement, KKP telah (1) mengintegrasikan Jaringan Informasi Geospasial Na-
sional (JIGN), dan (2) pendataan secara spasial sumber daya kelautan untuk padang lamun, pulau-pulau
kecil, serta pengaturan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Untuk mengoptimalkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan, telah dirintis kebijakan pemban-
gunan kelautan dan perikanan dengan pendekatan blue economy. Gagasan kebijakan blue economy ini
telah diangkat di forum-forum internasional dan Indonesia telah dinilai menjadi negara yang aktif men-
gangkat gagasan blue economy di forum-forum internasional. Hal ini perlu diperkuat melalui kebijakan
pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dengan pemerataan yang diimbangi dengan pelestarian lingkungan.
Komitmen KKP terhadap kesetaraan gender secara umum menunjukkan kemajuan yang positif. Tahun
2013 KKP menerima penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), KKP sebagai salah satu kementerian yang telah melak-
sanakan Pengarusutamaan Gender dengan baik.
Sejak tahun 2013, KKP menjadi satu-satunya Kementerian yang menangani sektor yang memperoleh
nilai “A” untuk penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dari Kementerian PAN
dan RB. Berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi AKIP yang dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB, KKP
dapat meningkatkan prestasinya dengan memperoleh kembali peringkat nilai “A” untuk AKIP KKP tahun
2014. Laporan Keuangan KKP yang telah disusun dan diaudit BPK-RI, memperoleh Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) untuk Laporan Keuangan KKP Tahun 2011, Tahun 2012, dan Tahun 2013. Untuk me-
ningkatkan transparansi, obyektifitas, akuntabel dan bebas KKN maka penerimaan CPNS KKP pada tahun
2013 menggunakan Sistem Computer Assisted Test (CAT) dan telah menerima penghargaan dari Badan
Kepegawaian Nasional.
KKP telah dapat menyelesaian berbagai produk hukum di bidang kelautan dan perikanan. Prestasi yang
menonjol adalah disahkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Un-
dang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tahun 2013 dan
disahkannya Rancangan Undang-Undang tentang Kelautan pada tahun 2014.
Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, KKP telah
berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dengan hasil (1) Menerima Predikat Kepatuhan
Standar Pelayanan Publik dari Ombudsman Republik Indonesia pada 18 Juli 2014 dengan 4 (empat)
unit layanan di lingkungan KKP yang telah dinilai, (2) Menerima Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik
Terbaik dari Kementerian PAN dan RB pada 30 April 2014 pada Unit Pelaksana Teknis Balai Karantina Ikan
Semarang, (3) Menerima penghargaan Certificate of Merit dari World Custom Organization pada Badan
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP dengan kriteria pelay-
anan yang luar biasa bidang kepabeanan pada tahun 2013, dan (4) mendapatkan Nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) melalui pelayanan perizinan untuk sertifikasi CPIB dengan nilai 81,77 dengan mutu
pelayanan A (sangat memuaskan), dan untuk Surat Keterangan Aktivasi Transmiter (SKAT) dengan nilai
81,69 dengan mutu pelayanan A (sangat memuaskan). Penilaian integritas KKP di tahun 2013 oleh KPK
mendapat nilai 7,12 meningkat dibanding tahun 2012 yang mendapat 6,68. Penilaian inisiatif anti korup-
si oleh KPK terus meningkat pada tahun 2010 nilainya 6,75, tahun 2011 nilai 6,63, tahun 2012 nilai 7,46
dan tahun 2013 nilai 7,6. Sebagai komitmen untuk mencegah dan memberantas praktek korupsi telah
Menteri Kelautan dan Perikanan yang ditetapkan sebagai Ketua Tim Kerja Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi
telah melakukan Ground Breaking sampai tahun 2013 di KE Sulawesi sekitar 19 proyek dengan nilai
investasi sekitar Rp28.113,5 miliar. Dalam perkembangan pelaksanaan MP3EI di KE Sulawesi terdapat
66 proyek yang telah dilakukan validasi, 54 proyek dalam proses validasi serta 88 proyek usulan baru
dengan total nilai investasi secara keseluruhan sebesar Rp108,69 triliun. Hasil validasi komitmen kegiatan
investasi SDM-IPTEK berupa dukungan penyediaan lapangan kerja dan kebutuhan tenaga kerja ber-
dasarkan jenis program di KE Sulawesi adalah sebesar Rp3,4 triliun yang terdiri dari program akademi
komunitas, institut, politeknik dan sekolahtinggi, SMK, Universitas, serta program IPTEK. Sedangkan
dukungan konektivitas berupa infrastruktur bandara, pelabuhan, kereta api, jalan, dan energi dengan
jumlah proyek sebanyak 141 proyek diindikasikasikan dengan nilai investasi sebesar Rp111, 92 triliun.
Pelaksanaan kegiatan ekonomi di KE Sulawesi sampai dengan tahun 2025 optimis dapat dilaksanakan.
Tahun 2013-2014 direncanakan akan dilaksanakan Ground Breaking untuk 22 kegiatan ekonomi dengan
nilai investasi sebesar Rp23,5 triliun.
Keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dicapai sampai tahun 2014 diharapkan
dapat menjadi fondasi yang kuat bagi pelaksanaan pembangunan periode berikutnya. Beberapa hal
yang telah memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat kelautan dan perikanan diharapkan
dapat dilanjutkan, seperti kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan yang ke depan perlu diperkuat
dengan penerapan konsep blue economy.
Dalam rangka menuju Indonesia sebagai negara maritim, ke depan perlu dikembangkan berbagai indi-
kator pembangunan yang terkait dengan kelautan, serta penyelesaian berbagai produk turunan dari un-
dang-undang yang telah diselesaikan. Sangat disadari masih terdapat permasalahan yang dihadapi dan
memerlukan upaya pemecahan yang berkesinambungan dan memerlukan sinergi antar sektor terkait,
terlebih dalam menghadapi Masyakat Ekonomi ASEAN 2015. Dengan kelembagaan dan dukungan SDM
yang telah dimiliki KKP sampai saat ini dan capaian kinerja organisasi yang telah dicapai, tentunya akan
mampu menghadapi tantangan pembangunan ke depan melalui peningkatan kualitas pelayanan publik
dan perumusan kebijakan yang mengedepankan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.
Pengembangan Kawasan
a. Minapolitan
*) Angka sementara
**) Angka target 1) Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan
6,9%
a. Produksi perikanan
Satuan : Ton
Tahun
Rincian
2010 2011 2012 2013*) 2014**)
Total 11.662.342 13.643.234 15.504.747 19.177.008 19.499.206
Perikanan Tangkap 5.384.418 5.714.271 5.829.194 5.863.170 6.050.000
· Perikanan Laut 5.039.446 5.345.729 5.435.633 5.458.490 5.644.160
· Perairan Umum 344.972 368.542 393.561 404.680 405.840
Perikanan Budidaya 6.277.924 7.928.963 9.675.553 13.313.838 13.449.206
· Budidaya Laut 3.514.702 4.605.827 5.769.737 8.379.055 8.118.650
· Budidaya Payau 1.416.038 1.602.748 1.756.799 2.346.752 2.618.200
· Budidaya Tawar 1.347.184 1.720.388 2.149.016 2.588.031 2.712.356
*) Angka sementara
**) Angka Target
18,10%
Perikanan Tangkap
Produksi
perikanan Produksi perikanan tangkap tahun 2013 sebesar 5.863.170 ton
tangkap tahun terdiri dari produksi perikanan tangkap di laut sebesar 5.458.490
2013 sebesar 5,8 ton (93,10%) dan perairan umum daratan sebesar 404.680 ton
juta ton dengan (6,90%) dengan laju kenaikan rata-rata sejak tahun 2010-2013
laju kenaikan mencapai 2,90% per tahun. Peningkatan volume produksi diiringi
rata-rata 2010- oleh peningkatan nilai produksi sampai dengan tahun 2013
2013 sebesar mencapai Rp85,12 triliun dengan kenaikan rata-rata dari tahun
2,90% per tahun 2010-2013 sebesar 12,68%. Jika dibandingkan pertumbuhan
volume produksi terhadap nilai sejak tahun 2010-2013, maka
pertumbuhan nilai lebih tinggi dari pada pertumbuhan volume.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum komoditas
perikanan tangkap mengalami peningkatan kualitas yang
selanjutnya menyebabkan kenaikan harga.
*) Angka target
Kenaikan rata-rata
Jenis Budidaya 2010 2011 2012 2013* 2014
2010 - 2013
Total Produksi 6.277.924 7.928.963 9.675.553 13.313.838 6.158.770 28,64
Air Tawar 2.347.184 1.720.388 2.149.017 2.588.031 1.035.235 24,35
Air Payau 1.416.038 1.602.748 1.756.799 2.346.752 1.462.903 18,79
Laut 3.514.702 4.605.827 5.769.737 8.379.055 3.660.632 33,85
*) Angka sementara
**) Semester I
Peningkatan produksi perikanan budidaya 2010–2013 yang
mencapai kenaikan rata-rata per tahun sebesar 28,64% atau
total produksi naik sebesar 247,64% merupakan salah satu
keberhasilan pembangunan perikanan budidaya yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat khususnya stakeholder
perikanan budidaya. Disamping itu, hal ini membuktikan bahwa
berbagai program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
oleh pemerintah selama kurun waktu tersebut telah berhasil
memberikan daya ungkit pengembangan usaha perikanan
Tahun 2011 Indonesia budidaya di Indonesia.
menempatkan diri Pencapaian produksi perikanan budidaya di Indonesia pada
sebagai produsen tahun 2011 yang sebesar 7,9 juta ton (dengan rumput laut) telah
perikanan budidaya menjadikan Indonesia sebagai produsen perikanan budidaya
ke-2 terbesar di dunia ke-2 terbesar di dunia dibawah Tiongkok dan memberikan
dibawah Tiongkok dan kontribusi terhadap total produksi perikanan dunia sebesar
berkontribusi terhadap 10,69% (Fishstat FAO, 2014). Dengan pencapaian produksi
total produksi perikanan sebesar 13,3 juta ton pada Tahun 2013 maka dapat diperkirakan
dunia sebesar 10,69% bahwa kontribusi Indonesia terhadap produksi perikanan
budidaya dunia akan semakin besar.
1 Udang 400.300 380.972 460.000 372.577 529.000 415.703 608.000 639.589 713.000 236.153 32,20
- Windu 109.140 125.519 115.720 126.157 128.700 117.888 158.000 178.583 188.000 54.279 30,04
- Vanamae 291.160 206.578 344.280 246.420 400.300 251.763 450.000 386.314 450.000 160.726 32,85
2 Rumput Laut 2.672.800 3.915.017 3.504.200 5.170.201 5.100.000 6.514.854 6.500.000 9.298.474 8.777.600 4.384.396 33,86
3 Nila 491.800 464.191 639.300 567.078 850.000 695.063 1.200.000 909.016 1.100.000 376.262 36,16
4 Patin 225.000 147.888 383.000 229.267 651.000 347.000 750.000 410.684 500.000 174.597 46,07
5 Lele 270.600 242.811 366.000 337.577 495.000 441.217 700.000 543.461 639.206 264.232 37,49
6 Mas 267.100 282.695 280.400 332.206 300.000 374.366 500.000 412.736 400.000 179.904 29,78
7 Gurame 40.300 56.889 42.300 64.252 44.400 84.681 125.000 94.605 120.000 49.165 31,07
8 Kakap 5.000 5.738 5.500 5.236 6.500 6.198 7.000 6.735 8.400 2.752 30,96
9 Kerapu 7.000 10.398 9.000 10.580 11.000 11.950 11.000 18.864 20.000 6.954 36,18
10 Bandeng 349.600 421.757 419.000 467.449 503.400 518.939 700.000 626.878 750.000 293.017 33,63
11 Lainnya 646.700 349.567 738.800 372.540 925.400 265.561 531.122 352.795 421.000 191.338 31,18
JUMLAH 5.376.200 6.277.923 6.847.500 7.928.963 9.415.700 9.675.533 11.632.122 13.313.838 13.449.206 6.158.770 35,61
Udang
Produksi udang nasional pada Tahun 2010-2013 mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 21,08% per tahun, hal ini juga yang
juga diikuti dengan peningkatan nilai produksi dengan kenaikan
rata-rata sebesar 62,90% per tahun. Rata-rata kenaikan nilai
produksi per tahun yang lebih besar dibandingkan dengan
rata-rata peningkatan volume produksi menunjukkan bahwa
permintaan terhadap komoditas udang masih lebih tinggi
dibandingkan dengan penawaran. Hal ini menunjukan bahwa
udang merupakan komoditas yang memiliki nilai tambah yang
cukup besar dan masih merupakan produk yang dinilai prestisius.
Nilai produksi udang tertinggi terjadi pada tahun 2013, hal ini
diduga akibat terjadinya kekurangan pasokan udang ke pasar
dunia akibat mewabah penyakit udang di beberapa negara
penghasil utama udang.
sama. Tercapainya target volume pada tahun 2013 antara lain
disebabkan kembalinya minat masyarakat dalam berbudidaya
udang yang antara lain disebabkan: (i) adanya kebijakan strategis
pemerintah dalam meningkatkan kinerja pembudidayaan
udang, diantaranya adalah industrialisasi udang dan revitalisasi
Kerapu
Kecenderungan peningkatan produksi ikan kerapu dari Tahun
2010-2013 menunjukkan kinerja yang cukup baik ditandai
dengan kenaikan produksi rata-rata per tahun sebesar 24,19%.
Begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu
yang sama menunjukan peningkatan yang positif dengan rata-
rata kenaikan per tahun sebesar 23,41%. Dengan melihat capaian
pada Semester I Tahun 2014 sebesar 52,68% dari target, maka
produksi kerapu diprediksikan akan tercapai pada akhir Tahun
2014.
Gambar 6. Volume dan Nilai Produksi Kerapu Tahun 2010 s.d Semester I Tahun 2014
(Data 2014 merupakan angka sementara)
Kakap
Capaian produksi ikan kakap dari Tahun 2010–2013 menunjukkan
rata-rata peningkatan per tahun sebesar 6,1%. Begitu juga
dengan angka nilai produksi selama kurun waktu yang sama
menunjukan trend yang positif dengan rata-rata kenaikan per
tahun sebesar 13,73%. Dilihat dari perbandingan antara capaian
dengan target tahunan menunjukkan kinerja yang fluktuatif.
Hal ini antara lain lebih disebabkan fenomena bahwa saat ini
aktivitas usaha budidaya ikan kakap masih belum memasyarakat
dan secara umum didominasi oleh beberapa perusahaan
sehubungan nilai investasi yang besar.
Gambar 7. Volume dan Nilai Produksi Kakap Tahun 2010 s.d Semester I Tahun 2014
(Data 2014 merupakan angka sementara)
memberikan kontribusi sebesar (34,68%), disusul Malaysia
sebesar (26,64%), dan Thailand (22,74%) (Fishstat FAO, Maret
2014 dan Data Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2013).
Prospek pasar ikan kakap baik ekspor maupun dalam negeri yang
Bandeng
Rata-rata kenaikan produksi bandeng dari Tahun 2010–2013
sebesar 14,22%. Begitu juga dengan angka nilai produksi
selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang positif
dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 27,19%. Pencapaian
ini antara lain disebabkan harga pasar yang cukup baik serta
adanya berbagai teknologi diversifikasi olahan bandeng yang
menyebabkan minat masyarakat akan produk bandeng tetap
tinggi.
Gambar 8. Produksi dan Nilai Produksi Bandeng Tahun 2010 s.d Semester I Tahun 2014
(Data 2014 merupakan angka sementara)
Beberapa langkah dalam mendorong produksi bandeng
adalah melalui industrialisasi bandeng yang melaksanakan
langkah-langkah sebagai berikut: a) membentuk percontohan
(demfarm) budidaya bandeng guna mendiseminasikan teknologi
anjuran budidaya bandeng di beberapa daerah potensial yang
14,22% diyakini mampu meningkatkan produktivitas budidaya bandeng
dibandingkan dengan metoda tradisional; b) pengembangan
unit-unit pendederan/penggelondongan bandeng di sentra
produksi bandeng dengan tujuan pemenuhan kebutuhan
benih bandeng berkualitas di sentral-sentral produksi; c)
pengembangan input teknologi yang aplikatif, efektif dan efisien
berbasis wawasan lingkungan; d) berkerja sama dengan asosiasi
masyarakat pelaku usaha budidaya bandeng dalam mendorong
implementasi kebijakan industrialisasi bandeng. Langkah-
langkah ini perlu dilanjutkan untuk menjamin tercapainya target
produksi bandeng Tahun 2014.
Patin
Produksi ikan patin dari tahun 2010 hingga 2013 mengalami
kenaikan rata-rata 41,58%, begitu juga dengan angka nilai
produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend yang
positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 81,77%.
Namun demikian produksi pada kurun waktu Tahun 2010-2012
tidak dapat mencapai target tahunan yang telah ditetapkan
dalam renstra (rata-rata 77,1% dari target).
Gambar 9. Volume dan Nilai Produksi Patin, 2010 s.d Semester I Tahun 2014
(Data 2014 merupakan angka sementara)
sentra produksi seperti di Sumatera Selatan, Riau dan Jambi.
Hal ini menyebabkan pembudidaya mengalami kesulitan dalam
memasarkan produknya, atau pun dapat dipasarkan namun
dengan harga yang rendah. Disisi lain, biaya produksi patin
dirasakan semakin tinggi dan meningkatnya harga pakan.
41,58% Kondisi ini memaksa para pembudidaya patin di sentra-sentra
produksi mengalihkan usahanya ke pembudidayaan ikan jenis
lainnya.
Nila
Produksi ikan nila dari Tahun 2010 hingga tahun 2013 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan
25,17%, begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun
waktu yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata
kenaikan per tahun sebesar 45,81%.
Ikan Mas
Gambar 11. Volume dan Nilai Produksi Ikan Mas Tahun 2010 s.d Semester I Tahun 2014
(Data 2014 merupakan angka sementara)
Produksi Ikan Mas Rata-rata pencapaian target produksi tahunan ikan mas dari
2010-2013 Tahun 2010 – 2012 adalah sebesar 104,3%. Namun padaTahun
2013 capaian target produksi ikan mas hanya 68,17%, begitu
juga dengan angka nilai produksi yang hanya mencapai
90,89%. Penyebab tidak tercapainya target tersebut, antara lain
disebabkan semakin tingginya harga pakan sehingga kurang
memberikan insentif bagi pembudidaya untuk mengembangkan
usahanya. Disamping itu, untuk beberapa daerah masih terjadi
13,48% kegagalan produksi yang disebabkan oleh munculnya wabah
penyakit Koi Herves Virus dan pembalikan massa air (up welling)
di perairan umum (waduk) di lokasi pembudidayaan ikan mas
Lele
Selama kurun waktu produksi ikan lele Tahun 2010-2013
menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan peningkatan
produksi rata-rata sebesar 30,94%, begitu juga dengan angka
nilai produksi selama kurun waktu yang sama menunjukan trend
yang positif dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 54,71%.
Namun demikian, kecepatan peningkatan produksi ikan lele pada
kurun waktu tersebut masih belum sesuai harapan, atau masih
dibawah dari target tahunan yang telah ditetapkan.
disertai dengan peningkatan produksi dan distribusi benih
lele secara berimbang, terutama benih yang berkualitas yang
dihasilkan dari induk lele unggul. Permasalahan ini masih terus
diatasi melalui upaya penyebaran induk unggul yang dihasilkan
oleh UPT Ditjen Perikanan Budidaya maupun beberapa UPTD
30,94% provinsi ke Balai Benih Ikan Lokal maupun Unit Pembenihan
Rakyat. Harga pakan yang tinggi masih merupakan kendala
dalam budidaya lele, namun kendala ini diperkirakan dapat
sedikit diatasi dengan pemberian pakan mandiri.
Gurame
Produksi gurame tahun 2010-2013 menunjukkan kinerja yang
positif, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 18,82%,
begitu juga dengan angka nilai produksi selama kurun waktu
yang sama menunjukan trend yang positif dengan rata-rata
kenaikan per tahun sebesar 43,50%.
Gambar 13. Volume dan Nilai Produksi Gurame Tahun 2010 s.d Semester I Tahun 2014
(Data 2014 merupakan angka sementara)
target sebesar 69,42%, demikian pula dengan pencapaian target
nilai produksi sebesar 99,18%. Tidak tercapainya target pada
Tahun 2013 antara lain disebabkan kurangnya minat masyarakat
untuk melakukan budidaya gurame karena karekateristik
budidaya ini yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk
18,82% sampai ke tahap pemanenan. Disamping itu, pada umumnya
produksi gurame masih berasal dari sentra-sentra produksi
tertentu yang kapasitas pengembangannya terbatas.
Rumput Laut
Produksi rumput laut memberikan kontribusi yang paling besar
terhadap total produksi perikanan budidaya, dimana secara
nasional produksi rumput laut memberikan share sebesar 60%
terhadap produksi perikanan budidaya. Perkembangan produksi
rumput laut dari tahun 2010-2013 menunjukan trend yang
sangat positif, dimana kenaikan produksi rata-rata pertahun
mencapai 33,6% dimana angka ini juga mampu melebihi target
yang ditetapkan per tahunnya dengan rata-rata capaian sebesar
136,9%.
untuk beberapa industri, seperti biofuel, agar-agar, caraginan,
kosmetik, obat-obatan dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga
terus menerus melakukan upaya terobosan diantaranya adalah
pengembangan industrialisasi rumput laut.
33,6% Merujuk pada data FAO, bahwa pada tahun 2012 Indonesia
merupakan produsen rumput laut untuk jenis Eucheuma cottoni
dan Gracilaria terbesar di dunia dengan angka produksi untuk
Eucheuma cottoni sebesar (97,83%) dan Gracillaria sebesar
(93,34%) terhadap produksi rumput laut dunia (Fishstat FAO,
Maret 2014 dan Data Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2013).
Produksi rumput laut dunia sebesar masing-masing untuk jenis
Eucheuma cottoni sebesar 5.865.777 ton dan Gracillaria sebesar
831.576 ton.
* s/d Semester I
** terhadap Target Tahun 2014
data: BPS
Indikator Kinerja
No. 2010 2011 2012 2013* 2014**
Utama
1. Tingkat Konsumsi Ikan 30,48 32,25 33,89 35,62 37,80
Dalam Negeri (kg/
kapita/thn)
2. Nilai Ekspor Komoditas 2,86 3,52 3,85 4,16 5,10
Perikanan (US$ miliar)
3. Jumlah kasus - - <10 <10 <10
penolakan ekspor hasil
perikanan per negara
mitra (kasus)
2010
30,48
* Angka Target
2011
32,25
Tahun
2012
33,89
2013
35,62
2014*
37,8
Pertumbuhan (%)
2010-2014
5,53
2013-2014
6,12
* s/d Triwulan I
Pencapaian nilai ekspor di atas tidak terlepas dari pelaksanaan
kegiatan fasilitasi penguatan dan pengembangan pemasaran luar
negeri hasil perikanan, dimana melalui pelaksanaan kegiatan ini
dapat diwujudkan tercapainya kinerja kegiatan yang mendukung
peningkatan nilai eskpor antara lain: (1) pengembangan
kelembagaan pemasaran luar negeri, (2) pengembangan
market intelligent melalui pemetaan potensi dan daya saing
tujuan ekspor, (3) Pengembangan ekspor melalui pemenuhan
persyaratan ekspor, pembinaan UKM berpotensi ekspor dan
eksportir UKM, (4) pengembangan promosi dan kerja sama
pemasaran luar negeri, (5) Pengendalian impor hasil perikanan.
Tabel 11. Luas Kawasan Konservasi, Pulau-pulau Kecil dan Perairan Bebas IUU Fishing
Tahun 2010-2013
1. Luas Kawasan Konservasi Perairan yang 1,27 2,54 3,23 3,65 4,5
dikelola secara berkelanjutan (juta
hektar)
2. Jumlah pulau-pulau kecil, termasuk 20 37 74 62 20
pulau-pulau terluar yang dikelola
(pulau)
3. Wilayah Perairan bebas IUU Fishing 35 38 41 47,27 35
dan kegiatan yang merusak SDKP (%)
*) Angka sementara
**) target
Tahun
Indikator Kinerja
2010 2011 2012 2013 2014*
Pulau-pulau kecil termasuk pulau 20 37 74 62 20
kecil terluar yang dikelola
CAPAIAN
SASARAN STRATEGIS
2010 2011 2012 2013 2014*
Persentase Wilayah Perairan Indonesia Bebas
illegal fishing dan kegiatan yang merusak 35 38 41 47,27 36,56
sumber daya kelautan dan perikanan
(7)
(3) Pengawasan Sumber Daya Kelautan
Selain melakukan pengawasan sumber daya perikanan, KKP
juga melakukan pengawasan sumber daya kelautan. Kegiatan
tersebut dimaksudkan untuk mengawasi aktifitas pengelolaan
sumber daya kelautan agar tidak terjadi kegiatan ilegal dan
merusak sumber daya ikan dan lingkungan Pengawasan yang
dilakukan meliputi: (1) Pengawasan Ekosistem Perairan dan
Kawasan Konservasi; (2) Pengawasan Pencemaran Perairan; (3)
Pengawasan Pemanfaatan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
dan (4) Pengawasan Jasa Kelautan dan Sumber Daya Non Hayati.
Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Operasi Kapal Pengawas Tahun 2010 – 2014
Penanganan Pelanggaran
Melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2014, ditetapkan
pembentukan 3 (tiga) Pengadilan Perikanan pada Pengadilan
Negeri Ambon, Sorong, dan Merauke. Ketiga pengadilan
perikanan tersebut menambah jumlah Pengadilan Perikanan
yang sudah terbentuk di 7 lokasi sebelumnya pada tahun 2006,
yaitu di Medan, Jakarta Utara, Pontianak, Tual, Bitung dan pada
tahun 2010 di Tanjung Pinang dan Ranai. Keberadaan Pengadilan
Perikanan akan mempercepat proses penegakan hukum
atas tindak pidana pelanggaran di bidang perikanan, karena
Pengadilan Perikanan berwenang untuk mengadili dan memutus
tindak pidana di bidang perikanan.
Status
Jumlah Belum Dibebaskan/
Jumlah
No. Negara Nelayan Yang Dibebaskan/ Melarikan Diri/
Kapal Ditahan/ Diproses
Ditangkap Meninggal Dunia
Dipulangkan Hukum/ Menunggu
Pemulangan
1 Malaysia 72 358 298 58 2*
2 Australia 37 251 248 3 -
3 Rep. Palau 2 20 20 - -
4 Papua Nugini 2 14 7 7 -
5 Timor Leste 2 14 14 - -
6 India 3 14 5 8 1**
JUMLAH 118 671 592 76 3
Keterangan :
*) melarikan diri
**) meninggal dunia di tengah laut
JUMLAH
NO PENDIDIKAN/PELATIHAN KETERANGAN
(Orang)
1 Pelatihan Dasar L1 dan L2 kepada orang, 196 orang Tahun 2010 = 100 orang
Tahun 2011 = 96 orang
2 Pelatihan Jabatan Fungsional Pengawas Perikanan, 188 orang Tahun 2012 = 60 orang Tahun 2013 = 128 orang
3 Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) PPNS Reguler 60 orang Tahun 2010 = 30 orang
Tahun 2013 = 30 orang
4 Diklat Polisi Khusus Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau 153 orang Dilaksanakan pada tahun 2013 dan seluruh peserta
Kecil (POLSUS WP3K). Telah dilantik sebanyak POLSUS pelatihan telah dilantik menjadi POLSUS WP3K
WP3K.
Peraturan Pemerintah 2 - - - - 2
Peraturan Presiden - - 2 - 1 3
Gambar 22. Kerja Sama KKP-KPK dalam Pencegahan Gratifikasi di Lingkungan KKP
Tabel 28. Jumlah Penyaluran BLM PNPM Mandiri KP 2011-2013 dan Target 2014
PUMP PT
Hasil kajian kinerja PUMP PT selama tahun 2011–2012 yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan Perikanan pada Januari-Maret 2013, menunjukan adanya
kenaikan produksi dan pendapatan nelayan penerima PUMP PT
sebagaimana pada gambar grafik berikut.
Kenaikan pendapatan
Kenaikan produksi
PUMP PB
Pemberdayaan masyarakat melalui PUMP perikanan budidaya
telah menunjukkan adanya (1) peningkatan jumlah pembudidaya
(tenaga kerja) dan usaha perikanan budidaya, (2) meningkatnya
kapasitas produksi perikanan termasuk produktivitas
dengan adanya penambahan wadah/kolam budidaya, (3)
meningkatnya teknologi yang diterapkan dengan adanya
kenaikan input produksi melalui bantuan, (4) meningkatnya
kemampuan manajemen usaha perikanan budidaya melalui
kegiatan pembinaan, penyuluhan dan pendampingan, dan
(5) meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan usaha
budidaya sehingga menumbuhkan wirausaha pemula.
Gambar 3.
Tabel 30. Daftar Pokdakan PUMP PB yang telah Mengakses Pembiayaan Usaha
PUMP PB /
No. Nama Pokdakan Pelaksana / Jenis Pembiayaan Jumlah (Rp.)
Komoditas
1 Junior Gurami (Kab. Pd. Pariaman - Sumbar) 2011 / Gurami PT. Semen Padang / CSR 15,000,000
2 Karya Bakti (Kab. Kepahiang - Bengkulu) 2012 / Nila BRI / KKP-E 600,000,000
3 Subur (Kab. Kepahiang - Bengkulu) 2011 / Nila Mandiri Syariah / PKBL 100,000,000
4 Mekar Jaya (Kab. Pesawaran - Lampung) 2011 / Lele BNI / KUR 136,000,000
5 Tani Jaya (Kab. Bogor - Jabar) 2011 / Lele Bank Mandiri / CSR 400,000,000
6 Jasa Rama (Kab. Bandung - Jabar) 2011 / Lele BRI / KKP-E 150,000,000
7 Mina Sari Sejati (Kota Semarang - Jateng) 2011 / Lele Bank Mandiri / KKP-E 350,000,000
8 Minagoro (Kab. Temanggung - Jateng) 2011 / Lele Mandiri Syariah / PKBL 100,000,000
9 Tunas Karya (Kab. Tuban - Jatim) 2011 / Lele Mandiri Syariah / KUR 20,000,000
10 Jenggolo Makmur (Kab. Tuban - Jatim) 2011 / Udang Windu Mandiri Syariah / KUR 20,000,000
11 Cipta Karya (Kab. Bojonegoro - Jatim) 2011 / Lele BRI / KKP-E 80,000,000
12 Barokah (Kota Banjarmasin - Kalsel) 2011 / Patin BNI / PKBL 200,000,000
13 Mina Musti (Kab. Banjar - Kalsel) 2011 / Patin BRI / KKP-E 500,000,000
14 Enggal Jaya (Kab. Tanah Laut - Kalsel) 2011 / Nila BRI / KKP-E 190,000,000
15 Buruh Makmur (Kab. HSU - Kalsel) 2011 / Patin BRI / KKP-E 300,000,000
16 Propea (Kab. Buton Utara - Sultra) 2011 / Rumput Laut BRI / KKP-E 100,000,000
17 Kotoni (Kab. Buton Utara - Sultra) 2011 / Rumput Laut BRI / KKP-E 100,000,000
18 Wacil (Kab. Lebak - Banten) 2011 / Lele BRI / KUR 200,000,000
19 Mina Sejahtera (Kab. Pacitan - Jatim) 2012 / Nila Bank Jatim / KKP-E 250,000,000
20 Margo Utomo (Kab. Ngawi - Jatim) 2011 / Lele Bank Jatim / KKP-E 35,000,000
21 Jaya Abadi (Kab. Ngawi - Jatim) 2011 / Lele Bank Jatim / KKP-E 49,000,000
22 Mina Ratu Klakah (Kab. Lumajang - Jatim) 2011 / Nila BRI / KUR 50,000,000
23 Tirta Mulya (Kab. Lumajang - Jatim) 2012 / Gurami Bank Jatim / KKP-E 90,000,000
24 Mina Jaya Abadi (Kab. Kediri - Jatim) 2012 / Nila Bank Syariah / Kredit Lunak -
25 Al Makmur (Kab. Probolinggo - Jatim) 2012 / Lele Koperasi / Kredit Lunak -
26 Sumbur Makmur (Kab. Trenggalek - Jatim) 2011 / Lele BRI / KKP-E 90,000,000
27 Sepakat (Kab. Rejang Lebong - Bengkulu) 2011 / Nila - / KUR -
PUMP P2HP
Menurut laporan PPTK pendamping PUMP P2HP sampai dengan
tahun 2013, evaluasi perkembangan PUMP P2HP tahun 2011 dan
2012 menunjukkan 79,67% Poklahsar tahun 2011, 85,66% Poklahsar
tahun 2012 dan 85,15% Poklahsar tahun 2013 termasuk kategori
berhasil yaitu kelompok yang mampu berproduksi secara kontinyu
dan terjadi peningkatan pendapatan. Sedangkan 2,79% Poklahsar
PUMP P2HP telah
tahun 2012 dan 1,82% Poklahsar tahun 2013 termasuk kategori belum
berhasil meningkatkan
berhasil yaitu hanya mampu berproduksi saja tanpa ada peningkatan
pendapatan dan
pendapatan. Poklahsar dalam kategori belum berhasil ini, karena
produksi Poklahsar
kelompok belum berupaya secara maksimal dalam memperluas
jaringan pasar. Yang masuk kategori tidak berhasil sebesar 6,50%
Poklahsar tahun 2011 dan 1,82% Poklahsar tahun 2013 karena
kelompok mengalami kesulitan dalam berproduksi dari sisi modal,
bahan baku dan pasar. Poklahsar yang termasuk dalam kategori
sangat berhasil, terlaporkan untuk PUMP P2HP tahun 2011 sebesar
13,82%, tahun 2012 sebesar 11,55% dan tahun 2013 sebesar 11,21%
yaitu Poklahsar yang telah mendapatkan akses modal.
PUGAR
Seiring dengan berjalannya program PUGAR, keberhasian
PUGAR dapat dilihat dari capaian produksi pada awal
pelaksanaan PUGAR tahun 2011 dengan produksi sebesar
823.958 Ton dari target sebesar 349.200 ton. Capaian produksi
PUGAR berhasil PUGAR tahun 2012 adalah sebesar 2.020.109,70 ton dari yang
menjadikan Indonesia ditargetkan 1.320.000 ton. Total produksi tahun 2012 total
swasembada garam produksi sebesar 2.473.716. ton yang terdiri dari produksi
konsumsi garam rakyat dari bantuan PUGAR sebesar 2.020.109 ton, Non
PUGAR sebesar 453.606 ton dan PT. Garam sebesar 385.000
ton. Dengan produksi PUGAR 2012 tersebut, peningkatan
produktivitas yang tadinya rata-rata hanya menghasilkan sekitar
60 ton per hektar menjadi 80-100 ton per hektar. Estimasi
kebutuhan garam konsumsi nasional sebesar 1.440.000 ton/
tahun telah terlampaui, bahkan terjadi surplus garam konsumsi
tahun 2012 sebesar 1.538.616 ton.
PDPT
PDPT yang dilaksanakan tahun 2012-2013 di 22 kab/kota
telah menghasilkan output berupa 66 dokumen rencana
pengembangan desa (satu tiap desa), terbentuknya 1.095
Kelompok Masyarakat Pesisir, terbangunnya prasarana dan
sarana pada tingkat desa sebagaimana pada Gambar dan Tabel
di bawah ini:
Tabel 32. Alokasi dan Realisasi Pembangunan Kapal Inka Mina Tahun 2010-2013
Keterangan:
Berasal dari kapal Inka Mina pengadaan tahun 2010-2012 yang sudah
melaporkan. Kapal Inka Mina pengadaan tahun 2013 dalam proses evaluasi.
**Sebanyak 102 unit kapal lainnya pengadaan 2010-2012 yang telah operasional
belum melaporkan hasil produksinya (Rata-Rata ABK 10 Org/Kapal, Rata-Rata 2
Trip Penangkapan/Bulan)
Gambar 39. Kapal Inka Mina 549 di Prov. Aceh (kiri atas),
Inka Mina 603 di Prov. Kepri (kiri bawah) dan Inka Mina 198
di Kab. Tarakan, Kalimantan Timur
Pelabuhan perikanan Total pelabuhan perikanan yang dibangun adalah sebanyak 133
mendukung lokasi atau 116% dari total target sebanyak 115 lokasi. Lokasi
pengembangan pelabuhan perikanan yang tidak terealisasi adalah sebanyak 2 lokasi
ekonomi kawasan, yakni PP Karimun – Prov. Kep. Riau dan PPI Atapupu – Prov. Nusa
peningkatan Tenggara Barat yang disebabkan oleh alokasi anggaran semula
konektivitas, direalokasi. Kedua lokasi tersebut tidak terealisasi pada tahun
ketahanan pangan dan 2010, sedangkan pembangunan pelabuhan perikanan tahun 2011
meningkatkan kapasitas terealisasi sebanyak 100%, tahun 2012 teralisasi sebanyak 125% dan
industri pengolahan tahun 2013 terealisasi sebanyak 175%.
hasil perikanan
No. Bentuk
Nama vaksin Indikasi
Sediaan
1. AQUAVAC™ GARVETIL Suspensi Untuk pencegahan Streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri
DKP RI No. I. 0703071 VKC Streptococcus iniae dan Lactococcus garvieae pada ikan nila
2. AQUAVAC™ GARVETIL ORAL Minyak Untuk pencegahan Streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri
DKP RI No. I. 0703070 VKC beremulsi Streptococcus iniae dan Lactococcus garvieae pada ikan nila
3. NORVAX STREP Si Cairan Untuk mencegah penyakit Streptococcosis pada ikan, yang disebabkan oleh
DKP RI No. I. 060641 VKC infeksi bakteri Streptococcus iniae
4. AQUAVAC® IRIDO V Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Iridovirus (Grouper Sleepy
DKP RI No. I. 12111221 BKC Disease Iridovirus) yang sering menyerang ikan kerapu, kakap yang disebabkan
oleh infeksi virus dari family Iridoviridae
5. AQUAVAC STREP Sa Cairan Untuk mencegah penyakit Streptococcosis pada ikan, yang disebabkan oleh
KKP RI No. I. 1105166 VKC infeksi bakteri Streptococcus agalactiae
6. HIMMVAC AGILBAN S-PLUS Cairan Untuk mencegah penyakit Streptococcosis pada ikan, yang disebabkan oleh
KKP RI No. I. 1105165 VKC infeksi bakteri Streptococcus iniae
7. KV3 Cairan Untuk mencegah penyakit KHV (Koi Herpes Virus) pada ikan Koi
PT Akasopa Transparti
KKP RI No. I. 1101152 VKC
8. CAPRIVAC VIBRIO – L Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit vibriosis yang sering menyerang
KKP RI No. D 1206202 BKC ikan kerapu, kakap dan juga ikan-ikan laut lainnya yang disebabkan oleh infeksi
bakteri vibrio
9. CAPRIVAC VBRIO Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit vibriosis yang sering menyerang
KKP RI No. D 1207206 BKC ikan kerapu, kakap dan juga ikan-ikan laut lainnya yang disebabkan oleh infeksi
bakteri vibrio
10. CAPRIVAC AERO – L Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Motile Aeromonas Septicemia
KKP RI No. D 1206201 BKC (MAS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
11. Caprivac Aero Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Motile Aeromonas Septicemia
KKP RI No. D 1208207 BKC (MAS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
12. CAPRIVAC ICTA Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Edwardsiliosis yang disebabkan
KKP RI No. I 1211222 BKC oleh infeksi bakteri Edwardsiella ichtaluri
13. HYDROVAC Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Motile Aeromonas Septicemia
KKP RI No. D 1206203 BKC (MAS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophil.
14 Streptovac Cairan Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Streptococcosis yang disebabkan
KKP RI No. D 1305224 BKC oleh infeksi bakteri Streptococcus agalactiae
Gambar 43. Kegiatan Monitoring Kualitas air oleh Petugas POSIKANDUdi Kawasan
Budidaya Kabupaten Banyumas
»» Plastik Mulsa
Kolam plastik mulsa sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
percontohan budidaya udang sebagai salah satu teknologi
yang bertujuan agar wadah budidaya menjadi kedap dan
meminimalisir penurunan daya dukung lingkungan pada
saat pelaksanaan kegiatan budidaya. Pemasangan plastik
mulsa ini sebagai salah satu penerapan peningkatan
teknologi yang digunakan dari semula menggunakan
teknologi sederhana menjadi teknologi semi intensif atau
intensif. Penggunaan plastik mulsa pada bagian dinding
pematang dan dasar tambak berguna untuk menghambat
masuknya penyakit ke dalam petak budidaya, dan
menjaga kualitas air yang relatif stabil baik warna maupun
tingkat kekeruhan air. Selain itu, juga dapat meningkatkan
pertumbuhan udang dengan tingkat kelulushidupan
(survival rate) yang lebih tinggi sehingga hal ini akan
berimplikasi terhdap peningkatan produktivitas.
»» Kincir Air
Penggunaan kincir air sangat dibutuhkan, terutama dalam
budidaya udang vannamei semi intensif atau intensif untuk
meningkatkan suplai oksigen di tambak. Pada tahun 2012
telah disalurkan bantuan kincir air sebanyak 8.000 unit
untuk 5 kabupaten di 2 provinsi, sedangkan pada Tahun
2013 kincir air yang disalurkan sebanyak 8.640 unit untuk 23
kabupaten di 4 provinsi.
»» Pompa Air
Pompa air merupakan sarana budidaya yang dibutuhkan
untuk memasok air dari saluran ke dalam tambak dan
digunakan pada saat panen. Pada tahun 2012 telah
disalurkan bantuan pompa air sebanyak 500 unit untuk 5
kabupaten di 2 provinsi, sedangkan pada Tahun 2013 kincir
air yang disalurkan sebanyak 540 unit untuk 23 kabupaten
di 4 provinsi
»» Genset
Genset dibutuhkan sebagai sumber energi listrik untuk
mendukung kegiatan budidaya di lokasi percontohan yang
minim jaringan listrik. Hal ini sangat diperlukan karena
dalam pelaksanaan kegiatan budidaya udang dengan
teknologi semi intensif atau intensif diperlukan pasokan
listrik untuk menjalankan sarana budidaya terutama kincir
dan pompa. Pada tahun 2012 telah disalurkan bantuan
genset sebanyak 2.600 unit untuk 5 kabupaten di 2 provinsi,
sedangkan pada Tahun 2013 kincir air yang disalurkan
sebanyak 540 unit untuk 23 kabupaten di 4 provinsi.
Gambar 47. Tebar udang galah sebanyak 10.000 ekor di lahan sawah
Pokdakan Mina Sari Widodo seluas 1.000 m2 (kiri) dan Panen udang
galah mencapai 120 kg/1000 m2 dengan size bervariasi antara 25 – 50 gr
(berumur 3 bulan)
• Excavator
Gambar 48. Jenis Ikan Yang dilindungi oleh Kepmen KP (a. ikan terubuk, b. ikan
napoleon, c. ikan hiu paus, d. ikan pari manta
JUMLAH
NO PROVINSI NO PROVINSI JUMLAH PULAU
PULAU
TOTAL 13.466
Tahun
Kegiatan
2010 2011 2012 2013 2014
PLTS - 5 pulau 1 pulau - -
Minawisata - - 8 pulau 11 pulau 8 pulau
Air bersih - 21 pulau - 66 pulau 40 pulau
Ekonomi produktif - 15 pulau 14 pulau 32 pulau 10 pulau
Sistem yang disebut Solar Home System (SHS) ini merupakan sistem
berskala kecil dengan menggunakan modul surya 50-80 WP (Watt
Peak) dan menghasilkan listrik harian sebesar 150-300 Wh. Listrik
yang dapat disediakan oleh SHS tergolong kecil untuk kapasitas
penggunaan di daerah perkotaan, namun bagi daerah pedesaan
di pulau-pulau kecil terluar, listrik dari PLTS sangat bernilai, apalagi
jika dibandingkan dengan penggunaan lampu minyak tanah atau
peralatan konvensional lainnya yang menggunakan BBM.
- Pendukung Pariwisata Bahari di Pulau-pulau - P. Berhala, Kab. Serdang Bedagai, Prov. Sumatera
Kecil (Penetapan Pulau Berhala sebagai Kawasan Utara
Konservasi Laut Daerah (KKLD) dan dimanfaatkan
sebagai kawasan ecomarine-tourism)
Pembangunan Prasarana Jetty Apung P. Sebatik, Kab. Nunukan, Prov. Kalimantan Utara
4 2013 Fasilitasi Investasi PPK P. Nipa, Kab. Batam, Prov. Kep. Riau
Peningkatan Ketahanan Masyarakat Pulau-Pulau P. Maratua, Kab. Berau, Prov. Kalimantan Timur dan P.
Kecil terhadap Bencana dan Perubahan Iklim Larat Kab. Maluku Tenggara Barat, Prov. Maluku
Kuliah Kerja Profesi / Kuliah Kerja Bersama P. Nusakambangan
Masyarakat (KKBM) Institut Pertanian Bogor
Upacara HUT RI ke 68 di Pulau Kecil Terluar P. Alor
5 2014 Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Bersih di P. Raya dan P. Salaut Besar (Provinsi Aceh); P. Karimun
Pulau-Pulau Kecil Kecil dan P. Subi (Kepulauan Riau); P. Leti (Maluku)
PDPT berhasil Pencapaian kegiatan PDPT pada tahun 2013 antara lain:
membangun sarana tersusunnya 66 dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir/
prasarana desa dan RPDP (48 dokumen review dan 18 dokumen baru) beserta
meningkatkan kualitas RKKnya, teridentifikasi dan terbentuknya Kelompok Masyarakat
lingkungan Pesisir (KMP), serta tersalurkannya BLM melalui pencairan ke
rekening setiap KMP di 22 Kabupaten/Kota dengan total nilai
Rp. 21.280.617.000,- yang diwujudkan dengan terbangunnya
prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan pada
tingkat desa seperti tabel berikut:
Tabel 43. Capaian Pelaksanaan PDPT Tahun 2013
No. Pekerjaan Volume
1 Jalan 9.500 meter
2 Sarana Air Bersih 30 Unit pompa, 19 titik bor, Pipa distribusi 5.020 meter
3 MCK 339 unit
4 Rehab Rumah 43 unit
5 Penanaman vegetasi (mangrove) 347.846 pohon
6 Pengelolaan Sampah Mesin biogas 7 unit, Kompor biogas 10 unit, Tong sampah 50 unit,
Motor pengangkut 1 unit
7 Shelter penampungan 5 Unit
8 Pembuatan Bronjong Panjang 90 meter
Tabel 44. Perkembangan Jumlah SDM KP yang Kompeten Tahun 2010 s.d. 2014
Capaian
Target s.d Persentase
SASARAN Oktober 2010-Juli
2010 2011 2012 2013 2014 (%)
2014 2014
SDM KP memiliki kompetensi 10.400 29.287 44.176 67.432 63.212 126.197 114.300 115,66
sesuai kebutuhan
Terpenuhinya tenaga terdidik 1.451 1.447 1.419 1.420 1.665 7.383 7.300 101,14
kompeten sesuai kebutuhan
Tersedianya lulusan pelatihan 3.287 13.580 23.097 23.292 11.347 71.314 57.000 130,88
KP sesuai standar kompetensi
dan kebutuhan
Meningkatnya jumlah 331 713 1.966 4.272 5.020 4.750 5.000 100,40
kelompok pelaku utama dan
pelaku usaha di kawasan
prioritas perikanan dan
kabupaten/kota potensial
perikanan
Gambar 52. Layout Bangunan Gedung TEFA di STP Karawang, Jawa Barat
Valcapfish Center
Value Capture Fisheries (VALCAPFISH) Project adalah kegiatan
peningkatan kapasitas SDM KP yang pelaksanaannya merupakan
hasil sinergi kerja sama KKP bersama CDI Wageningen University,
Belanda. Kegiatan tersebut secara khusus ditujukan bagi
manager perikanan/pelabuhan, petugas inspeksi perikanan, dan
nelayan, dengan materi peningkatan kapasitas SDM KP meliputi
implementasi good handling practices, fisheries inspection, dan port
management.
Oleh karena itu bagi setiap peserta didik pada satuan pendidikan
berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Anak Pelaku Utama
dimaksud adalah anak nelayan, anak pembudidaya ikan dan anak
Bantuan pendidikan
pengolah ikan. Bantuan biaya pendidikan adalah bantuan berupa
diberikan kepada anak
uang dalam jumlah tertentu sesuai dengan anggaran yang ada yang
pelaku utama yang
diberikan kepada peserta didik pada satuan pendidikan menengah
orang tuanya tidak
dan/atau satuan pendidikan tinggi di bidang kelautan dan
mampu membiayai
perikanan.Penerima bantuan biaya pendidikan adalah anak pelaku
pendidikannya
utama yang mengikuti pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM), Akademi Perikanan (AP) dan Sekolah Tinggi
Perikanan (STP) lingkup KKP. Penerima bantuan biaya pendidikan
adalah anak pelaku utama yang mengikuti pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Akademi/Politeknik dan Perguruan
Tinggi Jenjang Strata Satu (S1) bidang Kelautan dan Perikanan di
luar KKP.
Gambar 61. Kegiatan Pemijahan dan Pemanenan Benih Ikan Patin Pasupati
Gambar 62. Kegiatan Pengangkutan Benih dan Penebaran Benih Ikan Patin
Gambar 72. Perbedaan Warna Ikan Pada Pakan Komersial dan Pakan Balai
Gambar 74. Hasil Dukungan Litbang KP terhadap Program Nasional One Map Policy
Gambar 75. Teknologi Budidaya Udang Vanamei Smale Scale Intensive Farm
Gambar 77. Peta Penyebaran Minyak dan Daerah yang terkena Dampak
Bioteknologi
Tabel 45. Capaian Pelaksanaan PKN Tahun 2011-2013 dan Rencana Tahun 2014
Realisasi Target
No Kegiatan Total Keterangan
2011 2012 2013 2014
(1) Masih rendahnya daya tarik investor baik dari dalam maupun
luar negeri dalam menanamkan modalnya untuk pembangu-
nan ekonomi di KE Sulawesi.
(2) Masih terbatasnya konektivitas/infrastruktur transportasi di KE
Sulawesi, seperti jalan, pelabuhan dll.
(3) Masih terbatasnya areal lahan produksi dan sarana irigasi
di KE Sulawesi (hanya 37% lahan pertanian yang diairi oleh
saluran irigasi).
(4) Masih terbatasnya sumber energi di KE Sulawesi, seperti
listrik, air dll.
Gambar 87. Sekjen KKP mewakili KKP menerima Anugerah Parahita Ekapraya dari
Presiden R.I atas prestasi KKP dalam pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
Gambar 88. Skema Sinergitas Program/Kegiatan Perikanan Tangkap untuk Mendukung Minapolitan
(1) Enam (6) kabupaten yang belum melengkapi Master Plan dan
RPIJM yaitu Kabupaten OKU Timur, Kendal, Tuban, Bone, Jene-
ponto, dan Polewali Mandar.
(2) Dua (2) kabupaten yang belum yang Master Plan belum sesuai
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.18/MEN/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana In-
duk Pengembangan Kawasan Minapolitan yaitu Kabupaten Pati
dan Rembang;
(3) Tujuh belas (17) Kabupaten yang belum melengkapi RPIJM
yaitu Kabupaten OKI, OKU Selatan, Banyuasin, Kota Palembang,
Karawang, Brebes, Pati, Situbondo, Sumenep, Hulu Sungai Sela-
tan, Parigi Moutong, Klungkung, Rote Ndao, Kep Morotai, Kep.
Sula, Sorong dan Raja Ampat; dan
(4) Tiga (3) kabupaten yang belum melengkapi SK Bupati ten-
tang Kelompok Kerja Minapolitan Kabupaten yaitu Kabupaten
Brebes, Tuban dan Kep. Sula
Sesuai dengan prinsip pengembangan kawasan minapolitan yang
merupakan kegiatan yang terintegrasi dan melibatkan lintas sektor,
di beberapa kawasan minapolitan telah mendapatkan dukungan
pengembangan infrastruktur dari Ditjen Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dengan total pendanaan Rp. 30.410.930.000,-
di 16 Kabupaten prioritas. Disamping itu kegiatan budidaya
Industrialisasi Bandeng
Industrialisasi bandeng dilakukan sejak tahun 2012 melalui
percontohan tambak (demfarm) bandeng seluas 500 Ha di enam
kabupaten yaitu Kab.Serang (75 Ha), Kab.Tangerang (100 Ha), Kab.
Karawang (75 Ha), Kab.Subang (100 Ha), Kab.Indramayu (50 Ha), dan
Kab.Cirebon (100 Ha).
KKP memandang (1) Wilayah Amerika dan Eropa (Amerika Serikat, Norwegia, Be-
penting upaya landa, Jerman, Brazil, Inggris, Turki, Uni Eropa, Rusia, Chile, Peru,
pengembangan Meksiko, Perancis, dan Swedia).
kerjasama internasional (2) Wilayah Asia dan Pasifik (Australia, RRT, India, Vietnam,
dibidang kelautan dan Jepang, Brunei Darussalam, Timor Leste, Korea Utara, Thailand,
perikanan Philipina, Korea Selatan, Malaysia, Fiji, New Zealand, dan Mal-
adewa).
(3) Wilayah Afrika dan Timur Tengah (Kenya, Afrika Selatan, Namib-
ia, Arab Saudi, Maroko, Mozambik, Nigeria, Aljazair, dan Sudan).
Negara-negara tersebut merupakan target kerja sama bilateral
dengan sasaran sebagai berikut:
Gambar 92. Matriks Kerja Sama Internasional Bidang Kelautan dan Perikanan
KEGIATAN LOKASI
Pelaksanaan demfarm budidaya udang dan operasional pokja Lombok Tengah
minapolitan
Pelaksanaan demfarm budidaya rumput laut dan operasional pokja
minapolitan
Perekayasaan Teknologi Budidaya Ikan dalam Rangka Pengembangan Lombok Tengah
Industrialisasi Berbasis Blue Ekonomi Lombok Timur
(rekayasa teknologi perbenihan ikan laut, rekayasa produksi gracilaria,
pengembangan kebun bibit rumput laut)
Diseminasi Teknologi Budidaya Laut (percontohan budidaya laut dan Lombok Timur
percontohan produksi benih) Lombok Tengah
Sosialisasi, koordinasi Percontohan Minapadi Lombok Tengah
Sosialisasi dan koordinasi pengembangan budidaya rumput laut dan Lombok Tengah
kerapu Lombok Timur
Bantuan Keramba Jaring Apung 5 unit Lombok Tengah
Lombok Timur
Pengembangan kebun bibit rumput laut 5 paket Lombok Tengah
Lombok Timur
Pengembangan SDM Penguatan IPTEK merupakan amanah konstitusi pada pasal 31 (ayat
dan IPTEK untuk 5) UUD 1945 dimana disebutkan bahwa pemerintah memajukan
mewujudkan sasaran nilai pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung nilai-nilai
pembangunan RPJM agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta
ke-3. kesejahteraan masyarakat. Dengan Iptek juga akan mendorong
proses transisi perekonomian yang semula berbasis sumber daya
(Resources Based Economy) menjadi perekonomian yang berbasis
pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE). Selama ini, dana
riset Indonesia hanya sebesar 0,08% dari GDP. Rendahnya alokasi
dana riset berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas karya
ilmiah di bidang kelautan dan perikanan. Secara nasional Indeks
Pencapaian Teknologi dan Indeks Daya Saing Pertumbuhan
Indonesia tidak terlalu tinggi. Tentu saja hal tersebut akan
menghambat upaya pengembangan teknologi bagi kesejahteraan
masyarakat, serta kemandirian dan daya saing negara