Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51

Aplikasi Metode Weighted Overlay untuk Pemetaan Zona


Keterpaparan Permukiman Akibat Tsunami
(Studi Kasus: Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah)
Faradico Syukron Akbar1, Berlian Anisya Vira1*, Luvi Roma Doni1, Herlian Eka Putra 1, Annisa
Efriyanti2
1
Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, Bandar Lampung,
Lampung 35141
2
Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung 35365

Dikirim: Abstrak: Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan bagian dari
9 April 2020 Provinsi Bengkulu, Indonesia, yang. Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah
memiliki luas wilayah 1368.46 km² secara total dan ketinggian hampir kurang dari
Direvisi:
500meter. Oleh karena itu memiliki kerentanan untuk terpapar bahaya tsunami. Tingkat
3 Mei 2020
keterpaparan tsunami dapat terlihat pada tingkat bahaya (hazard), serta beberapa tempat
Diterima: yang terkena bencana. Selain itu tsunami dapat dikatakan berbahaya terkait dengan
4 Mei 2020 jarak dari garis pantai, ketinggian, wilayah lereng, serta jarak dari sungai. Tingkat
keterpaparan tsunami di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah umumnya
masuk ke dalam kategori sedang. Proses pemetaan menggunakan beberapa peta
tematik dengan menerapkan teknik overlay, metode skoring dan pembobotan hasil. Hal
yang didapatkan dari pengamatan menunjukkan bahwa Kota Bengkulu dan Kabupaten
Bengkulu Tengah memiliki tingkat keterpaparan terhadap tsunami sedang dengan 31.5
* Email Korespondensi: km2, kemudian disusul oleh tingkat keterpaparan tinggi dengan luas 18.33 km2, dan juga
berlianvira40@gmail.com tingkat keterpaparan rendah dengan luas 3.68 km2. Permukiman di Kota Bengkulu dan
Kabupaten Bengkulu Tengah yang terpapar tinggi terhadap tsunami cenderung berada di
wilayah barat sampai barat laut yang landai, serta dekat dengan garis pantai.
Kata Kunci: Bengkulu, Keterpaparan, Pemetaan, Permukiman, SIG, Tsunami

Abstract: Bengkulu City and Bengkulu Tengah Regency are part of Bengkulu Province, Indonesia, which.
Bengkulu City and Bengkulu Tengah Regency have an area of 1368.46 km² in total and an altitude of almost less
than 500 meters. It has a vulnerability to be exposed to tsunami hazards. The level of tsunami exposure can be
seen in the level of danger (hazard), as well as several places affected by the disaster. Besides the tsunami can be
said to be dangerous related to the distance from the coastline, height, slope area, and distance from the river. The
level of tsunami exposure in Bengkulu City and Bengkulu Tengah Regency generally falls into the medium
category. The mapping process uses several thematic maps by applying overlay techniques, scoring methods and
weighting results. What is obtained from observations shows that Bengkulu City and Bengkulu Tengah District
have moderate levels of exposure to tsunamis with 31.5 km2, followed by high levels of exposure with an area of
18.33 km2, and also low levels of exposure with an area of 3.68 km2. Settlements in Bengkulu City and Bengkulu
Tengah District which are highly exposed to tsunamis tend to be in the sloping west to northwest regions, and close
to the coastline.
Keywords: Bengkulu, Exposure, Mapping, Settlements, GIS, Tsunamis

1. PENDAHULUAN gangguan tektonik (Jokowinarno, 2011). Ganggu-


Indonesia merupakan negara yang kaya akan an tektonik yang dimaksud adalah bertemunya
segala sumber, termasuk juga kaya dalam beberapa lempeng tektonik yang bergerak dan
bencana alamnya. Bencana yang sangat umum bertabrakan dan melepaskan energi dalam bentuk
terjadi di negara Indonesia di antaranya adalah gelombang, gelombang besar yang dibangkitkan
banjir, tanah longsor, kekeringan, tsunami, gempa oleh gangguan tektonik ini disebut dengan tsunami
bumi, dan gunung meletus. Hal tersebut me- (Daoed, dkk. 2013).
rupakan dampak dari posisi geografis Indonesia Salah satu provinsi di Indonesia yang ber-
yang terletak di antara kedua benua dan potensi tsunami ialah Provinsi Bengkulu yang
samudera. Dapat dikatakan bahwa tsunami adalah terletak pada koordinat 5°40’ – 2° 0’ LS 40’ – 104°
satu di antara bencana alam yang terjadi. Tsunami 0’ BT, dengan luas daerah sebesar 19,788,70
yang terjadi di Indonesia umumnya merupakan Km2. Di sebelah barat Pulau Sumatera sangat
sebab akibat dari lokasi geologi Indonesia yang potensial mengalami gempa bumi besar dan
terdapat di antara tiga lempeng seperti Lempeng tsunami, secara geologi, perairan laut provinsi
Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Bengkulu merupakan zona subduksi lempeng
Eurasia (Pratama, dkk. 2014). Pada bagian barat Indo-Australia dan Eurasia dengan pergeseran
kawasan Indonesia dipengaruhi oleh interaksi dua sebesar 4-6 cm/ tahun. Keadaan ini menyebabkan
lempeng (Naryanto, 2003). Tsunami adalah provinsi Bengkulu sangat berpotensi terjadi gempa
sebuah kenaikan muka gelombang air laut yang bumi dengan magnitudo di atas 6 SR yang
diakibatkan oleh adanya gangguan berupa memicu terjadi peristiwa tsunami, menurut
ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/
ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 44

Supriani (2009) dalam waktu dari tahun 2000-2009 Elemen yang terpengaruh dalam kejadian
provinsi Bengkulu terjadi 3 peristiwa gempa bumi keterpaparan tsunami adalah permukiman pen-
yang berpotensi tsunami, yaitu pada tahun 4 Juni duduk yang menjadi elemen paling berisiko.
2000 (7,3 SR) dan 12 September 2007 (7,9 SR), Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi
dan gempa-gempa kecil lainnya namun tidak daerah yang mungkin terdampak ketika terjadi
berpotensi tsunami, menurut Sabri, (2014) tsunami Tsunami di daerah terkait dengan memanfaatkan
dapat dimodelkan berupa gelombang. teknik tumpang susun (overlay), skoring, dan
Daerah di provinsi Bengkulu yang berpotensi pembobotan pada peta.
menjadi daerah yang cukup rawan untuk terjadinya Menurut Adininggar, dkk. (2016) dalam SIG
bencana tsunami yaitu Kota Bengkulu dan dikenal istilah overlay yang merupakan teknik
Kabupaten Bengkulu Tengah karena daerahnya tumpang susun dengan cara menggabungkan dua
berada di atas zona lempeng tektonik. Kota atau lebih data grafis yaitu peta tematik untuk
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah juga mendapatkan data grafis baru berupa pemetaan
merupakan daerah yang memiliki banyak baru. Selain itu, terdapat metode Weighted overlay
permukiman di dekat pesisir pantai, yang artinya yang menggunakan teknik overlay dan data raster
risiko ketika terjadi bencana tsunami akan semakin dengan satuan terkecil berupa pixel. Data raster
besar juga. Oleh karena itu diperlukan sebuah yang diinputkan akan memiliki bobot nilai yang
langkah mitigasi yang salah satunya adalah baru hal ini disesuaikan pada skala evaluasi data
dengan membuat peta keterpaparan terhadap tersebut.
tsunami. Menurut Fauzi, dkk. (2012) dalam Pada Sistem Informasi Geografis (SIG), untuk
pembuatan peta diperlukan analisis spasial menentukan suatu daerah yang berisiko terjadinya
sebagai acuan. bencana tsunami digunakan metode Weighted
Bengkulu mengalami gempa yang diduga di overlay. Metode ini akan menganalisis spasial
sebabkan oleh segmen Megathrust yang berbeda. dengan menggunakan teknik overlay pada peta
Di Indonesia sendiri pemicu terkuat terjadinya yang menjadi parameter penilaian kerentanan
gempa bumi ialah disebabkan oleh sesar (Supriharjo, 2013).
(Setyonegoro, 2011).
Proses pembuatan peta dilakukan dengan cara 2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
overlay peta bahaya dengan peta elemen berisiko Wilayah penelitian ini adalah Kota Bengkulu
dengan menggunakan ArcGIS Menurut Hadi dan dan Kabupaten Bengkulu yang berada di koordinat
Damayanti (2017) Dalam pembuatan peta keter- 5°40’ – 2° 0’ LS dan 40’ – 104° 0’ BT, dengan luas
paparan bencana tsunami, diperlukan beberapa daerah sebesar 19,788,70 Km2 , di sebelah barat
parameter di antaranya yaitu; jarak dari sumber pulau Sumatera sangat potensial mengalami
penyebab tsunami, jarak dari garis pantai, jarak gempa bumi besar dan tsunami, secara geologi,
dari sungai, topografi daratan, elevasi daratan, perairan laut kota bengkulu merupakan zona
kemiringan lereng dan jarak dari garis pantai. subduksi lempeng Indo-Australia dengan lempeng

Gambar 1. Peta daerah penelitian yang menunjukkan wilayah Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
Tengah

ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/


ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 45

Eurasia dengan laju pergeseran sebesar 4-6 cm/ Dalam pemetaan ini terbagi atas penentuan
tahun (Santius, 2015). Terletak di kawasan pesisir tingkat bahaya tsunami, serta penentuan
yang berhadapan langsung dengan Samudra penjabaran keterpaparan wilayah terhadap
Hindia. Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu tsunami. Cara ini dapat dilakukan dengan meng-
Tengah memiliki luas wilayah 1368.46 km² overlay beberapa peta tematik yang kita buat.
(Gambar 1) dan ketinggian rata-rata kurang dari Pada overlay digunakan cara skoring dan juga
500 meter. Daerah permukiman di Kota Bengkulu pembobotan agar mendapatkan nilai setiap
dan Kabupaten Bengkulu Tengah banyak yang parameternya yang tertera pada Tabel 1 sampai
dekat dengan pesisir, sehingga potensi per- Tabel 4.
mukiman terkena tsunami semakin tinggi.

Data Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah

Jarak dari Wilayah Jarak dari


Ketinggian
Garis Pantai Lereng Sungai

Tingkat Bahaya Permukiman


Tsunami

Zona Keterpaparan
Permukiman Terhadap Tsunami
di Kota Bengkulu dan
Kabupaten Bengkulu Tengah

Gambar 2. Alur proses penentuan zona keterpaparan permukiman terhadap tsunami di Kota Bengkulu
dan Kabupaten Bengkulu Tengah.

Proses pembuatan peta keterpaparan tsu-nami dengan pembuatan peta jarak dari garis pantai.
pada penelitian ini terurai pada Gambar 2, di mana Proses pembuatan peta tingkat bahaya dengan
langkah pertama dimulai dengan mengumpulkan menggunakan teknik Overlay, Skoring, dan
data beberapa parameter untuk menentukan pembobotan (Petrus dan Ario, 2016).
tingkat bahaya tsunami, mengolah data terebut Proses penentuan skoring dan pembobotan
menjadi peta tematik sampai akhirnya tercipta mengacu pada penelitian Faiqoh, dkk. (2013) yang
sebuah peta zona keter-paparan permukiman menghasilkan empat matriks parameter
terhadap tsunami. kerentanan suatu daerah terhadap tsunami
Data yang digunakan dalam pembuatan peta sebagai berikut;
keterpaparan tsunami yaitu data mengenai jarak
dari garis pantai, peta ketinggian, wilayah lereng, Tabel 1. Matriks parameter kerentanan ber-
jarak dari sungai, serta permukiman. Data jarak dasarkan jarak dari garis pantai
dari garis pantai didapatkan melalui Kelas Skor Bobot Kerentanan
www.tanahair.indonesia.go.id menggunakan
0-500m 5 Sangat tinggi
pembacaan skala 1:50.000, peta ini dibuat
dengan melakukan multiple ring buffer untuk 501-1000m 4 Tinggi
mendapatkan jarak dari pantai, lalu dilakukan 1001-1500m 3 30 Sedang
pengelompokan nilai (reclassify). Peta ketinggi-an Rendah
1501-3000m 2
dan kemiringan suatu wilayah diperoleh dari
pengolahan Citra ASTER (The Advanced Sangat
>3000m 1
Spaceborne Thermal Emission and Reflection Rendah
Radiometer) GDEM (Global Digital Elevation
Model) yang didapatkan melalui lama web dari Matriks ditentukan berdasarkan skoring dan
https://www.earthexplorer.usgs.gov/, kedua peta pembobotan. Skoring dilakukan untuk menentu-
ini dibuat dengan melakukan pembagian daerah kan nilai pembatas pada setiap parameter. Pada
ketinggian dan kemiringan lereng (reclassify). Data penelitian ini, penetapan bobot untuk masing-
sungai dan data permukiman didapatkan dari masing parameter berkisar antara 15-30% dan
laman www.tanahair.indonesia.go.id dan pem- hasil skoring berkisar 1-5 yang menunjukkan
buatan peta jarak dari sungai prosesnya sama
ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/
ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 46

tingkat kerentanan tsunami (sangat rendah, didapatkan nilai bahaya yang akan digunakan
rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi). untuk menentukan tingkat bahaya, tingkat bahaya
yang didapatkan lalu dimasukkan ke dalam peta
Tabel 2. Matriks parameter kerentanan ber- tingkat bahaya. Setelah peta tingkat bahaya
dasarkan ketinggian didapatkan selanjutnya adalah menentukan
Kelas Skor Bobot Kerentanan keterpaparan permukiman ter-hadap tsunami,
dengan cara melakukan tumpeng susun peta
<10m 5 Sangat tinggi
tingkat bahaya yang telah diklasifikasi dengan peta
11-25m 4 Tinggi permukiman atau analisis overlay (Hidayatullah,
26-50m 3 30 Sedang 2015).
51-100m 2 Rendah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
>100m 1 Sangat Rendah 3.1 Bahaya Tsunami
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Tabel 3. Matriks parameter kerentanan ber- ketinggian di daerah Kabupaten Bengkulu dan
dasarkan kemiringan lereng Kabupaten Bengkulu Tengah didominasi oleh
Kelas Skor Bobot Kerentanan ketinggian <10 meter dengan daerah persebaran
didominasi oleh daerah barat-selatan dan juga
0-2% 5 Sangat tinggi
daerah barat-utara atau daerah yang umumnya
3-5% 4 Tinggi dekat dengan garis pantai, terlihat pada Gambar 4.
6-15% 3 25 Sedang Daerah barat Kabupaten Bengkulu merupakan
2 Rendah daerah yang berbatasan langsung dengan laut
16-40% (Gambar 3) yang berimbas pada semakin dekat
>40% 1 Sangat Rendah dengan garis pantai dan merupakan daerah yang
paling rentan terkena gelombang tsunami. Daerah
Tabel 4. Matriks parameter kerentanan ber- Kabupaten Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
dasarkan jarak dari sungai Tengah juga merupakan daerah yang memiliki
Kelas Skor Bobot Kerentanan kemiringan lereng yang tidak terlalu landai, namun
juga tidak terlalu curam seperti terlihat pada
0 – 100m 5 Sangat tinggi
Gambar 5, namun kedua Kabupaten ini dilalui oleh
101 – 200m 4 Tinggi banyak sungai yang akan meningkatkan tingkat
201-300m 3 15 Sedang bahaya tsunami.
2 Rendah Secara keseluruhan, daerah yang paling
301-500m
terpapar ketika terjadi tsunami adalah daerah barat
>500m 1 Sangat Rendah
Kabupaten Bengkulu yang berbatasan langsung
dengan laut, hal tersebut didukung dengan elevasi
Kelas nilai-nilai tersebut merupakan hasil (ketinggian) yang rendah pada bagian barat
perhitungan dengan rumus perhitungan total nilai karena semakin rendah elevasi maka akan
bobot pada penelitian Muzaki (2008) dengan semakin terpapar oleh tsunami, hal ini senada
formula sebagai berikut: dengan Faiqoh, dkk. (2013) yang menyatakan
bahwa semakin rendah elevasi suatu daerah,
𝑁 = ∑ 𝐵𝑖 𝑥𝑆𝑖 (1) maka akan semakin mudah tergenang oleh
gelombang tsunami.
di mana: Seperti telah dijelaskan di atas bahwa untuk
N = Total bobot nilai menentukan tingkat bahaya tsunami dapat
Bi = Bobot tiap parameter digunakan beberapa parameter yang hasil
Si = Skor tiap kriteria pengolahannya sebagai berikut:

Perhitungan teknik tumpang susun pada 3.1.1 Jarak dari Garis Pantai
penelitian ini secara matematis dapat dituliskan Jarak dari garis pantai menunjukkan tingkat
sebagai berikut: [(jarak dari garis pantai*0,30) + kerentanan terhadap bahaya tsunami, artinya
(ketinggian*0,30) + (kemiringan lereng*0,25) + semakin dekat suatu tempat dengan garis pantai
(jarak dari sungai*0,15)]. Kalkulasi dari analisis maka semakin besar risiko terhadap bahaya
teknik tumpang susun merupakan jumlah dari tsunami karena rambatan tsunami merupakan
perkalian bobot dan skor pada keempat fenomena fisik yang kompleks (Sabri, 2014). Hal
parameter. Nilai N digunakan untuk menentukan ini menjadi suatu parameter bahaya tsunami.
interval kelas tingkat kerentanan (Muzaki, 2008). Semakin bertambah jauh dari garis pantai, maka
Di dalam penentuan nilai bahaya digunakan jangkauan dan ketinggian gelombang akan
teknik skoring dan pembobotan. Menurut Hadi dan semakin berkurang. Terdapat lima kelas seperti
Damayanti (2017), penentuan nilai bahaya dapat pada Gambar 3. Wilayah dengan tingkat bahaya
dilakukan dengan formula (1) dengan mengganti tertinggi berada pada wilayah yang jaraknya 0 –
variabel N (total bobot nilai) sebagai variabel X 500 meter sampai >3000 meter dari garis pantai.
(nilai bahaya). Dari persamaan ter-sebut Berdasarkan peta di atas Kota Bengkulu dan
ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/
ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 47

Gambar 3. Peta wilayah jarak dari garis pantai di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah

Tabel 5. Hasil klasifikasi pada parameter jarak dari Kabupaten Bengkulu Tengah didominasi oleh
garis pantai di Kota Bengkulu dan Kabupaten wilayah yang jaraknya lebih dari 3000 meter dari
Bengkulu Tengah garis pantai. hal ini didukung dengan data pada
Kelas Luas (Km2) Persentase Tabel 5. yang menunjukkan bahwa permukiman di
Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah
0-500m 21.322937 10.74% didominasi oleh jarak >3000 meter, sebesar
501-1000m 15.232642 7.67% 58.35% dan luas 115.881326 km2.
1001-1500m 14.776906 7.44%
3.1.2 Wilayah Ketinggian
1501-3000m 31.369853 15.80% Wilayah ketinggian juga terdiri dari lima kelas di
>3000m 115.881326 58.35% mana kelas paling berpotensi untuk terkena tsu-

Gambar 4. Peta wilayah ketinggian di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah

ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/


ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 48

nami adalah kelas di bawah 10 mdpl karena 3.1.3 Kemiringan Lereng


semakin rendah wilayah maka akan semakin Wilayah lereng pada Kota Bengkulu dan
mudah untuk gelombang tsunami merambat. Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki perbedaan
Terlihat pada peta wilayah ketinggian di Gambar 4 yang beragam pada parameter kemiringan lereng,
bahwa Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu hal ini akan berpengaruh bahwa semakin miring
Tengah didominasi oleh ketinggian di bawah 10 suatu permukaan maka semakin rendah pengaruh
meter hingga 11–25 meter yang artinya ketinggian tinggi gelombang tsunami dan sebaliknya, terlihat
Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah pada Gambar 5.
masih tergolong rendah.
Pada Tabel 6. Dapat dilihat bahwa kota Tabel 7. Klasifikasi kemiringan lereng Kota
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah
didominasi oleh ketinggian 11-25 meter, yaitu Kelas Luas (Km2) Persentase
seluas 80.862842 km2 atau 40.44% dan ke-
tinggian <10 meter dengan luas 67.190072 Km2 0-2% 10.156206 5.08%
atau sekitar 33.60%. 3-5% 35.206715 17.61%
Tabel 6. Klasifikasi pada parameter wilayah 6-15% 98.366395 49.20%
ketinggian di Kota Bengkulu dan Kabupaten
Bengkulu Tengah 16-40% 52.147732 26.08%
>40% 4.06955 2.04%
Kelas Luas (Km2) Persentase
<10m 67.190072 33.60% Pada peta wilayah kemiringan di Kota Bengkulu
11-25m 80.862842 40.44% dan Kabupaten Bengkulu Tengah didukung
26-50m 37.605849 18.81% dengan data pada Tabel 7, didominasi kemiringan
antara 6% sampai 15% yang artinya tidak begitu
51-100m 9.861089 4.93% landai dan tidak begitu curam. Dengan persentase
>100m 4.426746 2.21% 49.20% yaitu seluas 98.366395 km2.

Gambar 5. Peta wilayah kemiringan di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah

3.1.4 Jarak dari sungai Tabel 8. Klasifikasi pada parameter jarak dari
Gambar 6 menunjukkan bahwa jarak dari sungai di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
sungai terbagi menjadi lima kelas yang masing- Tengah
masing kelas memiliki tingkat bahaya terhadap Kelas Luas (Km2) Persentase
tsunami karena air laut dapat naik dengan leluasa
melalui aliran sungai tanpa terhalang oleh apa 0 – 100m 108.45834 54.61%
pun. Gambar tersebut menunjukkan bahwa 101 – 200m 38.447576 19.36%
permukiman di Kota Bengkulu dan Kabupaten 201-300m 17.808243 8.97%
Bengkulu Tengah didominasi oleh permukiman
301-500m 15.598613 7.85%
yang jaraknya dekat dengan sungai yaitu sekitar 0-
100 meter dari sungai, jarak tersebut merupakan >500m 18.284695 9.21%

ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/


ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 49

kelas jarak paling dekat dan rawan. hal tersebut meter mendominasi dengan luasan sebesar
didukung juga pada Tabel 8 di mana kelas 0-100 108.45834 Km2 dan persentase sebesar 54.61%.

Gambar 6. Peta jarak dari sungai di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah

3.2 Tingkat Bahaya Tsunami (medium). Hal ini didukung juga pada Tabel 9 yaitu
Pada Gambar 7, kerawanan bahaya tsunami di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Te-ngah memiliki indeks tingkat bahaya tsunami sebesar
umumnya didominasi oleh tingkat bahaya sedang 53.27% dengan luas sebesar 105.59 km2 dan

Gambar 7. Peta zona tingkat bahaya tsunami Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah

diikuti oleh tingkat bahaya sedang yaitu sebesar daerah yang menghadap langsung ke Laut
28.49% dengan luasan sebesar 56.47 km 2, hal Samudera Hindia dan didukung juga oleh keempat
tersebut adalah hasil implikasi daerah Kota parameter bahaya tsunami.
Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah adalah

ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/


ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 50

Tabel 9. Tingkat Bahaya Tsunami daerah yang tingkat terpaparnya paling tinggi yaitu
Tingkat pada daerah barat – barat laut kota Bengkulu
bahaya Luas (Km2) Persentase dengan indeks hal ini diperkuat oleh Tabel 10.
Rendah 36.13 18.23%
Tabel 10. Luasan Tingkat Keterpaparan Per-
Sedang 105.59 53.27%
mukiman Tsunami
Tinggi 56.47 28.49% Tingkat
keterpaparan Luas (Km2) Persentase
3.3 Zona Keterpaparan Permukiman Terhadap
Rendah 3.68 6.88%
Tsunami
Dari peta zona keterpaparan permukiman Sedang 31.5 58.86%
terhadap tsunami pada Gambar 8, terlihat bahwa Tinggi 18.33 34.26%

Gambar 8. Peta zona keterpaparan permukiman terhadap tsunami Kota Bengkulu dan Kabupaten
Bengkulu Tengah

Tingkat keterpaparan tinggi memiliki indeks parameter yang paling utama mempengaruhi
34.26% atau seluas 3.68 km2, sementara untuk kerawanan tsunami di Kota Bengkulu dan
tingkat keterpaparan rendah berada di daerah Kabupaten Bengkulu Tengah adalah jarak garis
Kota Bengkulu arah timur - tenggara dengan pantai yang dekat dengan permukiman dan juga
indeks sebesar 58.86% dengan luas 31.5 km2. ketinggian yang berkisar antara 0-25 meter dari
Sementara itu daerah Kota Bengkulu Tengah muka air laut.
cenderung lebih aman dari keterpaparan tsunami,
hal ini tentu dipengaruhi oleh jarak yang cukup UCAPAN TERIMA KASIH
jauh dari garis pantai. Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak
yang telah memberikan izin untuk dapat
4. KESIMPULAN mengakses data-data yang kami perlukan, USGS
Dari peta bahaya tsunami Kota Bengkulu dan dan Indonesia Geospasial Portal. Kepada dosen
Kabupaten Bengkulu Tengah dapat disimpulkan pembimbing, serta rekan-rekan lainnya yang
bahwa daerah yang paling memiliki risiko terpapar membantu dalam pengolahan dan penulis-an ini.
tsunami paling besar yaitu di daerah Kota
Bengkulu di arah barat sampai barat laut dengan DAFTAR PUSTAKA
indeks 34.26% karena daerah tersebut langsung Daoed, D., Febriansyah, M. D., & Syukur, M.
berhadapan dengan laut Samudera Hindia (2013). Model fisik arah aliran gelombang
sedangkan di daerah barat daya cenderung tsunami di daerah Purus dan Ulak Karang
kurang terpapar akibat tsunami dikarenakan Padang. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-
gelombang tsunami akan pecah pada daerah yang Unand), 9(2), 20-30.
membentuk selat. Tingkat keterpaparan tsunami di Fauzi, Y., Suwarsono, S., & Rizal, J. (2012).
Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah Penataan Ruang Wilayah Pesisir Berbasis
umumnya masuk ke dalam kategori sedang, Mitigasi Bencana Sebagai Upaya

ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/


ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17
Akbar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 43-51 51

Meminimalisir Dampak Resiko Bencana Pratama, A., Nugraha, A. L., & Wijaya, A. P.
Tsunami Bagi Masyarakat Kota Bengkulu. (2014). Pemodelan Kawasan Rawan
Penelitian Unggulan Universitas Bengkulu. Bencana Erupsi Gunung Api Berbasis Data
Faiqoh, I., Gaol, J. L., & Ling, M. M. (2013). Penginderaan Jauh (Studi Kasus Di Gunung
Vulnerability Level Map Of Tsunami Disaster Api Merapi). Jurnal Geodesi Undip, 3 (4),
In Pangandaran Beach, West 117-123.
Java. International Journal of Remote Sabri, L. M. 2014. Penentuan Resiko Dan
Sensing and Earth Sciences (IJReSES), 10 Kerentanan Tsunami Di Kebumen Dengan
(2). Citra Alos. Jurnal Geodesi Undip, 3 (1), 8-9.
Hadi, F., & Damayanti, A. (2018, February). Santius, S. H. (2015). Pemodelan Tingkat Risiko
Aplikasi Sig Untuk Pemetaan Zona Bencana Tsunami Pada Permukiman di
Keterpaparan Permukiman Terhadap Kota Bengkulu Menggunakan Sistem
Tsunami. In Seminar Nasional Informasi Geografis. Jurnal
Geomatika, 2, 317-324 Permukiman, 10(2), 92-105.
Hidayatullah. S. S., 2015. Pemodelan Tingkat Setyonegoro, Wiko (2011). Analisis Sumber
Risiko Bencana Tsunami Pada Permukiman Gempabumi Pada Proses Deformasi Kerak
Di Kota Bengkulu Menggunakan Sistem Bumi Yang Berpotensi Tsunami. Jurnal
Informasi Geografis, 10 (2), 92-105. Meteorologi dan Geofisika BMKG, 12 (1), 21
Honesti, L., Majid, M. Z. A., Muchlian, M., & Djali, -32.
N. (2014). Assessing Building Vulnerability Subardjo, P., & Ario, R. (2016). Uji kerawanan
to Tsunami Hazard in Padang. Jurnal terhadap tsunami dengan sistem informasi
Teknologi (Sciences & Engineering), 69 (6), geografis (SIG) di pesisir Kecamatan Kretek,
5–9. Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jurnal
Jokowinarno, D. (2011). Mitigasi bencana tsunami Kelautan Tropis, 18 (2).
di wilayah pesisir lampung. Rekayasa: Supriani, F. (2009). Studi Mitigasi Gempa di
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Bengkulu dengan Membangun Rumah
Lampung, 15 (1),13-20. Tahan Gempa. Inersia, Jurnal Teknik Sipil, 1
Muzaki, A. A. (2008). Spatial analysis of reef (1), 8-15.
ecosystem based of the marine Supriharjo, R. D., & Chandra. R. (2013). Mitigasi
conservation using cell based modelling Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. Jurnal
method in Seribu Island, DKI Jakarta (in Teknik Pomits. 2 (1).
Indonesian. Thesis. Bogor Agricultural Adininggar, F. W., Suprayogi, A., & Wijaya, A. P.
University. (2016). Pembuatan Peta Potensi Lahan
Naryanto, H. S. (2003). Mitigasi Kawasan Pantai Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan
Selatan Kota Lampung, Propinsi Lampung Menggunakan Metode Weighted Overlay.
Terhadap Bencana Tsunami. Jurnal Alami, 8 Jurnal Geodesi Undip, 5 (2).
(2).

ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/


ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.17

Anda mungkin juga menyukai