Peristiwa Surabaya merupakan kumpulan dari berbagai peristiwa yang diawali dari kedatangan
tentara sekutu dengan bendera AFNEI. Untuk Surabaya, Sekutu menempatkan Brigade 49 yang
dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby, yaitu bagian dari divisi ke-23 Sekutu. Brigade tersebut
mendarat pada tanggal 25 Oktober 1945. Pada awalnya, sebenarnya pemerintahan Jawa Timur
sudah enggan untuk menerima kedatangan sekutu, namun kemudian dilakukan kesepakatan
antara Gubernur Jawa Timur R.M.T.A. Suryo dengan Brigjen A.W.S. Mallaby. Isi kesepakatan
tersebut yaitu:
a. Inggris berjanji tidak akan mengikutsertakan angkatan perang Belanda
b. menjalin kerja sama antara kedua pihak supaya tercipta kemanan dan ketentraman
c. akan dibentuk kontrak biro
d. Inggris akan melucuti senjata Jepang
Pertempuran Ambarawa
Terjadinya Perang ambarawa yaitu pada tanggal 20 November - 15 Desember 1945 yaitu antara
TKR dengan pasukan Inggris. Awalnya, kedatangan sekutu ke Semarang adalah untuk
mengurus tawanan perang, namun mereka diboncengi oleh NICA yang kemudian
mempersenjatai para tawanan. Sehingga terjadilah perang antara TKR di bawah pimpinan
Mayor Sumarto dengan tentara Serikat. Pada pertempuran itu Letkol Isdiman yang merupakan
Komandan Resimen Banyumas gugur. Kemudian komando pasukan diambil alih oleh Letnan
Kolonel Sudirman yang pada waktu itu menjabat sebagai panglima divisi Banyumas. Tawanan
jepang kemudian dimanfaatkan oleh tentara serikat dengan mempersenjatainya supaya ikut
dalam pertempuran. Mereka juga mengerahkan tank dan senjata berat yang lainnya. Pada
tanggal 12 Desember 1945, pasukan Indonesia melakukan serangan secara serentak. Setelah
melakukan pertempuran selama 4 (empat) hari, lalu pasukan Indonesia berhasil melakukan
pengusiran kepada tentara Serikat dari wilayah Ambarawa dan memukul mundur mereka hingga
ke Semarang.
Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya. Tugas
yang pertama adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk
wilayah Sumatera. Oleh sebab itu, mulai dilakukan pembersihan kepada tentara Jepang dengan
melucuti senjata mereka dan menduduki gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober
1945, di Medan pasukan Serikan melakukan pendaratan, tetapi pasukan tersebut diboncengi
oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 pertempuran yang pertama pecah pada saat lencana merah
putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Kemudian para pemuda melakukan penyerbuan ke
hotel tersebut sehingga menyebabkan 96 korban luka-luka yang ternyata sebagian orang-orang
NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat meluas ke seluruh kota Medan. Peristiwa tersebut
dikenal sebagai pertempuran “Medan Area”.