Anda di halaman 1dari 4

1.

Konsep Colorectal Kanker


a. Defenisi
Colorectal Cancer atau Kanker kolorektal (kanker usus besar) adalah suatu tumor
maligna yang muncul dari jaringan epitel usus besar (kolon) dan rektum (bagian usus
paling bawah sampai anus/dubur). Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang
ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada
sistem pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Kolon berada dibagian
proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus. Kolon dan
rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang
tidak berguna.
b. Epidemiologi
Di Indonesia, kanker kolorektal merupakan jenis kanker ketiga terbanyak. Pada
tahun 2008, Indonesia menempati urutan keempat di Negara ASEAN, dengan incidence
rate 17,2 per 100.000 penduduk dan angka ini diprediksikan akan terus meningkat dari
tahun ke tahun. 10 Studi epidemiologi sebelumnya menunjukkan bahwa usia pasien
kanker kolorektal di Indonesia lebih muda dari pada pasien kanker kolorektal di negara
maju. Lebih dari 30% kasus didapat pada pasien yang berumur 40 tahun atau lebih muda,
sedangkan di negara maju, pasien yang umurnya kurang dari 50 tahun hanya 2-8 % saja.
Di Dunia, diperkirakan kanker kolorektal merupakan jenis kanker keempat
terbanyak(Globocan, 2018). Di Indonesia, salah satu kanker tertinggi kedua pada pria
adalah kanker kolorektal dengan jumlah kasus baru kanker kolorektal mencapai 30.017
(8.6%) (Globocan, 2018)
c. Etiologi
Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui. Penelitian saat
ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi terbesar untuk kanker
kolorektal. Mutasi dari gen Adenomatous Polyposis Coli (APC) adalah penyebab
Familial Adenomatous polyposis (FAP), yang mempengaruhi individu membawa resiko
hampir 100% mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun.
d. Faktor Resiko
Faktor tidak dapat dimodifikasi: adalah riwayat KKR atau polip adenoma
individual dan keluarga, dan riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada usus.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: inaktivitas, obesitas, konsumsi tinggi daging
merah, merokok dan konsumsi alkohol moderat-sering. Sementara aktivitas fisik , diet
berserat dan asupan vitamin D10 termasuk dalam faktor protektif.
2. Pengaruh Zat Gizi Terhadap Colorectal Cancer
Pola makan yang dapat meningkatkan resiko terkena kanker kolorektal diantaranya:
Konsumsi makanan tinggi protein hewani, alkohol, tinggi kalori, rendah vitamin C dan
vitamin D, rendah kalsium, rendah konsumsi karotin dan serat.
1. Serat
Sejumlah penelitian epidemiologi menunjukkan diet tinggi serat berkolerasi
negatif dengan risiko kanker kolorektal. Seseorang dengan asupan rendah serat
mempunyai risiko 11 kali lebih besar terkena cancer kolorektal dibandingkan dengan
tinggi serat. Sedangkan asupan serat harian rata-rata orang Indonesia masih rendah
sebesar 10,5 g/hari. Serat memberikan efek protektif dari sel kanker dengan mempercepat
waktu kontak antara karsinogen dan usus besar saat penggumpalan feses, sehingga
menipiskan dan menonaktifkan karsinogen.
2. Lemak
Diet rendah serat dan tinggi lemak diduga meningkatkan risiko karsinoma
kolorektal. Asupan tinggi lemak, khususnya lemak hewani dari daging merah,
berpengaruh pada kejadian karsinoma kolorektal. Diet tinggi lemak dapat meningkatkan
fungsi hati dalam mensintesis kolestrol dan asam empedu. Kolesterol dan asam empedu
ini akan diubah oleh bakteri patogen di kolon, dengan bantuan enzim 7ɑ-dehidroksilase,
menjadi asam empedu sekunder, metabolit kolesterol, yaitu koprostanol, dan substansi-
substansi toksik yang dapat merusak mukosa kolon, sehingga meningkatkan proliferasi
sel kolon dan pembentukan tumor.
3. Kalsium
Risiko cancer kolorektal juga dipengaruhi oleh diet tinggi kalsium. Studi di
Polandia menunjukkan bahwa diet tinggi kalsium mampu menurunkan risiko terjadinya
cancer kolorektal. Seseorang yang mengasup kalsium >1000 mg/hari berisiko 46% lebih
rendah terkena cancer kolorektal daripada seseorang dengan asupan kalsium yang rendah.
Kalsium mampu menghambat pembentukan sel tumor dengan mengikat zat-zat toksik
getah empedu sekunder dan asam lemak terionisasi di dalam lumen kolon, sehingga
mengurangi proliferasi, menstimulasi dan menginduksi apoptosis di dalam mukosa kolon.
DAPUS:
Sayuti, M., & Nouva, N. (2019). KANKER KOLOREKTAL. AVERROUS: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan Malikussaleh, 5(2), 76-88.
Nasional, K. P. K. (2015). Panduan Penatalaksanaan Kanker kolorektal. Panduan
Penatalaksanaan Kanker Kolorektal, 76.
Hapsari, P. K., & Murbawani, E. A. (2016). HUBUNGAN ASUPAN SERAT, LEMAK, DAN
KALSIUM DENGAN KEJADIAN KARSINOMA KOLOREKTAL DI
SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

Anda mungkin juga menyukai