Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sirait, Lydia Veronica

NPM : 19221043
Kelas : AK-3B
Perpajakan Pertemuan 11
Riview
PT. Unilever memperoleh penghasilan netto selama tahun 2019 dari dalam dan luar negeri sebagai
berikut:
Penghasilan DN Rp 3.000.000.000,00
Penghasilan LN Rp 1.500.000.000,00
Jika diketahui bahwa tarif pajak di luar negeri adalah sebesar 20%, maka berapakah nilai batas
maksimum kredit pajak dan nilai yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan dilakukan saat penerimaan
penghasilan dari luar negeri dan saat penghitungan pajak penghasilan akhir tahun?
Jawaban
 Penghasilan LN Rp. 1.500.000.000
 Penghasilan DN Rp. 3.000.000.000
Total Penghasilan Bruto Rp. 4.500.000.000
Beban PPh Badan = 25% x Rp. 4.500.000.000
= Rp. 1.125.000.000
Batas Maksimum Kredit Pajak
Rp 1.500.000.000 Rp
x Rp 1.125.000.000
Rp 4.500.000.000 = 375.000.000

Beban Pajak dibayarkan di LN = 20% x Rp. 1.500.000.000


= Rp. 300.000.000
Nilai Pajak yang di kreditkan = Rp. 300.000.000
Jurnal saat penerimaan penghasilan Luar Negri
Dr. Kas Rp. 1.200.000.000

Dr. Pajak Dibayar DiMuka PPh 24 Rp.300.000.000


Cr. Pendapatan jasa/ deviden/ bunga Rp. 1.500.000.000
Jurnal saat Perhitungan PPh Akhir Tahun
Dr. Beban Pajak Rp. 1.125.000.000
Cr, Pajak Dibayar DiMuka PPh 24 Rp. 300.000.000
Cr. Utang PPh Pasal 29 Rp. 825.000.000

Tugas Individu
1. Selama tahun, 2011 PT. Demak Bintara memperoleh penghasilan netto dari dalam negeri sebesar Rp
1.300.000.000,00, dari negara Meksiko sebesar Rp 1.650.000.000,00 (bertarif pajak 20%), dan dari
negara Luxembourg sebesar Rp 2.250.000.000,00 (bertarif pajak 25%). Diketahui pula bahwa PT. Demak
Bintara mengalami rufi fiskal senilai Rp 375.000.000,00 atas operasi yang dilakukannya di Mongolia.
Berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan nilai yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan
dilakukan saat penerimaan penghasilan dari luar negeri dan saat penghitungan pajak penghasilan akhir
tahun
Dik :Penghasilan DN Rp. 1.300.000.000
Penghasilan Meksiko RP. 1.650.000.000 ( 20% )
Penghasilan Luxembrourg Rp. 2.250.000.000 ( 25% )
Rugi dinegara Mongolia Rp. 375.000.000
Dit Berapa batas maksimum kredit pajak dan nilai yang dikreditkan
Jurnal
Jawaban
 Perhitungan Kredit pajak Luan Negri
1. Penghasilan Luar Negri
A. Laba di Meksiko Rp. 1.650.000.000
B. Laba di Luxembrourg Rp. 2.250.000.000
C. Rugi di Mongolia Rp.
Jumlah Penghasilan di LN RP. 3.900.000.000
2. Penghasilan Dalam Negri Rp. 1.300.000.000
3. Jumlah Penghasilan Neto Rp. 5.200.000.000
4. PPh Terutang berdasarkan Pasal 17 UU Ph
25% x Rp. 5.200.000.000 = Rp. 1.300.000.000

 Batas maksimum kredit pajak LN untuk masing-masing negara


A. Untuk Meksiko
Rp 1.650.000.000
x Rp 1.300.000.000 = Rp 412.500.000
Rp 5.200.000.000

Pajak yang terutang di Meksiko


20% x Rp. 412.500.000 = Rp. 82.500.000, Pajak yang dikreditkan sebesar Rp. 82.500.000

B. Untuk Luxembrourg
Rp 2.250.000.000
Rp 1.300.000.000 Rp 562.500.000
Rp 5.200.000.000 x =

Pajak Yang terutang di Luxembrourg


25% * Rp. 562.500.000 = Rp. 140.625.000, Pajak yang dikreditkan sebesar Rp. 140.625.000

Jumlah Kredit Pajak LN yang diperbolehkan sebesar :


Rp. 82.500.000 + Rp. 140.625.000 = Rp. 223.125.000

Jurnal penerimaan penghasilan dari luar negeri


Dr. Kas Rp. 3.676.875.000
Dr. Pajak Dibayar DiMuka PPh 24 Rp. 223.125.000
Cr. Pendapatan Jasa/ Deviden/ Bunga RP. 3.900.000.000

Jurnal saat Perhitungan PPh Akhir Tahun


Dr. Beban Pajak Rp. 1.300.000.000
Cr, Pajak Dibayar DiMuka PPh 24 Rp. 223.125.000
Cr. Utang PPh Pasal 29 Rp. 1.076.875.000
2. Informasi terkait penghasilan yang terdapat pada ilustrasi ke 2 tentang penghasilan WPOP sebelumnya
dipergunakan kembali, kecuali atas perubahan bahwa subjek pajak yang kini dilibatkan adalah Tuan
Iskandar, seorang lajang yang tinggal bersama seorang anak berusia setara SD. Atas kedudukan Tuan
Iskandar sebagai WP orang pribadi, berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan nilai yang
dikreditkan?
Jawaban
 Perhitungan PKP dikurangi PTKP, Sehingga perhitungan PPh pasal 24
Penghasilan Netto DN Rp. 1.300.000.000
Penghasilan Netto LN Rp. 3.900.000.000
PTKP ( TK/1 ) Rp. 58.500.000
PKP Rp. 5.141.500.000

 PPh Terutang sesuai tarif Pasal 17 UU PPh


5% x Rp.50.000.000 Rp. 2.500.000
15% x Rp. 200.000.000 Rp. 30.000.000
25% x Rp. 250.000.000 Rp. 62.500.000
30% x Rp. 4.641.500.000 Rp. 1.392.450.000
PTKP RP. 1.487.450.000

 Batas Maksimum kredit pajak LN


Rp 3.900.000.000
Rp 1.487.450.000 Rp 1.115.587.500
Rp 5.200.000.000 x =
Pajak yang terutang/dibayar di LN (RP. 1.487.450.000) lebih besar daripada batas maksimumnya.
Sehingga jumlah kredit pajak LN yang diperbolehkan adalah Rp. 1.115.587.500
3. PT. Badjoe memperoleh penghasilan netto selama tahun 2019 dari dalam dan luar negeri sebagai
berikut: Penghasilan DN Rp 8.750.000.000,00 Penghasilan LN Rp 2.850.000.000,00 Diketahui bahwa
tarif pajak di luar negeri adalah sebesar 15%. Di samping itu, diketahui pula bahwa atas penghasilan DN
tersebut, termasuk pula penghasilan atas bunga pinjaman sebesar Rp 550.000.000,00, pendapatan atas
sewa bangunan senilai Rp 2.350.000.000,00, dan hadiah undian senilai Rp 250.000.000,00. Maka
berapakah batas maksimum kredit pajak dan nilai yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan dilakukan
saat penerimaan penghasilan dari luar negeri dan saat penghitungan pajak penghasilan akhir tahun?
Jawaban
Penghasilan DN Rp.8.750.000.000
Penghasilan LN Rp. 2.850.000.000
Total Penghasilan Neto Rp. 11.600.000.000
Beban PPh Badan 25% x Rp.11.600.000.000
Rp. 2.900.000.000
Batas Maksimum Kredit Pajak
Rp 2.850.000.000
Rp 2.900.000.000 = Rp 712.500.000
Rp x
B 11.600.000.000
e b a n p a j a k
20% x Rp.2.850.000.000
Rp. 570.000.000

Nilai Pajak DiKreditkan Rp. 570.000.000

Jurnal penerimaan penghasilan dari luar negeri


Dr. Kas Rp. 2.280.000.000
Dr. Pajak Dibayar DiMuka PPh 24 Rp. 570.000.000
Cr. Pendapatan Jasa/ Deviden/ Bunga RP. 2.850.000.000

Jurnal saat Perhitungan PPh Akhir Tahun


Dr. Beban Pajak Rp. 2.900.000.000
Cr, Pajak Dibayar DiMuka PPh 24 Rp. 570.000.000
Cr. Utang PPh Pasal 29 Rp. 2.330.000.000
Riview PPh 23
Pada tanggal 5 Oktober 2020, PT. Prima Perkasa menerima tagihan atas transaksi sewa
kendaraan Kijang Inova sebanyak 3 buah kepada PT. Usaha Jaya Prima Karya (ber-NPWP).
Sesuai dengan SPK antara PT. Prima Perkasa dengan PT. Usaha Jaya Prima Karya dengan No.
SPK 002/XI/2020, pembayaran sewa dilakukan untuk setiap bulannya untuk bulan berikutnya
atau n+1. Tagihan sewa kendaraan dari PT. Usaha Jaya Prima Karya kepada PT. Prima Perkasa
adalah sebagai berikut:
a. Sewa Kendaraan Periode Oktober 2020 Rp3.000.000/mobil
b. Biaya materai Rp 6.0000
Transaksi sewa ini untuk tagihan sewa kendaraan periode November 2020 yang dibayarkan pada
bulan Oktober 2020. Pertanyaan: Hitunglah PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dan buatlah
jurnalnya

Jawaban:
 Sesuai dengan UU PPh, pembayaran kepada PT. Usaha Jaya Prima dikenakan potongan
PPh Pasal 23 sebesar 2% oleh PT. Prima Perkasa sebesar :
2% x 3.000.000 = Rp. 60.000
Untuk 3 Mobil Maka PPh yang dibayarkan Rp.60.000 x 3 = Rp.180.000
Jadi PPh yang terutang adalah sebesar Rp.180.000
 Jurnal

Anda mungkin juga menyukai