Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

KOMUNIKASI BISNIS

3 Oktober 2020

Kelompok 5 (MR C)

Nama Anggota :

- Rawaty Sagala (190502017)


- Rizqin Faradha (190502009)
- Nurul Aini Anwar (190502011)
- Mutiara Trihandini Siregar (190502052)
- Giovani Octavia Sugma (190502026)
- Naufaldi Nabawi Harahap (190502004)
- Qaedi Yoga Nahri (190502028)
- Hanifah Nahzira Nasution (190502034)
- Azila Zulina (190502038)

1. Mengapa disebutkan bahwa Filsafat perlu Dikembalikan pada Pendidikan


tinggi?

Jawab :

Filsafat memandang manusia sebagai makhluk berpikir (Homo Sapiens),


namun filsafat juga menegaskan bahwa tidak semua manusia secara otomatis
dapat memanusiakan diri sebagai pemikir sejati. Kesadaran diri sebagai makhluk
berpikir merupakan langkah awal bagi manusia khususnya mahasiswa dalam
menempatkan diri sebagai pribadi istimewa yang berbeda dari yang lainnya
dengan berusaha mengembangkan daya pemikiran atau kemampuan berpikirnya
secara baik, aktif, kreatif jujur, dan benar.
Filsafat disebut sebagai mother of science karena pada mulanya seluruh
ilmu dikatakan sebagai filsafat hingga pada akhirnya ilmu-ilmu tersebut
memisahkan diri dari filsafat dan disebut ilmu pasti. Filsafat perlu dikembalikan
pada pendidikan tinggi sebab filsafat mampu membuat seseorang semakin
menjadi kritis, komprehensif, dan logis. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
proses perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak problem-problem yang tidak
bisa dipecahkan oleh ilmu-ilmu pasti lainnya tapi bisa dan mampu dipecahkan
oleh filsafat.

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran


manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Mata kuliah ini,
mampu memberi arti penting terhadap orientasi, tujuan, jalan dan peta kehidupan.
Dalam konteks lain, mata kuliah ini, sekaligus mampu menelusuri perkembangan
kekinian yang bertumpu pada rumus dan kajian kesadaran diri, baik pada aspek
koginisi (intelektualitas); apeksi maupun psikomotorik sebagai calon manusia
yang memiliki kehendak untuk memilih dan menentukan pilihan hidup disertai
dengan logika-logika yang dipilihnya.

2. Bagaimana cara melatih atau mengajar mahasiswa untuk jadi pemikir,


bukan hanya spesialis?

Jawab :

Dalam proses belajar mengajar tentu peran dosen sangat berpengaruh


terhadap pembentukan karakter mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang kritis.
Berpikir kritis sendiri menurut ahli memiliki tingkat kepentingan yang hampir
sama dengan menulis dan membaca sebagai kompetensi akademis. maka defenisi
berpikir kritis adalah interpretasi serta evaluasi dalam melakukan observasi,
menangkap informasi, melakukan komunikasi serta berargumentasi secara aktif.
penting bagi seorang dosen untuk memberikan tenkin pembelajaran yang
memfokuskan kepada mahasiswa untuk berfikir, agar mahasiswa juga terbiasa
untuk berfikir kritis, dengan cara itu pula dosen dapat meningkatkan semangat
mahasiswa untuk belajar dan dapat mencapai hasil yang optimal dalam kasus
belajar mengajar, mahasiswa juga akan terlatih untuk menyelesaikan masalah baik
dalam dilingkungan kampus maupun luar lingkunga kampus. ini semua akan
didapat jika dosen mampu untuk memaksimalkan bagaimana caranya agar
mahasiswa/i berpikir kritis. keaktifkan disetiap mahasiswa/i berbeda-beda namun
bisa dilatih terus menurus agar bisa berkembang dan menjadi kemampuan yang
bisa dimanfaatkan mahasiswa/i dalam kehidupan dimasyrakat serta berbagai
macam masalah. seorang mahasiswa/i dikatakan sudah berpikir keritis apabila
memenuhi persyaratan berikut ini, mahasiswa/i mampu membedakan mana
informasih yang relevan, ketentuan untuk memilih fakta ketika ingin melakukan
pernyataan, mampu untuk mengidentifikasi fakta yang bisa dipercaya dan yang
tidak.

3. Apa perbedaan antara pemikir dan spesialis?

Jawab :

Hal yang paling menarik, dari memperbincangkan “pemikir” dan


“spesialis“, ialah keterlibatan pikiran. Sejarah panjang pergulatan umat manusia
telah menunjukkan bahwa kekuatan fisik manusia boleh lemah dan hancur, tetapi
pikiran manusia tetap hidup dan menang. Karena pikiran, pada dirinya memiliki
nilai-nilai keluhuran. Maka dalam pengertian sesingkat-singkatnya, perbedaan
utama antara pemikir di satu sisi, dan spesialis pada sisi lain, ialah cakupan dan
ruang lingkup yang dikuasai. Ilmu pengetahuan sifatnya dinamis dan akan terus
berevolusi. Dari pada itu, manusia mulai menemukan bidang-bidang keilmuan dan
sub-sub ilmu baru yang memaksa manusia sulit untuk menguasai betul
keseleruhan ilmu pengetahuan itu. Maka pengertian pemikir sebelum abad dua
puluh satu dan setelahnya, mengalami perubahan makna. Pemikir saat ini lebih
dimakani sebagai sesorang yang berfokus pada bidang tertentu, seperti ahli biologi
disebut biolog, ahli dalam filsafat disebut filsuf, dan seterusnya. Sehingga
pengertian pemikir dewasa ini, ialah spesialis itu sendiri. Jika kita merujuk pada
pengertian “pemikir” pada zaman klasik, ia bermakna seseorang yang memiliki
perhatian pada sejumlah bidang studi secara bersamaan. Pengertian klasik ini baru
pudar dengan adanya fiksasi pembagian kerja intelektual ke dalam bidang-bidang
studi terpisah yang terjadi sejak akhir abad ke-19 dan secara global pada abad ke-
20. Dan kekhasan para pemikir klasik, dapat kita liat dari luasnya cakupan
maupun jangkauan objek pemikirannya.

4. Bagaimana Menerapkan Filosofi pada Kehidupan sehari-hari, Keluarga,


dan Pekerjaan?

Jawab :

Penerapan filosopi pada kehidupan sehari-hari, keluarga, dan pekerjaan


dapat dilakukan dengan membangun pribadi yang berkarakter, meningkatkan
kualitas berfikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam
tetapi tetap menggunakan logika (kebenaran berfikir), tidak mudah terpengaruh
oleh faktor eksternal, selalu berperilaku dan mempunyai etika yang baik terhadap
sesama. Dengan berfilosopi, seseorang akan lebih menjadi manusiawi karena terus
melakukan perenungan akan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani
manusia dalam kehidupan sehari-hari agar bertindak lebih bijaksana baik dalam
lingkup pribadi maupun sosial.

Kebiasaan menganalisa segala sesuatu dalam hidup seperti yang terdapat


pada metode filsafat, akan menjadikan seseorang lebih cerdas, kritis, sistematis,
dan objektif dalam melihat dan memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari,
keluarga maupun pekerjaan sehingga dapat meraih keberhasilan dan kebahagiaan
dalam hidup.

Menerapkan filosofi dalam sisi humanisme juga dapat dilakukan dengan


mengembangkan manusia dari segi keterampilan, kekreatifan, dan praktek dalam
hidup, sedangkan dari aspek akademik dapat dilakukan dengan lebih menekankan
nilai kognitif, dan ilmu murni lainnya.

Anda mungkin juga menyukai