Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULAUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS

Di susun oleh :

DIKRI NURFAZRIN
NIM. 10119063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi dan fisiologi
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan terdapat
kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau langerhans jumlah
sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi sel Pulau Langerhans.
Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar
majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin
menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan
jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan
somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015)
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015) :
a. Sel Alfa- sekresi glukagon
b. Sel Beta - sekresi insulin
c. Sel Delta- sekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang lain.
Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula darah dan
kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula
darah pada sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran
antagonis hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat
sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015). 2.2 Insulin Insulin (bahasa latin
insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau Langerhans di pankreas) adalah
sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai polipeptida yang mengatur metabolisme
karbohidrat (glukosa  glikogen). Dua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada
posisi 7 dan 20 di rantai A dan posisi 7 dan 19 di rantai B (Guyton & Hall, 2012). 2.2.1
2. Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh
akan menimbulkan respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah
besar insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke sebagian
besar sel akan meningkat sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
kecepatan tanpa adanya sekresi insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi
ke sebagian besar sel tubuh tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan
sejumlah glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal,
dengan pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton & Hall, 2012).
2. Konsep penyakit yang dialami pasien
a. Penyakit pasien
Diabetes Militus
b. Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

c. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

d. Klasifikasi
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM menurut American
Diabetes Association (ADA) 1997, sbg berikut :
1. Diabetes Melitus tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut): - Autoimun - Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
2. Diabetes Melitus tipe 2 (bervariasi mulai dari yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin)
3. Diabetes Melitus tipe lain :
A. Defek genetik fungsi sel beta :
* Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3.
* DNA mitokondria
B. Defek genetik kerja insulin : Resistensi insulin tipe A, leprechaunism, Sindrom
Rabson Mendenhall, diabetes, lipoatrofik,dll C. Penyakit endokrin pankreas :
* pankreatitis * tumor pankreas /pankreatektomi * pankreatopati fibrokalkulus D.
Endokrinopati : * akromegali * sindrom Cushing * feokromositoma *
hipertiroidisme
e. Patofisiologi
Diabetes tipe I.pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karna sel-sel beta pankreas telah diancurkanoleh proses autoimun.
Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan)
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulus pengambilan glukosa oleh jaringan.
(Brunner dan Suddarth, 2002)

f. Tanda Dan Gejala


- Sering merasa haus.
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
- Sering merasa sangat lapar.
- Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Berkurangnya massa otot.
- Terdapat keton dalam urine.
- Lemas.
- Pandangan kabur.

1. keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien tersebu


- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
- Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotic
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
- Resiko terjadi gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya
gangren pada ekstrimitas.
- Gangguan pemenuhan mobilitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

2. Konsep rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi klinis


tersebut (mulai dari Pengkajian-Rencana Tindakan)
Asuhan Keperawatan Konsep

I. Pengkajian

A. Aspek biologis

Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

- Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien menderita
DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara
minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
- Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
- Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan
tekanan darah
- Integritas Ego Stress, ansietas
- Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
- Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
- Neurosensor Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
- Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
- Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
- Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit. (Marilyn E. 2002)

II. Analisa Data

Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap .

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan


secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan- kebutuhan
keperawatan dan kesehatan klien.

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari


informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalahmasalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

Tujuan Pengumpulan Data

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien


2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah
selanjutnya.

Tipe Data :

1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi,
perasaan, ide klien tentang status kesehatannya.misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,
ketakutan, kecemasan,frustasi,mual,perasaan malu.
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera
(lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dianalisa masalah keperawatan yang
paling mungkin muncul dari penderita berdasarkan diagnosa keperawatan
NANDA Internasional (2012)

Diagnosa Keperawatan

- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake makanan yang kurang.

- Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotic

- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran


darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

- Resiko terjadi gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.

-Gangguan pemenuhan mobilitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

III. Perencanaan

Perencanan dalam mengembangkan suatu rencanakeperawatan, perawat


menetapkan tujuan dan hasil akhir yang diharapkan untuk setiap diagnosis.Rencana
menggabungkan aktivitas untuk meningkatkan kesehatan dan intervensi terapeutik
untuk klien yang mengalami masalah eliminasi urine.Intervensi preventif mungkin
dibutuhkan oleh klien yang beresiko mengalami masalah perkemihan.Perawat juga
merencanakan terapi sesuai dengan tingkat keparahan risiko pada klien. Dalam
proses keperawatan, penting untuk mempertimbangkan lingkungan rumah klien dan
eliminasi rutinnya yang normal saat merencanakan terapi untuk klien.
Merencanakan asuhan keperawatan juga melibatkan suatu pemahaman tentang
kebutuhan klien untuk mengontrol fungsi tubuhnya.Perubahan eliminasi urine dapat
menjadi sesuatu yang memalukan, membuat tidak nyaman, dan sering membuat klien
frustasi.Perawat dan klien bekerja sama untuk menetapkan langkah guna
mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan keperawatan untuk mempertahankan
eliminasi urine yang normal.(Marilyn E,1999)

IV. IMPLEMENTASI

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.

Tahapannya yaitu :
(1) Mengkaji kembali klien/pasien.

(2) Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada.

(3) Melakukan tindakan keperawatan.

V. Evaluasi

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.

Adapun tahapannya, yaitu :

(1) Membandingkan respon klien dengan kriteria.

(2) Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi.

(3) Memodifikasi rencana asuhan.

(4) Syarat Dokumentasi Keperawatan

Menurut Hidayat (2007) dalam Fajri (2011), syarat dokumentasi keperawatan adalah

a. Kesederhanaan
kata-kata yang sederhana, mudah dibaca, mudah Dimengerti, dan
menghindari istilah yang sulit dipahami.Hubungan Kelengkapan
Dokumentasi
b. Keakuratan Data yang diperoleh harus benar-benar akurat berdasarkan
informasi yang telah dikumpulkan.
c. Kesabaran Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi keperawatan
dengan meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran terhadap data pasien
yang telah atau sedang diperiksa.
d. Ketepatan
Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang mutlak.
e. Kelengkapan
Pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan tanggapan
perawat/klien.
f. Kejelasan dan keobjektifan dokumentasi keperawatan memerlukan
kejelasan dan keobjektifan dari data-data yang ada bukan merupakan data
fiktif dan samar yang dapat menimbulkan kerancuan.

Standar Dokumentasi Keperawatan

Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan


kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu
situasi tertentu, sehingga memberikan informasi bahwa adanya suatu
ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan. Dokumentasi harus
mengikuti standar yang ditetapkan untuk mempertahankan akreditasi,
untuk mengurangi pertanggungjawaban, dan untuk menyesuaikan
kebutuhan pelayanan keperawatan (Potter & Perry, 2005)

Anda mungkin juga menyukai