OLEH
Kelompok 3
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan kita
bahasa Indonesia,karena dengan adanya bahasa Indonesia kita mampu menyatukan bangsa
Indonesia dari berbagai suku untuk menjadi rakyat yang madani.
Shalawat salam kita hadiahkan kepada nabi Muhammad saw, keluaga, dan para
sahabatnya dan semoga kita mendapat syafa’at besok di hari kiamat.
Atas kerja sama kelompok, alhamdulillah makalah ini bisa di selesaikan yang insha Allah
sesuai dengan yang di harapkan. Kami mengharap kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki
kekurangan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
KELOMPOK
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1. Latar Belakang.............................................................................................................. 2
2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
3. Tujuan Pembahasan..................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Ejaan................................................................................................... 3
1. Pengertian Ejaan.......................................................................................................... 3
2. Fungsi Ejaan................................................................................................................. 3
3. Perkembangan Ejaan................................................................................................... 3
B. Tanda Baca.......................................................................................... 7
1. Kesimpulan................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengetahui bahasanya sendiri, serta
pengetahuan tentang tanda baca. Bukan berarti tidak tahu melainkan kurang sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia.Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia
menyerap unsur berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti
Sanskerta, inggris, arab, dan lain-lain. Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dapat di bagi atas tiga golongan.
Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak
perlu lagi di ubah ejaannya. Misalnya sirsa, iklan, otonomi, dongkrak, pikir, aki, dan lain-lain.
Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle
cock, real estate. Unsur-unsur ini di pakai di dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing. Ketiga, unsur yang pengucapannya dan
penulisannya di sesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini di usahakan agar ejaan
bahasa asing hanya di ubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat di bandingkan
dengan bentuk aslinya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui dan memahami ejaan dan tanda baca serta fungsi-fungsi dari ejaan dan tanda
baca yang ada di dalam bahasa Indonesia, dan cara penggunaanya dengan baik dan sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Ejaan
1. Pengertian Ejaan
Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia, maka kita selalu berusaha
untuk menyempurnakan ejaan-ejaan yang kita pakai. Ini tampak jelas dari perkembangan ejaan
bahasa Indonesia yang pernah kita pakai,yaitu dari sebelum tahun 1947 maupun sesudah tahun
1972.
2. Fungsi Ejaan
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata
bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang cukup penting. Oleh
karena itu pembakuan ejaan perlu di beri prioritas terlebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan
antara lain berfungsi sebagai :
Apabila pembakuan ejaan telah di laksanakan, maka pembakuan aspek kebahasaan yang
lain pun dapat di tunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang
bersangkutan telah menaati segala ketentuan yanag terdapat di dalam buku pedoman.
Secara praktis ejaan memiliki fungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam
mencerna informasi yang di sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di
pahami jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah di terapkan dengan baik.
3.Perkembangan Ejaan
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin,yang disebut ejaan
Van ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen yaitu:
1. Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’jang, pajang, sajang’’
3. Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer,’akal,ta’,pa’,dan dinamai’.
b. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan Van
Ophuijsen, ejaan ini dikenal oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. Hal-hal yang perlu
diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:
2. Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak,
maklum dan rakjat.
3. Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an
4. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutnya,
seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis dan di
karang.
c. Ejaan Melindo
Kongres bahasa Indonesia II Medan (1959) sidang perutusan Indonesia dan melayu
(Slamet mulyana-syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang
kemudian dikenal dengan ejaan Melindo (melayu –indonesia). Perkembangan politik selama
tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
a. Ejaan Fonemik
Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan ejaan fonemik; artinya hanya satuan
bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang di lambangkan dengan huruf.
Misalnya :
b. Ejaan Etimologi
Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonim dengan kata lain dapat di
tulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya, sehingga bentuknya berlainan
walaupun lafalnya mungkin sama.
Misalnya :
c. Transliterasi
Pengejaan istilah dapat juga di lakukan menurut aturan transliterasi, yakni penggantian
huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari bunyi lafal yang sebenarnya.
Hal itu, misalnya, di terapkan menurut aturan International Organization for Standardization
(ISO) pada huruf Arab (rekomendasi ISO-R 233), Yunani (rekomendasi ISO-R 315), Kiril
(Rusia)(rekomendasi ISO-R 9) yang di alihkan ke huruf latin.
Misalnya :
Suksma (sukma)
Psyche (jiwa,batin)
Moskva (Moskwa,Moskou)
Ejaan nama diri, termasuk merek dagang, yang di dalam bahasa aslinya di tulis dengan
huruf Latin tidak di ubah.
Misalnya :
Baekelund Cannizaro
Aquadag Daeron
e. Penyesuaian Ejaan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur berbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta, inggris, arab, dan lain-lain.
Berdasarkan taraf integrasinyaunsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat di bagi atas tiga
golongan.
Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak
perlu lagi di ubah ejaannya. Misalnya sirsa, iklan, otonomi, dongkrak, pikir, aki, dan lain-lain.
Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti
shuttle cock, real estate. Unsur-unsur ini di pakai di dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya di sesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini di usahakan agar ejaan bahasa asing hanya di ubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat di bandingkan dengan bentuk aslinya.
1) Penyesuaian Awalan
2) Penyesuaian Akhiran
Di samping pegangan untuk penyesuaian huruf istilah asing tersebut di atas, berikut ini di
daftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu
di serap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif di
serap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan objek.
B. Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-
kalimat yang kita tulis dapat di pahami orang persis seperti yang kita maksudkan.
Secara umum tanda baca berfungsi sebagai untuk menjaga keefektifan komunikasi.
Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu memperhatikan tanda baca yang
digunakan di dalamnya. Fungsi-fungsi dari masing-masing tanda baca yang dipakai dalam
Bahasa Indonesia yaitu:
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
1. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan
berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.
2. Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar atau daftar.
3. Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan jangka waktu.
4. Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.
6. Tanda titik tidak di pakai di pakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
7. Tanda titik tidak di pakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
1. Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
2. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila
kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
3. Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
4. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak
kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya.
5. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat.
6. Tanda baca koma (,) di pakai untuk memsahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
7. Tanda baca koma (,) di pakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
8. Tanda baca koma (,) di pakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat,
tempat dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang di tulis berurutan.
9. Tanda baca koma (,) di pakai untuk menceraikan bagian nama yang di balik
susunannya dalam daftar pustaka.
10. Tanda baca koma (,) di pakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
2. Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di
dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata dan penerbit buku
acuan.
3. Dapat di gunakan dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
4. Di gunakan di antara jilid nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam
kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
1. Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“
atau “sampai dengan”.
2. Tanda pisah (–) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar bangun kalimat.
3. Tanda pisah (–) digunakan untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
1. Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang hilang.
3. Digunakan mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat di
hilngkan.
4. Di gunakan mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan
1. Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.
2. Tanda tanya (?) di gunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang di sangsikan atau yang kurang yang kurang dapat di buktikan
kebenarannya.
Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
1. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
2. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
3. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang di pakai dalam kalimat.
4. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang di kenal atau mempunyai arti khusus.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat di tempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang di pakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
1. Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau
ungkapan asing.
2. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lainnya.
1. Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim.
2. Tanda garis miring di pakai sebagai pengganti kata dan,atau, atau tiap.
Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukan
penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.
Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan tanda baca yang berlaku di dalam EYD
dalam Bahasa Indonesia secara garis besar prinsip-prinsip umum pemakain tanda baca dapat
diuraikan sebagai berikut.
Tanda tanya (?), tanda titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua (:), dan tanda seru (!),
ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir dengan kata yang mendahuluinya dan diberi spasi
dengan kata yang sesudahnya.
Tanda petik ganda (“), tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung (()) masing-masing
diketik rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand diapit.
Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-masing diketik rapat
dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.
Tanda hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali (x), bagi (:), lebih
kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi dengan huruf yang mendahului dan
mengikutinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas, kita dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa :
2. Ejaan Soewandi
3. Ejaan Melindo
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-
kalimat yang kita tulis dapat di pahami orang persis seperti yang kita maksudkan.
Bahasa itu tidak terlepas dari yang namanya tata ejaan dan tanda baca. Dan ternyata ejaan
dan tanda baca itu saling keterkaitan.dan ejaan itu ternyata mengalami beberapa tahap hingga
menjadi yang sempurna, dimana yang kita gunakan saat ini.
Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Mohon kritik dan
sarannya supaya ke depan bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://budipurnomoagung.blogspot.co.id/2013/11/fungsi-ragam-bahasa-dan-ejaan.html?m=1.
http://huartzimucz.blogspot.co.id/2012/10/fungsi-fungsi-tanda-baca-html?m=1.