Anda di halaman 1dari 4

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dewan hakim yang arif dan bijaksana, hadirin sebangsa dan setanah air yang kami banggakan.
Syekh Ja’far Al-Barzanji dalm kitab Al-Barzanji li Muilidin Nabi mengatakan,
Muhammad adalah manusia, tapi lain dari Manusia. Beliau laksana batu intan permata,
sedangkan kita ibarat batu biasa. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Madarijus Su’ud
menuturkan, Nur Muhammad di langit di muliakan, sedangkan di bumi jadi panutan.
Ungakapan tersebut menggambarkan kepada kita, bahwa tidak ada satu pun figur yang
paling luhur, manusia yang tidak hanya disegani, tapi juga wajib diteladani, khususnya bagi para
pemimpin didalam kepemimpinannya. Namun sayang seribu sayang hadirin, keadilan,
penganiaan dan kekecewaan kini menyelimuti bangsa kita. Karena apa hadirin? Karena pada
zaman sekarang ini semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan, berebut kedudukan
hingga mendapatkan sebuah kekuasaan tanpa memperhatikan kemampuan dan potensi yang
dimiliki. Mereka menganggap jabatan adalah keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa batas,
kebanggaan serta popularitas. Betul hadirin? Na’udzubillahi min dzalik. Padahal hadirin,
sesungguhnya kepemimpinan dalam sebuah jabatan adalah amanah, titipan dari allah swt, bukan
sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan.
Maka dalam kesempatan yang berbahagia ini, kami akan menyampaikan sebuah syarahan
yang berjudul “KEPEMIMPINAN DALAM KONSEPSI AL-QUR’AN”. Sebagai rujukan
firman Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21, sebagai berikut:

ِ ‫ول اللَّ ِه أُسوةٌ حسنَةٌ لِمن َكا َن يرجو اللَّه والْيوم‬


‫اآلخَر‬ ِ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُكم يِف رس‬
َ َْ َ َ ُ َْ ْ َ َ َ َْ َُ ْ
‫َوذَ َكَر اللَّهَ َكثِ ًريا‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.
Hadirin Rahimakumullah,
Ayat tadi didalam ilmu balaghah merupakan informasi sekaligus menegaskan kepada
kita, sungguh-sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu Uswatun Hasanah kepada kita. Imam
Ali as-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir menjelaskan “Rasulullah merupakan figur yang luhur,
contoh yang tinggi yang harus diikuti dalam segenap perkataan dan perbuatannya”. Sedangkan
makna uswatun hasanah adalah Rasulullah merupakan contoh terbaik dalam semua perkataan,
perbuatan dan seluruh aspek kehidupan. Demikian menurut Imam Musthafa Al-Maraghi didalam
tafsirnya Tafsir Al-Maraghi. Sejalan dan sejalin dengan kandungan ayat tadi, sayyidah Aisyah
juga berkata:
‫كان خلقه القران‬
“Rasul is the walking Qur’an”
“Akhlak Rasul adalah ibarat al-Qur’an yang bejalan”.
Maksudnya, akhlak Rasul adalah pengejawantahan dari seluruh ajaran yang terdapat dalam Al-
Qur’an. Maka pantas kalau Allah sendiri memuji akhlak Rasulullah melalui firmanNya:
“Sesungguhnya engkau Muhammad memiliki akhlak yang agung”. (QS. Al-Qalam:4)
Kemudian timbullah pertanyaan, bagaimanakah pemimpin kita saat ini? Menurut
Dwidjoyowianto (1998) dalam bukunya Indonesia 2020, pemimpin harus mengatasi paradoks
yang selama ini menjadi momok bagi kepemimpinan di Indonesia. Sosok yang amanah,
bertanggungjawab, memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, dan cinta kepada rakyat Indonesia.
Sayangnya hadirin, praktik demokrasi di negara kita ini masih belum bisa melahirkan sosok
pemimpin Indonesia yang di impikan. Yang terjadi adalah sebaliknya, banyak sekali pemimpin
yang dipilih secara demokratis namun akhirnya menjadi tragis. Terbukti, persada kita saat ini
sedang dipertontonkan oleh ulah sebagian pemimpin kita, yang katanya berjuang untuk rakyat,
akan tetapi tidak berorientasikan rakyat, didepan melantunkan syair-syair perlindungan, tetapi
kenyataannya semakin membuat rakyat kebingungan, gayanya bak orator, padahal biangnya
koruptor, gayanya bak proklamator, padahal biangnya provokator. Kita lihat hadirin, Jerman
hancur karena kekejaman Adolf Hittler, Rumania jatuh binasa karena ketamakan Nicolas
Susesco, dan indonesia saat ini sedang bersedih, menangis, menjerit, merintih karena
pemimpinnya yang kini banyak yang bermoral bengis, sengit, tengik dan licik. Na’uzdubillah.....
Kemudian sekarang pertanyaannya hadirin, seperti apakah pemimpin yang sesuai dengan
Al-Qur’an? Menurut Quraisy Shihab ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat
kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak
sosial antara sang pemimpin dengan rakyatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia
dengan Allah swt. Kemudian yang kedua adalah amanah. Kepemimpinan adalah amanah, titipan
Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Kemudian kandungan
Q. S. Ibrahim ayat 4 juga menjelakan bahwa pemimpin dituntut untuk memahami kehendak dan
memperhatikan penderitaan rakyatnya. Sebab dalam sejarah, rasul tidak diutus kecuali yang
mampu memahami bahasa dan kehendak kaumnya serta mengerti kesusahan yang dialami oleh
rakyatnya. Sebagaimana Iwan Fals memberikan pesan melalui senandungnya:
Wakil rakyat seharusya merakyat,
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat,
Wakil rakyat bukan paduan suara,
Hanya tahu nyanyian lagu setuju
Hadirin rahimakumullah,
Sebenarnya apakah yang telah dijanjikan Allah kepada kita agar menjadi pemimpin yang
amanah dan bertanggung jawab? Jawabannya adalah sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-
Anbiya’ ayat 107 sebagai berikut:
Artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,
Pada tafsir kementerian agama RI 2010 jilid 6 halaman 336 menjelaskan bahwa, tujuan
Allah mengutus Nabi Muhammad yang membawa agamanya itu tidak lain adalah memberi
petunjuk dan peringatan agar mereka bahagia di dunia dan akhirat. Rahmat Allah bagi seluruh
alam meliputi perlindungan, kedamaian, dan kasih sayang yang diberikan Allah terhadap
makhluk-Nya. Baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Kemudian terkait ayat tadi tafsir
Ibnu Katsir jus 5 halaman 385 juga menjelaskan, barang siapa yang menerima rahmat dan
mensyukuri nikmat ini, niscaya dia akan berbahagia di dunia dan di akhirat.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Ayat tadi merupakan janji Allah sebuah kebahagiaan dunia dan akhirat kepada pemimpin
yang peneladai rasulullah yang amanah, yang jujur dan berani melakukan dan berbicara sesuai
dengan apa yang terjadi. Devi Farah Dina menuliskan “Bungkam itu bukan putusan tepat,
ketika negeri ini gaduh oleh suara politisi jahat. Bersuaralah, atau negerimu ini bakal jatuh
ketangan bedebah”. Na’uzdubillah .....
Hadirin yang berbahagia,
Dari uraian tadi dapat kita ambil kesimpulan, Yang pertama,kita harus benar-benar selektif
dalam memilih pemimpin. Yang kedua, Rasulullah adalah figur yang harus diteladani oleh
pemimpin dalam memimpin. Yang ketiga, keimanan harus kita teguhkan, agar kita senangtiasa
merasa diawasi Allah dan selalu diridhoi jalan kita dalam memimpin.
Akhirnya hanya ini yang dapat kami sampaikan,
Rintiknya hujan penyebab tanah yang basah,
Gemerlapnya bintang dimalam bulan purnama,
Marilah mejadi pemimpin yang amanah,
Demi terciptanya impian indonesia yang adil, makmur dan sentosa.
Wallahul muwafiq ila aqwaamiththooriiq,
‫و السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
Presiden pertama indonesia Soekarno, telah memikirkan hal sangat ia kwatirkan, yaitu
adanya konflik individual dan sosial. Dimana konflik individual yang berdampak pada
konflik sosial ini, tentu dapat merugikan bangsa indonesia. Dapat kita lihat hadirin realita
yang saat ini terjadi di negara kita. Buruknya tingkat keadilan, yang berdampak pada
tindak pidana seperti mencuri, korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini hadirin, tidak lepas
dari peranan sebagian pemimpin kita sendiri.
kemudian secara aplikatif mereka memberikan keteladanan terlebih dahulu,mencontohkan
pengabdian dalam kehidupan sehari-hari yang dicerminkan dengan menegakkan sholat dan
menunaikan zakat, sehingga mereka termasuk kelompok ‘abid yang senantiasa tunduk dan patuh
mengabdi kepada Allah swt.
‘Wakanu Lana Abidin bukan Wakanu Abidin’ merupakan penegasan bahwa perbuatan
baik yang mereka perbuat lahir dari rasa iman kepada Allah dan jauh dari kepentingan politik.
Maka kata ‘Lana’ (hanya kepada kami) adalah batasan bahwa hanya kepa Allah lah mereka
berbuat kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai