Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengajar : Nidya Ika Putri, S.S.T.,M.Biomed.

Kelompok 5

Anggota kelompok :

1. Sherly Silvi Yanti (1120024)


2. Shela Salsabila (1120042)
3. Sarah Fadilah Adil (1120011)
4. Risky Yulianti (1120018)
5. Ririn Nurhasanah (1120050)
6. Rissa Amalia (1120009)
7. Sandi (1120041)

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI


TAHUN 2020-2021
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA

1. Sejarah kelahiran paham nasionalisme indonesia


Nasionalisme (dalam arti positif) adalah sikap nasional yang kemerdekaan dan harga
diri bangsa dan menghormati bangsa lain. Nasionalisme dalam pengertian ini sangat
berguna untuk membina rasa persatuan antara penduduk negara yang hiterogen karena
perbedaan suku, ras dan golongan serta berfungsi untuk membina rasa identitas dan
kebersamaan dalam negara dan bermanfaat untuk mengisi yang sudah diperoleh.

Sejarah Nasionalisme di Indonesia


Bagi dunia ketiga ke-20 dapat sebagai respon dari nasionalisme, tidak lain karena
yang menyebabkan timbulnya negara bangsa, setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Fungsi negara bangsa menjumpai konsep bangsa Indonesia. Apa yang diucapkan
pada Sumpah Pemuda 1928 adalah kelengkapan dan pembulatan konsep tersebut.
Secara implisit Manifesto itu memuat paham nasionalisme sebagai anti kolonialisme
dan sekaligus memuat prinsip-prinsipnya, yaitu: kesatuan, kebebasan, persamaan,
kepribadian. Prinsip-prinsip beserta nilai-nilai nasionalisme sejak awal pergerakan
nasional diperjuangkan, secara langsung, konseptual, fisik revolusioner dan dalam
periode pasca revolusi mengkonsolidasi.
Apabila kita melacak pertumbuhan naionalisme Indonesia sejak kebangkitan
nasional 1908, melalui Manifesto Politik 1925 serta Sumpah Pemuda 1928, maka
tidak dapat diingkari bahwa meskipun masih dalam bentuk embrional, keempat
prinsipisme tersebut sudah hadir. Meskipun Budi Utama belum dapat dipandang
sebagai organisasi nasional dalam arti kamus, namun pada hakekatnya ideologinya
menunjuk pada kesadaran diri akan kemandirian, kebebasan, dan penemuan identitas
dirinya.
Selama Pergerakan periode keempat itu menjadi perjuangan menuju perjuangan
melalui jaman Jepang semangat nasionalisme meluas ke lapisan rakyat sehingga
revolusi Indonesia dapat dilanearkan. Sesungguhnya pada masa pasca revolusi,
ideologi nasionalisme masih tetap memiliki relevansi bagi pembangungan bangsa.

Bagi Indonesia, nasionalisme merupakan kunci untuk mengatasi keberagaman


adat istiadat, buđaya agama serta etnis. Tanpa nasionalisme sebagai alat pemersatu,
sulit kiranya untuk mencari titik temu dari berbagai kebiasaan yang berasal dari
berbagai etnik. Nasionalisme dalam hal ini dapat dipandang sebagai komitmen moral
bangsa Indonesia untuk tidak memandang itu sebagai konflik, melainkan sebagai
kenyataan yang tidak dapat ditolak, juga sebagai kekayaan yang penuh dengan
dinamika.
Pada sisi lain, identitas nasional perlu dipupuk pada generasi muda lewat kesadaran
nasional yang perlu dibangkitkan lewat kesadaran sejarah. Kesadaran ini mencakup
pengalaman kolektif dimasa lampau, atau nasib bersama dimasa lampau yang
mendidik negara. Tanpa kesadaran sejarah nasional tidak akan ada identitas nasional
dan tanpa identitas nasional seseorang tidak akan memiliki kepribadian nasional.
Kesadaran nasional menciptakan inspirasi dan aspirasi nasionalis. Nasionalisme
sebagai idcologi perlu menjiwai setiap warga negara dan wajib secara moral dengan
loyalitas penuh idealisme yang membendung kekuatan materialisme, konsumerisme
dan dampak globalisasi yang negatif.
2. Identitas nasionalisme sebagai karakter bangsa

Identitasnasional dalam etimologis berasal dari kata "Identity" dan


"Nasional". Identity   secara harfiah diartikan ciri, tandaatau jati diri yang melekat
sehingga membedakan dengan yang lain. sedangkan katanasional merujuk pada
konsep kebangsaan yang terdiri dari pengkelompokan bahasa,budaya, ras, agama dan
budaya. Identitas nasional secara terminologis diartikansebagai suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakanbangsa tersebut dengan
bangsa lain.
  Identitasnasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena
identitasnasional dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai
identitasmereka. Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir setelah
adanyaidentitas kesukubangsaan yang sudah dimiliki oleh warga Negara. Unsur-
unsurpembentuk identitas yaitu:
1. Suku bangsa adalah golongan social yang bersifat ada sejak lahir. Di
Indonesiaterdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis sampai 300
dialegbangsa. Diantara suku bangsa yang ada dindonesia adalah suku serawai
dari Bengkulu,suku junda dari jawa barat, suku Madura dari jawa timur dll.
2. Agama, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Dimana
keragamanagama didalamnya hidup rukun berdampingan. Agama yang ada di
Indonesia adalahagama,Islam Kristen,Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu
Cu.
3. Kebudayaan  adalah pengetahuanmanusia yang digunakan sebagai mahluk
social dalam memahami dan menafsirkanlingkungan  yang dihadapinya.
4. Bahasa merupakan unsur pendukung identitas sebagai media interaksiantar
sesama manusia.

Dari unsur-unsur diatas dapat dirumuskanidentitas nasional Indonesia dibagi


menjadi tiga. Identitas fundamental, yaitupancasila sebagai dasar Negara, falsafah
Negara dan ideology Negara. Identitas instrumentalyang berisi UUD 1945 dan tata
perundangannya, bahasa Indonesia, lambang Negara,bendera Negara, dan lagu
kebangsaan "Indonesia Raya". Identitas alamiahmeliputi Negara kepulauan,
pluralisme dalam suku,bahasa, budaya dan agama,sertakepercayaan.  
  Identitasnasional Indonesia adalah ciri-ciri yang memebdakan dari Negara lain
yang sudahdisepakati dalam UUD 1945 dalam pasal 35-36 C. Identitas nasional
tersebutadalah sebagai berikut:
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatuan
2. Bendera Negara yaitu sang Merah Putih
3. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar falsafah Negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi Negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara kesatuan republic Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Identitas nasional yang beraneka ragammenjadi kekayaan yang sangat


istimewa. Dimana kerukunan damai tercipta dalamseluk kehidupan masyarakatnya,
hamparan alam yang kaya sumberdaya jugamenghiasi dari sabang sampai merauke.
wawasan yang dianut bangsa indonesia adalah wawasan kebangsaan yang
berlandaskan Pancasila. Pancasila merupakan konsep kehidupan yang dicita-citakan
oleh suatu bangsa, pikiran yang terdalam dan gagasan dari suatu bangsa mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. pandangan hidup suatu bangsa adalah suatu
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu mewujudkannya. karena itu
pandang hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat asasi bagi kekokohan
bangsa dan kelestarian suatu bangsa.identitas nasional iniberorientasi pada
kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh danmenyeluruh. Implementasi
identitas ini mencakup kehidupan politik, ekonomi, socialbudaya dan pertahanan
keamanan. Implementasi ini dimulai secara sederhana dalamkehidupan sehari-hari
yang menerapkan nilai-nilai Pancasila.

3. Proses berbangsa dan bernegara


Proses berbangsa dan bernegara memberikan gambaran tentang bagaimana
terbentuknya bangsa, di mana sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa
sebagai bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa.
Bangsa tersebut merasakan pentingnya keberadaan Negara, sehingga tumbuhlah
kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya Negara melalui upaya bela
Negara. Upaya ini dapat terlaksana dengan baik apabila tercipta pola pikir, sikap dan
tindak/perilaku bangsa yang berbudaya yang memotivasi keinginan untuk membela
Negara.

Negara merupakan proses atau rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan.


Secara ringkas, proses tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia,


2. Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan,
3. Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil
danmakmur.

Pada zaman modern adanya Negara lazimnya dibenarkan oleh anggapan atau
pandangan kemanusiaan. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia. Alinea
Pertama Pembukaan UUD 1945 merumuskan bahwa adanya Negara Kesatuan
Republik Indonesia ialah karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga
penjajahan yang bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan harus di
hapuskan. Apabila “dalil” ini kita analisis secara teoritis, hidup berkelompok baik
masyarakat, berbangsa maupun bernegara seharusnya tidak mencerminkan eksploitasi
sesama manusia (penjajahan) melainkan harus berperikemanusiaan dan
berperikeadilan. Inilah teori pembenaran paling mendasar dari bangsa Indonesia
tentang bernegara.
Hal yang kedua yang memerlukan suatu analisis ialah bahwa kemerdekaan
merupakan hak segala bangsa. Tetapi dalam penerapannya sering timbul pelbagai
ragam konsep bernegara yang saling bertentangan. Perbedaan konsep tentang Negara
yang dilandasi oleh pemikiran ideologis adalah penyebab utamanya. Karena itu, kita
perlu memahami filosofi ketatanegaraan tentang makna kebebasan atau kemerdekaan
suatu bangsa dalam kaitannya dengan ideologinya.
Namun di zaman modern, teori yang universal ini tidak diikuti orang. Kita
mengenal banyak bangsa yang menuntut bangsa yang sama. Orang kemudian
beranggapan bahwa untuk memperoleh pengakuan dari bangsa lain, suatu Negara
memerlukan mekanisme yang lazim disebut proklamasi kemerdekaan.

Pertama, terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu


proses yang tidak sekadar dimulai dari proklamasi. Perjuangan kemerdekaan pun
mempunyai peran khusus dalam pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan.

Kedua, Proklamasi baru “mengantar bangsa Indonesia” sampai ke pintu


gerbang kemerdekaan. Adanya proklamasi tidak berarti bahwa kita telah
“selesai”bernegara.

Ketiga, Keadaan bernegara yang kita cita-citakan belum tercapai hanya


dengan adanya pemerintahan, wilayah, dan bangsa, melainkan harus kita isi untuk
menuju keadaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.

Keempat, terjadinya Negara adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekadar


keinginan golongan yang kaya dan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang
menentang golongan ekonomi kuat seperti dalam teori kelas.

Kelima, Religiositas yang tampak pada terjadinya Negara menunjukkan


kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Unsur kelima inilah
yang kemudian diterjemahkan menjadi pokok-pokok pikiran keempat yang
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa Indonesia bernegara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang (pelaksanaannya) didasarkan pada
kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Politik identitas

Politik identitas

adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama
atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau
sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut. Identitas dipolitisasi
melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk mendapat dukungan dari
orang-orang yang merasa 'sama', baik secara ras, etnisitas, agama, maupun elemen
perekat lainnya

Politik identitas, menurut Abdillah (2002) merupakan politik yang fokus


utama kajian dan permasalahannya menyangkut perbedaan-perbedaan yang
didasarkan atas asumsi-asumsi fisik tubuh, politik etnisitas atau primordialisme, dan
pertentangan agama, kepercayaan, atau bahasa. Politik identitas hadir sebagai narasi
resisten kelompok terpinggirkan akibat kegagalan narasi arus utama mengakomodir
kepentingan minoritas; secara positif, politik identitas menghadirkan wahana mediasi
penyuaraan aspirasi bagi yang tertindas.

Anda mungkin juga menyukai