Kelompok 5
Anggota kelompok :
Pada zaman modern adanya Negara lazimnya dibenarkan oleh anggapan atau
pandangan kemanusiaan. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia. Alinea
Pertama Pembukaan UUD 1945 merumuskan bahwa adanya Negara Kesatuan
Republik Indonesia ialah karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga
penjajahan yang bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan harus di
hapuskan. Apabila “dalil” ini kita analisis secara teoritis, hidup berkelompok baik
masyarakat, berbangsa maupun bernegara seharusnya tidak mencerminkan eksploitasi
sesama manusia (penjajahan) melainkan harus berperikemanusiaan dan
berperikeadilan. Inilah teori pembenaran paling mendasar dari bangsa Indonesia
tentang bernegara.
Hal yang kedua yang memerlukan suatu analisis ialah bahwa kemerdekaan
merupakan hak segala bangsa. Tetapi dalam penerapannya sering timbul pelbagai
ragam konsep bernegara yang saling bertentangan. Perbedaan konsep tentang Negara
yang dilandasi oleh pemikiran ideologis adalah penyebab utamanya. Karena itu, kita
perlu memahami filosofi ketatanegaraan tentang makna kebebasan atau kemerdekaan
suatu bangsa dalam kaitannya dengan ideologinya.
Namun di zaman modern, teori yang universal ini tidak diikuti orang. Kita
mengenal banyak bangsa yang menuntut bangsa yang sama. Orang kemudian
beranggapan bahwa untuk memperoleh pengakuan dari bangsa lain, suatu Negara
memerlukan mekanisme yang lazim disebut proklamasi kemerdekaan.
Politik identitas
adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama
atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau
sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut. Identitas dipolitisasi
melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk mendapat dukungan dari
orang-orang yang merasa 'sama', baik secara ras, etnisitas, agama, maupun elemen
perekat lainnya