Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG BOGENVIL 2

RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS

Disusun Oleh :

LILIK MAIZA

NIM : 72020040421

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


2021
LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

DI RUANG BOGENVIL 2 RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

A. PENGERTIAN
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 ).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru ( Betz C,
2002 ) Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi
pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001) Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing (IKA, 2001) Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan
paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak
B. KLASIFIKASI
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum
& dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.
2. Pneumonia Streptococal ialah suatu organisme penyebab umum. Type pneumonia
ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia
3. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini ialah suatu aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia. Lobar &
Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini ini
pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.
4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan
organisme perusak.( Reeves, 2001)
C. ETIOLOGI
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini Sebenarnya pada diri
manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya
setelah ada faktor- faktor presipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya. Timbulnya
bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus
pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang
merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien
yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4.  Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
5.  Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10.Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam
saluran napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah
( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi
peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit &
pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret
dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal
dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.( Smeltzer
&Suzanne C, 2004 dan Sandra M Nettina, 2005)
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
• Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas
untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
• Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
• Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
• Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2. Pemeriksaan Radiologi
• Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal
atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan
haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
• Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
H. KOMPLIKASI
1. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura. 
2. Atelektasis :Pengembangan paru yang tidak sempurna. 
3. Abses paru :pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan. 
4. Meningitis : Peradangan pada selaput otak. Infeksi sistomik 
5. Endokarditis :peradangan pada endokardium.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus dirawat 
3. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
4. Antibiotik sesuai dengan program 
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotic
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mengajarkan batuk efektif
2. Mengajarkan fisioterapi dada
3. Mengajarkan inhalasi manual
4. Mengajarkan kompres hangat bila anak demam.
K. PENCEGAHAN PADA ANAK
1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan. 
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA 
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI Segera berobat apabila terjadi demam,
batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak pada anak. 
4. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
L. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
1) Identitas.
2)  Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai
muntah dan diare atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan
muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan
dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim
hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan
pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.
f.       Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh
yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h.      Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3) Pemeriksaan persistem.
a.       Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.      Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan klien sulit bernapas, pernapasan
cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction
rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua
cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.       Sistem pencernaan.
klien malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada
orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami
tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d.      Sistem eliminasi.
klien menderita diare, atau dehidrasi,
e.       Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-
anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.      Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.      Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering, .
i.        Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 /
m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test
resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan
memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat:
 Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
 Luas daerah paru yang terkena.
 Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau
beberapa lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan
paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun,
sesak nafas.
3) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai
dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak
elastis.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi
dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.
6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kekurangan cairan secara aktif
3. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1 Bersihan Jalan Nafas NOC: 1. Pastikan kebutuhan oral
tidak ·   Respiratory status : / tracheal suctioning.
efektif berhubungan Ventilation 2. Berikan o2
dengan: ·   Respiratory status : 3. Anjurkan pasien untuk
·      Infeksi, disfungsi Airway patency istirahat dan napas
neuromuskular, ·   Aspiration Control dalam
hiperplasia dinding Setelah dilakukan tindakan 4. Posisikan pasien untuk
bronkus, alergi jalan keperawatan selama 3x memaksimalkan
nafas, asma, trauma 24 jam pasien ventilasi
·      Obstruksi jalan nafas menunjukkan keefektifan 5. Lakukan fisioterapi
: spasme jalan nafas, jalan nafas dibuktikan dada jika perlu
sekresi tertahan, dengan kriteria hasil : 6. Keluarkan sekret
banyaknya mukus, ·   Mendemonstrasikan dengan batuk atau
adanya jalan nafas batuk efektif dan suara suction
buatan, sekresi nafas yang bersih, tidak 7. Auskultasi suara nafas,
bronkus, adanya ada sianosis dan dyspneu catat adanya suara
eksudat di alveolus, (mampu mengeluarkan tambahan
adanya benda asing di sputum, bernafas dengan 8. Atur intake untuk
jalan nafas. mudah, tidak ada pursed cairan mengoptimalkan
DS: lips) keseimbangan.
·      Dispneu ·   Menunjukkan jalan 9. Monitor respirasi dan
DO: nafas yang paten (klien status O2
·      Penurunan suara tidak merasa tercekik, 10. Pertahankan hidrasi
nafas irama nafas, frekuensi yang adekuat untuk
·      Orthopneu pernafasan dalam mengencerkan sekret
·      Cyanosis rentang normal, tidak ada 11. Jelaskan pada pasien
·      Kelainan suara nafas suara nafas abnormal) dan keluarga tentang
(rales, wheezing) ·   Mampu penggunaan peralatan :
·      Kesulitan berbicara mengidentifikasikan dan O2, Suction, Inhalasi.
·      Batuk, tidak efektif mencegah faktor yang
atau tidak ada penyebab.
·      Produksi sputum ·   Saturasi O2 dalam batas
·      Gelisah normal
·      Perubahan frekuensi ·   Foto thorak dalam batas
dan irama nafas norma
2 Gangguan NOC: NIC :
Pertukaran gas          Respiratory Status : 1. Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan : Gas exchange memaksimalkan ventilasi
-ketidakseimbangan          Keseimbangan asam         Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi Basa, Elektrolit 2. Lakukan fisioterapi dada
-perubahan membran         Respiratory Status : jika perlu
kapiler-alveolar ventilation 3. Keluarkan sekret dengan
         Vital Sign Status batuk atau suction
DS: Setelah dilakukan 4. Auskultasi suara nafas,
- sakit kepala ketika tindakan keperawatan catat adanya suara
bangun selama 3x 24 jam tambahan
- Dyspnoe Gangguan pertukaran
- Gangguan pasien teratasi dengan 5.   Barikan pelembab udara
penglihatan kriteria hasi: 6.   Atur intake untuk cairan
DO:          Mendemonstrasikan mengoptimalkan
- Penurunan CO2 peningkatan ventilasi dan keseimbangan.
- Takikardi oksigenasi yang adekuat 7.    Monitor respirasi dan
- Hiperkapnia          Memelihara status O2
- Keletihan kebersihan paru paru dan 8.    Catat pergerakan
- Iritabilitas bebas dari tanda tanda dada,amati kesimetrisan,
- Hypoxia distress pernafasan penggunaan otot
- kebingungan          Mendemonstrasikan tambahan, retraksi otot
- sianosis batuk efektif dan suara supraclavicular dan
è -warna kulit abnormal nafas yang bersih, tidak intercostal
(pucat, kehitaman) ada sianosis dan dyspneu 9. Monitor suara nafas,
- Hipoksemia (mampu mengeluarkan seperti dengkur
- hiperkarbia sputum, mampu bernafas 10. Monitor pola nafas :
- AGD abnormal dengan mudah, tidak ada bradipena, takipenia,
- pH arteri abnormal pursed lips) kussmaul, hiperventilasi,
-frekuensi dan         Tanda tanda vital cheyne stokes, biot
kedalaman nafas dalam rentang normal 11. Auskultasi suara
abnormal          AGD dalam batas nafas, catat area penurunan
normal / tidak adanya ventilasi
         Status neurologis dan suara tambahan
dalam batas normal          Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus mental
12. Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
13. Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
14. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama dan
denyut jantung

3 Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
         penyakit/ trauma mungkin
         peningkatan Setelah dilakukan 2. Monitor warna dan suhu
metabolisme tindakan keperawatan kulit
         aktivitas yang selama 3x 24 jam pasien 3. Monitor tekanan darah,
berlebih menunjukkan : nadi dan RR
         dehidrasi Suhu tubuh dalam batas 4. Monitor penurunan
normal dengan kreiteria tingkat kesadaran
DO/DS: hasil: 5. Monitor WBC, Hb, dan
         kenaikan suhu         Suhu  36 – 37C Hct
tubuh diatas rentang         Nadi dan RR dalam 6. Monitor intake dan
normal rentang normal output
         serangan atau         Tidak ada perubahan 7. Berikan cairan intravena
konvulsi (kejang) warna kulit dan tidak ada 8. Kompres pasien pada
         kulit kemerahan pusing, merasa nyaman lipat paha dan aksila
         pertambahan RR 9. Tingkatkan sirkulasi
         takikardi udara
         Kulit teraba panas/ 10. Tingkatkan intake
hangat cairan dan nutrisi

4 Ketidakseimbangan NOC: 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari a.     Nutritional status: makanan
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli
Berhubungan dengan : b.     Nutritional Status : gizi untuk menentukan
Ketidakmampuan food and Fluid Intake jumlah kalori dan
untuk memasukkan c.     Weight Control nutrisi yang dibutuhkan
atau mencerna nutrisi Setelah dilakukan pasien
oleh karena faktor tindakan keperawatan 3. Yakinkan diet yang
biologis, psikologis selama 3x 24 jam nutrisi dimakan mengandung
atau ekonomi. kurang teratasi dengan tinggi serat untuk
DS: indikator: mencegah konstipasi
         Nyeri abdomen          Albumin serum 4. Ajarkan pasien
         Muntah          Pre albumin serum bagaimana membuat
         Kejang perut          Hematokrit catatan makanan
         Rasa penuh tiba-         Hemoglobin harian.
tiba setelah makan          Total iron binding 5. Monitor adanya
DO: capacity penurunan BB dan gula
         Diare          Jumlah limfosit darah
         Rontok rambut 6. Monitor lingkungan
yang berlebih selama makan
         Kurang nafsu 7. Monitor turgor kulit
makan 8. Monitor kekeringan,
         Bising usus rambut kusam, total
berlebih protein, Hb dan kadar
         Konjungtiva pucat Ht
         Denyut nadi lemah 9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
11. Monitor intake nuntrisi
12. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
·     
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC
Berhubungan dengan :         Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
         Tirah Baring atau         Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
imobilisasi          Konservasi eneergi melakukan aktivitas
         Kelemahan Setelah dilakukan 2. Kaji adanya faktor yang
menyeluruh tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
        Ketidakseimbangan selama 3x24 jam Pasien 3. Monitor nutrisi  dan
antara suplei oksigen bertoleransi terhadap sumber energi yang
dengan kebutuhan aktivitas adekuat
Gaya hidup yang dengan Kriteria Hasil : 4. Monitor pasien akan
dipertahankan.          Berpartisipasi dalam adanya kelelahan fisik dan
DS: aktivitas fisik tanpa emosi secara berlebihan
         Melaporkan secara disertai peningkatan 5. Monitor respon
verbal adanya tekanan darah, nadi dan kardivaskuler  terhadap
kelelahan atau RR aktivitas (takikardi,
kelemahan.          Mampu melakukan disritmia, sesak nafas,
         Adanya dyspneu aktivitas sehari hari diaporesis, pucat,
atau ketidaknyamanan (ADLs) secara mandiri perubahan hemodinamik)
saat beraktivitas.          Keseimbangan
aktivitas dan istirahat

DO :
      Respon abnormal dari
tekanan darah atau
nadi terhadap aktifitas
         Perubahan ECG :
aritmia, iskemia
6 Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan          Fluid balance 1. Pertahankan catatan
Berhubungan dengan:          Hydration intake dan output yang
         Kehilangan volume         Nutritional Status : akurat
cairan secara aktif Food and Fluid Intake 2. Monitor status hidrasi
         Kegagalan Setelah dilakukan ( kelembaban membran
mekanisme tindakan keperawatan mukosa, nadi adekuat,
pengaturan selama 3x24 jam defisit tekanan darah
volume cairan teratasi ortostatik ), jika
DS : dengan kriteria hasil: diperlukan
         Haus          Mempertahankan 3. Monitor hasil lab yang
DO: urine output sesuai sesuai dengan retensi
         Penurunan turgor dengan usia dan BB, BJ cairan (BUN , Hmt ,
kulit/lidah urine normal, osmolalitas urin,
         Membran          Tekanan darah, nadi, albumin, total protein )
mukosa/kulit kering suhu tubuh dalam batas 4. Kolaborasi pemberian
         Peningkatan denyut normal cairan IV
nadi, penurunan         Tidak ada tanda tanda 5. Monitor status nutrisi
tekanan darah, dehidrasi, Elastisitas 6. Berikan cairan oral
penurunan turgor kulit baik, 7. Dorong keluarga untuk
volume/tekanan nadi membran mukosa membantu pasien makan
         Pengisian vena lembab, tidak ada rasa 8. Monitor intake dan urin
menurun haus yang berlebihan output setiap 8 jam
         Perubahan status         Orientasi terhadap
mental waktu dan tempat baik
         Konsentrasi urine         Jumlah dan irama
meningkat pernapasan dalam batas
         Temperatur tubuh normal
meningkat          Elektrolit, Hb, Hmt
         Kehilangan berat dalam batas normal
badan secara tiba-tiba          pH urin dalam batas
         Penurunan urine normal
output          Intake oral dan
         HMT meningkat intravena adekuat
         Kelemahan

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA (NIC-
NOC). Jogjakarta: Mediactio
Smeltzer, Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta :  Balai penerbit FK UL
Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika 
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit
FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai