Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kotler dan Keller (2012), mengungkapkan daya tarik iklan harus mempunyai tiga
sifat : Pertama, iklan harus bermakna (meaningfull), menunjukkan manfaat-manfaat
yang membuat produk lebih diinginkan atau lebih menarik bagi konsumen. Kedua,
pesan iklan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk
tersebut akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan iklan.
Ketiga, khusus (distinctive) bahwa pesan iklan lebih baik dibandingkan dengan iklan
merk lainnya.
Iklan televisi mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan iklan televisi antara lain:
dapat dinikmati oleh siapa saja, waktu dan siarannya sudah tertentu dan dapat
memberikan kombinasi antara suara dengan gambar yang bergerak (Swastha, 2000).
Salah satu saluran komunikasi yang saat ini mempunyai keunggulan kompetitif,
bahkan mampu menggeser peran media massa lainnya dalam meraih di bidang iklan
adalah televisi. Hal ini karena kecepatan dan daya Tarik televisilah yang
menyebabkan media ini menjadi banyak pilihan perusahaan dalam
mengkomunikasikan produknya.
Sebagai sarana komunikasi, bentuk media massa seperti surat kabar, majalah,
televisi, radio, dan media lainnya mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasinya dalam
bentuk pesan-pesan yang apabila cukup kuat, akan menjadi dasar di dalam menilai
sesuatu sehingga individu akan terbentuk ke arah sikap tertentu yang diharapkan
oleh penyampai pesan.(1)
Menurut WHO, obesitas hampir berlipat ganda sejak tahun 1980 dan terdapat 42
juta anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan atau obesitas pada
tahun 2013 (WHO, 2014). Pada tahun yang sama, The Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) meluncurkan Health at a Glance : 2013 yang
meliputi data kelebihan berat badan dan obesitas dari berbagai negara di dunia
antara lain lebih dari setengah (52.6%) populasi dewasa di Eropa kelebihan berat
badan atau obesitas. Negara dengan populasi obesitas tertinggi adalah US (36.5%),
Meksiko (32.4%), dan Selandia Baru (28.4%) sedangkan negara dengan populasi
obesitas yang paling rendah adalah India (2.1%), Indonesia (2.4%), dan Cina (2.9%)
(HSCI, 2014).
Meskipun Indonesia termasuk ke dalam negara dengan populasi obesitas terendah
di dunia tahun 2013, pada kenyataannya prevalensi obesitas mengalami
peningkatan bila dibandingkan antarprovinsi di Indonesia itu sendiri pada tahun
yang sama.
Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, prevalensi kegemukan pada anak-anak di
berbagai rentang usia terbilang masih tinggi. Berikut data-data beserta gambar
diagram peningkatannya.
Masalah kegemukan pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi secara nasional, yaitu
18.8% yang terdiri dari gemuk 10.8% dan sangat gemuk atau obesitas 8.8%.
Prevalensi gemuk terendah berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 8.7% dan
tertinggi di DKI Jakarta sebanyak 30.1%. Terdapat 15 provinsi dengan prevalensi
obesitas di atas nasional pada rentang umur ini antara lain Kalimantan Tengah, Jawa
Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Bara, Sumatra Utara, Kepulauan
Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, dan DKI Jakarta
(RISKESDAS, 2013).
Secara umum, obesitas disebabkan oleh interaksi kompleks dari faktor genetik,
aktivitas fisik, konsumsi makanan, dan lingkungan (Biro dan Michelle, 2010; Singh,
2014; Ho dkk., 2013; Aflah dkk., 2014; Suryaputra dan Nadiroh, 2012). Faktor lain
yang berperan dalam terjadinya obesitas pada seseorang antara lain riwayat
obesitas, metabolisme, perilaku, sosial-budaya, dan status sosialekonomi juga ikut
andil di dalamnya (Pulgaron dkk., 2013). Oleh sebab itu, penyebab obesitas dinilai
sebagai multikausal dan multidimensional karena bisa terjadi pada berbagai
golongan masyarakat (Sartika, 2011). Faktor lingkungan merupakan penyebab
utama obesitas (Kementrian Kesehatan RI, 2012; Sartika, 2010) sedangkan faktor
genetik yang juga diyakini berperan penting dalam terjadinya obesitas, tidak dapat
menjelaskan terjadinya peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas
(Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan, dan aktivitas fisik
merupakan pengaruh faktor lingkungan yang utama. Pola makan yang terkait
dengan obesitas antara lain mengonsumsi makanan porsi besar atau melebihi
kebutuhan, makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan
rendah serat. Perilaku makan yang tidak sehat meliputi tindakan memilih makanan
berupa junk food, makanan dalam kemasan, dan minuman ringan atau soft drink.
Sedangkan aktivitas fisik yang mengarah pada sedentary life style akibat perubahan
gaya hidup menjadi pencetus terjadinya obesitas, khususnya di Indonesia
(Kementrian Kesehatan RI, 2012). Kurangnya aktivitas fisik tersebut terjadi akibat
semakin terbatasnya lapangan untuk bermain dan kurangnya fasilitas untuk
beraktivitas ditambah dengan kemajuan teknologi seperti video game, playstation,
televise dan komputer yang menyebabkan, anak-anak khususnya, lebih bermain di
dalam rumah (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Berkaitan dengan kompleksnya penyebab obesitas, dalam studinya, McAllister dkk.
(2009) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh faktor lain yang turut berkontribusi
dalam menyebabkan obesitas selain etiologi yang telah disebutkan di atas.
Kesepuluh faktor tersebut meliputi infeksi, epigenetik, usia ibu hamil, fertilitas atau
kesehatan reproduksi, assortative mating, kurang tidur, pharmaceutical
iatrogenesis, intrauterin dan efek intergenerasi, serta berkurangnya variabilitas
suhu ambeien (McAlister dkk., 2009).(4)
Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi obesitas, diantaranya yaitu
genetik, kurangnya aktivitas fisik, dan perilaku makan yang berlebihan. Dari
berbagai faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua faktor utama yaitu :
a) Faktor genetik
Parental fatness :faktor keturunan orang tua yang memiliki riwayat
obesitas akan diturunkan kepada anaknya bahkan ketika saat bayi
dan ada kemungkinan sekitar 80% akan menetap sampai dewasa.
Gangguan jalur sinyal leptin : resistensi leptin banyak ditemukan
dan berkaitan dengan timbulnya obesitas. Fungsi leptin adalah
menekan nafsu makan sehingga menurunkan konsumsi makanan
hingga akhirnya terjadilah penurunan berat badan. Leptin bekerja
dengan menghambat sinyal Neuropeptida Y (NPY) (perangsang
nafsu makan) dan merangsang pengeluaran sinyal melanokortin
(penekan nafsu makan). Pada resistensi leptin, otak tidak
mendeteksi sinyal leptin yang berfungsi menurunkan nafsu makan.
Gen spesifik yang mengatur obesitas : pada hewan coba yang
mengalami obesitas, ditemukan adanya mutasi pada suatu gen ob
(Leoob), dengan adanya mutasi pada gen ini menyebabkan sinyal
lapar dan kenyang menjadi terganggu dan tikus cenderung makan
lebih banyak akibat adanya mutasi pada gen ini. Beberapa gen juga
bisa mengakibatkan terjadinya obesitas yang sangat parah, seperti
adanya mutasi pada gen yang mengkode propiomelanocortin
(POMC), mutasi pada gen ini menyebabkan terjadinya kegagalan
sintesis dari α melanocyte-stimulating hormone yang memiliki
fungsi untuk menekan nafsu makan
b) Faktor psikososial, lingkungan, dan faktor lainnya :.
Kurangnya aktivitasfisik : kemajuan teknologi menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan kurangnya aktivitas fisik pada seseorang,
misalkan saja dengan ditemukan kendaraan bermotor, banyak
orang yang malas pergi ke suatu tempat dengan berjalan kaki
ataupun bersepeda. Dengan kemajuan teknologi juga menurunkan
aktivitas anak, anak lebih banyak menghabiskan waktu di
depankomputer dan televisi. Pada anak obesitas juga aktivitas fisik
akan cenderung berkurang, hal ini disebabkan karena butuh energi
yang besar untuk melakukan suatu aktivitas selain itu juga pada
anak yang super obesitas pada saat melakukan pergerakan akan
terjadi pergesekan antar kedua pangkal paha sehingga anak
cenderung mengurangi aktivitasnya.
d) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan tubuh khususnya otot yang
membutuhkan energy dan olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas
fisik.Rekomendasi dari Physical Activity and Health menyatakan bahwa
aktivitas fisik sedang sebaiknya dilakukan sekitar 20-30 menit atau lebih
dalam seminggu.Aktivitas fisik sedang antara lain berjalan, jogging,
berenang, dan bersepeda. Aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari
bermanfaat bukan hanya untuk mendapatkan kondisi tubuh yang sehat
tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan mental, hiburan dalam mencegah
stress.Rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang
mempengaruhi obesitas. Anak yang tidak rutin berolahraga memiliki resiko
obesitas sebesar 1,35 kali dibandingkan dengan anak yang rutin
berolahraga. Selain itu ternyata anak yang tidak rutin berolahraga justru
cenderung memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang
rutin berolahraga.Makanan dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi
timbulnya obesitas baik secara bersama maupun masing-masing.(Ayu,
2011).Ada hubungan obesitas dengan faktor genetic, faktor pola makan,
kurang gerak atau olahraga, dan faktor lingkungan sekolah dan keluarga
(Dian, 2011).Ada hubungan pola makan dengan obesitas dan ada hubungan
pula antara aktivitas fisik dengan obesitas. Hubungan pola makan dan
aktivitas fisik dengan obesitas sebesar 80,1% sedangkan sisanya sebesar
19,9% dipengaruhi oleh faktor lain. (Luthfiana Arifatul Hudha, 2006).