Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dalam Al-Quran yakni Surat Ali Imran ayat 110 yang artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.” Serta dalam Q.S. At-Taubah ayat 33 yang artinya “Dialah yang telah mengutus
Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas
segala agama, walaupun orang musyrikin tidak menyukai.”
Sepanjang masa, pada setiap umat, pasti selalu ada orang-orang shalih, para hamba yang zuhud,
atau para da’I yang ikhlas. Bahkan pada bangsa seburuk apapun, tidak mungkin kosong dari orang-orang
yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya, mengenal Allah, dan memiliki akhlak terpuji. Dakwah
haruslah terstruktur karena dakwah adalah kebaikan, maka dalam mewujudkannya perlu system yang
terstruktur, Allah berfirman, “katakanlah (wahai Muhammad) : ini adalah jalanku aku berdakwah kepada
Allah di atas bashirah (ilmu), aku dan orang-orang yang bersamaku.”(Q.S. Yusuf : 108). Seperti yang
sudah tercantum pada Q.S. Ali-Imran ayat 110 di atas, bahwa dalam berdakwah hakikatnya adalah
melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan bersama-sama, beriringan, dan saling mengajak satu
sama lain. Semua orang akan merugi kecuali orang-orang shalih yang berada dalam jama’ah, yang saling
menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kebenaran.
Mengapa harus berjama’ah? Karena ada beberapa kelemahan jika kita melakukan amal secara
sendiri tanpa adanya kawan, diantaranya, tidak bisa mengaplikasikan system politik, system ekonomi,
system sosial, system Pendidikan Islam, tidak bisa menerapkan hkum halal dan haram, menegakkan
keadilan, dan mencegah kedzaliman, tidak bisa mengatur urusan sarana umum, serta tidak bisa
memimpin umat, mengahadapi musuh, dan akan mengalami hambatan dalam mengemban dan
menyebarkan dakwah.
Bisa kita ulik Kembali pada sejarah peradaban dimana dinamisasi sejarah dan pertumbuhan
peradaban bukan ditinjau dari keberadaan pribadi-pribadi, betapapun tinggi keshalihan, ketakwaan, dan
pemahaman mereka terhadap persoalan. Yang menjadi ukuran adalah ada tidaknya harakah jama’iyyah
dan keshalihan kolektif yang massif dan menjadi arus yang mengalahkan arus-arus lain. Islam sendiri pun
menyeru kepada jama’ah, Allah berfirman dlam Q.S. Ash-Shaaf ayat 4, “Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berperan di jalan-Nya dengan berbaris bagaikan bangunan yang kokoh.” Kerja yang
produktif adalah yang dilakukan secara jama’ah karena sendiri menjadi lemah, berjamaah menjadi kuat.
Definisi Amal Jama’I menurut Ustadz Musthafa Masyhur adalah Gerakan Bersama untuk
mencapi tujuan organisasi berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan. Setiap anggota menjalankan
fungsi strukturnya dengan orientasi pencapaian tujuan organisasi. Amal jama’I sendiri dilakukan oleh
organisasi yang sudah mempunyai tujuan (ghayyah) yakni visi misi yang jelas, metodologi (manhaj)
Gerakan yang kokoh, unsur kepmimpinan (qiyadah) yang berwibawa, ketaatan anggota terhadap
pimpinan, dan pola pengorganisasian (tanzhim) yang rapi dan terstruktur. Amal jamai’I adalah kunci dan
syarat dari kemenangan dakwah.
Sebagai kader dakwah, yakni sebagai da’I perlu mengetahui dan berusaha memiliki sifat faham,
ikhlash, amal, jihad, tadhiyyah, taat, tsabat, tajarrud, ukhuwah, dan tsiqah. Lalu, apa tujuan dari jalan
dakwah ini? Yakni dimuali dari membentuk individu muslim, membentuk keluarga Islami, lalu
membentuk masyarakat Islami.
1. Futur
Diam setelah bergerak, terputus setelah terus menerus
Sering terjadi Ketika awalnya semangat, di tengah-tengah jadi turun semangatnya
Gejala : bersikap malas, lamban, menunda waktu. Awalnya dia memposisikan diri
sebagai da’I, Ketika di akhir dia hilang dan malah menghindari dakwah
Penyakit hati yang efek minimalnya adalah muncul gejala-gejala pada amaliyah dan yang
paling ekstrem adalah Ketika mereka keluar dari barisan dakwah dan tidak Bersama
dakwah oitu lagi karena timbul rasa jenuh dan hilangnya kretivitas dalam berdakwah
Terapi : mengajak untuk menyatudengan barisan dakwah lagi sehingga bisa melebur
Kembali dalam amal jama’I, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan
wajib maupun sunnah apabila gejala dan kondisi ini menimpa kita.
2. Istijal (terburu-buru/tergesa-gesa dalam membuat keputusan)
Misalnya memberikan jabatan kepada orang dengan terburu-buru padahal dia belum
matang untuk mengemban amanah tersebut. Contoh lainnya adalah Ketika kondisi
perang uhud
Keputusan yang tidk matang akan menimbulkan dampak kepada jamah atau organisasi
Terapi : belajar dari sejarah, buku sirah, melibatkan orang lain yang lebih ahli dalam
mengambil keputusan tersebut karena Rasulullah SAW meningatkan kita jangan sampai
orang muslim terjerumus ke dalam lubang yang sama
3. Ghurur
Contoh konkrit adalah peristiwa yang terjadi saat perang Uhud, rasulullah SAW berpikir
bagaimana kalau perang kota saja supaya musuh terpecah belah, tetapi Ketika syuro,
para sahabat menginginkan perang terbuka dan menjemput lawan di Gunung Uhud,
kemudian Rasulullah SAW menerima keputusan tersebut. Namu, dalam perjalanan,
kelimpok munafik memutar arah dengan alas an lebih setuju dengan pendapat
Rasulullah SAW yang artinya mereka tidak mengikuti kesepakatan yang sudah
ditetapkan
Ghurus adalah perasaan bangga pada diri sendiri dengan merendahkan dan
meremehkan segala sesuatu yang timbul dari orang lain, tetapi tidak sampai
merendahkan orangnya
Biasanya pada orang-orang yang punya jabatan tinggi, merasa sudah banyak
berkontribusi dalam dakwah dan menolak nasihat dan masukan dari orang lain karena
merasa dirinya paling keren dan paling hebat.
Terapi : mengoreksi diri sendiri dan menerima masukan dan nasihat dari orang lain
A. Jenis Tarbiyah
1. Tarbiyah Dzatiyyah : dilakukan sendiri oleh mutarobbi dengan arahan murobbi
2. Tarbiyah Fardiyyah : tarbiyah yang dilakukan oleh murobbi kepada setiap individu
mutarobbi (pendekatan setiap personal dengan memperhatikan kekhasan masing-masing)
3. Tarbiyah Jama’iyyah : Tarbiyah yang dilakukan oleh murabbi terhadap semua mutarobbi
dengan menggunakan wasail tarbiyah yang ada
B. Definisi Tarbiyah Dzatiyyah
Menyiapkan pribadi muslim dengan persiapan yang sempurna agar dapat melaksanakan tugas
yang akan diembannya dari seluruh aspek kehidupannya
C. Contoh hasil Tarbiyah Dzatiyah
1. Ja’far bin Abi Thalib yang membawa rombongan sahabat hijrah ke Habbasyah dan mampu
menjawab pertanyaan Raja Najasyi tentang Nabi Isa dan Ibu Maryam
2. Mush’ab bin Umair, selama setahun dikirim ke Madinah sendirian, tidak liqa’ dengan
Rasulullah SAW tetapi dapat mengislamkan beberapa pemimpin dan penduduk Madinah
sehingga pada Baiatul aqabah II jumlah orangnya menjadi 75 orang
3. Muadz bin Jabal dikirim ke Yaman dan ditanyai landasan ilmu yang dimiliki, tentang
kitabullah, sunnah rasul, dan ijtihad
D. Output Tarbiyah Dzatiyah
Kemampuan tarbiyah dzatiyah setiap kader dakwah akan menjadikan mereka :
Mempunyai daya tahan terhadap berbagai ujian dan cobaan
Tidak future dalam dakwah
Tidak kendor semangat juangnya
Tidak jumud pemikirannya
Tidak bingung menjawab berbagai situasi yang berkembang
Mampu menyelsaikan persoalan yang menghadangnya, menjadi kader yang mandiri,
mampu mengembangkan diri, tidak menunggu instruksi murabbi
E. Urgensi Tarbiyah Dzatiyah dalam Dakwah Harokiyyah
Menghasilkan da’I yang mampu mengembangkan dakwah
Kemampuan tarbiyah dztaiyyah pada diri seorang da’I menjadi prasyarat baginya untuk
menjadi duta Islam dalam mengembangkan dakwah
Nabi SAW mengecek kemampuan tarbiyah dzatiyah sahabat Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhu sebelum diutus ke Yaman
F. Aspek-Aspek Tarbiyah Dzatiyah
1. Al-Maydaniyah (Penguasaan Lapangan), tarbiyah dzatiyah ditujukan juga untuk melatih
kader menguasai medan dakwah di lingkungannya. Penguasaan medan dakwah akan
mempercept keikutsertaan dalam aktivitas amal jama’i
2. Al-Harakiyyah (Gearakan Dakwah) yakni penguasaan harakiyah seorang kader tidak bisa
diajarkan melalui tatsqif, tetapi amal-amal dakwah yang dilakukannya. Dengan pengalaman
dakwah langsung, seorang kader bisa memahami ap aitu harakah dan bersikap haraki
3. Ar-Ruhiyah (Spiritual), meningkatkan ketahanan ruhiyah sehingga bisa menjadi sosok yang
kokoh dalam dakwah. Programnya bisa berupa merutinkan diri untuk shalat berjamaah di
masjid, shaum sunnah, qiyaamullalil, sedekah, ziarah kubur, ataupun aktivitas lainnya
yangberdampak pada Kesehatan ruhaninya
4. Al-Fikriyah (Pemikiran), kematangan berpikir kader tidak cukup dipasokmelalui tastqif di
halaqah sajayang waktunya pendek, sebab tuntutan manhaj atas ulumul marhalah begitu
banyak. Pendalaman dan pemantapan pemahamannya bisa dilakukanmelalui program
telaah kitab, menghadiri acara kajian ilmiah, ataupun kegiatan peningkatan wawasan
lainnya
G. Sasaran Tarbiyah Dzatiyah
1. Al-Munawaratul Al-Harakiyah (manuver harokah dakwah), kader bisa mengembangkan
dakwah dengan membentuk halaqah baru dan mengisi wilayah yang belum tersentuh
dakwah
2. Al-matanah An-Nafsiyah Ad-Dakhiliyah (Kekokohan Pribadi), dalam diri kader terjadi
peningkatan daya tahan diri. Tidak lemah mental, tidak jumud pikirannya, tidak menjadi
beban saudaranya, da tidak bingung membaca perubahan situasi lingkungannya.