Anda di halaman 1dari 6

Yola Trias Yuliana

260110110090

RESUME

Potensi Mangrove Pada Bidang Farmasi

Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang tumbuh diantara daratan dan


lautan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman mangrove telah lama dikenal
sebagai sumber senyawa fitokimia atau senyawa biologis aktif (Bandaranayake,
2002). Tumbuhan mangrove merupakan kekayaan alam potensial, dimana kurang
lebih 27% populasi mangrove dunia tumbuh di Indonesia. Di Indonesia hutan
mangrove tersebar di sepanjang pantai Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya
(Nobbs, and McGuinness, 1999). Hutan mangrove atau hutan mangal adalah suatu
komunitas tanaman yang hidup di daerah tropis dan sub tropis pinggir pantai.
Terdiri dari lebih kurang 30 famili dan lebih dari 100 spesies yang berupa pohon
atau semak belukar (Nybakken, 1993).

Flora mangrove dibagi menjadi tiga kelompok, yakni : (1) Flora mangrove
mayor (flora mangrove sejati), yakni flora yang menunjukkan kesetiaan terhadap
habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan secara dominan
mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk
adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan
mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya adalah
Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera,
Lagun cularia dan Nypa. (2) Flora mangrove sejati minor, yakni flora mangrove
yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak
berperan dominan dalam struktur komunitas, contohnya Excoecaria, Xylocarpus,
Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora,
Pemphis, Osbornia dan Pelliciera. (3) Mangrove asosiasi, contohnya adalah
Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain (Tomlinson, 1986).
Jenis yang sering ditemukan di Indonesia dan merupakan ciri-ciri utama dari
hutan mangrove adalah Avicennia, Sonneratia, Ceriops, Brugueira, dan beberapa
spesies Rhizophora (Nobbs, and McGuinness, 1999).

Sebagian besar bagian dari tumbuhan mangrove bermanfaat sebagai bahan


obat. Sejumlah tumbuhan mangrove dan tumbuhan asosiasinya digunakan pula
sebagai bahan tradisional insektisida dan pestisida (Purnobasuki, 2004).
Mangrove kaya akan senyawa steroid, saponin, flavonoid dan tannin. Terdapat
kandungan alkaloid, saponin, dan glikosida dalam jumlah yang cukup tinggi
dalam semua jaringan tumbuhan tersebut. Tannin terdapat pada daun, biji
(buah ) ,dan kulit biji dalam jumlah yang tinggi, serta jumlah yang rendah di
batang, getah dan akar. Flavonoid terdapat dalam jumlah besar di kulit biji, kulit
batang, biji (buah), batang dan akar, dan dalam jumlah yang lebih kecil pada daun
dan getah. Triterpenoid terdapat pada semua jaringan tanaman tersebut, terutama
pada daun dan akar (Wibowo, dkk, 2009).

Menurut Soetarno (2000) tumbuhan mangrove mengandung senyawa


bioaktif golongan tanin, saponin, terpenoid, alkaloid dan steroid dengan aktivitas
sebagai anti mikroba, antifungi, antivirus, antitumor, insektisida dan antileukemia.
Warsinah dan Yulia (2007) telah membuktikan bahwa ekstrak metanol kulit
batang Rhizopora mucronata mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dengan IC50 sebesar 308 μg/mL. Aegiceras corniculatum juga
merupakan salah satu spesies mangrove yang telah diketahui berpotensi sebagai
sumber senyawa anti bakteri. Trianto (2004) telah membuktikan bahwa ekstrak
daun Aegiceras corniculatum mampu menghambat Vibrio parahaemolyticus pada
semua konsentrasi dengan zona hambatan 0,275-0,55 mm. Selain kedua mangrove
diatas, mangrove Avicennia marina juga memiiki aktivitas antibakteri. Ekstrak
metanol dan kloroform daun mangrove Avicennia marina memiliki sifat daya
hambat terhadap aktivitas bakteri Vibrio parahaemolitycus (Oktavianus, 2013).

Selain sebagai anti bakteri, tumbuh mangrove juga berpotensi sebagai anti
kanker. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harwoko (2010), dimana
didapatkan bahwa fraksi n-heksan : kloroform dari ekstrak methanol kulit batang
Rhizopora mucronata memiliki aktivitas sitotoksi pada sel kanker myeloma
dengan IC50 sebesar 15 μg/mL serta kandungan kimia dalam fraksi tersebut adalah
senyawa flavonoid dan terpenoid.

Senyawa yang berasal dari Acanthus illicifolius, Avicennia marina, dan


Excoecarcia agallhocha mempunyai khasiat bius namun efektivitasnya masih
sedikit di bawah khasiat morfin, sehingga sering kali digunakan sebagai analgesik
atau pembiusan. Di Thailand dan pulau Jawa, daun dan akar dari Pluchea indica
(nama daerah: beluntas) dilaporkan berkhasiat astringen dan antipiretik dan juga
sebagai obat penurun panas. Daun segarnya digunakan sebagai obat borok dan
bisul. Rokok yang terbuat dari kulit batangnya dimanfaatkan sebagai pengurang
sakit sinusitis. Di Indonesia dan China, daun dan tunas muda yang ditumbuk dan
dicampur alkohol digunakan sebagai obat rematik dan sakit kudis (Purnobasuki,
2004).
Selain itu, senyawa saponin dari tumbuhan mangrove oleh masyarakat
tradisional digunakan sebagai deterjen alami dan racun ikan (Correl, et al. 1955).
Manfaat lain dari saponin adalah sebagai spermisida (obat kontrasepsi laki-laki);
antimikrobia, anti peradangan, dan aktivitas sitotoksik (Mahato et al., 1988).
Salah satu tumbuhan mangrove penghasil saponin steroid dan sapogenin adalah
Avicennia officinalis yang banyak tumbuh di pesisir Indonesia (Purnobasuki,
2004).

Mangrove jenis Excoecaria agallocha telah digunakan secara tradisional


dalam hal pengobatan penyakit seperti akibat sengatan hewan laut, obat muntah,
pencahar perut, dan antioksidan alami. Asap kulit kayu ini digunakan untuk
mengobati penyakit lepra (Sudhan et al, 2008). Ekstrak kloroform daun
Excoecaria agallocha menunjukan aktivitas penghambatan yang kuat terhadap
Aeromonas hydrophyla, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio harveyi, dan Serratia
sp., karena mengandung senyawa yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit
(Ravikumar,dkk, 2010).
Tumbuhan mangrove Sonneratia alba memiliki potensi yang besar sebagai
sumber antioksidan alami. Ini telah dibuktikan oleh Herawati, dkk. (2011) bahwa
ekstrak metanol kulit batang tumbuhan mangrove Sonneratia alba menunjukkan
aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 12,2 μg/ml. Aktivitas ini lebih
tinggi dari aktivitas asam askorbat (vitamin C) yang digunakan sebagai kontrol
positif dengan nilai IC50 sebesar 17,64 μg/ml.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tumbuhan mangrove memiliki


manfaat yang banyak di bidang farmasi terutama dalam pengembangan atau
pencarian obat-obat, seperti anti bakteri, anti kanker, permbersih luka, analgesic,
antipiretik, antioksidan, dan lain sebagainya. Tetapi sangat disayangkan, dengan
begitu banyak manfaatnya, mangrove ini sampai sekarang belum banyak yang
meneliti atau mengembangkannya menjadi suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA

Bandarnayake, W.M. 2002. Bioaktivities, Bioaktive Compounds and Chemical


Constituents Of Mangrove Plants. Wetlands Ecology and Management 10:
421–452. Kluwer Academic Publishers. Netherlands

Correll, D.S., B.G.Schubert, H.S. Gentry and W.D. Hawley. 1955. The search for
plant precursors of cortisone. Economic Botany 52: 307-375

Harwoko dan E.D. Utami. Aktivitas Sitotoksik Fraksi N-Heksana : Kloroform


Dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangrove (Rhizopora Mucronata)
Pada Sel Kanker Myeloma. Majalah Obat Tradisional, 2010.15(2), 51 –
55

Herawati N., N. Jalaluddin, L. Daha, dan F. Zenta. Potensi Antioksidan Ekstrak


Metanol Kulit Batang Tumbuhan Mangrove Sonneratia Alba. Majalah
Farmasi dan Farmakologi. 2011, 15:1. 23–25

Mahato, S.B., S.K. Sarkar and G. Poddar. 1988. Triterpenoid saponin.


Phytochemistry 27: 3037-3067.

Nobbs, M and McGuinness, K.A. 1999. Developing methods for quantifying the
apparent abundance of fiddler crabs (Ocypodidae: Uca) in mangrove
habitats. Australian Journal of Ecology 24:43-49.

Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan M.


Eidman., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo.
Gramedia. Jakarta

Oktavianus, S. 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove Jenis Avicennia
marina Terhadap Bakteri Vibrio Parahaemolyticus. Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makasar
Purnobasuki, Hery. 2004. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat. FMIPA
Universitas Airlangga. Surabaya

Ravikumar,S., Muthuraja,M.,Sivaperumal,P., dan Gnanadesigan,M. 2010.


Aktivitas Antibakteri Mangrove Daun Exoecaria agallocha Patogen
Terhadap Ikan Terpilih. Departemen Oseanografi, Fakultas Ilmu Kelautan,
Universitas Alagappa, Thondi kampus, Thondi, India. Maxwell Ilmiah
Organisasi Asian Journal of Medical Sciences 2 (5): 211-213, 2010

Subhan N., Alam A., Ahmed F., Awal M.A., Nahar L., Sarker S.D.2008. In Vitro
Antioxidant Property Of The Extract Of Excoecaria agallocha
(Euphorbiaceae). 149-154.

Soetarno, S., 2000, Potensi dan Manfaat Tumbuhan Mangrove sebagai Sumber
Bahan Bioaktif, Acta Pharmaceutica Indonesia, 12 (4): 84-103.

Tomlinson P.B., 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press;


1986

Trianto A. Wibowo,E. Suryono, Sapta R. 2004. Ekstrak daun mangrove


Aegiceras corbiculatum sebagai antibakteri Vibrio harveyi dan vibrio
parahaemolyticus. Ilmu kelautan 9(4):186-189.

Warsinah dan Yulia, 2007, Fraksinasi Ekstrak Metanol Kulit Batang Rhizopora
mucronata dan Uji Daya Hambatnya terhadap Bakteri Escherichia coli,
Majalah Molekul.

Wibowo, Cahyo. dkk,. 2009. ”Pemanfaatan Pohon Mangrove Api-Api (Avicennia


sp.) sebagai Bahan Pangan dan Obat”. Prosiding Seminar Hasil-Hasil
Penelitian IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai