17 Bab I II III IV V Edittt
17 Bab I II III IV V Edittt
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) di IRNA Non-Bedah Penyakit Dalam (Wanita) RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
Program Studi D-III Keperawatan Padang, Poltekkes Kemenkes Padang. Selama
proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Terutama kepada Ibu Ns. Yossi Suryarinilsih S. Kep, Sp.
KMB selaku dosen pembimbing I dan Ibu Hj. Reflita, S.Kp. M.Kep selaku dosen
pembimbing II yang telah memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan
perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa bantuan dari Ibu sangatlah
sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata peneliti berharap Karya
Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pihak yang telah
membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.
Peneliti
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS............................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. v
ABSTRAK........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
A. DeskripsiTempat...................................................................................... 49
B. DeskripsiKasus........................................................................................ 49
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................... 50
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 55
3. Rencana Keperawatan........................................................................ 57
4. Implementasi Keperawatan................................................................ 60
5. Evaluasi Keperawatan........................................................................ 62
C. Pembahasan............................................................................................. 64
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................... 65
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 69
3. Intervensi Keperawatan..................................................................... 72
4. Implementasi Keperawatan................................................................ 75
5. Evaluasi Keperawatan........................................................................ 76
BAB V PENUTUP........................................................................................... 78
A. Kesimpulan.............................................................................................. 79
B. Saran........................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan TahunAjaran
TK Aisyiyah Bustanul Athfal
1 Kec. Sijunjung 2002-2003
Kab. Sijunjung
SDN 29 Muaro Gambok
2 Kec. Sijunjung 2003-2008
Kab. Sijunjung
SMPN 07 Sijunjung
3 Kec. Sijunjung 2008-2011
Kab. Sijunjung
SMAN 02 sijunjung
4 Kec. Sijunjung 2011-2014
Kab. Sijunjung
Prodi Keperawatan Padang, Jurusan
5 2014-2017
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan proses kerusakan ginjal selama
rentang waktu lebih dari tiga bulan. Pada kasus tersebut, ginjal kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam
keadaan asupan makanan normal (Muhammad, 2012).
Pada derajat awal penyakit CKD belum menimbulkan gelaja dan tanda, bahkan
hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik tapi sudah
terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Keluhan yang timbul pada fase
ini biasanya berasal dari penyakit yang mendasari kerusakan ginjal, seperti edema
pada pasien dengan sindroma nefrotik atau hipertensi sekunder pada pasien dengan
penyakit ginjal polikistik. Kelainan secara klinis dan laboratorium baru terlihat
dengan jelas pada derajat 3 dan 4. Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%,
keluhan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang dan
penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan
tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomelurus kurang dari 30% (Suryadi,
2012).
Penderita penyakit CKD akan mengalami berbagai dampak fisik dan dampak
psikologis yang akan mempengaruhi aktivitasnya sehari-hari (Kelly, 2006).
Dampak fisik yang bisa terjadi berupa rasa haus berlebihan, tenggorokan kering,
tidak selera makan, gastritis, konstipasi, gangguan tidur, kesulitan bernafas dan
kelemahan, selain dampak fisik individu juga akan mengalami dampak psikologis
berupa kecemasan.
Prevalensi penyakit CKD di Australia, Jepang, dan Eropa adalah 6-11%, terjadi
peningkatan 5-8% setiap tahunnya. Sekitar 1,5% dari pasien penyakit CKD derajat
3 dan 4 akan berlanjut menjadi derajat 5 atau penyakit CKD tahap akhir per
tahunnya. Di Indonesia belum ada data yang lengkap mengenai penyakit CKD.
Diperkirakan insiden penyakit CKD tahap akhir di Indonesia adalah sekitar 30,7
per juta populasi dan prevalensi sekitar 23,4 per juta populasi. Pada tahun 2006
terdapat sekitar 10.000 orang yang menjalani terapi hemodialisa (Suryadi, 2012).
Menurut United States Renal Data System (USRDS, 2014) prevalensi CKD
meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi pada usia 65-74 tahun adalah 7,2%
dan pada usia lebih dari 85 tahun adalah 17%. Prevalensi gagal ginjal kronik pada
kulit hitam (15%) adalah 50% lebih tinggi dari orang kulit putih atau ras lainnya
(10%). Prevalensi pada orang Asia adalah 11%. Prevalensi gagal ginjal kronik yang
disertai dengan diabetes mellitus adalah 20,5%, hipertensi adalah 15,7%, dan penyakit
jantung adalah 18,4%.
Data yang di peroleh program Indonesian Renal Registry (2014) jumlah pasien
baru terus meningkat dari tahun ke tahun, tetapi pasien yang kemudian masih aktif
pada akhir tahunnya tidak bertambah sejalan pertambahan pasien baru. Distribusi
usia pada tahun 2014 ini sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya ,
kelompok usia terbanyak sebanding antara usia 45 – 54 tahun dan 55 – 64 tahun.
Pada tahun 2013 kelompok usia terbanyak ada pada kelompok 45 -54 sebanyak
30,26 %.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas Provinsi Sumatera Barat (2013)
prevalensi penyakit CKD pada umur ≥ 15 tahun menurut kabupaten/kota, Kota
Padang menempati pada urutan ke-2 sebesar ( 0,3 %). Pada urutan pertama diuruti
Tanah datar dan Kota Solok sebesar (0,4%). Pesisir Selatan dan Sijunjung sebesar
0(,3%). Kepulauan Mentawai, Solok, Padang Pariaman, Lima Puluh Kota,
Pasaman, Pasaman Barat, Dharmasraya, Sawahlunto dan Pariaman sebesar (0,2%).
Agam, Solok Selatan, Padang Panjang, dan Payakumbuh sebesar (0,1%) dan
Bukittinggi prevalensi sebesar (0,0%).
Berdasarkan data rekam medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang, pasien dengan kasus
CKD pada tahun 2014 berjumlah 494 orang, dan pada tahun 2015 berjumlah 468.
Sedangkan data yang didapat diruangan IRNA Non-Bedah penyakit dalam wanita
angka kejadian pasien CKD pada tahun 2015 berjumlah 357 orang hasil dari data
yang diperoleh tidak terjadi penurunan kasus CKD yang signifikan. Sedangkan
pada tahun 2016 jumlah pasien CKD 204 orang. Meskipun beberapa upaya telah
dilakukan, nyatanya kejadiannya masih tinggi.
Saat wawancara dengan pasien CKD stage V, pasien mengeluhkan rasa nyeri di
daerah pinggang, pasien mengatakan tidak ada selera untuk makan disebabkan
adanya rasa mual dan muntah. Pasien tampak mengalami edema pada kedua
punggung tangan dan pergelangan kaki. Pasien tampak terpasang kateter. Pasien
juga mengatakan baru pertama kali dirawat dengan penyakit CKD. Masalah
keperawatan yang ditemukan kelebihan volume cairan. Dalam mengatasi
kelebihan cairan di dalam tubuh pasien, perawat memberikan terapi duretik berupa
furosemida/lasix untuk membuang cairan yang berlebihan di dalam tubuh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan peneliti maka rumusan
masalah yang di dapatkan dari peneliti ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di IRNA Non-Bedah
Penyakit Dalam (Wanita) RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di IRNA Non-Bedah Penyakit
Dalam (Wanita) di RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Aplikatif
a. Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD).
b. Melalui Direktur Rumah Sakit
Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pembanding oleh
perawat dalam meningkatkan pelayanan terhadap “ Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di IRNA Non-Bedah
Penyakit Dalam (Wanita) RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017”.
2. Pengembang Keilmuan
a. Melalui Direktur Poltekkes Kemenkes Padang
Data dan hasil yang diperoleh oleh mahasiswa dari laporan karya tulis ilmiah
ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan pembelajaran di
Jurusan Keperawatan Padang khususnya mengenai penerapan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
TINJAUAN PUSTAKA
Chronic Kidney Disease CKD adalah suatu proses patologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya dan berakhir pada gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah sindrom klinis yang umum pada
stadium lanjut dari semua penyakit ginjal kronik yang ditandai oleh uremia
(Depkes RI, 1996 : 61 di dalam Haryono, 2013 ). CKD adalah kerusakan ginjal
yang bersifat progresif dan irevesible sehingga fungsi ginjal menghilang
(Lyndo, 2014).
Berdasarkan dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa CKD adalah kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversibel. Sehingga fungsi ginjal tidak optimal dalam mempertahankan
metabolisme tubuh dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan
uremia. Diperlukan terapi yang membantu kinerja ginjal serta dalam beberapa
kondisi diperlukan transplantasi ginjal.
2. Etiologi
Yang menyebabkan Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kehilangan fungsi
ginjalnya secara bertahap, kerusakan sudah terjadi selama lebih dari 3 (tiga)
bulan. Selain itu, hasil pemeriksaan juga menunjukan adanya kelainan struktur
atau fungsi ginjal. Kondisi tersebut disebabkan oleh : Penyakit glomerular
kronis, Infeksi kronis, Kelainan kongenital, Penyakit vaskuler, Obstruksi
saluran kemih, Penyakit kolagen, Obat-obatan nefrotoksi (Muhammad, 2012).
3. Klasifikasi
Menurut Suwitra (2006) dan Kydney Organizazion (2007) tahapan CKD dapat
ditunjukan dari laju filtrasi glomerulus (LFG), adalah sebagai berikut :
a. Tahap I adalah kerusakan ginjal dengan LFG normal atatu meningkat >
90 ml/menit/1,73 m2.
b. Tahap II adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan yaitu
60-89 ml/menit/1,73 m2.
c. Tahap III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang yaitu
30-59 ml/menit/1,73 m2.
d. Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat yaitu
15-l/menit/1,73 m2.
e. Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m2.
4. Anatomi fisiologi
1). Anatomi
Anatomi ginjal menurut Price dan Wilson (2006) ginjal merupakan organ
berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tekanan ke
bawah oleh hati. Katub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan
katub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.
Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak yang tebal agar terlindung dari
trauma langsung, disebelah posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang
Disebelah posterior organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah
dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam
ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan
vena renalis membawa darah kembali kedalam vena kava inferior. Pada orang
dewasa panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7-5,1 inci) lebarnya 6
cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1 inci) dan beratnya sekitar 150 gram.
Permukaan anterior dan posterior katub atas dan bawah serta tepi lateral ginjal
berbentuk cembung sedangkan tepi lateral ginjal berbentuk cekung karena
adanya hilus.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal, jumlahnya sekitar satu juta pada setiap ginjal yang pada
Kapsula bowman dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel epitel parielalis berbentuk
gepeng dan membentuk bagian terluar dari kapsula, sel epitel veseralis jauh
lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan juga melapisi bagian luar
dari rumbai kapiler. Sel viseral membentuk tonjolan-tonjolan atau kaki-kaki
yang dikenal sebagai pedosit, yang bersinggungan dengan membrane basalis
pada jarak-jarak tertentu sehingga terdapat daerah-daerah yang bebas dari
kontak antar sel epitel.
Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan
molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-
molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah. Cairan disaring melalui
dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus, cairan ini
disebut filtrate. Filtrate terdiri dari air, elektrolit dan molekul kecil
lainnya. Dalam tubulus sebagian substansi ini secara selektif diabsorsibsi
ulang kedalam darah. Substansi lainnya diekresikan dari darah kedalam
filtrat ketika filtrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus.
Filtrate akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul dan
kemudian menjadi urine yang akan mencapai pelvis ginjal. Sebagian
substansi seperti glukosa normalnya akan diabsorbsi kembali seluruhnya
dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urine. Berbagai substansi
yang secara normal disaring oleh glomerulus, diabsorbsi oleh tubulus dan
diekresikan kedalam urine mencakup natrium, klorida, bikarbonat,
kalium, glukosa, ureum, kreatinin dan asam urat.
5. Patofisiologi
Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD ) pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses
yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (Surviving
nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi
saluran napas, maupun unfeksi saluran cerna. juga akan terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah
15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal, pada keadaan ini pasien dikatakan sampai
pada stadium gagal ginjal.
Menurut (Lyndo, 2014) nefron yang berubah menjadi jaringan fibrosis tidak
lagi dapat mengabsorpsi dan mensekresikan air, glukosa, asam-asam amino,
ammonia, bikarbonat serta elektrolit,
a. Stadium pertama : cadangan renal sudah berkurang tetapi limbah
metabolic belum bertumpuk kendati sudah terjadi kerusakan renal.
b. Stadium kedua : terjadi insufisiensi renal dan limbah metabolik mulai
bertumpuk; ginjal tidak lagi mampu mengoreksi gangguan keseimbangan
metabolik.
Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada sindrom uremik, yaitu :
a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen serta
metabolit lainya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal
(eritropoeitin).
b. Gabungan kelainan kardiovaskuler, neuromuskuler, saluran cerna, dan
kelainan lainya (dasar kelainan system ini belum banyak diketahui),
(Suharyanto & Madjid, 2009).
7. Dampak Masalah
1). Fisiologis
Menurut Smeltzer (2000) di dalam (Haryono, 2013) komplikasi gagal ginjal
kronik yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan,
mencakup:
a. Hiperkalemia, akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukkan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial dan temponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system
rennin, angiotensin, aldosteron.
d. Anemia, akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.
2). Psikologis
c. Fungsi Seksual : Fungsi seksual pada pasien yang mengalami gagal ginjal
akan sering terpengaruh. Hal ini bisa disebabkan karena faktor organik
( perubahan hormonal atau karena insufisiensi vaskuler pada kasus gagal
ginjal dengan diabetes), psikososial (perubahan harga diri,citra diri dan
perasaan tidak menarik lagi) atau masalah fisik (distensi perut, perasaan
tidak nyaman dan keluhan-keluhan fisik akibat uremmia).
8. Pemeriksaan penunjang
1. Urin
Volume: biasanya berkurang dari 400ml/24jam (oliguria)/anuria.
3. Pielografi intravena
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter, pielografi retrograde
dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible arteriogram ginjal.
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler massa.
4. Sistouretrogram
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter, retensi.
5. Ultrasonografi ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
6. Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologist.
7. Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif.
8. EKG
9. Penatalaksanaan
Menurut (Suharyanto & Madjid, 2009) penatalaksanaanya yaitu :
1. Obat-obatan
Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furesemid (membantu berkemih), transfusi darah.
2. Intake Cairan dan Makanan
a. Minum yang cukup
b. Pengaturan diet rendah protein (0,4-0,8) gram/kg BB) bisa
memperlambat perkembangan gagal ginjal kronik.
c. Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema
(penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi.
d. Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet
ketat atau menjalani dialisa.
e. Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dalam
darah tinggi hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi,
seperti stroke dan serangan jantung. Untuk menurunkan kadar
trigliserida, diberikan gemfibrosil.
f. Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya
kadar garam (natrium) dalam darah.
g. Makanan kaya kalium harus dihindari, hiperkalemia (tingginya kadar
kalium dalam darah) sangat berbahaya karena meningkatkan resiko
terjadinya gangguan irama jantung dan cardiac arrest.
h. Jika kadar kalium terlalu tinggi maka diberikan natrium polisteren
sulfonat untuk mengikat kalium sehingga kalium dapat dibuang
bersama tinja.
i. Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan
makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong,
kacang-kacang dan minuman ringan).
b. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius, karena bila
K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia
dan juga henti jantung. Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian
glukosa dan insulin intravena, yang akan memasukkan K + ke dalam
sel, atau dengan pemberian Kalsium Glukonat 10%.
c. Anemia
Anemia pada CKD diakibatkan penurunan sekresi eritropoetin oleh
ginjal. Pengobatannya adalah pemberian hormone eritropoitin, yaitu
rekombinan erittopoeitin (r-EPO) (Eschbch et al, 1987), selain dengan
pemerian vitamin dan asam folat, besi dan transfudi darah.
d. Asidosis
Ansidosis pada gagal ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO 3,
plasma turun dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan
dikoreksi dengan pemberian Na HCO3, (Natrium Bikarbonat)
parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan dapat mempercepat
timbulnya tetania, maka harus dimonitor dengan seksama.
e. Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat mengikat fosfat
di dalam usus. Gel yang dapat mengikat fosfatharus dimakan bersama
dengan makanan.
f. Pengobatan hiperurismia
Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit ginjal
lanjut adalah pemberian alopurinol. obat ini mengurangi kadar asam
urat dengat menghambat biosintesis sebagai asam urat total yang
dihasilkan tubuh.
g. Dialisa dan transplantasi
1. Pengkajian
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Diagnosis keperawatan
5. Intervensi keperawatan
Berdasarkan teori rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa
diatas adalah NANDA NIC-NOC International, 2015.
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Chronic Kidney Disease (CKD)
6. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan,
dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) y
ang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
7. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal kronis mendapatkan
intervensi adalah sebagai berikut :
1. Tidak terjadi kelebihan volume cairan
2. Tidak terjadi penurunan curah jantung
3. Tidak mengalami cidera jaringan lunak (Munttaqin, 2011).
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Penelitian
Deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan
pendekatan studi kasus (Supardi, Sudibyo 2013). Hasil yang diharapkan oleh
peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD di ruangan
Interne wanita IRNA Non-Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
a. Pasien pulang dan hari rawatan kurang dari 5 hari.
b. Pasien yang mengalami perburukan kondisi dan tidak kooperatif.
c. Intervensi
Recana asuhan keeperawatan terdiri dari beberapa komponen diantaranya
diagnosis keperawatan, tujuan, kriteria hasil, serta perncanaan keperawatan
(lampiran 2 dan 3).
d. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari hari tanggal dilakukan asuhan
keperawatan, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan berdasarkan
intervensi keperawatan, serta tanda tangan yang melakukan implementasi
keperawatan (lampiran 2 dan 3).
e. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari nama pasien, hari tanggal, evaluasi beruapa SOAP,
serta tanda tangan yang membuat evaluasi keperawatan.
F. Jenis-jenis data
a. Data primer
H. Rencana analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease. Data yang telah
didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori
asuhan keperawatan dengan kasus stroke hemoragik. Analisa yang dilakukan
untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi
pasien.
A. Deskripsi Tempat
Penelitian dilakukan di ruang Penyakit Dalam Wanita RSUP Dr.M Djamil Padang,
dengan melihat bahwasannya rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang
menjadi rujukan di Sumatera dan rumah sakit modern. Ruang Penyakit Dalam
Wanita berada didepan ruangan IRNA Kebidanan dan Anak. IRNA penyakit dalam
dibagi menjadi 3 lantai yaitu HCU pada lantai 1, penyakit dalam pria terletak
dilantai 2 dan penyakit dalam wanita dilantai 3. Pada penelitian ini peneliti
melakukan di ruangan penyakit dalam wanita lantai 3, yang terdiri dari wing A dan
B. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan di IRNA penyakit dalam melibatkan 2 partisipan yang
memiliki diagnosa medis yang sama yaitu, partisipan 1dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) stage V, partisipan 2 dengan Chronic Kidney Disease (CKD) stage
V. Kedua responden berjenis kelamin perempuan. Pengumpulan data studi kasus
dilaksanakan pada tanggal yang berbeda pada masing-masing partisipan.
Pengumpulan data pada partisipan 1 dilaksanakan pada tanggal 25-31 Mei 2017,
sedangkan partisipan 2 dilaksanakan pada tanggal 27-31 Mei 2017 .
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Setelah dilakukan pengkajian penelitis Setelah dilakukan pengkajian pada
mengangkat diagnosa keperawatan pertama kemudian mengelompokkan data,
yang ditemukan tanggal 25 Mei memvalidasi data dan menganalisa
2017,masalah keperawatan data, ditemukan masalah keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan renal Kelebihan volume cairan dan
berhubungan dengan penurunan suplai elektrolit berhubungan dengan
O2 dan nutrisi kejaringan sekunder penurunan haluan urin, kelebihan
terhadap penurunan COP. Berdasarakan asupan cairan dan natrium.
dengan data subjektif yang ditemukan yaitu Berdasarakan dengan data subjektif
pasien mengatakan badan terasa lemah, yang ditemukan yaitu, pasien
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC
dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partisipan.
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partisipan.
Partisipan 1 Partsipan 2
Berdasarkan masalah keperawatan yang Berdasarkan masalah keperawatan
ditemukan pada pasien, maka diperlukan yang ditemukan pada pasien, maka
rencana keperawatan yang didalamnya diperlukan rencana keperawatan yang
Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan yang sudah Implementasi keperawatan yang sudah
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan
perencana keperawatan yang telah perencana keperawatan yang telah
disusun. Implementasi dilakukan selama disusun. Implementasi dilakukan
5 hari mulai tanggal 25 Mei 2017 selama 5 hari mulai tanggal 27 Mei
sampai dengan 29 Mei 2017. Diagnosa 2017 sampai dengan 31 Mei 2017. DX
Keperawatan DX 1: Mengobservasi 1: Mencatat intake dan output,
status hidrasi kelembaban membran Memonitor vital sign, Mengkaji lokasi
mukosa, TD, Memonitor hasil labor dan luas edema, Memonitor masukan
ureum, albumin, total protein, makanan / cairan , Memonitor status
Mengobservasi tanda-tanda cairan nutrisi, Mengobservasi terhadap
berlebih/ retensi, oedem, distensi vena dehidrasi, kram otot dan aktivitas
leher dan asites, Memonitor dan kejang.
menghitung intake dan output, Monitor
TTV. Diagnosa Keperawatan DX 2 : Mengkaji
adanya alergi makanan, Memonitor
Diagnosa Keperawatan DX 2 : Mengkaji
adanya penurunan BB dan gula darah,
adanya alergi makanan, Memonitor
Mengingatkan dan menjadwalkan
adanya penurunan BB dan gula darah,
pengobatan dan tindakan tidak selama
Mengingatkan dan menjadwalkan
jam makan, Memonitor turgor kulit,
pengobatan dan tindakan tidak selama
Memonitor total protein, Hb dan kadar
jam makan, Memonitor turgor kulit,
Ht, Memonitor mual dan muntah, pucat,
Partisipan 1 Partisipan 2
Evaluasi keperawatan yang dilakukan Evaluasi pada masalah keperawatan DX
selama 5 hari pada tanggal 25 Mei – 29 1, didapatkan hasil evaluasi: pasien
Mei 2017 terhadap partisipan 1 mengatakan badan terasa lemas, pasien
digunakan metode SOAP untuk mengatakan ada rasa mual. Pasien
mengetahui keefektifan hasil tindakan tampak lemah, tampak oedema di tangan
keperawatan yang sudah dilakukan sebelah kiri, TD : 120/90mmHg, Nadi :
teradap klien. Evaluasi pada masalah 80 kali/menit, Suhu : 36,80C,
keperawatan DX 1, didapatkan hasil Pernapasan : 24 kali/menit, Input yang
evaluasi pada hari ke 4 tanggal 28 Mei didapat kan dari oral 600 cc, input yang
2017: pasien mengatakan nyeri diarea didapatkan dari parenteral 500 cc, input
sekitar pingganng sudah berkurang, cairan 1100cc, urin 500 cc. Masalah
pasien mengatakan mengatakan keperawatan Kelebihan volume cairan
badannya lemas pasien tampak lemah, dan elektrolit berhubungan dengan
TTV pasien yaitu TD: 120/70 mmHg, penurunan haluan urin, kelebihan
HR : 90 x/i, RR : 18 x/i, S : 36,2 0C. asupan cairan dan natrium belum
Masalah keperawatan ketidakefektifan teratasi, intervensi dilanjutkan, dengan
perfusi jaringan renal berhubungan memertahankan catatan intake dan
dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi output yang akurat, Memonitor status
kejaringan sekunder terhadap penurunan nutrisi, Memonitor elektrolit, Monitor
COP belum teratasi, intervensi tanda dan gejala dari odema.
dilanjutkan dengan, mengobservasi
terhadap dehidrasi, kram otot dan Setelah dilakukan evaluasi pada
C. Pembahasan
Pada BAB ini peneliti akan membahas kesinambungan antara teori dengan laporan
kasus asuhan keperawatan pada partisipan 1 (Ny. J) dan partisipan 2 (Ny. F)
dengan CKD stg V dilakukan pada tanggal 25 – 31 Mei 2017. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Partisipan 1 dan 2 sama-sama berjenis kelamin perempuan, masing-masing
berumur 58 tahun dan 56 tahun. Menurut United States Renal Data System
(USRDS, 2014) prevalensi CKD pada usia 65-74 tahun adalah 7,2% dan pada usia
lebih dari 85 tahun adalah 17%. Sedangkan data yang di peroleh program
Indonesian Renal Registry (2014) kelompok usia terbanyak sebanding antara
usia 45 – 54 tahun dan 55 – 64 tahun. Dalam teori Suryadi mengatakan (2012)
pertambahan usia akan mempengaruhi anatomi, fisiologi dan sitologi pada
ginjal. Setelah usia 30 tahun, ginjal akan mengalami atrofi dan ketebalan
korteks ginjal akan berkurang sekitar 20% setiap dekade. Perubahan lain yang
akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia berupa penebalan membrane
basal glomerulus, ekspansi mesangium glomerular dan terjadinya deposit
protein matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan glomerulosklerosis.
Menurut analisa peneliti usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
2. Keluhan Utama
Pada keluhan utama, partisipan 1 datang dengan keluhan sulit mengeluarkan
BAK sejak hari jum’at sejak 4 hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Menurut
teori Subianto dalam (Brunner, 2001 : 1448 2009) fungsi renal menurun,
produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam
urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Sedangkan keluhan utama pada partisipan 2 datang dengan penurunan
kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan kejang dua kali.
Menurut teori Lyndo (2014) stadium ketiga (gagal ginjal) uremia terjadi
bersama dengan penurunan keluaran urine, peningkatan penumpukan limbah
metabolik, dan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit serta asam-basa.
Gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak
nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang kejang
dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma.
Menurut analisa peneliti keluhan utama yang dirasakan antara kedua partisipan
dikarenakan, gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan kemampuan tubuh
gagal untuk mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun
elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah.
Keluhan lainnya seperti nafsu makan menurun, ada rasa mual dan muntah
disertai badan terasa lemas. hal ini diakibatkan oleh penumpukan limbah
dalam darah atau yang disebut dengan uremia, terjadi karena fungsi ginjal
yang tidak dapat pulih dimana kemampuan ginjal untuk mempertahankan
keseimbangan metabolic, dan cairan serta elektrolit terganggu (Bruner &
Suddart, 2009). Sedangkan menurut teori Suwitra (2014) mengatakan , LFG
sebesar 30% mulai timbul keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah,
mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan. Setelah kadar LFG
dibawah 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata
seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, gangguan keseimbangan elektrolit. Menurut analisa peneliti hal ini
terjadi akibat ginjal yang gagal menjalankan fungsinya untuk menyaring darah
dan memproduksi urin, akibatnya air tertahan di dalam tidak dapat keluar dan
menimbulkan bengkak/oedema.
5. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik, pada partisipan 1, saat dilakukan pemeriksaan,
keadaan umum pasien dalam kondisi lemah, kesadaran pasien Compos
Mentis. TTV :TD 140/100 mmHg, HR 100 x/I, RR 20 x/I, Suhu 36,7 0C.
Pemeriksaan fisik pada mata konjungtiva didapatkan anemis. Menurut
Menurut Smeltzer (2000) di dalam (Haryono, 2013) anemia pada pasien CKD,
adalah akibat dari penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi. Pada mulut mukosa mulut
kering, saat melakukan inspeksi abdomen ada bekas jahitan operasi ginjal
sebelah kiri. Kulit tampak kering, tidak ada edema, akral teraba hangat, CRT <
6. Pemeriksaan Penunjang
Pada hasil laboratorium pada partisipan 1 menunjukkan, ureum darah 97
mg/dl, kreatinin darah 10,0 mg/dl, kalium 5,4 Mmpl/L mengalami
peningkatan, total protein 5,9 g/dl, albumin 3,5 g/dl. Sedangkan pada
partisipan 2 Glukosa sewaktu 592 mg/dl, ureum darah mg/dl, 152 kreatinin
darah 7,5 mg/dl, globulin 3,2 g/dl mengalami peningkatan, total protein 5,5
g/dl, albumin 2,3 g/dl, mengalami penurunan. Pada tanggal 29 Mei 2017,
ureum darah 159 mg/dl, kreatinin darah 8,2 mg/dl, As. urat 10,0 mg/dl masih
mengalami peningkatan. Menurut teori Davit, R (2005) kreatinin merupakan
produk sisa dari perombakan kreatinin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin
adalah zat racun di dalam darah, terdapat pada seseorang yang mengalami
chronic kidney disease (CKD). Kadar kreatinin pada seseorang maksimal 1,6
mg/dl. Sedangkan menurut penelitian Loho (2016) umumnya pada CKD
terjadi peningkatan kadar ureum dan mengakibat-kan terjadinya uremia yaitu
suatu sindrom klinik yang terjadi pada semua organ akibat meningkatnya
kadar ureum. Dalam proses katabolisme, protein dipecah menjadi asam amino
dan deaminasi ammonia yang selanjutnya disintesis menjadi urea.
Peningkatan kadar ureum bergantung pada tingkat laju filtrasi glomerulus
7. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap
partisipan 1 dan partisipan 2 ditemukan beberapa masalah keperawatan yang
muncul, pada partisipan 1 ditemukan masalah yaitu : Ketidakefektifan perfusi
jaringan renal berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
kejaringan sekunder terhadap penurunan COP, Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan dengan nausea, vomitus,
mual dan muntah, gangguan metabolism protein, Intoleransi aktivitas badan
keletihan, anemia, retensi produk sampah, prosedur dialisis. Sedangkan pada
partisipan 2 ditemukan masalah keperawatan yaitu : Kelebihan volume cairan
dan elektrolit berhubungan dengan penurunan haluan urin, kelebihan asupan
cairan dan natrium, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubugan dengan dengan nausea, vomitus, mual dan muntah, gangguan
metabolism protein, Intoleransi aktivitas badan keletihan, anemia, retensi
produk sampah, prosedur dialisis.
Data subjektif yang didapatkan, pasien mengatakan badan terasa lemah dan
lesu, pasien mengtakan kepala terasa pusing. Sedangkan data objektif yang
didapatkan pasien tampak lemah, pasien tambak berbaring di tempat tidur,
8. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien didasarkan pada
tujuan intervensi masalah keperawatan yaitu Kelebihan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan penurunan haluan urin, kelebihan asupan
cairan dan natrium, Ketidakefektifan perfusi jaringan renal berhubungan
dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi kejaringan sekunder terhadap
penurunan COP, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubugan dengan dengan nausea, vomitus, mual dan muntah, gangguan
metabolism protein, Intoleransi aktivitas badan keletihan, anemia, retensi
produk sampah, prosedur dialisis.
Menurut peneliti dalam penyusunan rencana yang akan dilakukan pada kedua
9. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan implementasi keperawatan berdasarkan tindakan yang
telah direncanakan sebelumnya. Implementasi keperawatan yang dilakukan
pada partisipan 1 dimulai pada tanggal 25 Mei – 29 Mei 2017, sedangkan pada
partisipan 2 implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 27 Mei - 31
Mei 2017.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
a. Bagi perawat ruangan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Berkowitz, Aaron. 2012. Lecture Note Patofisiologi Klinik, Contoh Kasus Klinis.
Jakarta : EGC.
Brunner & Suddart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta :
EGC.
Caerpenito, Lyndia Jual. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada praktek klinik.
Ed 9. Jakarta.
Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.. Jakarta : EGC.
Riskesdas.2013. 16 Januari 2017. .
(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf.
Riskesdas. Provinsi Sumatera Barat. 2013. 6 April 2017. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Kementrian Kesehatan RI.
(http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/lpb/catalog/downloa
d/138/156/347-1.
Saputra,L. 2014. Medikal Bedah Renal dan Urologi. Tanggerang : Binarupa Aksara.
Saryono dan Mekar Dwi Anggraini. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Suryadi, T. 2012. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. 1 Maret 2017.
http://hp.myway.com/fromdoctopdf/ttab02/index.html?
coId=92b14f4905d04a359255fcbb3ff05afc&subId=CL3v55qCM8CFdERaAo
d2JoGAA&ln=en&&n=782b48cb&ptb=9D1D5795-C17D-497E-946B-
4D907B99F4AB&st=tab&p2=
%5EY6%5Exdm007%5ES18814%5Eid&si=CL3v55qC-
M8CFdERaAod2JoGAA.
Suwitra, Ketut. 2009.Penyakit Ginjal Kronik Dalam : Sudoyo, Aru W dkk (editor).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Internal Publishing, Jakarta, Indonesia.
Lampiran 2
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama : Pasien datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 22 Mei 2017 pukul 23.53 WIB melalui IGD. Pasien datang
dengan keluhan sulit mengeluarkan BAK sejak hari Jum’at sejak 4
hari sebelum dibawa ke rumah sakit. Pasien mengatakan ada rasa
mual dan muntah, nafsu makan berkurang, sakit kepala dan badan
terasa lemas dan letih.
2) Keluhan Saat Dikaji (PQRST) : Pada saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 25 Mei 2017 pukul 08.00 WIB. Pasien mengatakan nyeri pada
pinggang. Nyeri hilang timbul, skala nyeri 3, nyeri seperti ditusuk-tusuk
dan ada rasa kram pada sendi-sendi di lutut dan pergelangan kaki, nyeri
muncul saat bangun tidur pada pagi hari. pasien mengatakan badan
terasa lemas dan nafsu makannya menurun., pasien juga mengatakan
nafsu makannya juga menurun, ada rasa mual disertai badan terasa
lemas. Pasien terpasang infuse Nacl 0,9 % 22 tts/i, dan selang kateter.
Sesak nafas (-), oedema (-).
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Pasien dalam kondisi lemah, kesadaran pasien Compos
Mentis cooperative, GCS : 15
2. TTV
a. TD : 140/100 mmHg
b. HR : 100 x/i
c. RR : 20 x/i
d. Suhu : 36,7 0C
3. Kepala/Rambut : Kepala normachepal, tidak ada luka/lesi, bersih, rambut
beruban, tidak rontok.
4. Telinga : Simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, bersih,
tidak ada luka/bengkak, pendengaran baik.
5. Mata : Simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, reflek pupil isokor, reflek kedip ada.
6. Hidung : Simetris, bersih, cuping hidung (-), sianosis (-).
7. Mulut : Mukosa mulut kering, sianosis (-), tidak ada
pembesaran tonsil, mulut bersih, reflek mengunyah (+).
8. Leher : Tidak ada luka, pembesaran kelenjar getah bening (-),
pembesaran tiroid (-), distensi vena jugularis sinistra (-), reflek menelan
(+), reflek batuk (+).
9. Thoraks
a. Paru
1) Inspeksi
Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan, irama napas ireguler, tidak ada retraksi dinding dada.
10. Payudara : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan.
11. Abdomen
a. Inspeksi
Ada bekas jahitan luka operasi ginjal sebelah kiri, Auskultasi
Bising usus positif yaitu 7 x/i
b. Palpasi
Tidak ada distensi, acites, nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
c. Perkusi
Bunyi timpani
12. Genitalii : Terpasang kateter, bersih.
13. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas : Terpasang infuse NaCl 0,9 %, kulit kering,
tidak ada edema, akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
b. Ekstremitas Bawah : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik.
c. Kekuatan Otot 555 555
555 555
14. Integumen :. kulit kering, tidak ada edema, akral teraba hangat, CRT <
2 detik.
15. Neurologis : reflek fisiologis (-), reflek patologis (-).
f. Data Psikologis
1) Status Emosional
2) Kecemasan
3) Pola Koping
4) Gaya Komunikasi
5) Konsep diri (gambaran diri, harga diri, peran, identitas, ideal diri).
i. Program danRencanaPengobatan
Program pengobatan :
1. 1 st/Diet RG II RP 48 gr
2. IUFD East primer 500cc/24 jm
3. As. Folat1x5 mg
DO :
1. Pasien tampak lemah.
2. Pasien tampak gelisah
3. Mukosa mulut kering.
4. Terpasang IUFD Nacl 0,9 %
12jm/kolf.
Kr : 10,0 mg/dl
Ur: 97 mg/dl
5. TD: 140/100 mmHg
HR: 100x/i
RR: 20x/i
Suhu: 36,70c
DS : Ketidakseimbangan Nausea, vomitus,
1. Pasien mengatakan nafsu nutrisi kurang dari mual dan muntah,
makan berkurang kebutuhan tubuh gangguan
2. Pasien mengatakan
metabolism protein
tenggorokan terasa kering
3. Pasien mengatakan
mengalami penurunan berat
badan
DO:
1. Pasien tampak lemas
2. Makanan yang disajikan
DO:
1. Pasien tampak lesu dan
lemas
2. Pasien tampak berbaring di
tempat tidur
3. Hb: 11,6 g/dl
7. Kr : 10,0 mg/dl
Ur: 97 mg/dl
8. TD: 140/100 mmHg
HR: 100x/i
RR: 20x/i
Suhu: 36,70c
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N Diagnosa Intervensi
Keperawatan
O NOC NIC
1. Ketidakefektifan Tujuan dan Kriteria Hasil Peripheral
perfusi jaringan renal 7. Circulation status Sensation
berhubungan dengan 8. Electrolite and Acid Management
penurunan suplai O2 Base Balance 18) Observasi
dan nutrisi kejaringan 9. Fluid Balance status hidrasi
sekunder terhadap 10. Hidration (kelembaban
penurunan COP. 11. Tissue Prefusion : renal membran
12. Urinari elimination mukosa, TD
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. J
No. MR: 979378
Tanggal : 26 Mei 2017
G. EVALUASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama: Ny. J
No. MR: 979378
Tanggal : 27 Mei 2017
H. EVALUASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama: Ny. J
No. MR: 979378
Tanggal : 28 Mei 2017
I. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama: Ny. J
No. MR: 979378
Tanggal : 29 Mei 2017
J. EVALUASI KEPERAWATAN
Lampiran 3
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
j. Identifikasi Klien :
11) Nama : Farida
12) Tempat/ Tanggal Lahir : Sidempuan/10 April 1962
13) Jenis Kelamin : Perempuan
14) Status Kawin : Sudah Menikah
l. Riwayat Kesehatan
5) Riwayat Kesehatan Sekarang
b) Keluhan Utama: Pasien datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang
merupakan rujukan RSUD Air Dingin Padang pada tanggal 26 Mei
2017 pukul 18.44 WIB. Pasien datang melalui IGD dengan
penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan
kejang 2 kali,tingkat kesadaran pasien samnolen dengan GCS :
11.Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien dapat
berkomunikasi tapi lama kelamaan pasien tampak mengantuk dan
tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga.
c) Keluhan Saat Dikaji (PQRST): Pada saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 27 Mei 2017 pada pukul 09.00 WIB, pasien mengatakan
kepala terasa berat dan pusing. pasien mengatakan tangan sebelah
kiri bengkak. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang , badan
terasa lemah disertai rasa mual dan muntah dan pasien mengatakan
sering haus. pasien tampak lemah sesak nafas (-), demam (-).
Oedema (+) tangan sebelah kiri. Pasien terpasang infuse Nacl 3%
12jm/kolf dan selang kateter,
6) Riwayat Kesehatan Dahulu: Pasien juga mengatakan sebelumnya ia
pernah dirawat di Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo Tk. III B, pasien
sudah mengidap penyakit diabetes mellitus tipe 2 sejak 8 tahun yang
lalu dan mendapatkan pengobatan metformin 3 kali sehari, tetapi sudah
dua minggu pasien tidak mengkonsumsi OAD.
10. Payudara : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan.
11. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak luka/lesi, perut datar, tidak ada distensi.
b. Auskultasi
Bising usus positif yaitu 10x/i
c. Palpasi
Tidak ada distensi, nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
d. Perkusi
Bunyi timpani
pH 7,31, pCO2 38 mmHg, pO2 114 mmHg, natrium 124 mmol/L, kalium 4,7
mmol/L, glukosa 69 g/dl, HCO3 16,8 mmol/L.
2. 29 Mei 2017
GDP 134 mg/dl, gula darah 2 jam PP 89 mg/dl, total kolesterol 205 mg/dl,
HDL kolesterol 20 mg/dl, LDL kolesterol 113 mg/dl, trigliserida 360 mg/dl,
ureum darah 159 mg/dl, kreatinin darah 8,2 mg/dl, as. Urat 10,0 mg/dl.
e. Program dan RencanaPengobatan
Program pengobatan :
1. 1 st/ML RP 48gr DD 1700 Kkal
2. IUFD Nacl 0,9 % 8 j/kolf
3. Inj. Ceftriaxone 1x2 mg
4. Bicnat 3x500 j
5. As. Folat 1x5 mg
6. Osteocal 1x1000 j
7. Drip critisil 111
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Intervensi
Keperawatan
NOC NIC
1. Kelebihan volume cairan dan Tujuan dan Kriteria Hasil Fluid Management
elektrolit berhubungan 4. Electrolit and acid 14) Pertahankan
dengan penurunan haluan base balance catatan intake dan
urin, kelebihan asupan cairan 5. Fluid balance output yang akurat
dan natrium. 6. Hydration 15) Pasang urin kateter
jika diperlukan
Kriteria Hasil : 16) Monitor hasil lab
6) Terbebas dari edema, yang sesuai dengan
efusi, anaskara retensi cairan
7) Bunyi nafas bersih, (BUN , Hmt ,
tidak ada osmolalitas urin )
N. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
O. EVALUASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama :Ny. F
No. MR : 979745
P. EVALUASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. F
No. MR : 979745
EVALUASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. F
No. MR : 979745
Tanggal : 30 Mei 2017
EVALUASI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. F
No. MR : 979745
Q. EVALUASI KEPERAWATAN
Lampiran 4