Ratih Paras Tari
Ratih Paras Tari
Disusun Oleh :
RATIH PARAS TARI
2015750035
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Lansia Ny.T dengan Gangguan
Kardiovaskuler : Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 02
Cengkareng Pada Tanggal 23-25 April 2018” dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya (Amd. Kep) di Program Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan
motivasi, bimbingan serta arahan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu dan tanpa adanya halangan dan
kekurangan.
2. Dr. Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ns. Lily Herlinah, M.Kep., Sp.Kom selaku dosen pembimbing dan penguji I dalam
proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
v
Akhir kata penulis menyadari dari karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun
kritik yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya,
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di
bidang keperawatan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………..5
C. Ruang Lingkup…………………………………………………………….....6
D. Metode Penulisan…………………………………………………………….6
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………….…..6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan…………………………………………………..121
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………….123
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………....124
D. Implementasi Keperawatan……………………………………………......125
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………..126
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………...128
B. Saran……………………………………………………………………….129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, bertambah
baiknya kondisi sosial ekonomi, dengan majunya pelayanan kesehatan,
penurunan angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi dan
peningkatan pengawasan terhadap penyakit infeksi, semakin meningkatnya
umur harapan hidup (life expectancy). Hal tersebut menyebabkan
perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukan dengan meningkatnya
jumlah penduduk golongan lanjut usia (lansia) (Nugroho, 2008).
Menua adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus menerus, dan berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh secara keseluruhan
(Depkes RI, 2001, Maryam, 2008). Menjadi tua ditandai dengan adanya
kemunduran biologis, yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik,
antara lain kulit mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai
ompong, pendengaran dan penglihatan mulai berkurang, mudah lelah,
gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak
terutama diperut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah
kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran
1
2
terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal/ ide baru
(Maryam, 2008).
WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49 % dari total
populasi, tahun 2011 menjadi 7,69 % dan pada tahun 2013 didapatkan
proporsi lansia sebesar 8,1 % dari total populasi (WHO, 2015). Jumlah
lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03
% dari seluruh penduduk Indonesia. Jumlah lansia perempuan lebih besar
daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dan 9,47 juta lansia
laki-laki (Badan Pusat Statistik, 2015).
Menurut Nugroho (2008) saat ini, di seluruh dunia, jumlah lanjut usia
diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (1 dari 10 orang berusia lebih dari 60
tahun), dan pada tahun 2025, diprediksi lanjut usia akan mencapai 1,2
milyar. Di Negara maju, pertambahan populasi/ penduduk lanjut usia telah
diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara
maju sudah lebih siap mengadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan
aneka tantangannya
3
Hipertensi pada lansia sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa
muda, faktor yang berperan pada lanju usia terutama adalah penurunan
kadar renin, peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, penurunan
elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua (Boedi-Darmojo,
2011), elastis dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
(Reny, 2014). Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan
penderita hipertensi yaitu: Sakit kepala, lemas, kelelahan, gelisah, mual,
muntah, epistaksis, kesadaran umum. Komplikasi yang dapat terjadi pada
hipertensi yaitu: Gagal jantung, Stroke, Enselopati, Nefrosklerosis dan
Infusiensi ginjal (Price 2015).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan “Asuhan Kperawatan
Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Lansia Ny.T
dengan Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan
Kardiovaskuler : Hipertensi” .
b. Mampu menentukan Diagnosa Keperawatan “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan
Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada
Ny.T dengan Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan
Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan
Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
6
C. Ruang Lingkup
Menerangkan batasan penulisan Karya Tulis Ilmiah sesuai dengan Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T
dengan Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulya 02 Cengkareng pada tanggal 23-25 april 2018.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan metode deskriptif atau studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif
pendekatan yang digunakan adalah ; studi kasus, dimana peserta didik
mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode ini
di sebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data informasi
dengan (wawancara secara langsung dari klien (Ny.T) dan tidak langsung
dari petugas kesehatan, observasi, dan pemeriksaan fisik).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan (Kushariyadi, 2010).
8
9
2. Tujuan gerontik
1) Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan/ kesehatan.
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai
kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.
3) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai
kelainan tertentu.
4) Memelihara kemandirian secara maksimal dengan mencari upaya
semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan.
5) Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir
hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang (Maryam,
2008).
10
1) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam
12
nuclei (inti sel) suatu jam yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut
konsep ini bila jam berhenti akan meninggal dunia, meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal.
2) Teori Non-genetik
a) Teori penurunan system imun tubuh (auto immune theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenai dirinya
sendiri. Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan
peyakit auto imun pada lanjut usia.
b. Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua Sense of integrity yang dibangun
dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dengan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke
lanjut usia.
2) Sistem Kardiovaskuler
Elastis dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
17
3) Sistem pernapasan
Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia
menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu
meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun,
ukuran alveoli melebar dan jumlah berkurang, berkurangnya
elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, karbondioksida pada arteri tidak berganti.
Pertukaran gas terganggu, reflex dan kemampuan batuk
berkurang, sensitifitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia
menurun, sering terjadi emfisema similis, kemampuan pegas
dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring
pertambahan usia.
4) Sistem Persarafan
Berat otak menurun 10-20% (sel saraf setiap orang berkurang
setiap harinya), cepat nya menurun hubungan persarafan,
respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress, saraf panca indra mengecil, penglihatan berkurang,
pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan, kurang
sensitive terhadap sentuhan, defisit memori.
18
5) Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan periodontal
disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra
pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis,
atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilang nya
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan
pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama
karbohidrat), hati semakin mengecil dan tempat
penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
6) Sistem Geniotourinarina
a) Ginjal
Ginjal merupakan alat umtuk mengeluarkan sisa
metabolism tubuh, melalui urine darah yang masuk ke
ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang. Akibatnya kemampuan mengosentrasi urine
menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (Blood urea nitrogen) meningkat
sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
b) Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
19
c) Pembesaran Prostat
Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia diatas 65
tahun.
7) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi paratiroid
dan sekesinya tak berubah, Pituitary : Pertumbuhan hormone
ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
Menurunnya aktivitas tiriod, BMR turun dan menurunnya
daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron.
Menurunnya sekresi hormone bonads : progesterone,
estrogen, testosterone.
8) Sistem Indera
a) Indera Pendengaran
Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata kata. 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun.
Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis, terjadi pengumpulan serumen, dapat
mengeras karena meningkatnya keratin, fungsi
pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan atau stress.
20
b) Indera Penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap
sinar menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola),
lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi
katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam
gelap. Penurunan/ hilangnya daya akomodasi dengan
manifestasi prebiosfia, seseorang sulit melihat dekat
yang di pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang
pandang menurun, luas pandang berkurang, daya
membedakan warna menurun, terutama warna biru atau
hijau pada skala.
c) Indera Peraba
Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan
yang paling mudah untuk menerjemahkan. Bila indera
lain hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan sejahtera,
meskipun reseptor lain akan menumpul dengan
bertambah usia, namun tidak menghilang.
9) Sistem Integuman
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, bersisik
(karena kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran
bentuk sel epidemis), timbul bercak pigmentasi akibat proses
melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit
sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat, terjadi
perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis, respon
terhadap trauma menurun, mekanisme proteksi kulit
menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu,
rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya
elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, jumlah dan
fungsi kelenjar keringat berkurang.
b) Pria
Testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun ada penurunan berangsur-amgsur.
Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun,
asal kondisi kesehatannya baik, yaitu:
- Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa lanjut usia.
- Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
- Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
- Sebanyak 75% pria usia diatas 65 tahun
mengalami pembesaran prostat.
23
b. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis yang meliputi short term memory (memori
jangka pendek), frustasi, kesepian, takut menghadapi kematian,
perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. (Maryam dkk,
2008).
c. Perubahan Sosial
1) Perubahan peran post power syndrome, single woman, single
parent.
2) Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan
akan meninggal.
3) Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam
bersosialisasi.
4) Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah
tersinggung. (Maryam dkk, 2008).
d. Perkembangan Spiritual
Agama/ kepercayaan semakin berintegrasi dalam kehidupan,
lanjut usia semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas
pada lansia bersifat universal, intrinsic dan merupakan proses
individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan.
Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia,
keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek
positif harapan dari kehilangan tersebut. Lansia yang telah
mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui
mekanisme keimanan akhirnya di hadapkan pada tantangan akhir
yaitu kematian. Harapan memungkinkan individu dengan
keimanan spiritual atau religious untuk bersiap mengahadapi
krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang
lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini
24
2. Klasifikasi
Menurut NAND NIC-NOC 2015
No Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal hipertensi 130-139 85-89
4 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
5 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
7 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
25
3. Etiologi
Menurut Reny Yuli Aspiani (2014)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
a. Hipertensi Esensial / Hipertensi Primer
Penyebab hopertensi primer belum diketahui pasti, namun ada
beberapa faktor yaitu :
1) Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemnungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah : umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamnin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah : konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari
30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok,
minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone,
epineprin).
b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut :
1) Penyakit ginjal : Glomerulonefritis, Plyelonefritis, Nekrosis
tubular akut, Tumor.
2) Penyakit Vascular : Ateroklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol dan Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : Diabetes Melitus, Hiperteroidisme,
Hipotiroidisme.
4) Penyakit saraf : Stroke, Ensephalitis, Syndrom Gulian Barre.
26
4. Patofisiologi
Elastisitas , arteriosklerosi
Hipertensi
Perubahan struktur
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
jaringan aktifitas
Retensi Na
Edema
28
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda NIC-NOC 2015
a. Mengeluh sakit kepala dan pusing
b. Lemas dan kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut NIC-NOC, 2015
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/
fungsi ginjal.
3) Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal da nada DM.
5) Kolestrol total serum.
6) Kolestrol LDH dan HDL serum.
7) Trigliserida serum (puasa).
b. Ct scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda penyakit jantung hiprtensi.
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal.
29
7. Komplikasi
Menurut Priscilla Lemone, 2015
a. Gagal Jantung
Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf
dan ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko
penyakit jantung coroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri
meningkat, menyebabkan hipertropi ventrikel yang kemudian
meningkatkan resiko penyakit jantung coroner, disritmia, dan
gagal jantung.
b. Stroke
Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi
meningkatkan resiko infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan
pada pembuluh serebral dapat menyebabkan perkembangan
mikroneurisme dan peningkatan resiko hemoragi cerebral.
c. Ensefalopati hipertensi
Suatu sindrom yang di tandai dengan tekanan darah yang sangat
tinggi, perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan
intracranial, papilledema, dan kejang dapat berkembang.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda,
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga terartur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan
darah. olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
Persiapan klien :
Prosedur
b. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi oksigen.
2) Pemantauan hemodinamik.
3) Pemantauan jantung.
4) Obat-obatan.
a) Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan garam dan airnya.
b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot
polos jantung atau arteri, sebagian penyekat saluran
kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat
kalsium otot jantung. Sebagian yang lebih spesifik untuk
saluran kalsium otot polos vascular.
c) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini
menurunkan tekanan darah secara langsung dengan
menurunkan tekanan TPR, dan secara tidak langsung
dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya
meningkatkan pengeluaran natrium pada urin kemudian
menurunkan volume plasma dan curah jantung.
d) Antagonis (penyekat) reseptor beta (beta-blocker),
terutama penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di
40
2) Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni :
nyeri akut dan kronis.
a) Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai
adanya peningkatan tegangan otot.
b) Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara
perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup
lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatik.
b. Kebutuhan mobilitas
1) Pengerian mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya. (Aziz Azimul, 2014).
2) Jenis mobilitas
a) Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-
hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
b) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
46
2) Karakteristik Istirahat
Menurut Narrow terdapat enam kondisi seseorang dapat
beristirahat : merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi,
merasa diterima, mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas
dari gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah
kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan,
mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan. (Asmadi,
2008).
d. Kebutuhan Nutrisi
1) Pengertian
Pemenuhan nutrisi merupakan proses memasukkan dan
pengolahan zat makan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
(A. Aziz Alimul H, 2009).
3) Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi melalui adanya indeks masa tubuh
dan berat tubuh ideal.
a) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan
penimbunan total lemak dalam tubuh sehingga dapat
dipakai sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat
badan (overweight) dan obesitas. Rumus BMI
diperhitungkan dengan pembagian berat badan (kg) per
meter kuadrat (kg/m²) atau berat badan dalam pons
dilakukan konstanta 704,5 dibagi tinggi badan dalam inci
kuadrat.
b) Ideal Body Weight (BWI)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi
tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi
badan dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau
ditambah 10% dari jumlah tersebut.
Rumus IBW diperhitungkan : (TB – 100) – (15% x TB –
100) . (A. Aziz Alimul H, 2009).
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada Lansia dengan
Hipertensi adalah sakit kepala, lemah, tengkuk terasa tegang,
episode berkeringat, kecemasan, palpitasi (feokromositoma),
episode lemah otot (aldosteronisme).
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri klien digunakan :
a) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief. Apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
54
5) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
55
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup, penyakit serebrovaskuler.
Tanda :
Kenaikan TD, Nadi : denyutan jelas, Frekuensi/ irama :
takikardia, berbagi disritmia, Bunyi jantung : murmur,
Distensi vena jugularis, Ekstremitas Perubahan warna kulit,
suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler
mungkin lambat.
3) Integritas ego
Gelaja :
Faktor-faktor stress akut/kronis misal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusan
dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain,
dan perubahan bentuk anggota tubuh.
4) Makanan / cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi
makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan
untuk mengunyah.
Tanda :
Penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
56
5) Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensory
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala, kebas, kelemahan pada
suatu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur,
diplopia).
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori (ingatan), respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optik.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri hilang timbul pada kepala terutama daerah oksipital.
8) Keamanan
Gejala :
Gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda :
Episode paresthesia unilateral transien.
9) Interaksi sosial
Gejala :
Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan
peran, isolasi.
57
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NIC-NOC 2015
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi
ventricular.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan fisik, pola
hidup monoton, keyakinan budaya.
e. Infektif koping individual berhubungan dengan mudah terserang
penyakit, krisis situasional, perubahan dalam hidup, relaksasi tidak
adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi buruk, harapan
yang tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metode koping tidak efektif.
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan,
keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosis.
g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
pada ekstremitas kanan bagian bawah.
h. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
58
3. Intervensi Keperawatan
Menurut NIC-NOC 2015
Tujuan utama untuk pasien mencakup pemahaman tentang proses penyakit dan terapinya, partisipasi dalam program
keperawatan diri, dan tidak mengalami komplikasi.
10. Pantau respon terhadap obat untuk 10. Respon terhadap terapi obat
mengontrol tekanan darah. (diuretic inhibitor simpatis,
vasodilator) tergantung pada
klien dan efek sinergis obat.
Karena efek samping tersebut,
maka penting mnggunakan
obat dalam jumlah paling
62
Kolaborasi :
11. Berikan obat sesuai indikasi : 11.
a. Diuretik tiazid, misal a. Tiazid digunakan
kolorotiazid (diuril), snediri/campur dengar obat
hidroklorotiazid (esidrix atau lain untuk menurunkan
hidrodiuril), tekanan darah pada klien
bendroflumentiazid (naturetin). dengan fungsi ginjal yang
relative normal. Diuretik
memperkuat agen anti
hipertensi lain dengan
membatasi retensi cairan.
12. Batasi cairan dengan diet natrium 12. Pembatasan dapat mengatasi
sesuai indikasi. retensi cairan dengan respon
hipertensi sehingga
menurunkan berat kerja
jantung.
64
kepala, menggaruk 4. Bantu klien dalam ambulasi sesuai 4. Untuk mengetahui insiden
kepala, dengan kebutuhan. kecelakaan atau terjatuh
menghindar sinar karena pusing.
terang dan
keributan, 5. Berikan tindakan non farmakologi 5. Mengurangi atau
mengerutkan (Teknik relaksasi otot progresif). menghilangkan sakit kepala.
kening,
menggenggam 6. Berikan penjelasan cara untuk 6. Aktifitas yang meningkatkan
tangan. meminimalkan vasokontriksi vasokontriksi menyebabkan
d. Melaporkan mengurangi mengejan saat BAB, sakit kepala.
kekakuan leher, batuk panjang, dan bungkuk.
pusing,
penglihatan kabur, Kolaborasi
mual, dan muntah. 7. Pemberian obat penurun tekanan 7. Terapi untuk menurunkan
darah (captopril 1x1) sesuai tekanan darah.
program.
70
anemis, kurus, 6. Beri klien makanan dalam keadaan 6. Makanan hangat dapat
lemas, mukosa hangat. mengurangi rasa mual saat
bibir kering, dan makan.
penurunan berat
badan secara cepat. 7. Anjurkan pada klien makan dengan 7. Makan terlalu banyak karena
porsi sedikit tapi sering. akan merangsang rasa mual.
Kolaborasi
9. Rujuk ke ahli gizi untuk pemenuhan 9. Memberikan konseling dan
kebutuhan nutrisi. bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
72
ditandai dengan : Kriteria Hasil : 2. Tetapkan tekan darah normal. 2. Memberikan dasar
a. menyatakan a. Menyatakan Jelaskan tentang hipertensi dan pemahaman tentang
masalah. pemahaman tentang efeknya terhadap jantung, peningkatan tekanan darah.
b. Meminta proses penyakit dan pembuluh darah, ginjal dan otak.
informasi. regimen pengobatan.
c. Menyatakan b. Mengidentifikasikan 3. Bantu klien dalam 3. Faktor resiko menunjukan
miskonsepsi. efek samping obat mengidentifikasi faktor resiko hubungan dalam menunjang
d. Mengikuti intruksi dan kemungkinan kardiovaskuler yang dapat diubah, hipertensi/ penyakit
inadekuat, kinerja komplikasi. misal; obesitas, diet tinggi lemak kardiovaskuler dan ginjal.
prosedur inakurat, c. Mempertahankan jenuh dan kolestrol, pola hidup
perilaku tidak tekanan darah. monoton, merokok, minum
tepat. alkoho, serta pola hidup penuh
stress.
di tandai dengan: a. Mempertahankan c. Ajarkan klien untuk melakukan c. Latihan ROM meningkatkan
a. Tidak mampu keutuhan tubuh ROM minimal 4x perhari bila massa otot, kekuatan otot,
menggerakan secara optimal mungkin. perbaikan fungsi jantung dan
tangan dan kaki seperti tidak adanya pernapasan.
b. Tidak mampu kontraktur
memenuhi b. Mempertahankan d. Anjurkan pasien bagaimana d. Mencegah kontraktur fleksi
kebutuhan ADL kekuatan fungsi merubah posisi. Bila klien bahu, edema, dan fleksi pada
c. Adanya tubuh secara optimal ditempat tidur, lakukan tindakan pergelangan.
hemiplegia/ c. Mendemonstrasikan untuk meluruskan postur tubuh.
hemiparese teknik perilaku Gunakan papan kaki.
d. Tonus otot melakukan aktivitas Ubah posisi setiap 2 jam.
kurang d. Mempertahankan
e. Kekuatan otot integritas kulit e. Observasi daerah yang tertekan, e. Daerah yang tertekan mudah
kurang e. Kebutuhan ADL termasuk warna, edema atau sekali terjadi trauma.
terpenuhi tanda lain gangguan sirkulasi.
78
Kolaborasi:
a. Konsultasikan dengan ahli a. Memenuhi kebutuhan
fisioterapi, kolaborasi pemberian mobilisasi, koordinasi dan
obat, relaksasi otot kekuatan ekstremitas.
8 Resiko jatuh Tujuan : a. Kaji kemampuan klien dalam a. Mengetahui sejauh mana
berhubungan dengan Diharapkan resiko jatuh berdiri dan berjalan. kemampuan klien dalam
penurunan kekuatan tidak terjadi. berjalan dan berdiri.
otot
b. Berikan pencahayaan yang cukup. b. Pencahayaan yang cukup
membuat saat mobilisasi
lebih aman.
79
ditandai dengan : Kriteria Hasil : c. Anjurkan klien untuk c. Menghindari jatuh karena
a. bagian a. Klien mampu menggunakan alat bantu saat lantai licin.
ekstremitas menunjukkan beraktivitas.
lemah. tingkat keamanan.
b. Kekauan sendi. b. Mampu
c. Penglihatan meminimalkan d. Lakukan program latihan fisik d. Mengajarkan rentang gerak
buram dan tidak terjadinya resiko ROM. sendi untuk menghindari
jelas. jatuh. kekakuan saat berjalan dan
d. Ruangan tidak c. Mampu berdiri.
cukup memodifikasi
pencahayaan. lingkungan yang e. Bantu klien dalam pergerakan e. Menghindari resiko cidera
aman. sendi, batasan-batasan sendi. lebih lanjut.
80
4. Implementasi Keperawatan
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada
tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien ke arah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar
berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam
kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan
sumber eksternal. Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
b. Mematuhi program perawatan diri.
c. Tidak mengalami komplikasi.
81
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini menguraikan laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
Lansia Ny.T dengan Hipertensi yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulya 02 Cengkareng Jakarta Barat. Asuhan Keperawatan lansia dilakukan pada
Ny.T selama 3 hari pada tanggal 23-25 april 2018 dengan melakukan Asuhan
Keperawatan selama 3 hari, dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data merupakan langkah awal dari pengkajian dalam
melakukan asuhan keperawatan lansia. Dari hasil pengumpulan data pada
lansia diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Nama : Ny.T
Alamat : Jalan Taman Kencana
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 28 Juli 1958
Suku/Agama : Tionghoa/ Kristen
Status perkawinan : Janda, Cerai Mati
Orang yang dapat dihubungi : Kakak
b. Riwayat keluarga
Klien menikah dengan suaminya Tn.B, kemudian dari pernikahan
tersebut memiliki 2 orang anak, 1 anak laki-laki dan . anak
perempuan. Anak pertama klien bernama Tn.A berusia 35 tahun,
anak kedua bernama Ny.D berusia 20 tahun. Sekarang kedua anak
klien tinggal bersama istri atau suami nya,
81
82
c. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, klien tidak bekerja, sebelumnya klien
bekerja sebagai pedagang pakaian. Sebelum putus dari pekerjaan
dan sebelum suami klien meninggal dunia, penghasilan didapat dari
pekerjaan klien sehari-hari.
e. Riwayat Rekreasi
Klien mempunyai hobbi memasak dan jalan-jalan. Setiap hari senin
dan kamis Ny.T selalu mengikuti kegiatan ibadah di aula, hari rabu
biasanya Ny.T mengikuti kegiatan membuat kerajinan tangan, pada
hari sabtu dan minggu biasanya Ny.T tidak ada kegiatan dari panti,
terkadang saat acara yang diadakan panti seperti kunjungan atau
undangan klien selalu ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
f. Status Kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Keluhan yang dirasakan klien saat ini adalah sering pusing,
tengkuk terasa berat dan kaku, mata terasa nyeri dan pandangan
tiba-tiba menjadi kabur. Adapun obat-obatan yang dikonsumsi
Ny.T Captopril 25 mg 1x1.
2) Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, membersihkan rambut 2
hari sekali menggunakan shampoo, kuku bersih tidak kotor
dan tidak panjang, mulut bersih tidak ada sariawan, klien
terlihat cukup bersih menggunakan baju daster.
3) Aktifitas/ istirahat
Aktifitas klien terhambat karena kelemahan dan keterbatasan
anggota gerak bagian bawah dan terdapat luka jahitan post op.
Klien melakukan aktivitas secara mandiri namun secara
perlahan, klien menggunakan alat bantu kursi roda. Pola tidur
klien 8 jam selama sehari.
4) Eliminasi
Pola eliminasi klien dalam sehari BAB 1 kali saja dan BAK 5-
8 kali dalam sehari, tidak ada kesulitan saat eliminasi.
5) Oksigenasi
Pola nafas Ny.T normal, frekuensi nafas 18x/ menit, klien
tidak memiliki keluhan batuk, pilek, dan sesak nafas, klien
tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
84
6) Spiritual
Hubungan klien dengan tuhan baik, klien rutin melakukan
ibadah pada hari senin dan kamis, dan sering membaca buku-
buku tentang keagaman.
h. Tinjauan Sistem
1) Kondisi dari system tubuh yang ada
Terjadi gangguan pada system kardiovaskuler terdapat
masalah hipertensi.
3) Penggunaan Protesa
Klien menggunakan kursi roda.
2. Pengkajian Psikologi
a. Proses Pikir (lupa, bingung, pikun, curiga) :
Saat ditanya atau dilakukan pengkajian wawancara klien mampu
menyebutkan waktu dan tanggal. Klien mampu mengingatnya
dengan baik, klien juga mampu mengingat tentang identitas dirinya.
2) Dengan Masyarakat
Klien tidak ada masalah dengan masyarakat (lansia penghuni
panti), klien mudah bergaul dengan sesama lansia di panti.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Suhu : 36,7ºC
4) Nadi : 80x/ menit
5) Tekanan Darah : 170/90 mmHg
6) Pernafasan : 18x/ menit
7) Tinggi Badan : 160 cm
8) Berat Badan : 60 kg
b. Mata
Simetris, konjungtiva an anemis, sclera an ikterik, pupil
isokor, lensa mata tampak sedikit keruh.
87
c. Hidung
Bersih, tidak ada polip, tidak ada cairan dari hidung, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
d. Telinga
Bersih, serumen tidak ada, pendengaran baik dan cairan
telinga tidak ada.
2) Leher
Nadi karotis teraba kuat, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada/ Thorax
a. Dada
Bentuk dada simetris
b. Paru-paru
Suara nafas vasikuler, tidak ada bunyi suara nafas tambahan
(ronchi, wheezing), irama regular, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan.
4) Jantung
Pulsasi jantung teraba kuat, bunyi jantung normal Bj1 : lub Bj2
: dup, tidak ada bunyi jantung tambahan (gallop, murmur),
batas-batas jantung dalam batas normal.
5) Abdomen
Tidak ada distensi abdomen, bising usus 10x/ menit
88
6) Muskuloskeletal
Kesulitan pergerakan karena kelemahan pada ekstremitas
bawah bagian kanan.
5. Informasi Penunjang
a. Diagnosa Medis : HIPERTENSI
b. Laboratorium : tidak ada
c. Terapi Medis : Captopril 25mg 1x1
6. Resume Pengkajian
Klien bernama Ny.T berusia 60 tahun, klien seorang janda suami klien
sudah meninggal sejak tahun 2013, klien masih merasa kehilangan
suamninya karena cuma suami nya yang tinggal bersama. Klien memiliki
2 orang anak, Ny.T dulu pernah bekerja sebagai pedagang pakaian
didaerah taman kencana Jakarta barat selama 5 tahun lalu berhenti karena
klien sudah tidak mampu untuk bekerja, kemudian klien di bawa oleh
Pak Rt ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2 Cengkareng pada
tahun 2014. Status kesehatan saat ini klien mengeluh sering merasa
pusing, leher terasa berat dan kaku, mata terasa nyeri dan pandangan tiba-
tiba menjadi kabur. Adapun obat-obatan yang dikonsumsi Ny.T
Captopril 25 mg 1x1.
89
1. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan : Keadaan umum : baik
Penyakit darah tinggi Kesadaran :
sejak 4 tahun yang lalu composmentis
Sering merasa pusing dan Suhu : 36.7ºC
tidak nyaman saat Nadi : 80x/ menit
darahnya sedang naik Tekanan Darah : 170/90
Leher terasa berat dan mmHg
kaku Pernafasan : 18x/ menit
Mata suka merasa nyeri Tinggi badan : 160 cm
dan pandangan tiba-tiba Berat badan : 60 kg
menjadi kabur Ny.T tampak meringis
Nyeri seperti berdenyut- tapi masih mampu untuk
denyut dan tertarik beban menahan nyeri
Nyeri timbul hampir Klien menggunakan alat
setiap hari dan hilang bantu jalan (kursi roda)
timbul saat beraktivitas
Nyeri berkurang setelah Ruangan kamar klien
mengkonsumsi obat darah tampak rapih dan nyaman
tinggi Klien tampak kesulitan
Klien mengatakan rutin meluruskan kaki kanan
mengkonsumsi obat nya
captopril untuk Kekuatan otot
mengontrol darah tinggi 5555 5555
Klien tidak menyukai 5555 3333
ikan
Makanan yang dihabiskan
1 porsi
Sering mengkonsumsi
biskuit
90
2. ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif Gangguan Peningkatan
Klien mengatakan : Rasa Nyaman Tekanan
Penyakit darah tinggi Nyeri Vaskuler
sejak 4 yang yang lalu Serebral
Sering merasa pusing
dan tidak nyaman saat
darahnya sedang naik
Leher terasa berat dan
kaku
Mata suka merasa
nyeri dan pandangan
tiba-tiba menjadi kabur
Nyeri seperti
berdenyut-denyut dan
tertarik beban
Nyeri hilang timbul
Nyeri berkurang
setelah mengkonsumsi
obat darah tinggi
Klien mengatakan
rutin mengkonsumsi
obat captopril untuk
mengontrol darah
tinggi
Data Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran
compsmentis
92
Data Objektif
Klien terdapat
kelemahan pada
ekstremitas bawah.
93
Klien beraktivitas
selalu menggunakan
alat bantu kursi roda.
Sulit untuk
diregangkan pada kaki
kanan dan kaki kanan
mengalami kelemahan.
Kaki kiri dan kanan
pergerakan terbatas.
Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
Data Objektif
Klien terdapat
kelemahan ekstremitas
bawah bagian kanan.
Tonus otot melemah
pada kaki kanan.
Klien berjalan
menggunakan alat
bantu kursi roda.
94
Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
1. Gangguan Rasa Nyaman 23 April 2018 25 April 2018
Nyeri berhubungan dengan
Peningkatan Tekanan
Vaskuler serebral ditandai
dengan :
Data Subjektif
Klien mengatakan :
Penyakit darah tinggi
sejak 4 yang yang lalu
Sering merasa pusing
dan tidak nyaman saat
darahnya sedang naik
Leher terasa berat dan
kaku
Mata suka merasa nyeri
dan pandangan tiba-
tiba menjadi kabur
Nyeri seperti
berdenyut-denyut dan
tertarik beban
Nyeri hilang timbul
Nyeri berkurang
setelah mengkonsumsi
obat darah tinggi
95
Data Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran
compsmentis
Skala nyeri 8 (1-10)
Suhu : 36,7ºC
Tekanan Darah :
170/90 mmHg
Ny.T tampak meringis
tapi masih mampu
untuk menahan nyeri
Terapi :
Captopril 25mg 1x1
Data Objektif
Klien terdapat
kelemahan pada
ekstremitas bawah.
Klien beraktivitas
selalu menggunakan
alat bantu kursi roda.
Sulit untuk
diregangkan pada kaki
kanan dan kaki kanan
mengalami kelemahan.
Kaki kiri dan kanan
pergerakan terbatas.
Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
97
Data Subjektif
Klien mengatakan :
Kaki kanan lemah dan
terasa sulit untuk
dibawa berjalan.
Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat
bantu kursi roda.
Data Objektif
Klien terdapat
kelemahan ekstremitas
bawah bagian kanan.
Tonus otot melemah
pada kaki kanan.
Klien berjalan
menggunakan alat
bantu kursi roda.
Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
98
4. RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan dan rasional
sebagai berikut :
Leher terasa berat dan memberikan 2. Kaji tingkat nyeri 2. Untuk mengetahui
kaku pengurangan klien. tingkat nyeri klien
Mata suka merasa c. Mengikuti regimen dengan
nyeri dan pandangan farmakologi yang menggunakan
tiba-tiba menjadi kabur diresepkan pengkajian PQRST.
Nyeri seperti d. Tekanan darah dalam
berdenyut-denyut dan batas normal 3. Kaji lokasi intensitas 3. Untuk mengetahhui
tertarik beban dan skala nyeri. nyeri yang dirasakan
Klien mengatakan
rutin mengkonsumsi 4. Bantu klien dalam 4. Untuk menghindari
tinggi pusing.
100
dengan sangat memungkinkan dalam 5. Anjurkan klien untuk 5. Untuk latihan aktif
perlahan. peningkatan aktivitas. membantu pergerakan dan respon baik
Data Objektif e. Peningkatan mobilisasi. dan latihan dengan ekstremitas yang
Klien terdapat menggunakan tidak sakit.
kelemahan pada ekstremitas yang tidak
ekstremitas bawah. sakit untuk
Klien beraktivitas menyokong yang
selalu menggunakan lemah.
alat bantu kursi roda.
Sulit untuk 6. Kolaborasi dengan 6. Untuk memenuhi
diregangkan pada kaki ahli fisioterapi secara kebutuhan
kanan dan kaki kanan aktif latihan dan mobilisasi,
mengalami kelemahan. ambulasi klien. koordinasi dan
Kekuatan otot
5555 5555
3333 3333
103
Klien berjalan
menggunakan alat 5. Bantu klien dalam 5. Menghindari resiko
bantu kursi roda. pergerakan sendi, cidera lebih lanjut
Lantai didepan kamar batasan-batasan sendi
mandi panti terlihat
basah dan licin
Ruangan kamar klien
rapih dan nyaman
Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
105
5. IMPLEMETASI KEPERAWATAN
6. Memberikan tindakan
farmakologi captopril 25
mg 1 tablet
DS: -
DO: -
2. Senin, 23 13.10 1. Mengkaji kemampuan Ratih
April 2018 klien dalam mobilisasi Paras
DS : Tari
Klie mengatakan kesulitan
untuk berjalan dan kaki
kanan lemah
DO :
Klien tampak kesulitan
melakukan pergerakan
Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
108
DS :
Klien mengatakan bila
ingin merubah posisi
secara perlahan.
DO :
Klien tampak
menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas.
DO :
Klien tampak perlahan dan
kesulitan bangun.
110
mulai mengurangi
mengejan dan menunduk
DO :
Setelah diberikan
penjelasan pada hari senin
kemarin , klien mampu
meminimalkan
vasokontriksi untuk
meminimalkan rasa
pusingnya.
DS :
Klien mengatakan bila
berdiri dan bangun secara
perlahan.
DO :
Klien tampak mampu
bangun dan berdiri.
DO :
Klien tampak
menunjukkan raut wajah
yang cukup relaks.
6. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang sudah dilakukan penulis setelah tindakan keperawatan
selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 23 April – 25 April 2018 dapat
dilihat dari catatan perkembangan sebagai berikut :
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Minimalkan aktivitas yang dapat
meningkatkan sakit kepala, seperti
mengejan saat BAB, batuk panjang,
dan membungkuk.
2. Rabu/ 25 S: Ratih
April 2018 Klien mengatakan mampu Paras Tari
menggerakan kaki kanan .
Klien menagtakan sulit melatih
gerak dan jarang melakukan ROM.
Klien mengatakan dapat merubah
posisi.
Klien mengatakan mampu
mengangkat kaki kanan yang lemah
secara mandiri dengan perlahan.
O:
Klien tampak mampu menggerakan
ekstremitas bawah bagian kanan,
adanya peningkatan pergerakan
mobilisasi.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Motivasi klien untuk latihan gerak
aktif, pergerakan sendi, ROM.
120
3. Rabu/ 25 S: Ratih
April 2018 Klien mengatakan bila berdiri Paras Tari
bangun dengan perlahan. Klien
mengatakan melakukan pergerakkan
dengan bertahap..
O:
Klien tampak bangun berdiri secara
perlahan. Klien melakukan
pergerakan sendi ekstremitas atas
dan bawah.
A:
Masalah Teratasi
P:
Anjurkan klien selalu menggunakan
alat bantu saat beraktivitas.
121
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teoritis dengan
laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba membandingkan
antara tinjauan teoritis dan laporan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar aman
dan nyaman pada lansia Ny.T dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 02 Cengkareng dengan mengikuti tahap-tahap proses keperawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, mengacu pada proses pengkajian yang terdapat pada
tinjauan teoritis, dan konsep pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Untuk
tehnik mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara, pemeriksaan
fisik, observasi klien, dan melihat status. Terdapat beberapa kendala karena
kurang lengkapnya catatan keperawatan, alat pengukur tekanan darah yang
tidak valid (rusak), hasil penunjang yang tidak memadai karena belum
tersedianya laboratorium, serta kurang lengkapnya buku-buku edisi terbaru
tentang pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan hipertensi.
Pada tinjauan teori, penyebab dan tanda gejala dari hipertensi yaitu Genetik,
usia, stress fisik dan psikis obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas
fisik, dengan tanda gejala sakit kepala, biasanya di tengkuk dan leher, dapat
muncul saat terbangun, dan berkurang saat siang hari. Tanda gejala lain
terjadi akibat kerusakan organ target dan dapat mencakup nokturia, bingung,
mual dan muntah, dan gangguan penglihatan.
121
122
Pada aspek sosial secara teori lansia akan mengalami gangguan dalam
bersosialisasi, karena lansia cenderung memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematian, sedangkan pada kasus
Ny.T tidak ditemukan, karena Ny.T masih bisa bersosialisasi dengan biak dan
berinteraksi dengan lansia lain nya, serta masih aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang diadakan di PSTW Budi Mulia 02 Cengkareng.
Pada aspek psikologis secara teoritis lansia akan mengalami gejala psikologis
berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, mudah marah, mudah
tersinggung dan curiga karena seorang lansia tidak dibutuhkan lagi,
sedangkan pada kasus Ny.T tidak ditemukan gangguan psikologis, Ny.T saat
di wawancara menunjukan ekspresi wajah senang, klien juga terbuka dengan
masalah-masalah yang dihadapi. Dalam teori pada lansia masa janda dapat
123
memperberat depresi bagi wanita lanjut usia, sedangkan pada Ny.T klien
menerima status jandanya dalam arti koping klien terhadap masalah yang
dihadapi baik dalam fase menerima.
Pada aspek spiritual secara teoritis bahwa lansia akan matur dalam kehidupan
keagamaannya, sementara pada kasus Ny.T cukup baik dalam melakukan
ibadah klien melakukan kebaktian di aula, hal ini sesuai dengan tinjauan
teoritis bahwa lansia akan matur dalam kehidupan keagamaannya.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan proses pengkajian dan data yang terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka penulis merumuskan
diagnosa keperawatan berdasarkan data-data tersebut. Berdasarkan teori
diagnosa yang terdapat pada pasien hipertensi, yaitu :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi ventricular.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan fisik, pola hidup
monoton, keyakinan budaya.
5. Infektif koping individual berhubungan dengan mudah terserang
penyakit, krisis situasional, perubahan dalam hdup, relaksasi tidak
adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi buruk, harapan yang
tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metode koping tidak efektif.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan, keterbatasan
kognitif, menyangkal diagnosis.
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada
ekstremitas kanan bagian bawah.
8. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
124
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun urutan prioritas, menentukan
tujuan, kriteria hasil serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
pada semua diagnosa yang muncul. Pada perencanaan untuk diagnosa
prioritas masalah pada tinjauan teoritis yaitu diagnose Resiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokardia, hipertopi ventricular. Data yang menunjukkan untuk
terjadi nya diagnosa prioritas resiko tinggi penurunan curah jantung sesuai
konsep teori tidak mendukung pada kasus Ny.T karena tidak ditemukan tanda
gejala seperti pembesaran jantung, gangguan irama jantung, penurunan
aktivitas serta hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung seperti hasil
EKG, CT Scan dan IUP.
125
Pada tinjauan kasus yang menjadi prioritas yang didapatkan oleh penulis
adalah gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral. Hal ini dikarenakan pada kasus Ny.T sesuai dengan teori
yang didukung data Tekanan darah yang tinggi 170/90 mmHg, sering merasa
pusing, terasa kaku pada leher. Penulis merencanakan tujuan keperawatan
selama tiga hari diharapkan Nyeri yang dialami klien hilang dan terkontrol.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada
ekstremitas kanan bagian bawah. Terjadi karena klien mengatakan kaki kanan
tidak dapat digerakkan saat di angkat sakit, kesulitan berjalan dan apabila
berjalan harus menggunakan kursi roda. Penulis merencanakan tujuan selama
tiga hari diharapkan mobilisasi pasien dapat teratasi. Resiko cidera jatuh
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Terjadi karena klien
mengatakan kaki kanan lemah dan terasa sulit untuk dibawa berjalan, dan
berhati-hati karena takut terjatuh saat kepalanya sedang pusing dan
pandangan suka kabur. Penulis merencanakan tujuan selama tiga hari
diharapkan tidak terjadi resiko jatuh.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksaan ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah ditetapkan atau ditentukan, pelaksanaan
dilakukan dengan memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana
yang tersedia diruangan. Pelaksanaan keperawatan dilakukan oleh penulis
selama 3 hari dimulai dari tanggal 23-25 April 2018. Semua alat yang
mendukung pelaksanaan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis untuk
memberikan asuhan keperawatan. Untuk pelaksanaan tindakan keperawatan
Teknik Relaksasi Otot Progresif sendiri juga dilakukan oleh penulis sebagai
mahasiswa perawat dan media seperti lembar balik telah disiapkan oleh
penulis. Tidak ada ahli fisioterapi dan perawat panti yang melakukan secara
rutin kepada Ny.T sehingga penulis melakukan Teknik Relaksasi Otot
Progresif secara mandiri selama proses perawatan. Pelaksanaan perawatan
pada Ny.T dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah
dibuat, namun ada beberapa rencana tindakan yang tidak dilakukan yaitu
126
E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran
keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis dari tanggal 23-25 april 2018. Adapun dalam evaluasi menulis
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planning).
Evaluasi yang penulis lakukan selama 3 hari berturut-turut, adapun hasil dari
evaluasi tersebut adalah dua diagnosa yang teratasi sebagian dan satu
diagnosa yang teratasi.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil
pembahasan Asuhan Keperawatan pada Lansia Ny.T dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler :
Hipertensi selama 3 hari dari tanggal 23-25 April 2018 di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 02 Cengkareng Jakarta Barat. Penulis mengambil kesimpulan
baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :
A. Kesimpulan
Hasil pengkajian pemeriksaan diagnostik atau data penunjang yang dilakukan
pada Ny.T yaitu tidak adanya hasil laboratorium yang spesifik mengenai
hipertensi seperti pemeriksaan EKG, CT Scan, IUP, serta data laboratorium
yang meliputi : kolestrol total serum, kolestrol LDL dan HDL serum,
Trigliserida serum, hemoglobin, dan hematokrit. Dalam kebutuhan dasar yang
terganggu menurut teori Maslow adalah gangguan aman dan nyaman
disebabkan karena adanya penurunan atau perubahan sistem kardiovaskuler.
Diagnosa yang muncul pada kasus Ny.T tidak sesuai dengan diagnose prioritas
yang ada di tinjauan teoritis, diagnosa yang muncul apada kasus Ny.T yang ada
yaitu gangguan aman nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik pada ekstremitas kanan bagian bawah, dan resiko jatuh berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot.
128
129
didapatkan diagnosa pada Ny.T yang menjadi prioritas adalah gangguan aman
nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
Tahap evaluasi masalah yang dapat teratasi yaitu resiko jatuh berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot. Sedangkan masalah yang teratasi sebagian
yaitu gangguan aman nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik pada ekstremitas kanan bagian bawah.
B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di PSTW Budi Mulia 02
Cengkareng dan bedasarkan kesimpulan yang telah dibuat oleh penulis, maka
saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Tim perawat dan untuk Panti diharapkan dapat melengkapi alat pengukur
tekanan darah yang akurat untuk mempermudah lansia dipanti untuk
memeriksakan kesehatannya, perawat panti menyediakan waktu untuk
untuk melakukan teknik relaksasi otot progresif pada klien dengan
Hipertensi dan mendokumentasikan yang sudah dilakukan.
2. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber
buku yang lengkap dengan edisi terbaru, khususnya tentang Hipertensi dan
pemenuhan kebutuhan dasar lansia dengan Hipertensi.
130
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Usia Lanjut 2014 : Jakarta vii-ix.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta :
EGC.
Setiyati, Siti & dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 6
jilid 2. Jakarta : Interna Publishing.
Lampiran
Topik :
Sasaran : Ny.T
Waktu : 30 menit
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
4. Tanya jawab
D. Media
Leafle
E. Materi
Terlampir
F. Kegiatan
1. Persiapan
a. Berpakaian rapih dan sopan
b. Mempersiapkan media untuk penyuluhan : leaflet, tempat melakukan
relaksasi : tempat tidur, bantal.
2. Pelaksanaan
3. Menjelaskan 3. Mendengarkan
kontrak waktu dan
memperhatikan
Pelaksanaan Penjelasan Materi : Mendengarkan
(25 menit) 1. Pengertian dengan aktif dan Leaflet
Relaksasi Otot mengikuti gerakan
Progresif yang diajarkan oleh
2. Tujuan penyuluh
Relaksasi Otot
Progresif
3. Indikasi
Relaksasi Otot
Progresif
4. Kontraindikasi
Relaksasi Otot
Progresif
5. Teknik
Relaksasi Otot
Progresif
Penutup 1. Memberikan 1. Menjawab
(10 menit) beberapa pertanyaan
pertanyaan 2. Mempraktikan
untuk gerakan yang
mengevaluasi telah dipelajari
sejauh mana 3. Menyimpulkan -
pemahaman 4. Mendengarkan
pasien dan
2. Meminta pasien memperhatikan
mempraktekan 5. Membalas
kembali apa salam penutup
yang sudah
diajarkan
135
3. Menyimpulkan
secara bersama-
sama
4. Mengakhiri
penyuluhan
5. Memberi salam
penutup
3. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Persiapan klien : duduk menghadap kearah penyuluh
2. Peserta diharapkan dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Perawat telah membuat kontrak sebelumnya dengan pasien
4. Perawat telah mempersiapkan materi dengan baik
b. Evaluasi Proses
1. Peserta tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung
2. Peserta dapat berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan penyuluh
4. Peserta dapat mengikuti dan mengulang beberapa gerakan yang
diajarkan dengan baik.
c. Evaluasi hasil
1. Klien mampu menyebutkan pengertian dan tujuan relaksasi otot
progresif
2. Klien mampu mengikuti gerakan yang diajarkan dengan baik
dan mengulang gerakan kembali dengan baik saat diminta oleh
penyuluh
136
Lampiran 1
A. Pengertian
Menurut Herodes, Terapi Relaksasi Otot Progresif adalah teknik relaksasi otot
yang tidak menggunakan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Berdasarkan
keyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik Relaksasi Otot Progresif
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik relaksasi otot progresif
merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan
menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi (Setyoadi, 2011).
B. Tujuan
Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif (Herodes, 2010) :
1. Menurunkan Ketegangan Otot, Kecemasan, Nyeri Leher, dan Punggung,
Tekanan Darah Tinggi, Frekuensi Jantung dan Laju Metabolik.
2. Mengurangi Disritmia Jantung, Kebutuhan Oksigenasi.
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang trejadi ketika klien sadar dan tidak
memfokuskan perhatian serta relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
6. Mengatasi insomnia, depresi kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan.
7. Membangun emosi positif dari emosi negative.
C. Indikasi
1. Lansia yang mengalami gangguan tidur
2. Lansia yang sering mengalami stress
137
D. Kontraindikasi
1. Lansia yang memiliki keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakan
badan
2. Lansia yang menjalani perawatan tirah baring, bedrest
E. Prosedur Tindakan
Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan, kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
Persiapan klien :
e) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi
kepada klien.
f) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
dengan menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut, atau duduk di kursi
dengan kepala di topang, hindari posisi berdiri.
g) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
h) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
ketat.
Prosedur
i) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
j) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 3 : Ditujukan untuk melatih otot biseps (Otot besar pada bagian atas
lengan).
c) Gerakan otot dahi dengan cara mengerukan dahi dan alis sampai otot
terasa dan kulitnya keriput.
d) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar
mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
139
d) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan.
e) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
f) Letakkan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
Lampiran 2
Agama : Islam
Jakarta Utara
Pendidikan