Anda di halaman 1dari 153

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY.T DENGAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN PADA GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI MULIA 02 CENGKARENG
TANGGAL 23-25 APRIL 2018

Disusun Oleh :
RATIH PARAS TARI
2015750035

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTASILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
ii
iii
iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Lansia Ny.T dengan Gangguan
Kardiovaskuler : Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 02
Cengkareng Pada Tanggal 23-25 April 2018” dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya (Amd. Kep) di Program Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan
motivasi, bimbingan serta arahan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu dan tanpa adanya halangan dan
kekurangan.
2. Dr. Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ns. Lily Herlinah, M.Kep., Sp.Kom selaku dosen pembimbing dan penguji I dalam
proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
v

5. Ns. Nurhayati, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku penguji II dalam sidang Karya Tulis


Ilmiah ini.
6. Ns. Nuraenah, M.Kep selaku Wali Akademik yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Institusi beserta staff Program Studi DIII Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan
bekal ilmunya selama penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Kepala Panti dan Staff di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 02 Cengkareng
yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis selama
penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.
9. Kedua orang tua tercinta dan kakak-kakak penulis yang telah mendukung dan
memberikan semangat serta mendoakan penulis dari awal hingga akhir sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Sahabat saya yang selalu memberikan penulis support, semangat dan motivasi
selama menempuh pendidikan di DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan.
11. Teman seperjuangan Karya Tulis Ilmiah yang telah membantu mengingatkan,
memotivasi, memberi semangat, dan bekerja sama dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah.
12. Teman-teman seperjuangan Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 33 yang selalu
berjuang dan beusaha dalam segala hal, hingga akhirnya tersusunlah karya tulis
ilmiah ini.
vi

Akhir kata penulis menyadari dari karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun
kritik yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya,
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di
bidang keperawatan.

Waassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 21 Mei 2018

Ratih Paras Tari


vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………..5
C. Ruang Lingkup…………………………………………………………….....6
D. Metode Penulisan…………………………………………………………….6
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………….…..6

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Lanjut Lansia..……………………………………………………….8
B. Konsep Dasar Hipertensi……………………………………………………..24
C. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia…………………………………....40
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Hipertensi.……………………………………………….....53

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Keperawatan……………………………………….…………….81
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………....94
C. Intervensi Keperawatan……………………………………………………...98
D. Implementasi Keperawatan………………………………………………....105
E. Evaluasi Keperawatan………………………………………………………118
viii

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan…………………………………………………..121
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………….123
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………....124
D. Implementasi Keperawatan……………………………………………......125
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………..126

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………...128
B. Saran……………………………………………………………………….129

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, bertambah
baiknya kondisi sosial ekonomi, dengan majunya pelayanan kesehatan,
penurunan angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi dan
peningkatan pengawasan terhadap penyakit infeksi, semakin meningkatnya
umur harapan hidup (life expectancy). Hal tersebut menyebabkan
perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukan dengan meningkatnya
jumlah penduduk golongan lanjut usia (lansia) (Nugroho, 2008).

World Health Organitation (WHO) dan undang-undang Nomor 13 tahun


1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Menua adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus menerus, dan berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh secara keseluruhan
(Depkes RI, 2001, Maryam, 2008). Menjadi tua ditandai dengan adanya
kemunduran biologis, yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik,
antara lain kulit mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai
ompong, pendengaran dan penglihatan mulai berkurang, mudah lelah,
gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak
terutama diperut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah
kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran

1
2

terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal/ ide baru
(Maryam, 2008).

Boedhi Darmojo dan Hadi Martono mengatakan bahwa “menua” (menjadi


tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,
2008).

Menurut data WHO menunjukan adanya peningkatan jumlah usia harapan


hidup (UHH) lansia pada tahun 2012 menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013
menjadi 71 tahun (WHO, 2013). Secara global pada tahun 2013 proporsi
dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7 % dari total
populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan usia harapan hidup.

WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49 % dari total
populasi, tahun 2011 menjadi 7,69 % dan pada tahun 2013 didapatkan
proporsi lansia sebesar 8,1 % dari total populasi (WHO, 2015). Jumlah
lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03
% dari seluruh penduduk Indonesia. Jumlah lansia perempuan lebih besar
daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dan 9,47 juta lansia
laki-laki (Badan Pusat Statistik, 2015).

Menurut Nugroho (2008) saat ini, di seluruh dunia, jumlah lanjut usia
diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (1 dari 10 orang berusia lebih dari 60
tahun), dan pada tahun 2025, diprediksi lanjut usia akan mencapai 1,2
milyar. Di Negara maju, pertambahan populasi/ penduduk lanjut usia telah
diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara
maju sudah lebih siap mengadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan
aneka tantangannya
3

Dengan meningkatnya jumlah lansia maka berdampak terhadap masalah


kesehatan pada lansia dan penyakit pada lanjut usia cenderung kearah
penyakit degenaritive, salah satunya adalah penyakit sistem kardiovaskuler
yaitu Hipertensi. Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90mmHg (Brunner &
Suddarth, 2013). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price,
2015).

Hipertensi pada lansia sedikit berbeda dengan yang terjadi pada dewasa
muda, faktor yang berperan pada lanju usia terutama adalah penurunan
kadar renin, peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, penurunan
elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua (Boedi-Darmojo,
2011), elastis dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
(Reny, 2014). Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan
penderita hipertensi yaitu: Sakit kepala, lemas, kelelahan, gelisah, mual,
muntah, epistaksis, kesadaran umum. Komplikasi yang dapat terjadi pada
hipertensi yaitu: Gagal jantung, Stroke, Enselopati, Nefrosklerosis dan
Infusiensi ginjal (Price 2015).

Dampak lanjut usia hipertensi secara fisik dapat mengakibatkan gangguan


pada kebutuhan dasar manusia seperti gangguan aman dan nyaman karena
merasa pusing dan nyeri didaerah leher, kebutuhan istirahat dan tidur hal ini
disebabkan karena rasa sakit kepala yang berlebihan sehingga dapat
mempengaruhi lansia untuk sulit memulai tidur, kebutuhan nutrisi karena
merasa mual dan tidak nafsu makan saat tekanan darah meningkat, serta bisa
terjadi resiko cidera injuri dan resiko jatuh karena saat tekanan darah
meningkat klien merasa lemas dan pandangan menjadi kabur. Peningkatan
tekanan darah diatas normal dapat mengakibatkan angka kesakitan
(mordibitas) dan angka kematian (mortalitas) (Kushariyadi, 2008).
4

Penderita hipertensi juga akan menunjukan reaksi psikologis yang negatif


diantaranya marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat
sehingga menimbulkan depresi. Dari dampak ekonomi sendiri bahwa klien
dengan penyakit hipertensi akan membutuhkan biaya yang besar karena
harus berobat secara rutin.

Menurut World Health Organitation (WHO) 2014 mengemukakan bahwa


penyakit kardiovaskuler merupakan pembunuh nomor 1 di dunia untuk usia
diatas 45 tahun dan di perkirakan 12 juta orang meninggal tiap tahunnya.
Secara global, hiepertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian,
sekitar 12,8% dari total seluruh kematian. Prevalensi hipertensi di dunia
memang cukup tinggi. Center for Disease and Control (CDC) melaporkan
berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) di USA tahun 2011-2012, didapatkan prevalensi pada usia
dewasa ≥ 18 tahun sebesar 29,1% dan meningkat sejalan dengan usia
dimana dengan usia ≥ 60 tahun mencapai sebesar 65%.

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI


(RISKESDAS) 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%.
Prevalensi di dapat melalui pengukuran pada umur di atas 18 tahun sebesar
25,8%, tertinggi di Bangka Belitung 30,9%, diikuti Kalimantan selatan
30,8%, Kalimantan timur 29,6%, dan Jawa barat 29,4%, dan yang di dapat
melalui kuisoner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang di
diagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%, jadi ada
0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%.

Penyakit hipertensi diprediksi akan terus bertambah jumlah penderitanya.


Hal ini disebabkan adanya perubahan gaya hidup dan peningkatan usia
harapan hidup. Perawat sebagai tenaga kesehatan melakukan asuhan
keperawatan dengan memperhatikan aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Aspek promotif pada keperawatan adalah dengan
5

memberikan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi. Aspek preventif


dengan cara deteksi secara dini adanya tanda peningkatan tekanan darah,
memonitor tanda-tanda vital secara rutin dan menganjurkan untuk menjaga
dan mengatur pola makan sesuai diit, berolahraga, mengurangi garam yang
berlebihan dalam makanan, alcohol, serta mencegah obesitas yang
dianjurkan bagi penderita hipertensi. Aspek kuratif yaitu dengan
berkolaborasi dalam pemberian obat-obatan. Aspek rehabilitative yaitu
dengan cara melakukan teknik relaksasi progresif pada saat mengalami
peningkatan tekanan darah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan “Asuhan Kperawatan
Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Lansia Ny.T
dengan Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan
Kardiovaskuler : Hipertensi” .
b. Mampu menentukan Diagnosa Keperawatan “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan
Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada
Ny.T dengan Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan
Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan
Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.
6

f. Mampu mengidentifikasi perbedaan yang terjadi antara teori dan


kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, faktor penghambat,
serta dapat mencari solusi yang baik.
h. Mampu mendokumentsai semua kegiatan “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan
Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi”.

C. Ruang Lingkup
Menerangkan batasan penulisan Karya Tulis Ilmiah sesuai dengan Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T
dengan Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulya 02 Cengkareng pada tanggal 23-25 april 2018.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan metode deskriptif atau studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif
pendekatan yang digunakan adalah ; studi kasus, dimana peserta didik
mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode ini
di sebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data informasi
dengan (wawancara secara langsung dari klien (Ny.T) dan tidak langsung
dari petugas kesehatan, observasi, dan pemeriksaan fisik).

E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :

Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan


penulisan, ruang lingkup metode penelitian dan
sistenatika penulisan.

Bab II Membahas tentang konsep dasar masalah kesehatan


yang terdiri dari pengertian, patofisiologi dan
penatalaksanaan dan konsep lanjut usia secara teori
meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosa
7

keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan


keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Bab III Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil
langsung tentang asuhan keperawatan lanjut usia
meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Bab IV Pembahasan yang membahas kesenjangan teori
dengan kasus,
analisa dari faktor-faktor pendukung dan
penghambat serta alternatif pemecahan masalah
dalam memberikan asuhan keperawatan di tiap-tiap
tahapan yang meliputi : pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Bab V Kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Lanjut Usia


1. Pengertian
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan (Kushariyadi, 2010).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Reny Yuli,
2014).

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia


(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap

8
9

kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan


daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).

Gerontology adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah


yang mungkin terjadi pada lanjut usia. Keperawatan gerontik atau
keperawatan gerontology adalah praktik perawatan yang berkaitan
dengan penyakit pada proses menua yang dapat menjalankan perannya
pada tiap tatanan pelayanan (dirumah sakit, rumah dan panti) dengan
menggunakan pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan merawat untuk
meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif. Tujuan
keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi
kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik
keperawatan gerontik (Maryam, 2008).

2. Tujuan gerontik
1) Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan/ kesehatan.
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai
kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.
3) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai
kelainan tertentu.
4) Memelihara kemandirian secara maksimal dengan mencari upaya
semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan.
5) Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir
hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang (Maryam,
2008).
10

3. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal
1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun
ke atas”
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut: usia pertengahan (middle age) ialah
45-59 tahun, lanjut usia(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah diatas 90
tahun,
c. Menurut Prof. Dr.Ny.Sumiati Ahmad Mohammad
Masa bayi (0-1 tahun), masa prasekolah (1-6 tahun), masa sekolah
(6-10 tahun), masa pubertas (10-20 tahun), masa dewasa (20-40
tahun), masa setengah umur (40-65 tahun), masa lanjut usia (65
tahun ke atas).
d. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikologi UI) terdapat empat fase yaitu:
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahunn, kedua (fase virilities)
ialah 40-55tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun,
keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
e. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia
(geriatric age):
> 65 tahun atau 70 tahun, masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri
dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old
(75-80 tahun), dan very old (> 80 tahun).

4. Tipe- tipe Lanjut Usia


Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial
dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
11

a. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tidak acuh (Maryam, 2008).

5. Teori-teori proses menua


a. Teori Biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup (Reny Yuli, 2014). Teori ini
lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural
sel/organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen
patologis.

1) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam
12

nuclei (inti sel) suatu jam yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut
konsep ini bila jam berhenti akan meninggal dunia, meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal.

2) Teori Non-genetik
a) Teori penurunan system imun tubuh (auto immune theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenai dirinya
sendiri. Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan
peyakit auto imun pada lanjut usia.

b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)


Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang
terdapat di lingkungan seperti: Asap kendaraan bermotor,
asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar
ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigment dan kolagen pada proses menua.

c) Teori menua akibat metabolism


Bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur,
sedangkan perubahan asupan kalori menyebabkan
kegemukan dan memperpendek umur.
13

d) Teori rantai silang


Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh
lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul
kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada
membran plasma yang mengakibatkan terjadinya jaringan
yang kaku, kurang elastis dan kehilangan fungsi pada
proses menua.

b. Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua Sense of integrity yang dibangun
dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dengan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke
lanjut usia.

b) Kepribadian Berlanjut (Continuty Theory)


menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimilikinya.

c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)


Putusnya pergualan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
14

ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik


secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi anda
kehilangan (triple loss), yakni : kehilangan peran (loss of role),
hambatan kontak sosial (restriction of contacts and
relationships), berkurangnya komitmen (reduced commitment
to social moes and values). (Azizah, 2011)

c. Teori Lingkungan (Environtmental Theory)


1) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik
karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-
gelombang mikro yang lebih menumbuk tubuh tanpa terasa
yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel
hidup atau bahkan rusak dan mati.

2) Stress Theory (Teori Stres)


Stress fisik maupun psikologis dapat mengakibatkan
pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan
mengalami kekurangan oksigen dan mengalami gangguan
metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan
dalam sel dan penurunan jumlah cairan dalam sel dan
penurunan eksisitas membrane sel.

3) Pollution Theory (Teori Polusi)


Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh
mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang
seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan
perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
15

4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)


Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip
dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan
DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa terjadi.

6. Tugas Perkembangan Lanjut Usia


Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus,
tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi :
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan
fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah
normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh
karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat
perubahan karena hilangnya peran kerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan
kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi
bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang
meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat memprlihatkan
ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal
penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang
menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
16

e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup Lansia


Dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik
dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk
seorang diri.
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan
anak-anaknya yang telah dewasa.
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup Lansia
harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya
aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif
mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan
tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas,
mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.
(Azizah, 2011).

7. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


Menurut Reny Yuli Aspiani, 2014
a. Perubahan Fisiologi
1) Sel
Jumlah sel menurun/ lebih sedikit, ukuran sel lebih besar,
jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang,
proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan hati menurun,
jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel
terganggu, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%,
lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

2) Sistem Kardiovaskuler
Elastis dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
17

Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Kurang


efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak). Tekanan darah
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/90 mmHg).

3) Sistem pernapasan
Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia
menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu
meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun,
ukuran alveoli melebar dan jumlah berkurang, berkurangnya
elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, karbondioksida pada arteri tidak berganti.
Pertukaran gas terganggu, reflex dan kemampuan batuk
berkurang, sensitifitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia
menurun, sering terjadi emfisema similis, kemampuan pegas
dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring
pertambahan usia.

4) Sistem Persarafan
Berat otak menurun 10-20% (sel saraf setiap orang berkurang
setiap harinya), cepat nya menurun hubungan persarafan,
respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress, saraf panca indra mengecil, penglihatan berkurang,
pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan, kurang
sensitive terhadap sentuhan, defisit memori.
18

5) Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan periodontal
disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra
pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis,
atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilang nya
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam dan
pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama
karbohidrat), hati semakin mengecil dan tempat
penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.

6) Sistem Geniotourinarina
a) Ginjal
Ginjal merupakan alat umtuk mengeluarkan sisa
metabolism tubuh, melalui urine darah yang masuk ke
ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang. Akibatnya kemampuan mengosentrasi urine
menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (Blood urea nitrogen) meningkat
sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.

b) Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
19

meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit di


kosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat.

c) Pembesaran Prostat
Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia diatas 65
tahun.

7) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi paratiroid
dan sekesinya tak berubah, Pituitary : Pertumbuhan hormone
ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
Menurunnya aktivitas tiriod, BMR turun dan menurunnya
daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron.
Menurunnya sekresi hormone bonads : progesterone,
estrogen, testosterone.

8) Sistem Indera
a) Indera Pendengaran
Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata kata. 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun.
Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis, terjadi pengumpulan serumen, dapat
mengeras karena meningkatnya keratin, fungsi
pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan atau stress.
20

b) Indera Penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap
sinar menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola),
lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi
katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam
gelap. Penurunan/ hilangnya daya akomodasi dengan
manifestasi prebiosfia, seseorang sulit melihat dekat
yang di pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang
pandang menurun, luas pandang berkurang, daya
membedakan warna menurun, terutama warna biru atau
hijau pada skala.

c) Indera Peraba
Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan
yang paling mudah untuk menerjemahkan. Bila indera
lain hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan sejahtera,
meskipun reseptor lain akan menumpul dengan
bertambah usia, namun tidak menghilang.

d) Indera Pengecap dan Penghidu


Empat rasa dasar yaitu manis, asin, asam dan pahit.
Diantara semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada
lansia. Maka jelas bagi kita mengapa senang
mebubuhkan gula secara berlebihan. Rasa yang tumpul
menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin
dan banyak berbumbu. Harus dianjurkan penggunaan
rempah untuk mengurangi garam dan penyedap rasa.
21

9) Sistem Integuman
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, bersisik
(karena kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran
bentuk sel epidemis), timbul bercak pigmentasi akibat proses
melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit
sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat, terjadi
perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis, respon
terhadap trauma menurun, mekanisme proteksi kulit
menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu,
rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya
elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, jumlah dan
fungsi kelenjar keringat berkurang.

10) Sistem Muskuloskeletal


Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh,
gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi,
kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha, kartilago yang meliputi permukaan
sendi tulang penyangga rusak dan aus, kifosis, gerakan
pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, gangguan
gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung, diskus
intervetebralis menipis dan menjadi pendek, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sclerosis, atrofi serabut otot, komposisi otot
berubah sepanjang waktu, aliran darah ke otot berkurang
sejalan dengan proses menua, otot polos tidak begitu
berpengaruh.
22

11) Sistem Reproduksi dan seksualitas


a) Wanita
 Vagina
Orang-orang yang makin menua masih juga
membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu
dimana fungsi seksual seseorang berhenti: frekuensi
seksual intercourse cenderung menurun secara
bertahap tiap tahun, tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati masih berjalan terus
sampai tua selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi berkurang,
sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
 Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
 Atrofi payudara

b) Pria
 Testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun ada penurunan berangsur-amgsur.
 Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun,
asal kondisi kesehatannya baik, yaitu:
- Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa lanjut usia.
- Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
- Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
- Sebanyak 75% pria usia diatas 65 tahun
mengalami pembesaran prostat.
23

b. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis yang meliputi short term memory (memori
jangka pendek), frustasi, kesepian, takut menghadapi kematian,
perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. (Maryam dkk,
2008).

c. Perubahan Sosial
1) Perubahan peran post power syndrome, single woman, single
parent.
2) Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan
akan meninggal.
3) Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam
bersosialisasi.
4) Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah
tersinggung. (Maryam dkk, 2008).

d. Perkembangan Spiritual
Agama/ kepercayaan semakin berintegrasi dalam kehidupan,
lanjut usia semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas
pada lansia bersifat universal, intrinsic dan merupakan proses
individual yang berkembang sepanjang rentang kehidupan.
Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia,
keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek
positif harapan dari kehilangan tersebut. Lansia yang telah
mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui
mekanisme keimanan akhirnya di hadapkan pada tantangan akhir
yaitu kematian. Harapan memungkinkan individu dengan
keimanan spiritual atau religious untuk bersiap mengahadapi
krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang
lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini
24

menunjukan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap


konsep dan realitas kematian. Pada tahap perkembangan usia
lanjut merasakan atau sadar akan kematian.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan
pembuluh darah (Sylvia A. Price, 2015).

WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah


diatas 160/95 mmHg (Sarif La Ode, 2012).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah penyakit


degenertaif yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg.

2. Klasifikasi
Menurut NAND NIC-NOC 2015
No Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal hipertensi 130-139 85-89
4 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
5 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
7 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
25

3. Etiologi
Menurut Reny Yuli Aspiani (2014)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
a. Hipertensi Esensial / Hipertensi Primer
Penyebab hopertensi primer belum diketahui pasti, namun ada
beberapa faktor yaitu :
1) Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemnungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah : umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamnin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah : konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari
30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok,
minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone,
epineprin).

b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut :
1) Penyakit ginjal : Glomerulonefritis, Plyelonefritis, Nekrosis
tubular akut, Tumor.
2) Penyakit Vascular : Ateroklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol dan Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : Diabetes Melitus, Hiperteroidisme,
Hipotiroidisme.
4) Penyakit saraf : Stroke, Ensephalitis, Syndrom Gulian Barre.
26

5) Obat-obatan : Kontrasepsi Oral, Kortikosteroid.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah


terjadinya perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun.


b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
27

4. Patofisiologi

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas , arteriosklerosi

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah retina

resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme


pembuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak ↑ menurun ginjal vasokonstriksi Iskemi
miokard diplopia
Blood flow Afterload
Nyeri Gangguan Sinkop menurun meningkat
Nyeri Resiko
Kepala Pola dada
Respon RAA injury
tidur
Fatique
Penurunan
Rangsang
Gangguan Curah jantung
aldosteron
Perfusi Intoleransi

jaringan aktifitas
Retensi Na

Edema
28

5. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda NIC-NOC 2015
a. Mengeluh sakit kepala dan pusing
b. Lemas dan kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut NIC-NOC, 2015
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/
fungsi ginjal.
3) Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal da nada DM.
5) Kolestrol total serum.
6) Kolestrol LDH dan HDL serum.
7) Trigliserida serum (puasa).
b. Ct scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda penyakit jantung hiprtensi.
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal.
29

e. Foto dada : menunjukan distruksi klasifikasi pada area katup,


pembesaran jantung.

7. Komplikasi
Menurut Priscilla Lemone, 2015
a. Gagal Jantung
Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf
dan ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko
penyakit jantung coroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri
meningkat, menyebabkan hipertropi ventrikel yang kemudian
meningkatkan resiko penyakit jantung coroner, disritmia, dan
gagal jantung.

b. Stroke
Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi
meningkatkan resiko infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan
pada pembuluh serebral dapat menyebabkan perkembangan
mikroneurisme dan peningkatan resiko hemoragi cerebral.

c. Ensefalopati hipertensi
Suatu sindrom yang di tandai dengan tekanan darah yang sangat
tinggi, perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan
intracranial, papilledema, dan kejang dapat berkembang.

d. Nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal


Proteinuria dan hematuria mikroskopik berkembang, serta gagal
ginjal kronik.
30

8. Penatalaksaan dan Terapi


a. Penatalaksanaan Non Farmakologi (Keperawatan)
1) Pengaturan diet
Beberapa diet yang dianjurkan :
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi. dengan pengurangan
konsumsi garam dapat mengurangi sistem renin-
angiotensin sehingga dapat berpotensi sebagai anti
hipertensi jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100
mmol atau setara dengan 3-6 gram per hari.
b) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah
tapi mekanisme nya belum jelas. Pemberian potassium
secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya di mediasi oleh nitric oxide pada dinding
vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
Diet DASH (Dietary Approaches to stop Hypertension)
menurut Priscilla Lemone, 2015
 Gandum : tujuh sampai delapan sajian per hari.
 Sayuran : empat sampai lima sajian per hari.
 Buah : empat sampai lima sajian per hari.
 Produk susu tanpa lemak/ rendah lemak : dua sampai
tiga kali sajian per hari.
 Daging, unggas, dan ikan : dua atau kurang 3 ons
sajian per hari.
 Kacang, biji-bijian, dan kacang kering : empat sampai
lima per minggu.
 Lemak dan minyak : dua sampai tiga sajian per hari.
31

2) Penurunan berat badan


Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup juga berkurang.

3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda,
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga terartur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan
darah. olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok di ketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dapat meningkatkan kerja jantung (Reny Yuli, 2014).

Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi menurut (Priscilla


Lemone, 2015).
a) Pertahankan berat badan normal, turunkan berat badan
jika kelebihan berat badan.
b) Lakukan modifikasi diet : makan diet kaya buah, sayuran,
dan produk susu rendah lemak, mengurangi asupan
natrium, mengurangi asupan kolestrol, lemak total dan
jenuh.
c) Batasi asupan alcohol tidak lebih dari 1 ons etanol (½ ons
untuk wanita dan orang berbobot lebih ringan) per hari.
d) Berhenti merokok.
e) Gunakan teknik pengelolaan stress seperti terapi relaksasi.
32

5) Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Herodes, Terapi Relaksasi Otot Progresif adalah
teknik relaksasi otot yang tidak menggunakan imajinasi,
ketekunan atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh
manusia berespon pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik Relaksasi
Otot Progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi
untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik relaksasi otot
progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan
kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan
kemudian relaksasi (Setyoadi, 2011).
1) Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif (Herodes, 2010)
a) Menurunkan Ketegangan Otot, Kecemasan, Nyeri
Leher, dan Punggung, Tekanan Darah Tinggi,
Frekuensi Jantung dan Laju Metabolik.
b) Mengurangi Disritmia Jantung, Kebutuhan
Oksigenasi.
c) Meningkatkan gelombang alfa otak yang trejadi
ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian
serta relaks.
d) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
e) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
f) Mengatasi insomnia, depresi kelelahan, iritabilitas,
spasme otot, fobia ringan, gagap ringan.
g) Membangun emosi positif dari emosi negative.

2) Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


a) Lansia yang mengalami gangguan tidur.
b) Lansia yang sering mengalami stress.
33

c) Lansia yang mengalami kecemasan.


d) Lansia yang mengalami depresi.

3) Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


a) Lansia yang memiliki keterbatasan gerak, misalnya
tidak bisa menggerakan badan.
b) Lansia yang menjalani perawatan tirah baring
(bedrest).

4) Hal-hal yang perlu di perhatikan


a) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena
dapat melukai diri sendiri.
b) Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk
membuat otot-otot relaks.
c) Perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman dengan posisi
mata tertutup, hindari posisi berdiri.
d) Menegangkan kelompok otot 2 kali tegangan.
e) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali,
kemudian bagian kiri dua kali.
f) Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
g) Terus menerus memberikan intruksi.
h) Memberikan intruksi tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat.

5) Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif


Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan, kursi, bantal, serta
lingkungan yang tenang dan sunyi.
34

Persiapan klien :

a) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian


lembar persetujuan terapi kepada klien.
b) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring
dengan mata tertutup dengan menggunakan bantal
dibawah kepala dan lutut, atau duduk di kursi dengan
kepala di topang, hindari posisi berdiri.
c) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata,
jam, dan sepatu.
d) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain
yang sifatnya mengikat ketat.

Prosedur

Gerakan 1 : Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot


tangan

a) Genggam tangan kiri sambil membuat satu kepalan.


b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dlepaskan, klien dipandu untuk
merasakan relaks selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga
klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan
otot dan keadaan relaks yang dialami.
e) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Gerakan 2 : Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian


belakang, gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua
lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-
otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
jari-jari menghadap ke langit-langit.
35

Gerakan 3 : Ditujukan untuk melatih otot biseps (Otot besar


pada bagian atas lengan).

a) Genggam kedua tangan sehingga membuat kepalan.


b) Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga
otot biseps akan menjadi tegang.

Gerakan 4 : Ditujukan untuk melatih otot bahu supaya


mengendur

a) Angkat kedua bahu setinggi tingginya seakan akan


menyentuh kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan
yang terjadi dibahu, punggung atas, dan leher.

Gerakan 5 dan 6 : Ditujukan untuk melemaskan otot-otot


wajah (seperti otot dahi, mata, rahang dan mulut).

a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerukan dahi dan alis


sampai otot terasa dan kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.

Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan


yang dialami oleh otot rahang, katupan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar
otot rahang.
36

Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot


sekitar mulut, bibir di moncongkan sekuat kuatnya sehingga
akan di rasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9 : Ditujukan untuk merelakskan otot leher bagian


depan maupun belakang.

a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru


kemudian otot leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Letakkan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan
di bagian belakang leher dan punggung atas.

Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian


depan.

a) Gerakan membawa kepala ke muka.


b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.

Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung.

a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.


b) Punggung di lengungkang.
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,
kemudian relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lemas.
37

Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

a) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan


udara sebanyak-banyak nya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,
kemudian di lepas.
c) Saat ketegangan di lepas, lakukan nafas normal dengan
lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan relaks.

Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut.

a) Tarik dengan kuat perur ke dalam.


b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10
detik, lalu dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki


(seperti paha dan betis).

a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa


tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa
sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik.
d) Ulangi setiap gerakan masing-masing 2 kali.

6) Terapi relaksasi nafas dalam


Menurut Brunner dan Suddart (2013), relaksasi napas adalah
pernapasan abdomen dengan frekuensi lambat dan perlahan,
38

berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan


mata.
Teknik relaksasi meliputi berbagai metode untuk perlambatan
bawah tubuh dan pikiran. Meditasi, relaksasi otot progresif,
latihan pernafasan, dan petunjuk gambar merupakan teknik
relaksasi yang sering digunakan dalam pengaturan klinis untuk
membantu mengatur stress dan reaksi untuk mencapai
kesejahteraan secara keseluruhan. Distraksi atau pengalihan
perhatian akan menstimulasi sistem control desenden, yaitu
suatu sistem serabut yang berasal dari dalam otak bagian
bawah dan bagian tengah dan berakhir pada serabut intemeural
inhibitor dalam kornu dorsalis dari medulla spinalis, yang
mengakibatkan berkurangnya stimulasi nyeri yang di
tramisikan ke otak (Smeltzer, 2012).
a) Manfaat terapi relaksasi napas dalam
 Lansia mendapatkan perasaan yang tenang dan
nyaman.
 Mengurangi rasa nyeri.
 Lansia tidak mengalami stress.
 Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan
kejenuhan yang biasanya menyertai nyeri.
 Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi
nyeri.
 Relaksasi napas dalam mempunyai efek distraksi atau
pengalihan perhatian.

b) Indikasi terapi relaksasi napas dalam


 Lansia yang mengalami nyeri akut tingkat ringan
sampai dengan sedang akibat penyakit yang
kooperatif.
 Lansia dengan nyeri kronis (nyeri punggung).
 Nyeri pasca operasi.
39

 Lansia yang mengalami stress.

c) Kontraindikasi terapi relaksasi napas dalam


Terapi relaksasi napas dalam tidak dierikan pada klien
yang menglami sesak napas.

b. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi oksigen.
2) Pemantauan hemodinamik.
3) Pemantauan jantung.
4) Obat-obatan.
a) Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan garam dan airnya.
b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot
polos jantung atau arteri, sebagian penyekat saluran
kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat
kalsium otot jantung. Sebagian yang lebih spesifik untuk
saluran kalsium otot polos vascular.
c) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini
menurunkan tekanan darah secara langsung dengan
menurunkan tekanan TPR, dan secara tidak langsung
dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya
meningkatkan pengeluaran natrium pada urin kemudian
menurunkan volume plasma dan curah jantung.
d) Antagonis (penyekat) reseptor beta (beta-blocker),
terutama penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di
40

jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah


jantung.
e) Antagonis reseptor alfa (beta-bloker) menghambat
reseptor alfa di otot polos vascular yang secara normal
berespon terhadap rangsangan saraf simpatis dengan
vasokontriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
f) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR misalnya : Natrium, Nitropusida,
Nikardipin, Hidralazin, Nitrogliserin. (Reny Yuli, 2014).

C. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia


1. Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu
mempunyai karakteristik yang unik, kebutuhan dasarnya sama.
Perbedaannya hanya dalam pemenuhan kebutuhan dasar tersebut
(Asmadi, 2008).

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan


oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan
dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
dalam teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti
oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), kebutuhan aman dan
nyaman, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri (Potter & Patricia, 2009).
Menurut Maslow pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut didorong
oleh kedua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan (deficiency
motivation) dan motivasi pertumbuhan atau perkembangan (growth
motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah
ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Misalnya,
41

lapar akan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi;


haus untuk memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit tubuh; sesak
nafas untuk memenuhi kekurangan memenuhi oksigen di tubuh; takut
dan cemas merupakan kebutuhan unutk memenuhi kekurangan rasa
aman; dan sebagainya (Asmadi, 2008).

Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting


dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat
merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu
kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya. Lima kebutuhan
dasar manusia menurut Maslow, diambil dari Asmadi (2008) sebagai
berikut :

a. Kebutuhan Fisiologi (Phisiological Needs)


Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer dan mutlak harus
dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan
kehidupan bagi tiap manusia. Kebutuhan ini merupakan syarat dasar
apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi
kebutuhan lainnya. Perawat membantu pasien pada setiap tingkat
umur untuk memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Pemenuhan
kebutuhan fisiologis bersifat lebih mendesak untuk di dahulukan dari
pada kebutuhan-kebutuhan lain yang ada pada tingkat yang lebih
tinggi. Kebutuhan fisiologis meliputi : oksigen, cairan, nutrisi,
42

eliminasi, istirahat, tidur, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain


sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis ini sudah terpenuhi, maka
seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih
tinggi dan begitu seterusnya. (Asmadi, 2008).

b. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Self Security Needs)


Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, baik
terhadap fisik maupun psikososial. Ancaman terhadap keselamatan
dan keamanan fisik seseorang dapat di kategorikan ke dalam
ancaman mekanik, kimia, termal dan bakteri. Kebutuhan
keselamatan dan keamanan berkenaan dengan konteks fisiologis dan
hubungan interpersonal. Keselamatan dan keamanan dalam konteks
secara fisiologis berhubungan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh seseorang dan kehidupannya. Ancaman bisa nyata atau hanya
imajinasi, misalnya penyakit, nyeri, cemas, dan lain sebagainya.
(Asmadi, 2008).

c. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love and Belongingness


Needs)
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan
emosi seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan dimana
seseorang berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna
secara efektif atau hubungan emosional dengan orang lain.
Dorongan ini akan makin menekan seseorang sedemikian rupa,
sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk
mendorongkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan perasaan
memiliki. (Asmadi, 2008).

d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)


43

harga diri adalah penilaian individu mengenai nilai personal yang


diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang
sesuai dengan idea diri (Stuart & Sundeen 1998). Menurut hierarki
kebutuhan dasar manusia, seseorang dapat mencapai kebutuhan
harga diri bila kebutuhan terhadap mencinta dan dicintai telah
terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan harga diri seseorang tampak dari
sikap penghargaan diri. (Asmadi, 2008).

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)


Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling
tinggi menurut Maslow dan Kalish. Oleh karenanya untuk mencapai
tingkat kebutuhan aktualisasi diri ini banyak hambatan yang
menghalanginya, secara umum hambatan tersebut terbagi dua yakni
internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri seseorang, seperti ketidaktahuan akan potensi
diri serta perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensial diri,
sehingga potensinya terus terpendam. Berdasarkan teori maslow
mengenai aktualisasi diri, terdapat asumsi dasar bahwa manusia
pada hakikatnya memiliki nilai intrinsik berupa kebaikan. Dari
sinilah manusia memiliki peluang untuk mengembangkan dirinya.
(Asmadi, 2008).

2. Gangguan kebutuhan dasar manusia


a. Kebutuhan rasa nyaman : nyeri
1) Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
(Aziz Azimul, 2014).
44

2) Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni :
nyeri akut dan kronis.
a) Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai
adanya peningkatan tegangan otot.
b) Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara
perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup
lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatik.

3) Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya adalah :
a) Arti Nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak
perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti
yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-
lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural,
lingkungan, dan pengalaman.
b) Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian
sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi
evaluatif kognitio).
c) Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan
adanya intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain
alkohol, obat-obatan, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang menurukan toleransi antara lain
45

kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak


kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
d) Reaksi terhadap nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan
bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua
ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : arti nyeri,
tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai
budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut,
cemas, usia dan lain-lain.

b. Kebutuhan mobilitas
1) Pengerian mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya. (Aziz Azimul, 2014).

2) Jenis mobilitas
a) Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-
hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
b) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang
untuk bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
46

c) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan


inidividu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya
dislokasi sendi dan tulang.
d) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan
inidividu unutk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia
karena stoke, paraplegi karena cidera tulang belakang.

3) Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas


a) Gaya hidup
Gaya perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi
mobilitas seseorang karea berdampak pada kebiasaan atau
perilaku sehari-hari.
b) Proses Penyakit/ Cidera
Hal ini dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat
berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang
yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
c) Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya
sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang
kuat. Begitu juga sebaliknya, ada orang yang mengalami
gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang
dilarang untuk beraktivitas.
d) Tingkat Energi
Energi merupakan sumber untuk melakukan mobilitas,
untuk melakukan mobilitas diperlukan energi yang cukup.
e) Usia dan Status Perkembangan
47

Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang


berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan dan
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia.
e) cemas, usia dan lain-lain.

c. Kebutuhan Istirahat dan Tidur


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka
setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak
terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka
juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam
keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga
perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi
kebutuhan tidur tersebut. (Aziz Azimul, 2014).
1) Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas
tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata
istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah,
bersantai untuk menyegarkan diri atau melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, meyulitkan bahkan
menjengkelkan. (Hidayat, 2008).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang,
dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal,
tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses
fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan
dari luar. (Asmadi, 2008).
48

2) Karakteristik Istirahat
Menurut Narrow terdapat enam kondisi seseorang dapat
beristirahat : merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi,
merasa diterima, mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas
dari gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah
kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan,
mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan. (Asmadi,
2008).

3) Tujuan dan Fungsi Tidur


Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi
diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi
stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain.
Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan
kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum
terdapat dua efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada
sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan
normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf,
dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan
kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur
terjadi penurunan.

d. Kebutuhan Nutrisi
1) Pengertian
Pemenuhan nutrisi merupakan proses memasukkan dan
pengolahan zat makan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
(A. Aziz Alimul H, 2009).

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakseimbangan nutrisi


49

a) Faktor fisiologis, merupakan faktor yang terkait dengan


proses pencernaan atau intake makanan.
 Intake nutrisi
Intake nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh
menimbulkan kekurangan nutrisi, demikian juga
sebaliknya jika intake nutrisi berlebihan juga
menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi seperti :
overweight, obesitas.
 Kemampuan pencernaan dan absorbs makanan
Kemampuan mencerna dan mengabsorbsi makanan
dipengaruhi oleh adekuatnya fungsi organ
pencernaan. Adanya peradangan saluran cerna atau
organ pencernaan seperti gastritis, kolesistisis, colitis
serta adanya obstruksi usus menimbulkan tidak
adekuatnya kebutuhan nutrisi.
 Kebutuhan metabolic
Meningkatnya kebutuhan nutrisi tubuh pada kondisi
tertentu dapat mempengaruhi status nutrisi seperti
pada : masa pertumbuhan yang cepat seperti bayi,
remaja maupun keadaan hamil. Meningkatnya
metabolisme, stress maupun penyakit tertentuu
seperti kanker dan AIDS.
b) Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan seperti waktu makan pada jam tertentu,
makan bersama, cara penyajian makanan, jenis makanan
pasien, jika mengalami perubahan maka dapat
mempengaruhi selera dan intake makan.
c) Budaya dan keyakinan
Adanya budaya dan keyakinan yang salah dalam
lingkungan masyarakat tertentu dalam mengonsumsi
makanan menimbulkan tidak adekuatnya status nutrisi.
d) Kemampuan ekonomi atau tersedianya dana
50

Kemiskinan menimbulkan daya beli makanan menjadi


berkurang dengan demikian intake makanan juga otomatis
berkurang. Pemenuhan kebutuhan nutrisi juga akan
terganggu.

e) Penggunaan obat-obatan dan interaksi nutrisi


Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama
menimbulkan komplikasi yang dapat menghambat intake
makanan maupun absorbs nutrient, misalnya obat-obatan
untuk psikiatri.
f) Jenis kelamin
Kebutuhan nutrisi laki-laki dengan perempuan berbeda.
Hal ini berkaitan dengan meningkatnya aktivitas, maupun
besarnya masa otot.
g) Pembedahan
Keadaan luka dan proses penyembuhan luka,
membutuhkan lebih banyak nutrisi. Demikian juga pada
pembedahan saluran pencernaan juga berpotensi tidak
adekuatnya intake makanan.
h) Kanker dan pengobatan kanker
Kanker merupakan kondisi dimana sel-sel berpoliferasi
dengan cepat dan tidak terkendali. Pembelahan sel yang
cepat membutuhkan energi yang banyak sehingga
metabolism meningkat. Pengobatan kanker dengan
kemoterapi mempunyai efek mual sehingga dapat
mengurangi intake nutrisi.
i) Penggunaan alkohol
Alkohol mempunyai efek tidak nafsu makan sehingga
kebutuhan nutrisi akan berkurang.
j) Status psikologis
51

Respon stress pada individu berbeda, ada individu yang


mengalami stress akan meningkatkan nafsu makan,
namun juga sebaliknya tidak nafsu makan.
(A. Aziz Alimul H, 2009)

3) Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi melalui adanya indeks masa tubuh
dan berat tubuh ideal.
a) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan
penimbunan total lemak dalam tubuh sehingga dapat
dipakai sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat
badan (overweight) dan obesitas. Rumus BMI
diperhitungkan dengan pembagian berat badan (kg) per
meter kuadrat (kg/m²) atau berat badan dalam pons
dilakukan konstanta 704,5 dibagi tinggi badan dalam inci
kuadrat.
b) Ideal Body Weight (BWI)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi
tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi
badan dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau
ditambah 10% dari jumlah tersebut.
Rumus IBW diperhitungkan : (TB – 100) – (15% x TB –
100) . (A. Aziz Alimul H, 2009).

4) Macam-macam gangguan yang berkaitan dengan


ketidakseimbangan nutrisi.
a) Kelebihan berat badan atau overweight
Overweight merupakan kelebihan berat badan
dibandingkan dengan berat badan ideal. Untuk
menentukan status overweight dipakai dengan ukuran
52

Indeks Masa Tubuh (BMI atau IMT) serta dengan


membandingkan perhitungan berat badan ideal.
Overweight diidentifikasi dengan kriteria untuk orang
Asia jika BMI antara 23,0 – 24,9 (normal: 18,5 – 22,9)
atau kelebihan berat badan antara 10-20% dari berat badan
ideal.
b) Obesitas
Merupakan kondisi dimana terjadi penimbunan lemak
tubuh dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh
sehingga berat badan jauh melebihi dari normal. Obesitas
menurut WHO (2008) dikelompokka menjadi :
preobesitas dengan BMI antara 30-34,9 kg/m², obesitas II
dengan BMI 35,0-39,9 kg/m² dan obesitas III dengan BMI
lebih dari 40,0 kg/m².
c) Berat badan kurang atau underweight
Underweight merupakan kondisi dimana berat badan
kurang dari berat badan normal, yaitu kurang dari 10%
berat badan ideal atau BMI kurang dari 18,5. Kondisi
yang menyebabkan berat badan kurang adalah asupan
nutrisi yang kurang seperti pembatasan makanan,
ketidakmampuan menyediakan makanan, pecandu
alkohol dan obat terlarang serta berbagai penyakit seperti
hipertiroid, cacingan, TBC paru, penyakit kanker dan
penyakit infeksi. (A. Aziz Alimul H, 2009).

D. Konsep Proses Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler : Hipertensi
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecematan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap
53

tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat


bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :

a. Pengumpulan Data (Anamnesa)


1) Data Demografis
Identitas klien : meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat,
agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan,
riwayat pekerjaan, tanggal masuk panti, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada Lansia dengan
Hipertensi adalah sakit kepala, lemah, tengkuk terasa tegang,
episode berkeringat, kecemasan, palpitasi (feokromositoma),
episode lemah otot (aldosteronisme).
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri klien digunakan :
a) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief. Apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
54

3) Riwayat Penyakit Sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari hipertensi, yang nantinya membantu dalam membuat
rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa keluhan sakit
kepala, pusing, tengkuk terasa tegang, lemas, berkeringat dan
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan dapat menegakan
diagnose serta tindakan keperawatan.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Ada peran genetik pada penyakit Hipertensi, dimana keluarga
memiliki Hipertensi maka kemungkinan untuk mengalami
Hipertensi juga semakin besar genetik.

5) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

b. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


1) Aktivitas/ istirahat
Gejala :
Kelemahan, Letih, Napas pendek, Gaya hidup monoton.

Tanda :
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
55

2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup, penyakit serebrovaskuler.

Tanda :
Kenaikan TD, Nadi : denyutan jelas, Frekuensi/ irama :
takikardia, berbagi disritmia, Bunyi jantung : murmur,
Distensi vena jugularis, Ekstremitas Perubahan warna kulit,
suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler
mungkin lambat.

3) Integritas ego
Gelaja :
Faktor-faktor stress akut/kronis misal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusan
dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain,
dan perubahan bentuk anggota tubuh.

4) Makanan / cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi
makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan
untuk mengunyah.

Tanda :
Penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
56

5) Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.

6) Neurosensory
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala, kebas, kelemahan pada
suatu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur,
diplopia).

Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori (ingatan), respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optik.

7) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri hilang timbul pada kepala terutama daerah oksipital.

8) Keamanan
Gejala :
Gangguan koordinasi, cara jalan.

Tanda :
Episode paresthesia unilateral transien.

9) Interaksi sosial
Gejala :
Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan
peran, isolasi.
57

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NIC-NOC 2015
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi
ventricular.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan fisik, pola
hidup monoton, keyakinan budaya.
e. Infektif koping individual berhubungan dengan mudah terserang
penyakit, krisis situasional, perubahan dalam hidup, relaksasi tidak
adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi buruk, harapan
yang tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metode koping tidak efektif.
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan,
keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosis.
g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
pada ekstremitas kanan bagian bawah.
h. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
58

3. Intervensi Keperawatan
Menurut NIC-NOC 2015
Tujuan utama untuk pasien mencakup pemahaman tentang proses penyakit dan terapinya, partisipasi dalam program
keperawatan diri, dan tidak mengalami komplikasi.

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
1 Resiko tinggi terhadap Tujuan : Mandiri :
penurunan curah Afterload tidak meningkat, 1. Pantau tekanan darah, ukur pada 1. Perbandingan tekanan darah
jantung berhubungan tidak terjadi vasokontriksi kedua tangan/ paha untuk evaluasi memberikan gambaran yang
dengan peningkatan pembuluh darah, tidak awal. Gunakan ukuran manset yang lebih lengkap tentang
afterload, vasokontriksi, terjadi iskemia miokard. tepat dan teknik yang akurat. keterlibatan/bidang masalah
iskemia miokardia, vaskuler.
hipertrofiventrikuler. Kriteria Hasil :
a) Berpartisipasi dalam 2. Catat keberadaan serta kualitas 2. Denyutan karotis, radialis,
aktivitas, yang denyutan sentral dan perifer. jugularis dan femuralis
menurunkan tekanan terpalpasi. Denyut pada
59

darah / beban kerja tungkai mungkinn menurun,


jantung. mencerminkan efek diri
b) Mempertahankan vasokontriksi (peningkatan
tekanan darah dalam SVR) dan kongesti vena.
rentang individu yang
dapat di terima. 3. Auskultasi bunyi jantung dan bunyi 3. S4 umum terdengar pada
c) Mempertahankan nafas. klien hipertensi berat karena
irama dan frekuensi hipertrofi atrium (peningkatan
jantung stabil dalam volume/tekanan atrium).
rentang normal. Perkembangan S3
menunjukan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan
fungsi. Adanya krekles dan
mengindikasikan kongesti
paru sekunder terhadap
terjadinya gagal jantung
kronik.
60

4. Amati warna kulit, kelembapan, 4. Pucat, dingin, kulit lembap,


suhu, dan masa pengisian kapiler. dan masa pengisian kapiler
lambat berkaitan dengan
vasokontriksi/dekompensasi/
penurunan curah jantung.

5. Catat edema umum atau tertentu. 5. Mengindikasikan gagal


jantung, kerusakan
ginjal/vaskuler.

6. Berikan lingkungan tenang, 6. Membantu menurunkan


nyaman, kurang aktivitas/keributan rangsang simpatis,
lingkungan, batasi pengunjung. meningkatkan relaksasi.

7. Batasi aktivitas, seperti istirahat di 7. Menurunkan stress dan


tempat tidur/ kursi, istirahat tanpa ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah
61

gangguan, bantu melakukan dan perjalanan penyakit


aktivitas perawatan diri. hipertensi.

8. Lakukan tindakan yang nyaman, 8. Mengurangi ketidaknyamanan


seperti pijatan punggung, leher, dan menurunkan rangsangan
meninggikan kepala tempat tidur. simpatis.

9. Anjurkan teknik relaksasi, panduan 9. Menurunkan rangsangan yang


imajinasi, aktivitas pengalihan. menimbulkan stress, membuat
efek tenang sehingga
menurunkan tekanan darah.

10. Pantau respon terhadap obat untuk 10. Respon terhadap terapi obat
mengontrol tekanan darah. (diuretic inhibitor simpatis,
vasodilator) tergantung pada
klien dan efek sinergis obat.
Karena efek samping tersebut,
maka penting mnggunakan
obat dalam jumlah paling
62

sedikit dan dosis paling


rendah.

Kolaborasi :
11. Berikan obat sesuai indikasi : 11.
a. Diuretik tiazid, misal a. Tiazid digunakan
kolorotiazid (diuril), snediri/campur dengar obat
hidroklorotiazid (esidrix atau lain untuk menurunkan
hidrodiuril), tekanan darah pada klien
bendroflumentiazid (naturetin). dengan fungsi ginjal yang
relative normal. Diuretik
memperkuat agen anti
hipertensi lain dengan
membatasi retensi cairan.

b. Diruretik loop, misal b. Menghasilkan diuresis kuat


furosemide (Lasix), asam dengan menghambat
etakrinic (edecrin) bumetamid reabsorbsi natrium klorida
(burmex). dan merupakan obat anti
63

hipertensi efektif, khususnya


pada klien yang resisten
terhadap tiazid/ mengalami
kerusakan ginjal.

c. Bloker gang lion misal, c. Penggunaan inhibitor


guenetidin (ismelin), trimetapan simpatis tambahan di
(arfonad), ACE inhibitor, butuhkan bila tindakan lain
misalnya kaptopril. gagal untuk mengontrol
tekanan darah.

12. Batasi cairan dengan diet natrium 12. Pembatasan dapat mengatasi
sesuai indikasi. retensi cairan dengan respon
hipertensi sehingga
menurunkan berat kerja
jantung.
64

2 Intoleransi aktivitas Tujuan : Mandiri


berhubungan dengan Klien mampu melakukan 1. Bantu klien mengidentifikasi faktor 1. Pengkajian akurat terhadap
imobilisasi, kelemahan aktivitas secara mandiri. yang meningkatkan atau faktor yang meningkatkan/
umum, menurunkan toleransi aktivitas. menurunkan toleransi
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : aktivitas memberikan dasar
antara suplai dan a) Berpartisipasi dalam untuk membuat rencana
kebutuhan O2. aktivitas yang perawatan.
ditandai dengan: diinginkan.
a. Mengungkapkan b) Melaporkan 2. Kembangkan aktivitas klien dalam 2. Program latihan fisik
dengan verbal peningkatan dalam program latihan. mempunyai efek
tentang keletihan toleransi peningkatan menguntungkan kepada kerja
atau kelemahan. dalam toleransi jantung.
b. Frekuensi nadi dan aktivitas yang dapat
TD abnormal dikur. 3. Ajarkan klien menggunakan daftar 3. Membuat daftar latihan
sebagai respon c) Menunjukan latihan harian mencatat aktivitas harian dapat meningkatkan
terhadap aktivitas. penurunan dalam latihan dan responnya (nadi, kemampuan.
c. Rasa tidak nyaman tanda toleransi bernafas dangkal, cemas).
saat aktivitas atau fisiologi.
dipsneu.
65

d. Perubahan EKG d) Menggunakan 4. Kaji respon fisiologi terhadap 4. Menyebutkan parameter


mencerminkan dukungan sosial untuk aktivitas, observasi, frekuensi nadi mambantu dalam mengkaji
iskemia dan mempertahankan pola >20 x/menit diatas frekuensi respon fisiologi terhadap
aritmia. hidup yang istirahat, peningkatan tekanan darah stress aktivitas, dan bila ada
diinginkan. selama/ sesudah aktivitas (sistolik merupakan indikator dan
e) Mengintegrasikan meningkat 40 mmHg/ diastolik kelebihan kerja yang
latihan yang meningkat 20 mmHg), dipsneu, berkaitan dengan tingkat
diharuskan ke dalam keletihan, kelemahan berlebihan, aktivitas.
ADL. diaphoresis, pusing/ pingsan.

5. Ajarkan tentang rasa takut/ cemas. 5. Rasa takut/ cemas dapat


meningkatkan toleransi
aktivitas.

6. Ajarkan strategi koping kognitif 6. Respon emosional terhadap


(perbandingan, relaksasi, intoleransi aktivitas dapat
pengendalian bernafas). ditangani dengan
menggunakan strategi koping
kognitif.
66

7. Ajarkan teknik penghematan energy 7. Teknik menghemat energi


(menggunakan kursi saat mandi, mengurangi penggunaan
duduk saat menyisir, menyikat gigi, energi, membantu
dan melakukan aktivitas dengan keseimbangan antara suplai
perlahan. dan kebutuhan O2.

8. Ajarkan keluarga untuk membantu 8. Dukungan sosial


klien untuk melakukan aktivitas. meningkatkan pelaksaan
aktivitas.

9. Kolaborasi dengan keluarga/ klien 9. Mencapai dan


untuk menetapkan rencana ADL mempertahankan pola hidup
yang konsisten dengan pola hidup. produktif sesuai kemampuan
jantung dalam berespon
terhadap peningkatan
aktivitas dan stress.
67

10. Berikan dukungan melakukan 10. Kemajuan aktivitas bertahap


aktivitas/ perawatan diri bertahap. mencegah peningkatan kerja
Berikan bantuan sesuai kebutuhan. jantung tiba-tiba. Membantu
sebatas kebutuhan
mendorong kemandirian
dalam beraktifitas.

11. Berikan semangat klien untuk 11. Dukungan sosial


mencari bantuan dalam meningkatkan penyembuhan
mempertahankan aktivitas. dan mempertahankan pola
hidup yang diharapkan.
68

3 Nyeri akut berhubungan Tujuan : Mandiri


dengan peningkatan Tekanan vaskuler tidak 1. Kaji keadaan umum klien dan TTV. 1. Keadaan umum menunjukan
tekanan vascular meningkat. keadaan klien secara utuh
serebral. Kriteria Hasil : dengan mengetahui TTV
ditandai dengan a. Melaporkan nyeri / terutama tekanan darah untuk
a. berfokus pada diri. ketidaknyamanan menentukan tindakan
b. melaporkan nyeri hilang atau control. selanjutnya.
berdenyut yang b. Mengungkapkan
terletak pada metode yang 2. Kaji tingkat nyeri klien. 2. Untuk mengetahui tingkat
region memberikan nyeri klien dengan
suboksipital, pengurangan. menggunakan pengkajian
terjadi saat bangun, c. Mengikuti regimen PQRST.
dan hilang secara farmakologi yang di
spontan setelah resepkan. 3. Kaji lokasi intensitas dan skala 3. Untuk mengetahui nyeri yang
beberapa waktu nyeri. dirasakan klien sehingga bisa
berdiri. ditentukan intervensi yang
c. Perilaku berhati- tepat.
hati segan untuk
menggerakan
69

kepala, menggaruk 4. Bantu klien dalam ambulasi sesuai 4. Untuk mengetahui insiden
kepala, dengan kebutuhan. kecelakaan atau terjatuh
menghindar sinar karena pusing.
terang dan
keributan, 5. Berikan tindakan non farmakologi 5. Mengurangi atau
mengerutkan (Teknik relaksasi otot progresif). menghilangkan sakit kepala.
kening,
menggenggam 6. Berikan penjelasan cara untuk 6. Aktifitas yang meningkatkan
tangan. meminimalkan vasokontriksi vasokontriksi menyebabkan
d. Melaporkan mengurangi mengejan saat BAB, sakit kepala.
kekakuan leher, batuk panjang, dan bungkuk.
pusing,
penglihatan kabur, Kolaborasi
mual, dan muntah. 7. Pemberian obat penurun tekanan 7. Terapi untuk menurunkan
darah (captopril 1x1) sesuai tekanan darah.
program.
70

4 Perubahan nutrisi Tujuan : Mandiri


kurang dari kebutuhan Perubahan nutrisi dapat 1. Kaji adanya alergi makanan. 1. Untuk mengetahui adanya
tubuh berhubungan terpenuhi. alergi atau tidak.
dengan intake tidak Kriteria Hasil : 2. Monitor adanya penurunan BB. 2. Untuk mengetahui adanya
adekuat, nyeri a. Adanya peningkatan penurunan BB atau tidak.
abdomen, mual dan BB sesuai dengan
muntah, anoreksia, tujuan. 3. Monitor adanya tanda-tanda 3. Untuk melihat keadaan
ketidakmampuan b. BBI dalam batas kekurangan nutrisi. umum tanda-tanda
menelan makanan. normal sesuai tinggi kekurangan nutrisi klien.
ditandai dengan: badan.
a. Nafsu makan c. Menunjukan diet yang 4. Monitor intake nutrisi klien. 4. Untuk mengetahui
berkurang. baik dan seimbang. perkembangan nafsu makan
b. BB kurang dari 10- d. Mampu klien.
20% ideal untuk mengidentifikasi
tinggi dan bentuk kebutuhan nutrisi. 5. Beri informasi pada klien 5. Agar klien mengetahui
tubuh. e. Tidak ada tanda-tanda pentingnya nutrisi. pentingnya nutrisi untuk
c. Terdapat tanda- malnutrisi. tubuh.
tanda malnutrisi:
konjungtiva an-
71

anemis, kurus, 6. Beri klien makanan dalam keadaan 6. Makanan hangat dapat
lemas, mukosa hangat. mengurangi rasa mual saat
bibir kering, dan makan.
penurunan berat
badan secara cepat. 7. Anjurkan pada klien makan dengan 7. Makan terlalu banyak karena
porsi sedikit tapi sering. akan merangsang rasa mual.

8. Anjurkan pada klien untuk 8. Supaya asupan nutrisi klien


memenuhi kebutuhan nutrisi dengan terpenuhi.
menghabiskan makan porsinya.

Kolaborasi
9. Rujuk ke ahli gizi untuk pemenuhan 9. Memberikan konseling dan
kebutuhan nutrisi. bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
72

5 Infektif koping Tujuan : Mandiri


individual berhubungan Infektif koping individual 1. Kaji keefektifan strategi koping 1. Manifestasi mekanisme
dengan mudah dapat teratasi. dengan mengobservasi perilaku, koping maladaptive
terserang penyakit, misal; kemampuan menyatakan merupakan indikator arah
krisis situasional, Kriteria Hasil : perasaan dan perhatian, keinginan yang ditekankan dan
perubahan dalam hdup, a. Mengembangkan berpartisipasi dalam rencana diketahui telah menjadi
relaksasi tidak adekuat, respon yang adekuat. pengobatan. penentu utama tekanan darah
sistem pendukung tidak b. Mengidentifikasi diastolik.
adekuat, nutrisi buruk, perilaku koping
harapan yang tidak efektif dan 2. Bantu klien untuk memenuhi 2. Untuk menigkatkan
terpenuhi, kerja konsekuensinya. kebutuhan yang ingin di penuhi atau kemampuan dalam proses
berlebihan, metode c. Menyatakan tujuan yang ingin di capai. koping. Membantu dalam
koping tidak efektif. kesadaran meningkatkan rasa percaya
ditandai dengan : kemampuan koping/ diri dan motivasi.
a. Perubahan dalam kekuatan pribadi.
keikutsertaan d. Mengidentifikasi 3. Berikan dukungan atas 3. Membantu memudahkan
sosial. potensial situasi stress pengungkapkan perasaan keinginan pemenuhan kebutuhan dasar
b. Menyatakan dan mengambil dan rangsangan. klien berhubungan
ketidakmampuan langkah untuk pemecahan masalah yang di
73

mengatasi atau menghindari/ hadapinya sesuai


meminta bantuan. mengubahnya. kemampuan.
c. Ketidakmampuan e. Mendemonstrasikan
memenuhi harapan penggunaan 4. Identifikasi kebutuhan dasar yang 4. Mekanisme adaptif perlu
peran/ kebutuhan keterampilan/ metode diperlukan dalam berespon terhadap untuk mengubah pola hidup
dasar. koping efektif. penanganan stress dan kesehatan, individu dan
d. Perilaku merusak keterampilan koping, serta mengintegrasikan terapi yang
terhadap diri, dukungan sosial. di haruskan dalam kehidupan
makan berlebihan, sehari-hari.
anoreksia,
merokok/ minum 5. Bantu klien mengidentifikasi 5. Keterlibatan memberikan
berlebihan. stressor spesifik dan strategi perasaan kontrol diri yang
e. Kelemahan/ mengatasinya. berkelanjutan, memperbaiki
insomnia kronik. keterampilan koping dan
meningkatkan kerja sama
dalam terapi.
74

6. Libtakan klien dalam perencanaan 6. Fokus perhatian pada realitas


perawatan dan beri dukungan situasi terhadap pandangan
partisipasi dalam rencana klien tentang apa yang
pengobatan. diinginkan.

7. Bantu klien mengidentifikasi dan 7. Perubahan yang harus di


merencanakan perubahan hidup, prioritaskan secara realistik
bantu menyesuaikan tujuan diri atau untuk menghindari rasa tidak
keluarga. menentu dan tidak berdaya.

6 Kurang pengetahuan Tujuan : Mandiri


(kebutuhan belajar) Kurang pengetahuan 1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam 1. Kesalahan konsep dan
mengenai kondisi, mengenai kondisi rencana belajar, termasuk keluarga. menyangkal diagnosis
rencana pengobatan pengobatan dapat teratasi. mempengaruhi minat untuk
berhubungan dengan mempelajari penyakit
kurang pengetahuan, prognosis.
keterbatasan kognitif
menyangkal diagnosis.
75

ditandai dengan : Kriteria Hasil : 2. Tetapkan tekan darah normal. 2. Memberikan dasar
a. menyatakan a. Menyatakan Jelaskan tentang hipertensi dan pemahaman tentang
masalah. pemahaman tentang efeknya terhadap jantung, peningkatan tekanan darah.
b. Meminta proses penyakit dan pembuluh darah, ginjal dan otak.
informasi. regimen pengobatan.
c. Menyatakan b. Mengidentifikasikan 3. Bantu klien dalam 3. Faktor resiko menunjukan
miskonsepsi. efek samping obat mengidentifikasi faktor resiko hubungan dalam menunjang
d. Mengikuti intruksi dan kemungkinan kardiovaskuler yang dapat diubah, hipertensi/ penyakit
inadekuat, kinerja komplikasi. misal; obesitas, diet tinggi lemak kardiovaskuler dan ginjal.
prosedur inakurat, c. Mempertahankan jenuh dan kolestrol, pola hidup
perilaku tidak tekanan darah. monoton, merokok, minum
tepat. alkoho, serta pola hidup penuh
stress.

4. Atasi maslaah bersama klien 4. Faktor resiko meningkatkan


dengan mengidentifikasi cara gaya proses penyakit. Dengan
hidup tepat dapat dibuat untuk mengubah perilaku,
mengurangi faktor resiko dukungan, petunjuk, dan
kardiovaskuler.
76

empati, dapat meningkatkan


keberhasilan klien.

5. Bahaya pentingnya menghentikan 5. Nikorin meningkatkan


dan bantu klien untuk berhenti pelepasan katekolamin,
merokok. mengakibatkan peningkatan
frekuensi jantung, tekanan
darah, dan vasokontriksi,
mengrangi oksigenasi
jaringan, serta meningkatkan
beban kerja miokardium.

7 Hambatan mobilitas Tujuan : Mandiri :


fisik berhubungan Hambatan mobilitas fisik a. Kaji kemampuan klien dalam a. Mengeidentifikasi kekuatan
dengan kelemahan fisik dapat teratasi mobilisasi, kemampuan motorik. otot, kelmahan motorik.
pada ekstremitas kanan
bagian bawah Kriteria Hasil : b. Kaji luasnya kerusakan secara b. Mengetahui kerusakan yang
teratur. menghambat mobilisasi.
77

di tandai dengan: a. Mempertahankan c. Ajarkan klien untuk melakukan c. Latihan ROM meningkatkan
a. Tidak mampu keutuhan tubuh ROM minimal 4x perhari bila massa otot, kekuatan otot,
menggerakan secara optimal mungkin. perbaikan fungsi jantung dan
tangan dan kaki seperti tidak adanya pernapasan.
b. Tidak mampu kontraktur
memenuhi b. Mempertahankan d. Anjurkan pasien bagaimana d. Mencegah kontraktur fleksi
kebutuhan ADL kekuatan fungsi merubah posisi. Bila klien bahu, edema, dan fleksi pada
c. Adanya tubuh secara optimal ditempat tidur, lakukan tindakan pergelangan.
hemiplegia/ c. Mendemonstrasikan untuk meluruskan postur tubuh.
hemiparese teknik perilaku  Gunakan papan kaki.
d. Tonus otot melakukan aktivitas  Ubah posisi setiap 2 jam.
kurang d. Mempertahankan
e. Kekuatan otot integritas kulit e. Observasi daerah yang tertekan, e. Daerah yang tertekan mudah
kurang e. Kebutuhan ADL termasuk warna, edema atau sekali terjadi trauma.
terpenuhi tanda lain gangguan sirkulasi.
78

f. Inspeksi kulit terutama pada f. Membantu mencegah


daerah tertekan, beri bantalan kerusakan kulit.
lunak.

g. Lakukan massage pada daerah g. Membantu memperlancar


tertekan. sirkulasi darah.

Kolaborasi:
a. Konsultasikan dengan ahli a. Memenuhi kebutuhan
fisioterapi, kolaborasi pemberian mobilisasi, koordinasi dan
obat, relaksasi otot kekuatan ekstremitas.

8 Resiko jatuh Tujuan : a. Kaji kemampuan klien dalam a. Mengetahui sejauh mana
berhubungan dengan Diharapkan resiko jatuh berdiri dan berjalan. kemampuan klien dalam
penurunan kekuatan tidak terjadi. berjalan dan berdiri.
otot
b. Berikan pencahayaan yang cukup. b. Pencahayaan yang cukup
membuat saat mobilisasi
lebih aman.
79

ditandai dengan : Kriteria Hasil : c. Anjurkan klien untuk c. Menghindari jatuh karena
a. bagian a. Klien mampu menggunakan alat bantu saat lantai licin.
ekstremitas menunjukkan beraktivitas.
lemah. tingkat keamanan.
b. Kekauan sendi. b. Mampu
c. Penglihatan meminimalkan d. Lakukan program latihan fisik d. Mengajarkan rentang gerak
buram dan tidak terjadinya resiko ROM. sendi untuk menghindari
jelas. jatuh. kekakuan saat berjalan dan
d. Ruangan tidak c. Mampu berdiri.
cukup memodifikasi
pencahayaan. lingkungan yang e. Bantu klien dalam pergerakan e. Menghindari resiko cidera
aman. sendi, batasan-batasan sendi. lebih lanjut.
80

4. Implementasi Keperawatan
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada
tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Banyak faktor yang mendukung terlaksananya impelementasi


keperawatan diantaranya : peran keluarga yang mendukung,
tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan, CI
ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanya peran dokter yang
menentukan diagnosa menurut medis.

5. Evaluasi Keperawatan
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien ke arah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar
berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam
kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan
sumber eksternal. Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
b. Mematuhi program perawatan diri.
c. Tidak mengalami komplikasi.
81

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini menguraikan laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
Lansia Ny.T dengan Hipertensi yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulya 02 Cengkareng Jakarta Barat. Asuhan Keperawatan lansia dilakukan pada
Ny.T selama 3 hari pada tanggal 23-25 april 2018 dengan melakukan Asuhan
Keperawatan selama 3 hari, dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan
dengan langkah-langkah sebagai berikut : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data merupakan langkah awal dari pengkajian dalam
melakukan asuhan keperawatan lansia. Dari hasil pengumpulan data pada
lansia diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Nama : Ny.T
Alamat : Jalan Taman Kencana
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 28 Juli 1958
Suku/Agama : Tionghoa/ Kristen
Status perkawinan : Janda, Cerai Mati
Orang yang dapat dihubungi : Kakak

b. Riwayat keluarga
Klien menikah dengan suaminya Tn.B, kemudian dari pernikahan
tersebut memiliki 2 orang anak, 1 anak laki-laki dan . anak
perempuan. Anak pertama klien bernama Tn.A berusia 35 tahun,
anak kedua bernama Ny.D berusia 20 tahun. Sekarang kedua anak
klien tinggal bersama istri atau suami nya,

81
82

c. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, klien tidak bekerja, sebelumnya klien
bekerja sebagai pedagang pakaian. Sebelum putus dari pekerjaan
dan sebelum suami klien meninggal dunia, penghasilan didapat dari
pekerjaan klien sehari-hari.

d. Riwayat Lingkungan Tinggal


Dahulu klien tinggal didaerah Taman Kencana dan memiliki rumah
sendiri yang dibeli bersama suaminya dan tinggal bersama selama 8
tahun, namun setelah suami Ny.T meninggal rumah tesebut dijual
oleh kakak iparnya tanpa sepengetahuan Ny.T.

e. Riwayat Rekreasi
Klien mempunyai hobbi memasak dan jalan-jalan. Setiap hari senin
dan kamis Ny.T selalu mengikuti kegiatan ibadah di aula, hari rabu
biasanya Ny.T mengikuti kegiatan membuat kerajinan tangan, pada
hari sabtu dan minggu biasanya Ny.T tidak ada kegiatan dari panti,
terkadang saat acara yang diadakan panti seperti kunjungan atau
undangan klien selalu ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.

f. Status Kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Keluhan yang dirasakan klien saat ini adalah sering pusing,
tengkuk terasa berat dan kaku, mata terasa nyeri dan pandangan
tiba-tiba menjadi kabur. Adapun obat-obatan yang dikonsumsi
Ny.T Captopril 25 mg 1x1.

2) Riwayat Kesehatan yang Lalu


Orang tua klien (ibu) memiliki penyakit hipertensi dan (ayah)
klien klien memiliki panyakit asma. Klien tidak memiliki
riwayat penyakit.
83

g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


1) Nutrisi
Klien makan 3x sehari dengan porsi sedang, klien makan di
sediakan oleh panti. Klien makan-makanan yang sama dengan
penghuni panti lainnya, klien tidak menyukai ikan, klien
sangat suka mengkonsumsi biskuit.

2) Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, membersihkan rambut 2
hari sekali menggunakan shampoo, kuku bersih tidak kotor
dan tidak panjang, mulut bersih tidak ada sariawan, klien
terlihat cukup bersih menggunakan baju daster.

3) Aktifitas/ istirahat
Aktifitas klien terhambat karena kelemahan dan keterbatasan
anggota gerak bagian bawah dan terdapat luka jahitan post op.
Klien melakukan aktivitas secara mandiri namun secara
perlahan, klien menggunakan alat bantu kursi roda. Pola tidur
klien 8 jam selama sehari.

4) Eliminasi
Pola eliminasi klien dalam sehari BAB 1 kali saja dan BAK 5-
8 kali dalam sehari, tidak ada kesulitan saat eliminasi.

5) Oksigenasi
Pola nafas Ny.T normal, frekuensi nafas 18x/ menit, klien
tidak memiliki keluhan batuk, pilek, dan sesak nafas, klien
tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
84

6) Spiritual
Hubungan klien dengan tuhan baik, klien rutin melakukan
ibadah pada hari senin dan kamis, dan sering membaca buku-
buku tentang keagaman.

h. Tinjauan Sistem
1) Kondisi dari system tubuh yang ada
Terjadi gangguan pada system kardiovaskuler terdapat
masalah hipertensi.

2) Masalah/ gagguan pada system tubuh


Ny.T mengatakan sering pusing, tengkuk terasa berat dan
kaku, pandangan sering kabur.

3) Penggunaan Protesa
Klien menggunakan kursi roda.

2. Pengkajian Psikologi
a. Proses Pikir (lupa, bingung, pikun, curiga) :
Saat ditanya atau dilakukan pengkajian wawancara klien mampu
menyebutkan waktu dan tanggal. Klien mampu mengingatnya
dengan baik, klien juga mampu mengingat tentang identitas dirinya.

b. Gangguan Perasaan (depresi, wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh


tak acuh, mudah tersinggung) :
Saat diwawancara Ny.T menunjukan ekspresi wajah dan perasaan
senang, Ny.T tidak memiliki gangguan perasaan, klien menunjukan
sesuai dengan apa yang di sampaikan. Ny.T juga terbuka dengan
masalah-masalah yang ditanyakan oleh perawat.
85

c. Komunikasi (Penggunaan protesa, kesulitan berkomunikasi, putus


asa dll) :
Klien berkomunikasi dengan baik dan jelas.

d. Orientasi (Tempat, Waktu dll) :


Orientasi Ny.T baik, klien mampu mengingat sekarang berada
diruang jeruk pada tanggal 23 april 2018, klien tidak memiliki
gangguan pada orientasi.

e. Sikap Klien Terhadap Lansia


Klien mengatakan merasa senang tinggal dipanti, klien juga mampu
bersosialisasi dengan baik dengan sesama peghuni panti. Klien
merasa banyak teman dan banyak hal yang bisa dilakukan, klien
memandang dirinya positif “Ny.T mengatakan saya selalu menerima
apapun yang terjadi dalam hidup saya dan selalu berusaha menjalani
hidup ini. Saya yakin Tuhan memberi jalan dan mempunyai rencana
yang lebih baik untuk hidup saya”.

f. Mekanisme koping klien terhadap masalah yang ada


Ny.T jika ada masalah selalu mendekatkan diri kepada Tuhan nya,
dengan berdoa dan berusaha menerima apapun yang terjadi.

3. Pengkajian Sosial Ekonomi


a. Latar Belakang Klien
Ny.T seorang janda, suami klien sudah meninggal sejak tahun 2013
dan memiliki 2 orang anak, dulu Ny.T seorang pedagang pakaian
dan untuk kebutuhan sehari-hari didapatkan dari hasil berdagang.

b. Frekuensi hubungan sehari-hari


1) Dengan Keluarga
Komunikasi klien dengan keluarga baik jika ada masalah selalu
memberikan pendapat.
86

2) Dengan Masyarakat
Klien tidak ada masalah dengan masyarakat (lansia penghuni
panti), klien mudah bergaul dengan sesama lansia di panti.

3) Aktivitas Klien di Panti


Klien di panti selalu mengikuti jadwal yang sudah di cantumkan
oleh petugas panti, klien mengikuti aktivitas kegiatan yang
diadakan oleh panti seperti ibadah, senam, kerajinan dan
kunjungan kunjungan serta acara-acara lain yang di
selenggarakan dipanti.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Suhu : 36,7ºC
4) Nadi : 80x/ menit
5) Tekanan Darah : 170/90 mmHg
6) Pernafasan : 18x/ menit
7) Tinggi Badan : 160 cm
8) Berat Badan : 60 kg

b. Pemeriksaan dan Kebersihan perorangan


1) Kepala
a. Rambut
Bersih, pendek, tidak kusut, tidak berminyak, tidak ada
benjolan, sedikit beruban.

b. Mata
Simetris, konjungtiva an anemis, sclera an ikterik, pupil
isokor, lensa mata tampak sedikit keruh.
87

c. Hidung
Bersih, tidak ada polip, tidak ada cairan dari hidung, tidak
ada pernafasan cuping hidung.

d. Telinga
Bersih, serumen tidak ada, pendengaran baik dan cairan
telinga tidak ada.

2) Leher
Nadi karotis teraba kuat, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.

3) Dada/ Thorax
a. Dada
Bentuk dada simetris
b. Paru-paru
Suara nafas vasikuler, tidak ada bunyi suara nafas tambahan
(ronchi, wheezing), irama regular, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan.

4) Jantung
Pulsasi jantung teraba kuat, bunyi jantung normal Bj1 : lub Bj2
: dup, tidak ada bunyi jantung tambahan (gallop, murmur),
batas-batas jantung dalam batas normal.

5) Abdomen
Tidak ada distensi abdomen, bising usus 10x/ menit
88

6) Muskuloskeletal
Kesulitan pergerakan karena kelemahan pada ekstremitas
bawah bagian kanan.

Kekuatan otot 5555 5555


5555 3333
7) Lingkungan
Bersih, rapih dan nyaman.

5. Informasi Penunjang
a. Diagnosa Medis : HIPERTENSI
b. Laboratorium : tidak ada
c. Terapi Medis : Captopril 25mg 1x1

6. Resume Pengkajian
Klien bernama Ny.T berusia 60 tahun, klien seorang janda suami klien
sudah meninggal sejak tahun 2013, klien masih merasa kehilangan
suamninya karena cuma suami nya yang tinggal bersama. Klien memiliki
2 orang anak, Ny.T dulu pernah bekerja sebagai pedagang pakaian
didaerah taman kencana Jakarta barat selama 5 tahun lalu berhenti karena
klien sudah tidak mampu untuk bekerja, kemudian klien di bawa oleh
Pak Rt ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2 Cengkareng pada
tahun 2014. Status kesehatan saat ini klien mengeluh sering merasa
pusing, leher terasa berat dan kaku, mata terasa nyeri dan pandangan tiba-
tiba menjadi kabur. Adapun obat-obatan yang dikonsumsi Ny.T
Captopril 25 mg 1x1.
89

1. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan :  Keadaan umum : baik
 Penyakit darah tinggi  Kesadaran :
sejak 4 tahun yang lalu composmentis
 Sering merasa pusing dan  Suhu : 36.7ºC
tidak nyaman saat  Nadi : 80x/ menit
darahnya sedang naik  Tekanan Darah : 170/90
 Leher terasa berat dan mmHg
kaku  Pernafasan : 18x/ menit
 Mata suka merasa nyeri  Tinggi badan : 160 cm
dan pandangan tiba-tiba  Berat badan : 60 kg
menjadi kabur  Ny.T tampak meringis
 Nyeri seperti berdenyut- tapi masih mampu untuk
denyut dan tertarik beban menahan nyeri
 Nyeri timbul hampir  Klien menggunakan alat
setiap hari dan hilang bantu jalan (kursi roda)
timbul saat beraktivitas
 Nyeri berkurang setelah  Ruangan kamar klien
mengkonsumsi obat darah tampak rapih dan nyaman
tinggi  Klien tampak kesulitan
 Klien mengatakan rutin meluruskan kaki kanan
mengkonsumsi obat nya
captopril untuk  Kekuatan otot
mengontrol darah tinggi 5555 5555
 Klien tidak menyukai 5555 3333
ikan
 Makanan yang dihabiskan
1 porsi
 Sering mengkonsumsi
biskuit
90

 Kaki kanan tidak dapat


digerakkan, saat di angkat
sakit
 Kaki kanan bekas post op
karena fraktur
 Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat bantu
kursi roda
 Aktivitas dilakukan secara
mandiri namun dengan
sangat perlahan.
 Kaki kanan lemah dan
terasa sulit untuk dibawa
berjalan.
91

2. ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif Gangguan Peningkatan
Klien mengatakan : Rasa Nyaman Tekanan
 Penyakit darah tinggi Nyeri Vaskuler
sejak 4 yang yang lalu Serebral
 Sering merasa pusing
dan tidak nyaman saat
darahnya sedang naik
 Leher terasa berat dan
kaku
 Mata suka merasa
nyeri dan pandangan
tiba-tiba menjadi kabur
 Nyeri seperti
berdenyut-denyut dan
tertarik beban
 Nyeri hilang timbul
 Nyeri berkurang
setelah mengkonsumsi
obat darah tinggi
 Klien mengatakan
rutin mengkonsumsi
obat captopril untuk
mengontrol darah
tinggi

Data Objektif
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran
compsmentis
92

 Skala nyeri 8 (1-10)


 Suhu : 36,7ºC
 Tekanan Darah :
170/90 mmHg
 Ny.T tampak meringis
tapi masih mampu
untuk menahan nyeri
 Terapi :
Captopril 25mg 1x1

2. Data Subjektif Hambatan Kelemahan

Klien mengatakan : Mobilitas Fisik fisik pada

 Kaki kanan tidak dapat ekstremitas

digerakkan, saat di kanan bagian

angkat sakit bawah

 Kaki kanan bekas post


op karena fraktur
 Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat
bantu kursi roda
 Aktivitas dilakukan
secara mandiri namun
dengan sangat
perlahan.

Data Objektif
 Klien terdapat
kelemahan pada
ekstremitas bawah.
93

 Klien beraktivitas
selalu menggunakan
alat bantu kursi roda.
 Sulit untuk
diregangkan pada kaki
kanan dan kaki kanan
mengalami kelemahan.
 Kaki kiri dan kanan
pergerakan terbatas.
 Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333

3. Data Subjektif Resiko Jatuh Penurunan

Klien mengatakan : Kekuatan otot

 Kaki kanan lemah dan


terasa sulit untuk
dibawa berjalan.
 Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat
bantu kursi roda.

Data Objektif
 Klien terdapat
kelemahan ekstremitas
bawah bagian kanan.
 Tonus otot melemah
pada kaki kanan.
 Klien berjalan
menggunakan alat
bantu kursi roda.
94

 Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
1. Gangguan Rasa Nyaman 23 April 2018 25 April 2018
Nyeri berhubungan dengan
Peningkatan Tekanan
Vaskuler serebral ditandai
dengan :
Data Subjektif
Klien mengatakan :
 Penyakit darah tinggi
sejak 4 yang yang lalu
 Sering merasa pusing
dan tidak nyaman saat
darahnya sedang naik
 Leher terasa berat dan
kaku
 Mata suka merasa nyeri
dan pandangan tiba-
tiba menjadi kabur
 Nyeri seperti
berdenyut-denyut dan
tertarik beban
 Nyeri hilang timbul
 Nyeri berkurang
setelah mengkonsumsi
obat darah tinggi
95

 Klien mengatakan rutin


mengkonsumsi obat
captopril untuk
mengontrol darah
tinggi

Data Objektif
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran
compsmentis
 Skala nyeri 8 (1-10)
 Suhu : 36,7ºC
 Tekanan Darah :
170/90 mmHg
 Ny.T tampak meringis
tapi masih mampu
untuk menahan nyeri
 Terapi :
Captopril 25mg 1x1

2. 23 April 2018 25 April 2018


Hambatan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan
kelemahan fisik pada
ekstremitas kanan bagian
bawah ditandai dengan :
Data Subjektif
Klien mengatakan :
 Kaki kanan tidak dapat
digerakkan, saat di
angkat sakit
96

 Kaki kanan bekas post


op karena fraktur
 Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat
bantu kursi roda
 Aktivitas dilakukan
secara mandiri namun
dengan sangat
perlahan.

Data Objektif
 Klien terdapat
kelemahan pada
ekstremitas bawah.
 Klien beraktivitas
selalu menggunakan
alat bantu kursi roda.
 Sulit untuk
diregangkan pada kaki
kanan dan kaki kanan
mengalami kelemahan.
 Kaki kiri dan kanan
pergerakan terbatas.
 Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
97

3. Resiko jatuh berhubungan 23 April 2018 25 April 2018


dengan penurunan kekuatan
otot ditandai dengan :

Data Subjektif
Klien mengatakan :
 Kaki kanan lemah dan
terasa sulit untuk
dibawa berjalan.
 Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat
bantu kursi roda.

Data Objektif
 Klien terdapat
kelemahan ekstremitas
bawah bagian kanan.
 Tonus otot melemah
pada kaki kanan.
 Klien berjalan
menggunakan alat
bantu kursi roda.
 Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
98

4. RENCANA KEPERAWATAN

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan dan rasional
sebagai berikut :

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Nyeri berhubungan dengan Tujuan : 1. Kaji keadaan umum 1. Keadaan umum
peningkatan tekanan Setelah dilakukan tindakan klien dan TTV. menunjukan
vascular serebral ditandai keperawatan kepada Ny.T keadaan klien secara
dengan selama 3 x 24 jam utuh dengan
Data Subjektif diharapkan tekanan mengetahui TTV
Klien mengatakan : vaskuler tidak meningkat. terutama tekanan
 Penyakit darah tinggi Kriteria Hasil : darah untuk
sejak 4 yang yang lalu a. Melaporkan nyeri/ menentukan
 Sering merasa pusing ketidaknyamanan tindakan
dan tidak nyaman saat hilang atau terkontrol selanjutnya.
darahnya sedang naik b. Mengungkapkan
metode yang
99

 Leher terasa berat dan memberikan 2. Kaji tingkat nyeri 2. Untuk mengetahui
kaku pengurangan klien. tingkat nyeri klien
 Mata suka merasa c. Mengikuti regimen dengan
nyeri dan pandangan farmakologi yang menggunakan
tiba-tiba menjadi kabur diresepkan pengkajian PQRST.
 Nyeri seperti d. Tekanan darah dalam
berdenyut-denyut dan batas normal 3. Kaji lokasi intensitas 3. Untuk mengetahhui
tertarik beban dan skala nyeri. nyeri yang dirasakan

 Nyeri hilang timbul klien sehingga bisa

 Nyeri berkurang ditentukan

setelah mengkonsumsi .intervensi yang

obat darah tinggi tepat.

 Klien mengatakan
rutin mengkonsumsi 4. Bantu klien dalam 4. Untuk menghindari

obat captopril untuk ambulasi sesuai insiden kecelakaan

mengontrol darah dengan kebutuhan. atau terjatuh karena

tinggi pusing.
100

Data Objektif 5. Berikan tindakan non 5. Mengurangi atau


 Keadaan umum : baik farmakologi (Teknik menghilangkan sakit
 Kesadaran relaksasi otot kepala.
compsmentis progresif).
 Skala nyeri 8 (1-10)
 Suhu : 36,7ºC 6. Berikan penjelasan 6. Aktifitas yang

 Tekanan Darah : cara untuk meningkatkan

170/90 mmHg meminimalkan vasokontriksi

 Ny.T tampak meringis vasokontriksi menyebabkan sakit

tapi masih mampu mengurangi mengejan kepala.

untuk menahan nyeri saat BAB, Batuk


panjang, dan
membungkuk.

7. Kolaborasi dalam 7. Terapi untuk


pemberian obat menurunkan tekanan
penurun tekanan darah.
darah (captopril 1x1)
101

2. Hambatan Mobilitas Fisik Tujuan : 1. Kaji kemampuan 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan klien dalam sejauh mana
Cedera jaringan sekitar keperawatan kepada Ny.T mobilisasi. mobilisasi yang
fraktur ditandai dengan selama 3 x 24 jam dapat dilakukan.
Data Subjektif diharapkan hambatan
Klien mengatakan : mobilitas fisik dapat 2. Kaji luasnya 2. Untuk mengetahui
 Kaki kanan tidak dapat teratasi kerusakan secara luasnya kerusakan
digerakkan, saat di Kriteria Hasil : teratur. dan hambatan
angkat sakit a. Mempertahankan atau mobilisasi.
 Kaki kanan bekas post meningkatkan kekuatan 3. Lakukan latihan 3. Meningkatkan
op karena fraktur dan fungsi yang tentang gerak aktif sirkulasi, membantu
 Kesulitan berjalan dan terkena. pada ekstremitas mencegah
apabila berjalan harus b. Peningkatan dalam (ROM). kontraktur.
menggunakan alat aktivitas fisik.
bantu kursi roda c. Tidak ada komplikasi, 4. Anjurkan klien 4. Pergerakan agar

 Aktivitas dilakukan tidak adanya bagaimana merubah mengurangi

secara mandiri namun kontraktur. posisi dan berikan hambatan


d. Mempergerakan teknik bantuan jika mobilisasi.
atau gerakan yang diperlukan.
102

dengan sangat memungkinkan dalam 5. Anjurkan klien untuk 5. Untuk latihan aktif
perlahan. peningkatan aktivitas. membantu pergerakan dan respon baik
Data Objektif e. Peningkatan mobilisasi. dan latihan dengan ekstremitas yang
 Klien terdapat menggunakan tidak sakit.
kelemahan pada ekstremitas yang tidak
ekstremitas bawah. sakit untuk
 Klien beraktivitas menyokong yang
selalu menggunakan lemah.
alat bantu kursi roda.
 Sulit untuk 6. Kolaborasi dengan 6. Untuk memenuhi
diregangkan pada kaki ahli fisioterapi secara kebutuhan
kanan dan kaki kanan aktif latihan dan mobilisasi,
mengalami kelemahan. ambulasi klien. koordinasi dan

 Kaki kiri dan kanan kekuatan pada

pergerakan terbatas. ekstremitas.

 Kekuatan otot
5555 5555
3333 3333
103

3. Resiko jatuh berhubungan Tujuan : 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui sejauh


dengan kerusakan Setelah dilakukan tindakan klien dalam berdiri mana kemampuan
neuromuskuler, tekanan dan keperawatan kepada Ny.T dan berjalan klien dalam berjalan
disuse ditandai dengan : selama 3 x 24 jam dan berdiri
Data Subjektif diharapkan resiko jatuh
Klien mengatakan : tidak terjadi. 2. Berikan pencahayaan 2. Pencahayaan yang
 Kaki kanan lemah dan Kriteria Hasil : yang cukup cukup membuat saat
terasa sulit untuk a. Mampu meminimalkan mobilisasi lebih
dibawa berjalan. terjadinya resiko jatuh aman
 Kesulitan berjalan dan b. Mampu menjelaskan
apabila berjalan harus cara mencegah 3. Anjurkan klien untuk 3. Menghindari jatuh
menggunakan alat terjadinya resiko jatuh menggunakan alat karena lantai licin
bantu kursi roda. c. Mampu memodifikasi bantu saat beraktivitas
lingkungan yang aman
Data Objektif 4. Lakukan program 4. Mengajarkan
 Tonus otot melemah latihan fisik ROM rentang gerak sendi
pada kaki kanan. untuk menghindari
kekakuan saat
berjalan dan berdiri
104

 Klien berjalan
menggunakan alat 5. Bantu klien dalam 5. Menghindari resiko
bantu kursi roda. pergerakan sendi, cidera lebih lanjut
 Lantai didepan kamar batasan-batasan sendi
mandi panti terlihat
basah dan licin
 Ruangan kamar klien
rapih dan nyaman
 Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
105

5. IMPLEMETASI KEPERAWATAN

Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan


hipertensi sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat, maka
penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari yang dimulai dari
tanggal 23 - 25 April 2018

No Hari/Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf


Dx
1. Senin, 23 08.00 1. Mengkaji keadaa umum Ratih
April 2018 klien Paras
DS : Tari
Klien mengatakan sering
merasa pusing dan tidak
nyaman saat darahnya
sedang naik, leher terasa
berat dan kaku, mata
merasa nyeri dan
pandangan tiba-tiba
menjadi kabur.
DO :
Keadaan umum : baik.
Kesadaran :
Composmentis, Suhu :
36,7ºC, Nadi : 80 x/menit,
Tekanan Darah : 170/90
mmHg, RR :18x/menit.

08.15 2. Mengkaji tingkat nyeri


klien
DS :
106

Klien mengatakan nyeri


berdenyut-denyut dan
seperti tertarik beban,
nyeri hilang timbul.
DO :
Skala nyeri 8 (1-10).

08.20 3. Mengkaji lokasi intensitas


dan skala nyeri
DS :
Klien mengatakan nyeri di
bagian kepala, kaku
dibagian leher belakang,
mata merasa nyeri.
DO :
Skala nyeri 8 dari (1-10),
klien tampak meringis
namun masih bisa
tertahankan.

11.00 4. Memberikan tindakan non


farmakologi (Teknik
relaksasi otot progresif)
DS :
Klien mengatakan dapat
melakukan gerakan namun
belum maksimal.
DO :
Klien tampak relaks
setelah dilakukan teknik
relaksasi.
107

13.00 5. Memberikan penjelasan


cara untuk meminimalkan
vasokontriksi (mengurangi
mengejan saat BAB,
Batuk panjang, dan
membungkuk).
DS : -
DO :
Klien tampak
memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan
perawat

6. Memberikan tindakan
farmakologi captopril 25
mg 1 tablet
DS: -
DO: -
2. Senin, 23 13.10 1. Mengkaji kemampuan Ratih
April 2018 klien dalam mobilisasi Paras
DS : Tari
Klie mengatakan kesulitan
untuk berjalan dan kaki
kanan lemah
DO :
Klien tampak kesulitan
melakukan pergerakan
Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
108

10.00 2. Mengkaji luasnya


kerusakan awal secara
teratur
DS :
Klien mengatakan bagian
atau anggota tubuh yang
tidak bisa digunakan dan
digerakkan pada
ekstremitas bawah bagian
kanan.
DO :
Kelemahan tampak pada
ekstremitas bawah bagian
kanan

10.05 3. Melakukan latihan rentang


gerak aktif (ROM)
DS :
Klien mengatakan kaki
kanan bila digerakkan
sakit
DO :
Kaki kanan klien tampak
lemah.

14.00 4. Menganjurkan klien


bagaimana merubah posisi
dan memberikan bantuan
bila diperlukan.
109

DS :
Klien mengatakan bila
ingin merubah posisi
secara perlahan.
DO :
Klien tampak
menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas.

14.00 5. Menganjurkan klien untuk


membantu pergerakan dan
latihan dengan
menggunakan ekstremitas
yang tidak sakit untuk
menyokong yang lemah.
DS :
Klien mengatakan bila
menggerakan kaki kanan
harus dibantu.

3. Senin, 23 08.00 1. Mengkaji kemampuan Ratih


April 2018 klien dalam berdiri dan Paras
berjalan Tari
DS :
Klien mengatakan bila
berdiri dan bangun secara
perlahan.

DO :
Klien tampak perlahan dan
kesulitan bangun.
110

13.50 2. Memberikan pencahayaan


yang cukup.
DS : -
DO :
Klien tampak menyalakan
lampu kamar.

14.00 3. Menganjurkan klien untuk


menggunakan alat bantu
saat beraktivitas.
DS :
Klien mengtakan selalu
memakai kursi roda saat
beraktivitas.
DO :
Klien tampak
menggunakan kursi roda.
.
1. Selasa, 24 08.00 1. Mengkaji keadaan umum Ratih
April 2018 klien Paras
DS : Tari
Klien mengatakan
pusingnya akan berkurang
jika minum obat
DO :
Keadaan umum : baik,
Kesadaran :
Composmentis, Suhu :
36ºC, Nadi : 82 x/menit,
Tekanan Darah : 160/90
mmHg, RR : 19 x/menit.
111

08.05 2. Mengkaji tingkat nyeri


klien
DS :
Klien mengatakan
pusingnya berkurang
setelah minum obat, skala
nyeri 5 (1-10)
DO : -

08.10 3. Memberikan tindakan non


farmokologi (Teknik
relaksasi otot progresif)
DS :
Klien mengatakan senang
saat diajarkan teknik
relaksasi dan sudah
beberapa hafal
gerakannya.
DO :
Klien tampak kooperatif
dan mengikuti semua
gerakan yang diberikan.

09.00 4. Menjelaskan cara untuk


meminimalkan
vasokontriksi (mengurangi
mengejan saat BAB,
Batuk panjang, dan
membungkuk)
DS :
Klien mengatakan setelah
diberi penjelasan kemarin
112

mulai mengurangi
mengejan dan menunduk
DO :
Setelah diberikan
penjelasan pada hari senin
kemarin , klien mampu
meminimalkan
vasokontriksi untuk
meminimalkan rasa
pusingnya.

09.00 5. Memberikan terapi sesuai


program captopril 25 mg 1
tablet
DS : -
DO : obat sudah diminum.

2. Selasa, 24 09.00 1. Mengkaji kemampuan Ratih


April 2018 klien dalam mobilisasi Paras
DS : Tari
Klien mengatakan mampu
menggerakan kaki kanan.
DO :
Klien tampak mampu
menggerakan ekstremitas
bawah bagian kanan.

09.10 2. Melakukan latihan rentang


gerak aktif (ROM)
DS :
Klien mengatakan latihan
hanya mengangkat kaki
113

09.30 kanan dan menggerakan


kaki kanan
DO :
Klien dibantu dalam
pergerakkan sendi-sendi.

10.00 3. Menganjurkan klien


bagaimana merubah posisi
dan memberikan bantuan
bila diperlukan.
DS :
Klien mengatakan bila
ingin berjalan bangun
perlahan.

11.00 4. Menganjurkan klien untuk


membantu pergerakan dan
latihan dengan
menggunakan ekstremitas
yang tidak sakit untuk
menyokong yang lemah
DS :
Klien mengatakan kaki
kiri jarang membantu kaki
kanan dalam pergerakan
DO :
Klien tampak mengangkat
kaki kanan tanpa bantuan.

3. Selasa, 24 11.05 1. Mengkaji kemampuan Ratih


April 2018 klien dalam berdiri dan Paras
berjalan. Tari
114

DS :
Klien mengatakan bila
berdiri dan bangun secara
perlahan.
DO :
Klien tampak mampu
bangun dan berdiri.

11.10 2. Memberikan pencahayaan


yang cukup.
DS : -
DO :
Klien tampak menyalakan
lampu kamar.

1. Rabu, 25 08.00 1. Mengkaji keadaan umum Ratih


April 2018 klien Paras
DS : Tari
Klien mengatakan pusing
masih ada namun hilang
timbul, kaku pada leher
masih ada namun
berkurang.
DO :
Keadaan umum : baik
Kesadaran :
Composmentis
Suhu : 36ºC
Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 150/100
mmHg
RR : 18 x/menit
115

08.05 2. Mengkaji lokasi intensits


dan skala nyeri
DS :
Klien mengatakan setelah
minum obat pusing
berkurang, kaku pada
leher masih ada namun
berkurang, skala nyeri 4
(1-10)

DO :
Klien tampak
menunjukkan raut wajah
yang cukup relaks.

08.10 3. Mengajarkan tindakan non


farmakologi (teknik
relaksasii otot progresif)
DS :
Klien mengatakan senang
saat diajarkan oleh
perawat.
DO :
Klien mengikuti gerakan
dengan cukup semangat.

08.20 4. Memberikan terapi


farmakologi captopril 25
mg 1 tablet
DS : -
DO : obat sudah diminum
116

2. Rabu, 25 09.00 1. Mengkaji kemampuan Ratih


April 2018 klien dalam mobilisasi Paras
DS : Tari
Klien mengatakan
mampu menggerakan
kaki kanan
DO :
Klien tampak mampu
menggerakan ekstremitas
bawah bagian kanan.

09.10 2. Melakukan latihan


rentang gerak aktif dan
ROM
DS :
Klien mengatakan
mampu melakukan nya.
DO :
Klien tampak mengikuti
gerakan sampai selesai.

09.20 3. Menganjurkan klien


bagaimana merubah
posisi dan memberikan
bantuan bila diperlukan.
DS :
Klien mengatakan
mampu merubah posisi.
DO :
Klien tampak mampu
merubah posisi sendiri.
117

09.35 4. Menganjurkan klien


untuk membantu
pergerakan dan latihan
dengan menggunakan
ekstremitas yang tidak
sakit untuk menyokong
yang lemah.
DS :
Klien mengatakan sudah
dapat mengangkat kaki
yang lemah dengan
mandiri.
DO :
Klien tampak
mengangkat kaki kanan
secara perlahan.

3. Rabu, 25 10.00 1. Mengkaji kemampuan Ratih


April 2018 klien dalam berdiri dan Paras
berjalan Tari
DS :
Klien mengatakan
mampu berdiri dengan
secara perlahan.
DO :
Klien tampak bangun
dan berdiri secara
perlahan.
118

13.00 2. Menganjurkan klien


untuk menggunakan alat
bantu saat beraktivitas.
DS :
Klien mengatakan saat
melakukan aktivitas
pakai kursi roda.
DO :
Klien tampak memakai
kursi roda

6. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang sudah dilakukan penulis setelah tindakan keperawatan
selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 23 April – 25 April 2018 dapat
dilihat dari catatan perkembangan sebagai berikut :

No. Tanggal SOAP Paraf


Dx
1. Rabu/25 S: Ratih
April 2018 Klien mengatakan pusing masih ada Paras Tari
namun hilang timbul, kaku pada
leher masih ada namun berkurang.
Skala nyeri 4 (1-10)
O:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36ºC
Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
RR : 18 x/menit
119

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Minimalkan aktivitas yang dapat
meningkatkan sakit kepala, seperti
mengejan saat BAB, batuk panjang,
dan membungkuk.

2. Rabu/ 25 S: Ratih
April 2018 Klien mengatakan mampu Paras Tari
menggerakan kaki kanan .
Klien menagtakan sulit melatih
gerak dan jarang melakukan ROM.
Klien mengatakan dapat merubah
posisi.
Klien mengatakan mampu
mengangkat kaki kanan yang lemah
secara mandiri dengan perlahan.
O:
Klien tampak mampu menggerakan
ekstremitas bawah bagian kanan,
adanya peningkatan pergerakan
mobilisasi.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Motivasi klien untuk latihan gerak
aktif, pergerakan sendi, ROM.
120

3. Rabu/ 25 S: Ratih
April 2018 Klien mengatakan bila berdiri Paras Tari
bangun dengan perlahan. Klien
mengatakan melakukan pergerakkan
dengan bertahap..
O:
Klien tampak bangun berdiri secara
perlahan. Klien melakukan
pergerakan sendi ekstremitas atas
dan bawah.
A:
Masalah Teratasi
P:
Anjurkan klien selalu menggunakan
alat bantu saat beraktivitas.
121

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teoritis dengan
laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba membandingkan
antara tinjauan teoritis dan laporan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar aman
dan nyaman pada lansia Ny.T dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 02 Cengkareng dengan mengikuti tahap-tahap proses keperawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, mengacu pada proses pengkajian yang terdapat pada
tinjauan teoritis, dan konsep pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Untuk
tehnik mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara, pemeriksaan
fisik, observasi klien, dan melihat status. Terdapat beberapa kendala karena
kurang lengkapnya catatan keperawatan, alat pengukur tekanan darah yang
tidak valid (rusak), hasil penunjang yang tidak memadai karena belum
tersedianya laboratorium, serta kurang lengkapnya buku-buku edisi terbaru
tentang pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan hipertensi.

Pada tinjauan teori, penyebab dan tanda gejala dari hipertensi yaitu Genetik,
usia, stress fisik dan psikis obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas
fisik, dengan tanda gejala sakit kepala, biasanya di tengkuk dan leher, dapat
muncul saat terbangun, dan berkurang saat siang hari. Tanda gejala lain
terjadi akibat kerusakan organ target dan dapat mencakup nokturia, bingung,
mual dan muntah, dan gangguan penglihatan.

121
122

Pada tinjauan teoritis menurut Abraham Maslow terdapat kebutuhan dasar


manusia yaitu, fisiologis (oksigen), cairan (minum), nutrisi (makan),
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, istirahat tidur, serta kebutuhan seksual,
rasa aman nyaman, kebutuhan rasa dicintai, harga diri, kebutuhan aktualisasi
diri. Namun, pada penderita hipertensi kebutuhan dasar yang terganggu
menurut teori maslow yang ada pada kasus Ny.T adalah kebutuhan rasa aman
dan keselamatan, hal ini terjadi klien mengatakan sering merasakan sakit
kepala jika darahnya tinggi kepala terasa berat, sering pusing, pandangan
sering menjadi kabur.

Pada landasan teori hipertensi klien mendapatkan pemeriksaan penunjang dan


laboratorium yang spesifik mengenai hipertensi, seperti pemeriksaan EKG,
CT scan, IUP serta data laboratorium yang meliputi : kolestrol total serum,
kolestrol LDL dan HDL serum, Trigliserida serum, hemoglobin, hematokrit.
Sedangkan data yang didapatkan oleh penulis hanya pemeriksaan tekanan
darah dan mendokumentasikan selama 3 hari perawatan pada tanggal 23-25
april 2018.

Pada aspek sosial secara teori lansia akan mengalami gangguan dalam
bersosialisasi, karena lansia cenderung memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematian, sedangkan pada kasus
Ny.T tidak ditemukan, karena Ny.T masih bisa bersosialisasi dengan biak dan
berinteraksi dengan lansia lain nya, serta masih aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang diadakan di PSTW Budi Mulia 02 Cengkareng.

Pada aspek psikologis secara teoritis lansia akan mengalami gejala psikologis
berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, mudah marah, mudah
tersinggung dan curiga karena seorang lansia tidak dibutuhkan lagi,
sedangkan pada kasus Ny.T tidak ditemukan gangguan psikologis, Ny.T saat
di wawancara menunjukan ekspresi wajah senang, klien juga terbuka dengan
masalah-masalah yang dihadapi. Dalam teori pada lansia masa janda dapat
123

memperberat depresi bagi wanita lanjut usia, sedangkan pada Ny.T klien
menerima status jandanya dalam arti koping klien terhadap masalah yang
dihadapi baik dalam fase menerima.

Pada aspek spiritual secara teoritis bahwa lansia akan matur dalam kehidupan
keagamaannya, sementara pada kasus Ny.T cukup baik dalam melakukan
ibadah klien melakukan kebaktian di aula, hal ini sesuai dengan tinjauan
teoritis bahwa lansia akan matur dalam kehidupan keagamaannya.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan proses pengkajian dan data yang terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka penulis merumuskan
diagnosa keperawatan berdasarkan data-data tersebut. Berdasarkan teori
diagnosa yang terdapat pada pasien hipertensi, yaitu :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi ventricular.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan fisik, pola hidup
monoton, keyakinan budaya.
5. Infektif koping individual berhubungan dengan mudah terserang
penyakit, krisis situasional, perubahan dalam hdup, relaksasi tidak
adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, nutrisi buruk, harapan yang
tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metode koping tidak efektif.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan, keterbatasan
kognitif, menyangkal diagnosis.
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada
ekstremitas kanan bagian bawah.
8. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
124

Diagnosa yang terdapat pada tinjauan kasus yaitu :


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral.
Terjadi karena klien mengatakan sering merasakan sakit kepala, jika
darahnya tinggi kepala terasa berat dan leher terasa kaku serta terasa tidak
nyaman berdenyut-denyut pada alis seputar mata dan pandangan menjadi
kabur.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada
ekstremitas kanan bagian bawah.
Terjadi karena klien mengatakan kaki kanan tidak dapat digerakkan saat
diangkat sakit, kesulitan berjalan dan apabila berjalan harus
mmenggunakan kursi roda.
3. Resiko cidera jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Terjadi karena klien mengatakan kaki kanan lemah dan terasa sulit untuk
dibawa berjalan, dan berhati-hati karena takut terjatuh saat kepalanya
sedang pusing dan pandangan suka kabur.

C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun urutan prioritas, menentukan
tujuan, kriteria hasil serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
pada semua diagnosa yang muncul. Pada perencanaan untuk diagnosa
prioritas masalah pada tinjauan teoritis yaitu diagnose Resiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokardia, hipertopi ventricular. Data yang menunjukkan untuk
terjadi nya diagnosa prioritas resiko tinggi penurunan curah jantung sesuai
konsep teori tidak mendukung pada kasus Ny.T karena tidak ditemukan tanda
gejala seperti pembesaran jantung, gangguan irama jantung, penurunan
aktivitas serta hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung seperti hasil
EKG, CT Scan dan IUP.
125

Pada tinjauan kasus yang menjadi prioritas yang didapatkan oleh penulis
adalah gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral. Hal ini dikarenakan pada kasus Ny.T sesuai dengan teori
yang didukung data Tekanan darah yang tinggi 170/90 mmHg, sering merasa
pusing, terasa kaku pada leher. Penulis merencanakan tujuan keperawatan
selama tiga hari diharapkan Nyeri yang dialami klien hilang dan terkontrol.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada
ekstremitas kanan bagian bawah. Terjadi karena klien mengatakan kaki kanan
tidak dapat digerakkan saat di angkat sakit, kesulitan berjalan dan apabila
berjalan harus menggunakan kursi roda. Penulis merencanakan tujuan selama
tiga hari diharapkan mobilisasi pasien dapat teratasi. Resiko cidera jatuh
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Terjadi karena klien
mengatakan kaki kanan lemah dan terasa sulit untuk dibawa berjalan, dan
berhati-hati karena takut terjatuh saat kepalanya sedang pusing dan
pandangan suka kabur. Penulis merencanakan tujuan selama tiga hari
diharapkan tidak terjadi resiko jatuh.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksaan ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah ditetapkan atau ditentukan, pelaksanaan
dilakukan dengan memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana
yang tersedia diruangan. Pelaksanaan keperawatan dilakukan oleh penulis
selama 3 hari dimulai dari tanggal 23-25 April 2018. Semua alat yang
mendukung pelaksanaan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis untuk
memberikan asuhan keperawatan. Untuk pelaksanaan tindakan keperawatan
Teknik Relaksasi Otot Progresif sendiri juga dilakukan oleh penulis sebagai
mahasiswa perawat dan media seperti lembar balik telah disiapkan oleh
penulis. Tidak ada ahli fisioterapi dan perawat panti yang melakukan secara
rutin kepada Ny.T sehingga penulis melakukan Teknik Relaksasi Otot
Progresif secara mandiri selama proses perawatan. Pelaksanaan perawatan
pada Ny.T dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah
dibuat, namun ada beberapa rencana tindakan yang tidak dilakukan yaitu
126

membantu klien dalam pergerakan sendi, batasan-batasan sendi. Pelaksanaan


yang sering dilakukan yaitu melakukan teknik relaksasi otot progresif dan
melakukan rentang gerak aktif atau range of motion (ROM) baik secara aktif
maupun pasif.

Dalam pelaksanaan kegiatan ada faktor-faktor yang mendukung dan


menghambat dalam implementasi yang dilakukan. Faktor yang mendukung
antara lain klien dapat kooperatif dalam mengatasi masalah sesuai diagnosa
yang ada, sedangkan faktor yang menghambat antara lain kurang tersedia alat
dalam melakukan pemeriksaan fisik.

E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran
keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis dari tanggal 23-25 april 2018. Adapun dalam evaluasi menulis
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planning).
Evaluasi yang penulis lakukan selama 3 hari berturut-turut, adapun hasil dari
evaluasi tersebut adalah dua diagnosa yang teratasi sebagian dan satu
diagnosa yang teratasi.

Masalah yang teratasi adalah :


1. Resiko cidera jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Diagnosa ini dapat teratasi selama 3 hari, karena klien mengatakan sudah
mengerti cara mencegah terjadinya resiko jatuh dengan menggunakan
alat bantu kursi roda, menjauhi lantai yang licin.

Sedangkan masalah yang teratasi sebagian adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.


Karena klien mengatakan pusing masih ada namun hilang timbul, kaku
pada leher masih ada namun berkurang.
127

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada


ekstremitas kanan bagian bawah. Diagnosa ini dapat teratasi sebagian
karena klien jarang melakukan ROM, dan klien mengatakan kesulitan
bila melakukan gerakan-gerakan tersebut.
128

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil
pembahasan Asuhan Keperawatan pada Lansia Ny.T dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler :
Hipertensi selama 3 hari dari tanggal 23-25 April 2018 di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 02 Cengkareng Jakarta Barat. Penulis mengambil kesimpulan
baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :

A. Kesimpulan
Hasil pengkajian pemeriksaan diagnostik atau data penunjang yang dilakukan
pada Ny.T yaitu tidak adanya hasil laboratorium yang spesifik mengenai
hipertensi seperti pemeriksaan EKG, CT Scan, IUP, serta data laboratorium
yang meliputi : kolestrol total serum, kolestrol LDL dan HDL serum,
Trigliserida serum, hemoglobin, dan hematokrit. Dalam kebutuhan dasar yang
terganggu menurut teori Maslow adalah gangguan aman dan nyaman
disebabkan karena adanya penurunan atau perubahan sistem kardiovaskuler.

Diagnosa yang muncul pada kasus Ny.T tidak sesuai dengan diagnose prioritas
yang ada di tinjauan teoritis, diagnosa yang muncul apada kasus Ny.T yang ada
yaitu gangguan aman nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik pada ekstremitas kanan bagian bawah, dan resiko jatuh berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot.

Rencana keperawatan yang diterapkan untuk Ny.T dibuat berdasarkan tinjauan


teoritis. Yang menjadi prioritas dalam tinjauan teoritis adalah resiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi ventricular, namun dari data yang

128
129

didapatkan diagnosa pada Ny.T yang menjadi prioritas adalah gangguan aman
nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.

Pelaksanaan keperawatan pada Ny.T dilakukan sesuai dengan rencana tindakan


keperawatan yang telah dibuat, ada beberapa rencana tindakan yang tidak
dilakukan karena memandang pada kondisi Ny.T dan kondisi dipanti.
Pelaksanaan yang tidak dilakukan yaitu membantu klien dalam pergerakan
sendi, batasan-batasan sendi.

Tahap evaluasi masalah yang dapat teratasi yaitu resiko jatuh berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot. Sedangkan masalah yang teratasi sebagian
yaitu gangguan aman nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik pada ekstremitas kanan bagian bawah.

B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di PSTW Budi Mulia 02
Cengkareng dan bedasarkan kesimpulan yang telah dibuat oleh penulis, maka
saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Tim perawat dan untuk Panti diharapkan dapat melengkapi alat pengukur
tekanan darah yang akurat untuk mempermudah lansia dipanti untuk
memeriksakan kesehatannya, perawat panti menyediakan waktu untuk
untuk melakukan teknik relaksasi otot progresif pada klien dengan
Hipertensi dan mendokumentasikan yang sudah dilakukan.
2. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber
buku yang lengkap dengan edisi terbaru, khususnya tentang Hipertensi dan
pemenuhan kebutuhan dasar lansia dengan Hipertensi.
130

DAFTAR PUSTAKA

A. Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar kebutuhan


dasar manusia. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Alimul hidayat, A. Azis. 2009. Pengantar kebutuhan dasar manusia


aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Aspiani, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi


NANDA, NIC, dan NOC Jilid 1. Jakarta : Trans Info Media.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Usia Lanjut 2014 : Jakarta vii-ix.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta :
EGC.

Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori


dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanut Usia. Jakarta :


Salemba Medika.

Lemone, Priscilla. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3 edisi 5.


Jakarta : EGC.

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.


Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta :


EGC.
131

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI tahun 2013. Diakses: 20 Februari 2018,
dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%
20Riskesdas%20 2013.pdf.

Setiyati, Siti & dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 6
jilid 2. Jakarta : Interna Publishing.

Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitaas Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.
132

Lampiran

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Pokok pembahasan : Hipertensi

Topik :

1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif


2. Tujuan Relaksasi Otot Progresif
3. Indikasi Relaksasi Otot Progersif
4. Kontraindikasi Relaksasi Otot Progresif
5. Teknik Relaksasi Otot Progresif

Sasaran : Ny.T

Penyuluh : Ratih Paras Tari

Hari/Tanggal : 23 April 2018

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang Pisang PSTW Budi Mulia 02 Cengkareng

A. Tujuan Intuksional Umum (TIU)


Setelah menigkuti pendidikan kesehatan cara melakukan teknik relaksasi otot
progresif selama 40 menit diharapkan Ny.T dapat melakukan gerakan relaksasi
otot progresif.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan cara melakukan teknik relaksasi otot
progresif selama 40 menit diharapkan Ny.T dapat menjelaskan dan
mendemonstrasikan gerakan secara minimal tentang :
1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif
2. Tujuan Relaksasi Otot Progresif
133

3. Indikasi Relaksasi Otot Progresif


4. Kontraindikasi Relaksasi Otot Progresif
5. Teknik Relaksasi Otot Progresif

C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Demonstrasi
4. Tanya jawab

D. Media
Leafle

E. Materi
Terlampir

F. Kegiatan
1. Persiapan
a. Berpakaian rapih dan sopan
b. Mempersiapkan media untuk penyuluhan : leaflet, tempat melakukan
relaksasi : tempat tidur, bantal.

2. Pelaksanaan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Membalas salam
(5 Menit) pembukaan penyuluh -
2. Menjelaskan 2. Mendengarkan
tujuan dan
penyuluhan memperhatikan
134

3. Menjelaskan 3. Mendengarkan
kontrak waktu dan
memperhatikan
Pelaksanaan Penjelasan Materi : Mendengarkan
(25 menit) 1. Pengertian dengan aktif dan Leaflet
Relaksasi Otot mengikuti gerakan
Progresif yang diajarkan oleh
2. Tujuan penyuluh
Relaksasi Otot
Progresif
3. Indikasi
Relaksasi Otot
Progresif
4. Kontraindikasi
Relaksasi Otot
Progresif
5. Teknik
Relaksasi Otot
Progresif
Penutup 1. Memberikan 1. Menjawab
(10 menit) beberapa pertanyaan
pertanyaan 2. Mempraktikan
untuk gerakan yang
mengevaluasi telah dipelajari
sejauh mana 3. Menyimpulkan -
pemahaman 4. Mendengarkan
pasien dan
2. Meminta pasien memperhatikan
mempraktekan 5. Membalas
kembali apa salam penutup
yang sudah
diajarkan
135

3. Menyimpulkan
secara bersama-
sama
4. Mengakhiri
penyuluhan
5. Memberi salam
penutup

3. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Persiapan klien : duduk menghadap kearah penyuluh
2. Peserta diharapkan dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Perawat telah membuat kontrak sebelumnya dengan pasien
4. Perawat telah mempersiapkan materi dengan baik

b. Evaluasi Proses
1. Peserta tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung
2. Peserta dapat berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan penyuluh
4. Peserta dapat mengikuti dan mengulang beberapa gerakan yang
diajarkan dengan baik.
c. Evaluasi hasil
1. Klien mampu menyebutkan pengertian dan tujuan relaksasi otot
progresif
2. Klien mampu mengikuti gerakan yang diajarkan dengan baik
dan mengulang gerakan kembali dengan baik saat diminta oleh
penyuluh
136

Lampiran 1

TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

A. Pengertian
Menurut Herodes, Terapi Relaksasi Otot Progresif adalah teknik relaksasi otot
yang tidak menggunakan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Berdasarkan
keyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik Relaksasi Otot Progresif
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik relaksasi otot progresif
merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan
menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi (Setyoadi, 2011).

B. Tujuan
Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif (Herodes, 2010) :
1. Menurunkan Ketegangan Otot, Kecemasan, Nyeri Leher, dan Punggung,
Tekanan Darah Tinggi, Frekuensi Jantung dan Laju Metabolik.
2. Mengurangi Disritmia Jantung, Kebutuhan Oksigenasi.
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang trejadi ketika klien sadar dan tidak
memfokuskan perhatian serta relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
6. Mengatasi insomnia, depresi kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan.
7. Membangun emosi positif dari emosi negative.

C. Indikasi
1. Lansia yang mengalami gangguan tidur
2. Lansia yang sering mengalami stress
137

3. Lansia yang mengalami kecemasan


4. Lansia yang mengalami depresi

D. Kontraindikasi
1. Lansia yang memiliki keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakan
badan
2. Lansia yang menjalani perawatan tirah baring, bedrest

E. Prosedur Tindakan
Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan, kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
Persiapan klien :
e) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi
kepada klien.
f) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
dengan menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut, atau duduk di kursi
dengan kepala di topang, hindari posisi berdiri.
g) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
h) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
ketat.

Prosedur

Gerakan 1 : Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan

f) Genggam tangan kiri sambil membuat satu kepalan.


g) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi.
h) Pada saat kepalan dlepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama
10 detik.
138

i) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
j) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Gerakan 2 : Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang, gerakan


ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.

Gerakan 3 : Ditujukan untuk melatih otot biseps (Otot besar pada bagian atas
lengan).

c) Genggam kedua tangan sehingga membuat kepalan.


d) Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.

Gerakan 4 : Ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur

c) Angkat kedua bahu setinggi tingginya seakan akan menyentuh kedua


telinga.
d) Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan yang terjadi
dibahu, punggung atas, dan leher.

Gerakan 5 dan 6 : Ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti


otot dahi, mata, rahang dan mulut).

c) Gerakan otot dahi dengan cara mengerukan dahi dan alis sampai otot
terasa dan kulitnya keriput.
d) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar
mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
139

Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh


otot rahang, katupan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan di sekitar otot rahang.

Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut, bibir


di moncongkan sejuat kuatnya sehingga akan di rasakan ketegangan di
sekitar mulut.

Gerakan 9 : Ditujukan untuk merelakskan otot leher bagian depan maupun


belakang.

d) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan.
e) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
f) Letakkan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.

Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.

c) Gerakan membawa kepala ke muka.


d) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.

Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung.

e) Angkat tubuh dari sandaran kursi.


f) Punggung di lengungkang.
g) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
140

h) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot


menjadi lemas.

Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

e) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-


banyak nya.
f) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian
dada sampai turun ke perut, kemudian di lepas.
g) Saat ketegangan di lepas, lakukan nafas normal dengan lega.
h) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.

Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut.

d) Tarik dengan kuat perur ke dalam.


e) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
f) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).

e) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.


f) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis.
g) Tahan posisi tegang selama 10 detik.
h) Ulangi setiap gerakan masing-masing 2 kali .
141

DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :

RATIH PARAS TARI Yuni Herlina Sary


2015750035
2013750051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


142
143

Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HUDUP

Nama : Ratih Paras Tari

Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 20 Juni 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Bentengan I RT 01 RW 05 NO 25

Kelurahan Sunter Jaya Kecamatan Tanjung Priok

Jakarta Utara

Pendidikan

1. TK Bakti tahun 2000-2002


2. SDN Sumur Batu 08 tahun 2002-2008
3. SMPN 152 Jakarta tahun 2008-2011
4. SMAN 72 Jakarta tahun 2011-2014
5. D III Keperawatan FIK UMJ 2015-2018
144
145

Anda mungkin juga menyukai