Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

Jurnal Bimbingan Konseling


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN


DAN IMPLIKASINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Heri Saptadi 

Prodi Bimbingan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstract


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan faktor-faktor pendukung kemampuan
Diterima Agustus 2012 santri dalam menghafal Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota
Disetujui September 2012 Semarang. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif induktif.
Dipublikasikan November Sebagai informan adalah ustadz dan santri pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman,
2012 Kota Semarang. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi langsung, dokumentasi,
wawancara mendalam (in-dept interview). Untuk menguji keabsahan digunakan triangulási
Keywords: data. Teknik analisa data menggunakan model analisa interaktif yang dikembangkan oleh
Memorizing Al Qur’an Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Motivasi santri untuk
Supporting factors menghafal Al Qur’an berasal dari keluarga khususnya orang tua, teman-teman sekolah atau
Santri sesama santri, guru, serta kyai pondok pesantren, (2) Pengetahuan dan pemahaman arti
atau makna Al-Qur’an oleh santri pada umumnya mereka merasa kurang, sebagai sikap
rendah hati agar tidak disebut sombong; (3) Cara belajar: pengaturan dalam menghafal Al
Qur’an yaitu mengaji 3 kali sehari, menambah hafalan setiap hari 1-2 halaman, muroja’ah,
dan sema’an, musabahah. Target dalam menghafal Al Qur’an yaitu khatam dalam waktu 3
tahun; yang meliputi: memasukkan dalam memori ingatan, mengungkapkan ingatan dalam
bentuk bacaan secara tepat, mengulang kembali pada saat itu maupun pada saat yang lain;
(4) Fasilitas yang mendukung kemampuan menghafal Al Qur’an antara lain asrama pondok,
aula, ruang belajar untuk setoran hafalan, mushola, dan masjid agung Kauman Semarang, (5)
Aplikasi mengahafal Al Qur’an dalam bimbingan dan konseling yaitu pada kegiatan layanan
bimbingan belajar.

Abstract
This study aims to describe supporting factors to memorize Al Qur’an at pondok pesantren
Raudhatul Qur’an Kauman, Semarang City. This research employs qualitative approach,
that is inductive descriptive. Informants are ustadz and santri of pondok pesantren Raud-
hatul Qur’an Kauman, Semarang City. Data was collected by using a direct observation,
documentation, in-depth interview. To test out the validity, this study uses data triangulation.
Data were analysed by using interactive analysis model developed by Miles and Huberman.
It reveals that: (1) The motivation of santri to memorize Al Qur’an come from their family
especially parents, peers, teachers, and the kyai of pondok pesantren, (2) Santri’s knowledge
and understanding or meanings about Al-Qur’an is low, as trying to be modest; (3) Learning
style: managing the memorization of Al Qur’an that is 3 times a day, adding lines every 1-2
pages, muroja’ah, and dictation, musabahah. Targets in memorizing Al Qur’an is to finish
in 3 years; include: internationalizing, expressing memory in perfect pronunciation, repeating
all over again; (4) Supporting facilities to memorize Al Qur’an are pondok dormitory, hall,
learning center, mushola, and masjid agung Kauman Semarang, (5) The implementation of
memorizing Al Qur’an in guidance and counselling is in teaching and learning process.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
Email: jurnalpps@unnes.ac.id
Heri Saptadi / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

Pendahuluan target hafalan yang lebih cepat dari pengetahuan


dan pemahaman mereka tentang arti atau makna
Pengembangan kemampuan menghafal Al Al-Qur’an; (3) pengaturan dalam menghafal Al
Qur’an di pondok pesantren dimaksudkan untuk Qur’an oleh santri telah terjadwal, namun tetap
membantu santri dalam menyelesaikan hafalan fleksibel dan efektif (4) fasilitas untuk menghafal
Al Qur’an santri. Pengembangan kemampuan Al Qur’an belum memadai, namun santri banyak
menghafal Al Qur’an sebagai salah satu syarat yang memenuhi target hafalan, (5) otomatisasi
untuk menyelesaikan pendidikan santri pada hafalan oleh santri dalam menghafal Al Qur’an
pesantren khusus pengahafal Al Qur’an. Berbagai dilakukan di berbagai tempat dan pada setiap
upaya pengembangan kemampuan menghafal Al waktu, sehingga ditemui banyak santri yang
Qur’an para santri diharapkan akan membantu melakukan hafalan di masjid maupun di pondok,
santri dalam mencapai tujuan pendidikan (6) pengulangan hafalan oleh santri dalam
serta tercapainya perkembangan santri dalam menghafal Al Qur’an merupakan aktivitas utama
menghafal Al Qur’an secara optimal. Namun santri, yang merupakan ciri khas dari pondok
pada kenyataannya, pelaksanaan pengembangan tahfidzul Qur’an dengan pondok pesantren
kemampuan diri tidak berjalan mudah dan lancar. pada umumnya, (7) adanya beberapa kesulitan
Banyak kendala yang menghambat baik dari segi dan hambatan dalam menghafal Al Qur’an oleh
sumber daya manusia, santri, sistem yang ada, santri, antara lain lokasi pondok di pusat kota
sarana prasarana, dan sebagainya. Semarang yang sangat padat dan bising dekat
Faktor-faktor yang mempengaruhi pusat perekonomian yaitu pasar Johar, sehingga
kualitas menghafal, menurut Putra dan Issetyadi, mengurangi konsentrasi santri dalam menghafal.
(2010:16) berasal dari faktor internal dan Permasalahan yang akan diungkap dalam
eksternal. Faktor internal antara lain: (a) kondisi penelitian ini antara lain :
emosi, (b) keyakinan (belief), (c) kebiasaan 1. Bagaimanakah motivasi santri untuk
(habit), dan cara memproses stimulus. Faktor menghafal Al Qur’an di pondok pesantren
eksternal, antara lain: (a) lingkungan belajar, dan Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang?
(b) nutrisi tubuh. 2. Bagaimanakah pengetahuan dan
Berdasarkan pendapat Alfi (2002: pemahaman tentang Al-Qur’an oleh santri
4), faktor – faktor yang mendukung dan di pondok pesantren Raudhatul Qur’an
meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an Kauman, Kota Semarang?
sebagai berikut: (1) motivasi dari penghafal, (2) 3. Bagaimanakah pengaturan dalam menghafal
mengetahui dan memahami arti atau makna yang Al Qur’an oleh santri di pondok pesantren
terkandung dalam Al-Qur’an, (3) pengaturan Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang?
dalam menghafal, (4) fasilitas yang mendukung, 4. Apa sajakah fasilitas untuk menghafal Al
(5) otomatisasi hafalan, dan (6) pengulangan Qur’an di pondok pesantren Raudhatul
hafalan. Qur’an Kauman, Kota Semarang?
Pada pondok pesantren Raudhatul 5. Bagaimanakah proses otomatisasi hafalan
Qur’an Kauman, Kota Semarang kegiatan oleh santri dalam menghafal Al Qur’an
menghafal Al Qur’an merupakan kegiatan utama di pondok pesantren Raudhatul Qur’an
yang merupakan kurikulum utama sebagai Kauman, Kota Semarang?
pondok pesantren yang meluluskan para penghafal 6. Apa sajakah kesulitan, hambatan, dan
Al Qur’an sejak tahun 1950-an. Fenomena yang solusinya dalam menghafal Al Qur’an
didapati ada santri yang lebih cepat lulus sebagai oleh santri di pondok pesantren Raudhatul
hafidz Al Qur’an dan sebagian lainnya masih Qur’an Kauman, Kota Semarang?
tertunda karena mengalami berbagai hambatan. Penelitian ini salah satu tujuannya adalah
Berdasarkan survey pendahuluan, Mendeskripsikan motivasi santri untuk menghafal
ditemukan beberapa fenomena proses menghafal Al Qur’an dan mendeskripsikan pengetahuan
Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul dan pemahaman tentang Al-Qur’an oleh santri di
Qur’an Kauman, Kota Semarang antara lain pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman,
sebagai berikut: (1) motivasi santri untuk Kota Semarang.
menghafal Al Qur’an rata-rata sangat kuat,
terbukti para santri berasal dari berbagai daerah Metode
di Pulau Jawa maupun luar Jawa untuk menjadi
penghafal Al Qur’an, (2) pengetahuan dan Pendekatan penelitian ini adalah penelitian
pemahaman arti atau makna Al-Qur’an oleh kualitatif. Beberapa alasan penggunaan penelitian
santri belum diketahui, namun santri memiliki kualitatif, Dalam penelitian ini, terdapat

118
Heri Saptadi / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

beberapa fokus penelitian, yaitu: faktor-faktor modul, (3) Dalam proses pembelajaran lebih
determinan kemampuan santri dalam menghafal dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan
Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
Qur’an Kauman, Kota Semarang. Kriteria menghindari hukuman; (4) Tingkah laku yang
santri yang hafal Al Qur’an di pondok pesantren diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya
Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal
yaitu: (1) mampu melafalkan Al Qur’an dengan variable ratio reinforcer, (5) dalam pembelajaran
baik dan benar tanpa melihat kitab Al Qur’an, (2) digunakan shapping. Kekeliruan penerapan Skinner
mampu melafalkan Al Qur’an secara urut ayat adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu
demi ayat, (3) mampu melanjutkan penggalan cara mendisiplinkan siswa. Hukuman yang baik
bacaan ayat Al Qur’an, (4) mampu mengoreksi menurut Skinner adalah anak merasakan sendiri
kesalahan hafalan/ bacaan yang dilafalkan orang konsekuensinya dari perbuatan.
lain. Adapun santri yang belum hafal berarti Implikasi pembelajaran menghafal Al
belum memenuhi kriteria tersebut, baik sebagian Qur’an bagi bimbingan dan konseling yaitu
maupun seluruhnya, Pengumpulan data dalam pada layanan penguasaan konten. Layanan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Penguasaan Konten (PKO) merupakan layanan
Teknik Observasi Langsung, Teknik bantuan oleh individu (sendiri-sendiri ataupun
Dokumentasi, Teknik Wawancara Mendalam. dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif atau kompetensi tertentu melalui kegiatan.
maka analisa datanya berupa analisis diskriptif, Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu
sebab dengan analisa yang diskriptif akan merupakan konten yang didalamnya terkandung
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan. fakta dan data, konsep, hukum dan aturan,
Penelitian diskriptif biasanya mempunyai dua nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan terkait
tujuan, yang pertama adalah untuk mengetahui didalamnya. Layanan penguasaan konten
perkembangan saran fisik tertentu atau frekuensi membantu menguasai aspek-aspek konten
tersedianya suatu aspek fenomena sosial tertentu. tersebut secara tersinergikan. Melalui layanan
Yang kedua adalah untuk mendiskripsikan secara penguasaan konten, individu diharapkan mampu
terperinci fenomena sosial tertentu, umpamanya memenuhi kebutuhannya serta mengatasi
interaksi, sosial, sistem kekerabatan dan lain- masalah-masalah yang dialaminya. Dengan
lain. Adapun teknik analisa data yang digunakan penguasaan konten yang dimaksud itu individu
untuk menganalisa masalah yang sudah yang bersangkutan lebih mampu menjalani
dirumuskan terdahulu digunakan model analisa kehidupannya secara efektif (effective daily living).
interaktif, yang dikembangkan oleh Miles dan Komponen layanan penguasaan konten
Huberman (2000:20). Teknik analisis interaktif adalah Konselor, individu atau klien dan konten
terdiri dari empat komponen analisis, yaitu yang menjadi isi layanan.
Pengumpulan Data, Reduksi Data, Sajian Data, 1. Konselor
Penarikan Kesimpulan. Konselor adalah tenaga ahli pelayanan
konseling, penyelenggara layanan PKO
Hasil Dan Pembahasan dengan menggunakan berbagai modus dan
media layanannya. Konselor menguasai
Dalam hal menghafal, guru/ kyai memiliki konten yang menjadi isi layanan PKO yang
peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa diselanggarakannya.
dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan 2. Individu
yang diinginkan Skinner membagi menjadi 2 jenis Konselor menyelenggarakan layanan PKO
respon: (1) Responden. Respon yang terjadi karena terhadap seorang atau sejumlah individu yang
stimulus khusus misalnya Pavlo, (2) Operans. memerlukan penguasaan atas konten yang
Respon yang terjadi karena situasi random. Operans menjadi isi layanan. Individu adalah subjek
conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang meneriman layanan, sedangkan Konselor
operans yang dapat mengakibatkan perilaku adalah pelaksana layanan. Individu penerima
tersebut dapat diulang kembali atau menghilang layanan PKO dapat merupakan peserta didik
sesuai keinginan.  (siswa disekolah), klien yang secara khusus
Prinsip belajar Skinners adalah : (1) Hasil memerlukan bantuan konselor, atau siapapun
belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika yang memerlukan penguasaan konten tertentu
salah dibetulkan jika benar diberi penguat, (2) demi pemenuhan tuntutan perkembangan
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang dan/atau kehidupannya.
belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem

119
Heri Saptadi / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

3. Konten umum dan motivasi belajar menghafal Al Qur’an


Konten merupakan isi layanan PKO, yaitu dan pelajaran agama.
satu unit materi yang menjadi pokok bahasan Dalam pelajaran umum, motivasi
atau materi latihan yang dikembangkan belajar semata-mata untuk tujuan kehidupan
oleh Konselor dan diikuti atau dijalani oleh dunia, baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik.
individu peserta layanan. Konten PKO dapat Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi belajar
diangkat dari bidang-bidang : dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan
a. Pengembangan kehidupan pribadi dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan
b. Pengembangan kemampuan hubungan dengan aktivitas belajar sendiri. Yang tergolong
sosial bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (a)
c. Pengembangan kegiatan belajar belajar demi memenuhi kewajiban, (b) belajar
d. Pengembangan dan perencanaan karir demi menghindari hukuman yang diancamkan,
e. Pengembangan kehidupan berkeluarga (c) belajar demi memperoleh hadiah material
f. Pengembangan kehidupan beragama yang dijanjikan, (d) belajar demi meningkatkan
Berkenaan dengan semua bidang gengsi sosial, (e) belajar demi memperoleh
pelayanan dimaksudkan dapat diambil dan pujian dari orang yang penting, (f) belajar demi
dikembangkan berbagai hal yang kemudian tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau
menjadi topik atau pokok bahasan, bahan demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/
latihan, dan/atau kegiatan yang diikuti oleh golongan administratif. Motivasi intrinsik;
peserta pelayanan PKO. Konten dalam PKO itu kegiatan belajar dimulai dan diteruskan,
sangat bervariasi, baik dalam bentuk, materi, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan
dan acuannya. Acuan yang dimaksud itu dapat dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan
terkait dengan tugas perkembangan peserta aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar
didik; kegiatan dan hasil belajar nilai, moral dan karena : (a) ingin mengetahui seluk –beluk suatu
tatakrama pergaulan; peraturan dan disiplin, masalah, (b) ingin menjadi orang yang terdidik,
bakat, minat, dan berkeluarga; dan secara khusus (c) ingin menjadi ahli di bidang studi tertentu, (d)
permasalahan atau klien. Kegiatan spesifik santri ingin menjadi orang yang kaya ilmu.
tersebut di atas menunjukkan kuatnya semangat
dan motivasi belajar, tekun, dan disiplin. Aplikasi Simpulan
dalam konteks bimbingan dan konseling yaitu
dalam kegiatan bimbingan belajar, yaitu dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
menumbuhkan motivasi belajar tidak semata- pembahasan yang telah dijelaskan, maka
mata tujuan materi, tetapi juga yang bersifat dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
ukhrowi, yaitu kehidupan masa depan yang lebih pendukung kemampuan untuk menghafal Al
cerah di akhirat. Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an
Bimbingan belajar merupakan bidang Kauman, Kota Semarang sebagai berikut.
bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk Motivasi santri untuk menghafal Al
mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an
diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk Kauman, Kota Semarang berasal dari keluarga
menguasai pengetahuan dan keterampilan serta khususnya orang tua, teman-teman sekolah atau
menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada sesama santri, guru, serta kyai pondok pesantren.
tingkat yang lebih tinggi. Dalam praktiknya, para Pengetahuan dan pemahaman arti atau
ustadz dan kyai memberikan bimbingan kepada makna Al-Qur’an oleh santri didapatkan dari
para santri agar santri mampu mengembangkan pembelajaran Tafsir Al Qur’an dari kitab Jalalain
diri secara nyata yaitu memiliki hafalan Al dan Tafsir Ibnu Katrsier sebagai kitab rujukan
Qur’an secara benar tanpa mengalami kesalahan memahami Al Qur’an dan Ilmu Nahwu dan
sedikitpun. Guna mencapai tujuan tersebut, kyai Sharaf. Pembelajaran Tafsir ini tidak didapatkan
membimbing para santri agar memiliki sikap dan di sekolah-sekolah umum.
kebiasaan belajar yang baik, diawali dengan rasa Pengaturan dalam menghafal Al Qur’an di
tulus ikhlas dalam belajar menghafal Al Qur’an pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman,
untuk mencari ridho Allah, berniat ibadah agar Kota Semarang yaitu mengaji 3 kali sehari,
amal usahanya berpahala. Ustadz dan kyai sema’an (membaca dan mendengarkan) Al
memotivasi para santri dengan ayat Al Qur’an Qur’an dengan sesama santri untuk saling
dan Hadits tentang keutamaan menghafal Al membandingkan hafalan, muroja’ah (mengulang-
Qur’an hingga kehidupan di akhirat kelak. Hal ulang hafalan ) dan musabahah (membaguskan
inilah yang membedakan motivasi belajar secara bacaan) dengan cara mengaji di depan guru atau

120
Heri Saptadi / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

kyai. otomatisasi (muraja’ah) hafalan oleh santri dalam


Fasilitas yang mendukung kemampuan menghafal Al Qur’an.
Anda untuk menghafal Al Qur’an di pondok Beberapa saran dari hasil penelitian ini
pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota adalah Motivasi santri untuk menghafal Al
Semarang antara lain adalah asrama pondok, Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an
aula, ruang belajar untuk setoran hafalan, Kauman, Kota Semarang perlu ditingkatkan dari
mushola, dan dekat masjid agung Kauman segi instrinsik agar hafalan bertahan dan tidak
Semarang. hilang, pengetahuan dan pemahaman arti atau
Otomatisasi hafalan Al Qur’an Anda makna Al-Qur’an oleh santri perlu ditingkatkan
dalam menghafal Al Qur’an di pondok pesantren dengan mempelajari kitab-kitab tafsir lain seperti
Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang tafsir Ibnu Katsier, pengaturan dalam menghafal
yaitu santri menghafalkan ayat demi ayat, Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul
menambah hafalan setiap hari 1-2 halaman, Qur’an Kauman, Semarang perlu ditargetkan
tadarus (membaca dan mempelajari) dan lebih cepat, yaitu 2 tahun, karena sebagian
muroja’ah (pengulangan hafalan) Al Qur’an besar waktu mereka adalah untuk menghafal Al
dalam menghafal Al Qur’an yaitu dengan Qur’an, fasilitas yang mendukung kemampuan
tadarus hingga 10 juz per hari sehingga memiliki untuk menghafal Al Qur’an di pondok pesantren
otomatisasi hafalan dalam menghafal Al Qur’an. Raudhatul Qur’an Kauman, Semarang perlu
Aplikasi mengahafal Al Qur’an yang ditambah antara lain penggunaan peralatan
dilakukan santri di pondok pesantren Raudhatul audio MP3 dan Al Qur’an digital, perlu dilakukan
Qur’an Kauman, Kota Semarang dalam pengembangan penelitian lebih lanjut tentang
bimbingan dan konseling yaitu pada kegiatan menghafal Al Qur’an dan implikasinya dalam
layanan bimbingan belajar. Untuk itulah perlu layanan bimbingan dan konseling.
pendekatan bimbingan belajar dengan tujuan : (1)
mengenali jati diri, siapa sebenarnya diri kita dan Daftar Pustaka
untuk apa kita diciptakan oleh Allah Yang Maha
Pencipta, (2) Menyeimbangkan kecerdasan Alfi, Muhammad Yaseen. 2002. Sebuah Pendekatan
intelektual, emosi dan spiritual (seimbang antara Linguistik Terapan untuk Meningkatkan Peng-
IQ, EQ dan SQ) agar hidup bahagia dan harmonis, hafalan Quran Suci: Saran untuk Merancang
Kegiatan Praktek untuk Belajar dan Mengajar.
(3) Meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan
College Pendidikan, Universitas King Saud,
kepercayaan diri, (4) Menyeimbangkan otak kiri- Riyadh, Arab Saudi
kanan, melejitkan daya ingat hingga beberapa kali Alfi, Muhammad Yaseen. 1423H. Sebuah Pendekatan
lipat dari semula, (5) Menumbuhkan keberanian Linguistik Terapan untuk Meningkatkan Peng-
berbicara, agar tidak canggung lagi untuk hafalan Al Quran Suci: Saran untuk Meran-
berbicara di depan umum. cang Kegiatan Praktek untuk Belajar dan Men-
Faktor-faktor pendukung kemampuan gajar. Riyadh: Jurnal Pendidikan Universitas
santri dalam menghafal Al Qur’an di pondok King Saud, Riyadh, Arab Saudi.
pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Moloeng LJ. ( 2001 ). Metodologi Penelitian Kualita-
tif. Bandung : penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Semarang meliputi: motivasi santri, pengetahuan
Winkel, WS. 2007. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT
dan pemahaman tentang Al-Qur’an oleh santri, Gramedia.
pengaturan dalam menghafal Al Qur’an,
fasilitas untuk menghafal Al Qur’an, dan proses

121

Anda mungkin juga menyukai