Anggota Kelompok 7 :
Kelas : FA
SURABAYA
2021
A. Penghimpunan Dana Pada Perbankan Syariah
Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank
untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak
kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposn
dengan pihak kreditur. Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah
menggunakan instrumen yang sama dengan instrumen penghimpunan dana pada
perbankan konvensional, yaitu:
Ketiga instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK).
Meskipun menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja pada masing-masing
instrumen penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan
pada bank konvensional. Perbedaan mendasar mekanisme kerja instrumen
penghimpunan syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan di bank
konvensional.
Penghimpunan dana pada perbankan syariah dapat dilihat dari skema dibawah ini :
Dari skema diatas dapat diketahui bahwa mekanisme penghimpunan dana baik
giro, tabungan ataupun deposito pada bank syariah hanya mengenal dua jenis, yaitu
mekanisme wadiah (titipan) dan mekanisme mudharabah (bagi hasil).
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan sja spenyimpan
menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untukmenjaga keselamatan
barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud
dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang, dokumen, surat
berharga dan barang lain yangberhara disisi islam.
Jenis penghimpunan dana prinsip wadiah terdiri dadi dua jenis, yaitu :
Karateristik wadiah yad al amanah, adalah;
Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan
kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindah bukuan. Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dapat dipersamakan dengan itu. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan.
Ketentuan Tabungan Wadiah sebagai berikut:
1. Bersifat simpanan.
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
Giro Wadiah
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Termasuk
di dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam
rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu
perkara. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan. Ketentuan tentang
Giro Wadiah sebagai berikut:
1. Bersifat titipan.
2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya)
yang bersifat sukarela dari pihak bank.
C. Penghimpun Dana Prinsip Mudharabah
1. Ada mudharib.
2. Ada pemilik dana.
3. Ada usaha yang akan dibagi hasilkan.
4. Ada nisbah.
5. Ada ijab qabul.
1. Dalam transaksi ini nasabah beritndak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya
termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dan deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.