Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

“Akuntansi Penghimpunan Dana”

Anggota Kelompok 7 :

1. Agus Sucipto (2018310173)

2. Rindi Eka Oktaviana Putri (2018310236)

3. Intan Nurrahmaningtyas (2018310253)

4. Alifia Ain Nindya (2018310286)

Kelas : FA

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2021
A. Penghimpunan Dana Pada Perbankan Syariah

Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank
untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak
kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposn
dengan pihak kreditur. Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah
menggunakan instrumen yang sama dengan instrumen penghimpunan dana pada
perbankan konvensional, yaitu:

1. Giro, adalah simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan


setiap saat selama saldo simpanan masih ada dengan menggunakan cek, surat
perintah pembayaran lainnya dan bilyet giro atau surat perintah pemindahbukuan.
2. Tabungan, adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
3. Deposito, adalah salah satu jenis tabungan yang dibuka oleh bank untuk para
nasabah atau masyarakat, yang jangka waktu penarikannya mempunyai periode
tertentu (1 bulan, 3 bulan, 12 bulan dan seterusnya).

Ketiga instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK).
Meskipun menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja pada masing-masing
instrumen penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan
pada bank konvensional. Perbedaan mendasar mekanisme kerja instrumen
penghimpunan syariah terletak pada tidak adanya bunga yang lazim digunakan di bank
konvensional.

Penghimpunan dana pada perbankan syariah dapat dilihat dari skema dibawah ini :
Dari skema diatas dapat diketahui bahwa mekanisme penghimpunan dana baik
giro, tabungan ataupun deposito pada bank syariah hanya mengenal dua jenis, yaitu
mekanisme wadiah (titipan) dan mekanisme mudharabah (bagi hasil).

B. Penghimpun Dana Prinsip Wadiah

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan sja spenyimpan
menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untukmenjaga keselamatan
barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian dan sebagainya. Yang dimaksud
dengan “barang” disini adalah suatu yang berharga seperti uang, dokumen, surat
berharga dan barang lain yangberhara disisi islam.

Rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah:

1. Barang yang dititipkan,


2. Orang yang menitipkan/ penitip,
3. Orang yang menrima titipan/ penerima titipan, dan
4. Ijab Qabul.

Jenis Penghimpun Dana Prinsip Wadiah

Jenis penghimpunan dana prinsip wadiah terdiri dadi dua jenis, yaitu :

1. Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang yang dititipkan


tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan
dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika
selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak
dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan
dapat dikenakan biaya penitipan. 

Karateristik wadiah yad al amanah, adalah;

 Barang titipan murni.


 Tidak boleh digunakan oleh penerima titipan.
 Titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisiknya.
 Penerima titipan tidak bertanggung jawab atas  kerusakan yang terjadi.
 Dikenakan biaya titipan.
 Dalam perbankan diaplikasikan sebagai safe deposit box.

2.      Wadiah Yad Ad Dhamanah, merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al


Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi
izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Penyimpan
mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap kehilangan/ kerusakan
barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi
hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/ dana dapat
diberikan semacam insentif berupa bonus, yang tidak disyaratkan sebelumnya.

Karateristik Wadiah Yad Ad Dhamanah adalah;

 Pengembangan dari wadi’ah Yad Al Amanah.


 Penerima titipan diizinkan menggunakan dan mengambil manfaatnya.
 Kehilangan/kerusakan merupakan tanggung jawab dari penyimpan.
 Semua keuntungan dari titipan hak penerima titipan.
 Penitip dapat menerima bonus yang tidak diisyaratkan sebelumnya.
 Dalam perbankan dapat diaplikasikan pada Rekening giro (current account)
dan Rekening tabungan (saving account).
Tabungan Wadiah

Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan
kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindah bukuan. Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dapat dipersamakan dengan itu. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan.
Ketentuan Tabungan Wadiah sebagai berikut: 

1. Bersifat simpanan. 
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
Giro Wadiah

Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Termasuk
di dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam
rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu
perkara.  Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan. Ketentuan tentang
Giro Wadiah sebagai berikut: 

1. Bersifat titipan. 
2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya)
yang bersifat sukarela dari pihak bank. 
C. Penghimpun Dana Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan betindak


sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah dapat pula dana
tersebut digunakan bank unuk melakukan mudharabah ke dua. Hasil usaha ini akan
dibagi hasilkan berdasarkn nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakan nya
untuk melakukan mydharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang terjadi.

Rukun mudharabah terpenuhi sempurna bila ada yaitu :

1. Ada mudharib.
2. Ada pemilik dana.
3. Ada usaha yang akan dibagi hasilkan.
4. Ada nisbah.
5. Ada ijab qabul.

Jenis Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip


mudharabah terbagi menjadi dua yaitu :

1. Mudharabah Mutlaqah ( investasi tidak terikat )


Mudharabah Mutlaqah merupakan salah satu produk dari Musyarakah, dimana
dana merupakan 100 % milik bank. dana ini dapat digunakan untuk kegiatan usaha
nasabah sesuai kehendak nasabah. Bank yang memiliki produk seperti ini harus
betul-betul selektif dalam memilik calon debitur/nasabah, karena resiko yang
ditanggung bank adalah 100% dari dana yang disalurkan. Oleh karena itu biasanya
Produk Mudharabah terkait dengan Projek-projek singkat yang berasalah dari
pemerintah atau perusahaan yang kredible dan nasabah yang kompeten dan
terpercaya dalam mengerjakannya.

2. Mudharabah Muqayadah (Investasi Terikat)


Perbedaan Mudharabah Muqayadah dengan Mutlaqah adalah disisi penggunaan
dana yang diterima nasabah. penggunaannya terikat syarat-syarat dari pemilik
dana. Waktu dan jenis usaha sudah ditentukan sebelumnya. Bank mempertemukan
pemilik dana dan calon debitur/nasabah dan memfasilitasi pencairan dana dan
penerimaan angsuran modal dan bagi hasil dari nasabah. Bank akan mendapatkan
jasa/fee dari kegiatan ini.
Tabungan Mudharabah

Tabungan adalah simpanan yang penrikannya hanya dapat dilakukan


menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau
alat yang dipersamakan dengan itu. Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan
penghimpunan dana bentuk lainnya menggunakan akad mudharabah pada dasarnya
mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait
dengan akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25,
dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam
akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah
temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.

Ketentuan Tabungan Mudharabah sesuai  Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:

1. Dalam transaksi nasabah bertindak sebagai shahibul mal/pemilik dana dan


bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
Deposito Mudharabah
Depisito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
hanya pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah (penyimpan) dengan
bank syariah (Unit Usaha Syariah). Perbedaannya dengan deposito konvensional
adalah terlihat pada akad dan sistem bagi hasil yang ditawarkan.

Ketentuan Deposito Mudharabah sesuai  Fatwa Dewan Syariah Nasional adalah:

1. Dalam transaksi ini nasabah beritndak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya
termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dan deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai