Oleh:
Master William David Philips
512018086
2
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan dan proses isolasi,
pemurnian dan identifikasi Trichoderma sp. dari rhizosfer
tanaman bambu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu mengidentifikasi morfologi
fungi Trichoderma sp. yang didapatkan dalam praktikum
METODE
5/11/2020
31/10/2020
20/10/2020
5/11/2020
31/10/2020
20/10/2020
3.2 Pembahasan
Pengendalian biologi (hayati) menunjukkan alternatif yang dapat dilakukan
tanpa harus memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya, salah
satunya adalah dengan pemanfaatan agen hayati seperti virus, jamur atau cendawan,
serta bakteri. Beberapa jamur atau cendawan mempunyai potensi sebagai agens hayati
dari dari jamur patogenik diantaranya adalah Trichoderma spp. (Baker dan Cook,1983
dalam Tindaon, 2008). Jamur Trichoderma spp. digunakan sebagai jamur atau
cendawan antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses
mikroparasitisme, antibiosis, dan kompetisi (Mukerji dan Garg, 1988 dalam Rifai, et.
al., 1996).
Menurut Harman (2004) klasifikasi taksonomi dari Trichoderma sp adalah:
Kingdom : Fungi
Divisio : Deuteromycota
Class : Deuteromycetes
Subkelas : Deuteromycetidae
Ordo : Moniliales
Familia : Moniliacea
Genus : Trichoderma
Pemisahan mikroorganisme perlu dilakuan untuk mengetahui jenis,
karakteristik, morfologi, fisiologi, kultural mikroorganisme tersebut, yang kemudian
dikenal dengan teknik pemisahan mikroorganisme yang disebut dengan isolasi
(Irianto,2006). Isolasi merupakan sejumlah rangkaian yang dilakukan untuk
memisahkan mikroorganisme dengan bertujuan untuk mendapatkan hasil kultur murni
(isolat). Isolat yang dihasilkan kemudian ditumbuhkan pada media yang terpisah,
sehingga mampu tumbuh dengan baik. Pada praktikum kali akan menggunakan sampel
cendawan Trichoderma sp dari akar yang diambil dari rizosfer tanaman bambu. pada
tahap isolasi ini menggunakan metode secara langsung yang dimana dengan
memotong bagian akar dan selanjutnya disterilisasi secara bertahap. Kemudian setelah
itu Potongan akar yang sudah kering diletakkan pada media kultur potato dextrose
agar (PDA) dalam petridish, lalu diinkubasi selama kurang lebih 7 hari pada suhu
ruang (27°C). Cendawan yang diduga Trichoderma memiliki karakteristik seperti
warnah hijau muda sampai tua, hifa menyebar cepat dan merata, bentuk koloni bulat.
Trichoderma yang telah tumbuh pada medium PDA kemudian dimurnikan dengan cara
dipisahkan dari cendawan lain lalu ditumbuhkan pada medium PDA yang baru.
Purifikasi dilakukan pada koloni jamur yang dimungkinkan merupakan koloni dari
Trichoderma sp. berdasarkan kenampakan morfologinya meliputi warna koloni dan
bentuk koloni. Purifikasi dilakukan dengan cara pengambilan koloni jamur yang
dimungkinkan merupakan koloni dari Trichoderma sp. dengan menggunakan jarum
ose dan ditanam pada cawan petri yang berisi media agar padat. Kegiatan purifikasi
dilakukan pada Laminar Air Flow (LAF) untuk mencegah adanya kontaminasi dari
mikroorganisme lain selama proses purifikasi. Setelah dilakukan purifikasi, hasil
purifikasi tersebut diinkubasi dan
Proses identifikasi dilakukan dengan cara pengamatan baik secara morfologi
atau fisiologi. Pengamatan secara morfologi meliputi bentuk koloni, struktur
koloni,bentuk sel, ukuran sel, serta pewarnaan sedangkan pengamatan secara fisiologis
yaitu secara uji biokimia.( Irianto 2006) Morfologi Trichoderma sp. yang didapat
memiliki ciri-ciri seperti koloni berwarna putih sampai hijau tua, permukaan ada yang
kasar dan ada juga yang halus dengan tepi halus dan berwarna putih, beberapa terdapat
lingkaran konsentris. Isolat kapang yang telah murni di identifikasi secara makroskopis
(morfologi dan mikroskopis, yaitu dengan mengamati beberapa karakter morfologi
baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis
BAB V. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa Trichoderma spp. mempunyai potensi yang baik untuk
dikembangkan sebagai agens hayati dalam pengendalian penyakit tanaman, hal ini dikarenakan sifat
Trichoderma spp. sebagai cendawan antagonis yang dianggap aman bagi lingkungan karena cendawan ini
berasal dari tanah dan dapat berfungsi sebagai pengurai unsur hara tanaman serta dalam pengendalian
penyakit memberikan hasil yang cukup memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Harman, G.E., Charles, R.H., Viterbo,A., Chet, I. and Lorito, M.
2004.Trichodermaspeciesopportunistic, avirulent plantsymbionts. Journal
Nature Rev 2:43-54.
Rifai, M., Mujim S., dan Aeny T. N. 1996. Pengaruh lama investasi
Trichodermaviride terhadap intensitas serangan Pythium sp. pada kedelai.
JurnalPenelitian Pertama VII. Vol. 8 : 20-25.