Anda di halaman 1dari 12

ISOLASI, PURIFIKASI DAN IDENTIFIKASI

FUNGI TRICHODERMA SP. DARI RIZHOSFER


TANAMAN BAMBU

Oleh:
Master William David Philips
512018086

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2021
i
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Patogen tanaman sering menimbulkan masalah yang cukup serius bagi petani
dalam usaha membudidayakan tanamannya, itu karena, akibat yang ditimbulkan
oleh patogen tersebut dapat menurunkan hasil produksi para petani. Salah satu
bentuk serangan dan gejala yang ditimbulkan dari pathogen tersebut ialah pada
bagian akar tanaman, akar tanaman yang terinfeksi patogen akan terlihat ditumbuhi
dengan benang-benang jamur berwarna putih (miselia) dan menyebabkan tanaman
menjadi layu sehingga mengakibatkan penurunan produksi tanaman.
Upaya yang telah dilakukan para petani untuk mengendalikan serangan
patogen pada tanaman mereka, saat ini telah banyak dicoba atau digunakan antara
lain penggunaan jenis tanaman yang tahan maupun penggunaan pestisida kimia
sintesis. Akan tetapi untuk jenis tanaman tahan terhadap patogen ketersediaan
benih atau bibitnya masih jarang tersedia, sedangkan pestisida kimia sintesis jika
digunakan secara tidak bijaksana dapat menimbulkan masalah baru lagi, baik
masalah terhadap lingkungan sekitar, produk tanaman, maupun Kesehatan pada
manusianya (Walker dan Stachecki, 2002).
Oleh karena itu, untuk mencapai produksi yang optimal dengan kondisi
lingkungan yang lestari perlu dilakukan pengendalian secara hayati dengan tetap
memelihara keselarasan, keserasian dan keseimbangan lingkungan sekitar. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan musuh utama patogen,
dalam hal ini antara lain dengan Trichoderma sp. Trichoderma sp. merupakan salah
satu jenis fungi yang banyak dijumpai pada semua jenis tanah dan pada berbagai
habitat yang merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai
agensia hayati pengendali patogen tular tanah (soil borne) dan telah menjadi
perhatian penting sejak beberapa dekade terakhir ini karena kemampuannya
sebagai pengendali biologis terhadap beberapa patogen tanaman (Harman et al.,
2004).
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk mengisolasi,
mengidentifikasi, dan karakterisasi jamur Trichoderma sp.

2
1.2 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan dan proses isolasi,
pemurnian dan identifikasi Trichoderma sp. dari rhizosfer
tanaman bambu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu mengidentifikasi morfologi
fungi Trichoderma sp. yang didapatkan dalam praktikum

BAB II. METODE PELAKSANAAN

METODE

2.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan :


Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tanaman,
Fakultas Pertanian Dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Waktu praktikum dilakukan pada tanggal 15 februari - 29 maret
2021 dalam proses pembuatan Isolasi dan Purifikasi (pemurnian),
serta tahapan akhir melakukan Identifikasi pada tanggal 5 Maret
2021.

2.2 Alat dan Bahan:


A. Alat:
1. Erlenmeyer 500 ml
2. Beaker glass 500 ml
3. Beaker glass 1000 ml
4. Autoclave
5. Inkubator
6. Pengaduk gelas steril
7. Lemari Es
8. Botol selai
9. Hot plate
10. Shaker
11. Pisau
12. Talenan
13. Sentrifuse
B. Bahan:
1. Susu sapi segar 4 L
2. Kapas
3. Aluminium foil
4. Susu asam (Yoghurt dan Yakult)
5. CaCl2
6. Rennet
7. Kain saring steril
8. Larutan garam jenuh
9. Nacl
10. Asam asetat
11. Kertas pH
12. NaOH
2.3 Cara Kerja :
A. Pembuatan Rennet

1. Abomasum dibelah membujur dan lapisan mukosanya dipisahkan


dari dinding luarnya

2. Kemudian mukosa dicincang dengan pisau hingga kecil kemudian


ditambahkan asam asetat 10% dengan perbandingan 1:2 dan di
shaker selama 24 jam

3. Hasil shaker di sentrifugasi dengan kecepatan 2750rpm selama 15


menit sebanyak 4 kali

4. Selanjutnya dipisahkan endapan dengan menuang cairan pada wadah


gelas

5. Filtrat dikumpulkan dan dinetralkan dengan larutan NaOH 1N


hingga pH 5

6. Larutan rennet diendapkan dengang cara ditambahkan tetesan


ammonium sulfat sampai tampak endapan/koagulasi/suspense

7. Endapan yang terjadi selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan


5000rpm selama 15 menit

8. Endapan rennet lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu


40-50C sampai kadar air menjadi 5%

9. Selanjutnya ekstrak rennet disimpan pada suhu 5C

B. Pembuatan Starter Keju pertama


1. Masukkan 250ml susu sapi segar ke dalam botol selai dan di tutup rapat
2. Di autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit
3. Setelah dingin (suhu sekitar 35 C) di tambahkan susu asam (yoghurt
cimory dan yakult) lalu di aduk menggunakan pengaduk steril
4. Peram dalam incubator dengan suhu 30 C selama 48 jam dan akan
diperoleh starter keju 1
C. Starter keju cara kedua :
1. Dimasukkan 250 ml kedalam panci alumunium
2. Di pasteurisasi/dipanaskan menggunakan kompor hingga suhu mencapai 85 C
3. Setelah agak dingin, diperam dalam incubator pada suhu 30 C dan diperoleh
starter keju 2
D. Pembuatan starter keju cara ketiga :
1. Dimasukkan susu sapi segar ke dalam panci alumunium
2. Di pasteurisasi/dipanaskan menggunakan kompor hingga suhu 65 C selama 15
menit
3. Setelah agak dingin diperam dalam incubator selama 48 jam dan akan
diperoleh starter keju 3
BAB III. HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

5/11/2020

31/10/2020

20/10/2020
5/11/2020

31/10/2020

20/10/2020
3.2 Pembahasan
Pengendalian biologi (hayati) menunjukkan alternatif yang dapat dilakukan
tanpa harus memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya, salah
satunya adalah dengan pemanfaatan agen hayati seperti virus, jamur atau cendawan,
serta bakteri. Beberapa jamur atau cendawan mempunyai potensi sebagai agens hayati
dari dari jamur patogenik diantaranya adalah Trichoderma spp. (Baker dan Cook,1983
dalam Tindaon, 2008). Jamur Trichoderma spp. digunakan sebagai jamur atau
cendawan antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses
mikroparasitisme, antibiosis, dan kompetisi (Mukerji dan Garg, 1988 dalam Rifai, et.
al., 1996).
Menurut Harman (2004) klasifikasi taksonomi dari Trichoderma sp adalah:
Kingdom : Fungi
Divisio : Deuteromycota
Class : Deuteromycetes
Subkelas : Deuteromycetidae
Ordo : Moniliales
Familia : Moniliacea
Genus : Trichoderma
Pemisahan mikroorganisme perlu dilakuan untuk mengetahui jenis,
karakteristik, morfologi, fisiologi, kultural mikroorganisme tersebut, yang kemudian
dikenal dengan teknik pemisahan mikroorganisme yang disebut dengan isolasi
(Irianto,2006). Isolasi merupakan sejumlah rangkaian yang dilakukan untuk
memisahkan mikroorganisme dengan bertujuan untuk mendapatkan hasil kultur murni
(isolat). Isolat yang dihasilkan kemudian ditumbuhkan pada media yang terpisah,
sehingga mampu tumbuh dengan baik. Pada praktikum kali akan menggunakan sampel
cendawan Trichoderma sp dari akar yang diambil dari rizosfer tanaman bambu. pada
tahap isolasi ini menggunakan metode secara langsung yang dimana dengan
memotong bagian akar dan selanjutnya disterilisasi secara bertahap. Kemudian setelah
itu Potongan akar yang sudah kering diletakkan pada media kultur potato dextrose
agar (PDA) dalam petridish, lalu diinkubasi selama kurang lebih 7 hari pada suhu
ruang (27°C). Cendawan yang diduga Trichoderma memiliki karakteristik seperti
warnah hijau muda sampai tua, hifa menyebar cepat dan merata, bentuk koloni bulat.
Trichoderma yang telah tumbuh pada medium PDA kemudian dimurnikan dengan cara
dipisahkan dari cendawan lain lalu ditumbuhkan pada medium PDA yang baru.
Purifikasi dilakukan pada koloni jamur yang dimungkinkan merupakan koloni dari
Trichoderma sp. berdasarkan kenampakan morfologinya meliputi warna koloni dan
bentuk koloni. Purifikasi dilakukan dengan cara pengambilan koloni jamur yang
dimungkinkan merupakan koloni dari Trichoderma sp. dengan menggunakan jarum
ose dan ditanam pada cawan petri yang berisi media agar padat. Kegiatan purifikasi
dilakukan pada Laminar Air Flow (LAF) untuk mencegah adanya kontaminasi dari
mikroorganisme lain selama proses purifikasi. Setelah dilakukan purifikasi, hasil
purifikasi tersebut diinkubasi dan
Proses identifikasi dilakukan dengan cara pengamatan baik secara morfologi
atau fisiologi. Pengamatan secara morfologi meliputi bentuk koloni, struktur
koloni,bentuk sel, ukuran sel, serta pewarnaan sedangkan pengamatan secara fisiologis
yaitu secara uji biokimia.( Irianto 2006) Morfologi Trichoderma sp. yang didapat
memiliki ciri-ciri seperti koloni berwarna putih sampai hijau tua, permukaan ada yang
kasar dan ada juga yang halus dengan tepi halus dan berwarna putih, beberapa terdapat
lingkaran konsentris. Isolat kapang yang telah murni di identifikasi secara makroskopis
(morfologi dan mikroskopis, yaitu dengan mengamati beberapa karakter morfologi
baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis

BAB V. PENUTUP
KESIMPULAN

Dari penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa Trichoderma spp. mempunyai potensi yang baik untuk
dikembangkan sebagai agens hayati dalam pengendalian penyakit tanaman, hal ini dikarenakan sifat
Trichoderma spp. sebagai cendawan antagonis yang dianggap aman bagi lingkungan karena cendawan ini
berasal dari tanah dan dapat berfungsi sebagai pengurai unsur hara tanaman serta dalam pengendalian
penyakit memberikan hasil yang cukup memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Harman, G.E., Charles, R.H., Viterbo,A., Chet, I. and Lorito, M.
2004.Trichodermaspeciesopportunistic, avirulent plantsymbionts. Journal
Nature Rev 2:43-54.

Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1,


YramaWidya, Bandung

Rifai, M., Mujim S., dan Aeny T. N. 1996. Pengaruh lama investasi
Trichodermaviride terhadap intensitas serangan Pythium sp. pada kedelai.
JurnalPenelitian Pertama VII. Vol. 8 : 20-25.

Suanda, I.W.2016. Karakteristik MorfologisTrichoderma sp.Isolat JB dan


DayaAntagonisme Terhadap Patogen PenyebabPenyakit Rebah Kecambah
(Sclerotiumrofsii Sacc.) pada Tanaman Tomat.Prosiding Seminar Nasional
MIPA 2016.

Tindaon, H., 2008. Pengaruh Jamur AntagonisTrichoderma harzianum danPupuk


OrganikUntuk Mengendalikan Patogen Tular TanahSclerotium roflsii
Sacc. Pada TanamanKedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa.
http://repository.usu.ac.id.pdf Akses 10 Februari 2013

Walker, E.D. and Stachecki, J.A. 2002.Pest Management for SmallAnimals a


Training Manual forCommercialPesticideApplicatorrs and
RegisteredTechnicians. Michigan StateUniversity Extension.
Michigan.p.140.

Anda mungkin juga menyukai