Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“SUMBER HUKUM PIDANA ISLAM”


Dipresentasikan pada mata kuliah “Fiqh ibadah”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


OKTAVIA
AADRI YUDIA

KELAS : HES 2B

DOSEN PEMBIMBING :
NAIDARTI, S.Ag., M .Sy

FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr. Wb.


Rodhitubillahirobba wabil islamidina, wabi muhammadin nabiyawarusula
Alhamdulillahirobbil alamin bersyukur kita kepada allah bersholawat kita kepada nabi
karena kita telah diberi nikmat kesempatan kesehatan sehingga kita masih dalam keadaan
sehat walafiat yang seperti yang kita rasakan pada saat ini dan juga telah diberi kesempatan
untuk bisa menyelesaikan makalah kami.
Makalah yang berjudul “SUMBER HUKUM PIDANA ISLAM” ini, tidak lain untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah “FIQH IBADAH”. Kami sadar bahwa dalam
penyelesaian makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun
penyampaian materinya, karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Meskipun demikian
kami berharap makalah ini bermanfat bagi semuanya.
Oleh karena itu kami akan menerima kritik dan saran yang sifatnya edukatif guna
perbaikan dimasa yang akan datang.Dalam pengantar ini kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen mata kuliah fiqh ibadah.

Sungai penuh , Maret 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang....................................................................................................................... 1
B.Rumusan masalah.................................................................................................................. 1
C.Tujuan.................................................................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN
A.Sumber hukum pidana islam................................................................................................. 2
B.Al-qur’an,Hadist,ijma’,dan qiyas.......................................................................................... 4

BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan............................................................................................................................ 5
B.Saran...................................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Fiqih ibadah adalah pemahaman terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peribadatan
manusia kepada Allah SWT, yakni antara makhluk yang tercipta kepada sang pencipta-
Nya.Dalam Fiqih Ibadah dikaji beberapa sistem ibadah kepada Allah SWT yaitu tentang
Thaharoh, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji serta dalil-dalil yang memerintahkannya.
Fiqih secara bahasa artinya faham. Makna fiqih di era awal masa kenabian tidak
dikenal seperti dimasa saat ini yang dikenal sebagai ilmu. Ilmu fiqih adalah ilmu hukum
syariat ibadah amaliyah (perbuatan nyata) yang diamblil dari dalil-dalik tafshili. Sehingga
bisa diketahui hukumnya.
Fiqih digali dan diijtihadkan oleh para ulama mengenai hal-hal yang manusia lakukan
(al amaliyah al mulktasab) dari dalil-dalil yang terperinci. Adapun maksud dari makna
amaliyah dalam pengertian fiqih yaitu hukum-hukum yang bersifat praktis seperti sholat, jual
beli, puasa, ekonomi, keluarga. Selain itu Hukum fiqih memiliki sifat berubah-ubah yaitu
menyesuaikan dengan tempat, zaman, atau personal dengan masing-masing orangnya atau
dapat disebut sebagai Fiqih Mutaghairat.
Orang yang disebut sebagai ulama fiqih yaitu orang yang diakui keulamaannya atas kesaksian
dari banyak ulama akan kepakaran dan kelayakannya untuk rujukan dalam ilmu fiqih.

B.RUMUSAN MASALAH
A.Sumber hukum pidana islam
B.Al-qur’an,hadist,ijma’,qiyas

C.TUJUAN
A.Mengetahui apa saja sumber hukum pidana islam
B.Mengetahui pembagian sumber hukum pidana islam
BAB 2
PEMBAHASAN
Sumber-sumber Hukum Pidana islam
Hukum Pidana Islam (Jinayah) adalah bagian dari hukum Islam. Jumhur fuqaha’
menyepakati bahwa sumber-sumber hukum Islam pada umumnya ada 4, yakni Al-Qur’an,
As-Sunnah atau Al-Hadits, Ijma’, dan Qiyas. Selain itu, masih ada sumber lain yang
diperselisihkan, seperti Istihsan, Ijtihad, Maslahat Mursalah, Urf, Sadduz Zari’ah. Maka
hukum pidana Islam pun bersumber dari sumber-sumber tersebut.[2]
Pembahasan ini hanya fokus membahas sumber hukum Islam yang disepakati secara umum,
berupa Al-Qur’an, As-Sunnah atau Al-Hadits, Ijma’, dan Qiyas.

1.Al-Qur'an
Al-Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama yang memuat kumpulan
beberapa Wahyu yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Diantara kandungan
isinya ialah peraturan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah Swt., dengan
dirinya sendiri, sesama manusia dan hubungannya dengan alam beserta makhluk lainnya.[3]
Sebagaian besar umat Islam sepakat menetapkan sumber ajaran Islam adalah Al-
Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad. Kesepakatan itu tidak semata-mata didasarkan kemauan
bersama tapi kepada dasar-dasar normatif yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
sendiri, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 105,
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianaQiyas

2.Al-sunnah atau Hadist


Sunnah dalam bahasa Arab berarti tradisi, kebiasaan, adat-istiadat. Dalam terminologi
Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan, dan perizinan Nabi Muhammad Saw. Pengertian
sunnah tersebut sama dengan pengertian hadits.
Al-Hadits dalam bahasa Arab berarti baru, dekat (qarib), atau berita (khabar) atau kabar.[5]
Lebih rinci, As-Sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari nabi selain Al-Qur’an, baik
berupa perkataan, perbuatan atau taqrir yang bisa dijadikan sebagai dasar penetapan hukum
syara’.[6]
Menurut ulama Ushul Fiqih, As-Sunnah adalah apa yang bersumber dari nabi Saw.
Selain Al-Qur’an baik berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau.[7]
Sedangkan menurut ulama Hadits, As-Sunnah adalah apa yang disandarkan kepada nabi Saw.
Baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, sifat, atau sirah beliau.[8]
Dalam kajian hukum Islam, As-Sunnah—atau sebagian ulama menyebutnya dengan Al-
Hadits—memiliki beberapa fungsi, yaitu:
Pertama, Sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-QAl-sunnah atau Al-Hadits
merupakan sumber hukum ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Hal ini berdasarkan
QS. Al-Anfal ayat 20, “ Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
dan janganlah kamu berpaling dari padanya, sedang kamu mendengar perintah -perintah-
Nya”.

3.Ijma'
Menurut bahasa, Ijma’ mempunyai 2 arti yaitu : pertama, kesepakatan, seperti;
perkataan: “Jama al qaumu ‘alaa kadzaa idzaa itafaquudlaini”, suatu kaum telah berijma’
begini, jika mereka sudah sepakat kepadanya. Kedua, kebulatan tekad atau niat (Racmat
Syafe’i, 2007).
Menurut ahli Ushul, Ijma’ adalah kesepatan seluruh mujtahid Islam dalam suatu masa,
sesudah wafat Rasulullah Saw. Akan suatu hukum syariat yang amali (Jaih Mubarak, 2008).
Sedangkan menurut kajian hukum syara’, Ijma’ adalah kesepakatan seluruh mujtahid kaum
muslimin disesuaikan masa setelah wafat nabi Saw., tentang suatu hukum syara’ yang amali.

4.Qiyas
Dalam kehidupan kontenporer, sering sekali seringkali dihadapkan dengan berbagai
permasalahan hukum yang tidak menemukan ketentuan hukumnya secara langsung dalam Al-
Qur’an, Sunnah Rasul, ataupun Ijma’. Cara menyelesaikan masalah semacam ini adalah
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ada (telah diketahui) hukumnya di dalam
Al-Qur’an maupun As-Sunnah, kemudian menarik kesimpulan bahwa ketentuan yang telah
ada hukumnya tersebut dapat diberlakukan karena adanya persamaan secara analogis. Cara
semacam ini dalam terminologi fiqih disebut Qiyas.
Atau dalam ungkapan lain, Qiyas adalah asas hukum yang diperkenalkan untuk memperoleh
kesimpulan logis dari suatu hukum tertentu yang harus dilakukan demi keselamatan kaum
muslimin.[11]
Dalam pengertian lain, Qiyas adalah mempersembahkan hukum suatu perkara yang
belum ada ketetapan hukumnya dengan suatu perkara yang sudah ada ketentuan hukumnya.
Persamaan ketentuan hukum dimaksud didasari oleh adanya unsur-unsur kesamaan yang
sudah ada ketetapan hukumnya dengan yang belum ada ketetapan hukumnya yang disebut
illat.
Kesimpulan

Hukum pidana Islam (Jinayah) adalah bagian dari hukum Islam yang bersumber pada Al-
Qur’an, As-Sunnah atau Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Karena itu, hukum pidana Islam
(Jinayah) mesti berpijak pada Al-Qur’an, As-Sunnah atau Al-Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
Hukum Islam bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta sumber lain yang dibenarkan
syari’at sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan diisyaratkan oleh
Rasulullah Saw. Dalam banyak sabdanya. Dalam kajian hukum Islam, misalnya Ijma’, Qiyas
dan serupanya.
Al-Qur’an adalah sumber hukum pokok daripada sumber-sumber yang lainnya, maka dalam
setiap memutuskan perkara mesti pertama-tama berpedoman pada Al-Qur’an, atau yang tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an. Diantara kandungan isinya ialah peraturan kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Allah Swt., dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan
hubungannya dengan alam beserta makhluk lainnya.
As-Sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari nabi selain Al-Qur’an, baik berupa
perkataan, perbuatan atau taqrir yang bisa dijadikan sebagai dasar penetapan hukum syara’.
Menurut ulama Ushul Fiqih, As-Sunnah adalah apa yang bersumber dari nabi Saw. Selain Al-
Qur’an baik berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau.
Sedangkan menurut ulama Hadits, As-Sunnah adalah apa yang disandarkan kepada nabi Saw.
Baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, sifat, atau sirah beliau.
Ijma’ adalah kesepakatan pandangan para sahabat Nabi Saw. Juga kesepakatan yang dicapai
dalam berbagai keputusan hukum dan dilakukan oleh para Mufti yang ahli, atau para Ulama
dan Fuqaha dalam berbagai persoalan Din Al-Islam.
Qiyas adalah asas hukum yang diperkenalkan untuk memperoleh kesimpulan logis dari suatu
hukum tertentu yang harus dilakukan demi keselamatan kaum muslimin.
Masing-masing keempat sumber tersebut (Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas) saling
berhubungan, sebab semuanya membawa spirit yang sama dan berpijak pada Wahyu utama
Allah Swt. Berupa Al-Qur’an. Oleh karena itu, kekuatan final bagi semua aktivitas nalar
sehubungan dengan perkembangan syari’ah tanpa kecuali harus bersumber dari Al-Qur’an

Daftar Pustaka
A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syariah), Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002.
Abdullah Sulaiman, Sumber Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1995.
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.
Dewi Mulyani, Buku Pintar untuk Muslimah, Bandung: Penerbit Mizania, 2012.
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Litera AntarNusa, Jakarta: 2009.
Manna Khalil Al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009.
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan Sekularisme, Bandung: PIMPIN, 2010.
Study Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press, 2009.
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT.Sinar Grafika, 2009.

Anda mungkin juga menyukai