Anda di halaman 1dari 11

TEORI KRITIS MADZAB FRANKFRUT (FRANKFRUT SCHOOL)

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Dari Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pemngampu Dr. Mibtadin, M.S.I.

Disusun Oleh:
Rafli Syafikri Al Raihan
195221082
AKS 2B

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan bagi kita sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Shalawat dan Salam tak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.
Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen Filsafat Ilmu Dr.
Mibtadin, M.S.I. yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta seluruh pihak yang
membantu dalam proses pengerjaan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas dari mata kuliah Filsafat Ilmu. Di dalam makalah ini saya akan membahas
mengenai TEORI KRITIS MADZAB FRANKFRUT (FRANKFRUT SCHOOL).
Akhirnya besar harapan kami, makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak
yang bergerak dari dunia pendidikan pada umumnya. Kami menyadari bahwa keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan, telah menjauhkan makalah ini dari kesempurnaan. Untuk itu
sumbang saran serta kritik yang membangun dari para pembaca untuk peningkatan makalah
tugas lain pada waktu mendatang.

Cibinong, 30 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
Pendahuluan...............................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................................................1
Tujuan Masalah......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
Pembahasan................................................................................................................................2
1.Sejarah Madzhab Frankfurt.................................................................................................2
2. Fase- fase Perkembangan Madzhab Frankfurt...................................................................3
3. Asumsi Dasar Teori Kritis..................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................7
Penutup.......................................................................................................................................7
Kesimpulan.............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

iii
BAB I
Pendahuluan

1. Latar Belakang

Mazhab Frankfurt merupakan kumpulan beberapa pemikir Jerman yang mengangap


bahwa pemikiran Marx telah didistorsi oleh Engels dan para pemikir Lenin-Marxis yang
diakibatkan oleh kegagalan revolusi kaum pekerja di Eropa Barat setelah Perang Dunia I dan
oleh bangkitnya Nazisme di negara yang secara ekonomi, teknologi, dan budaya maju yaitu
Jerman.
Oleh Karena itu, mereka merasa harus memilih bagian mana dari pemikiran-
pemikiran Marx yang dapat menolong untuk memperjelas kondisi-kondisi yang Marx sendiri
tidak pernah lihat. Pada awalnya pemikiran Marx di jadikan tolak ukur pemikiran sosial
aliran tersebut. Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa aliran Frankfurt merupakan
perwujudan usaha untuk kembali mengkaji pemikiran pemikiran Hegelian Kiri (Hegelian
Leftism), yaitu pemikiran hegel sekitar tahun 1840-an. Sama halnya dengan generasi awal
pencetus teori kritis, seperti Hegel dan Immanuel Kant, tokoh-tokoh Frankfurt tertarik degan
kajian mengenai kajian filsafat dan ilmu-ilmu non alamiah seperti sociologi , ekonomi,
musikologi, psikologi, Ilmu politik dan lain-lain.
Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori kritik masyarakat.
Maksud teori ini adalah membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Khas
pula apabila teori ini berinspirasi pada pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidak menutup
kemungkinan bahwa inspirasi Teori Kritis banyak didialogkan dengan aliran-aliran besar
filsafat.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah awal teori kritis dari madzab Frankfrut?


2. Fase-fase apa saja yang dilalui pada masa perkembangan Madzab Frankfrut?
3. Teori-teori kritis apa saja yang dikeluarkan Madzab Frankfrut?

3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah awal teori kritis dari madzab Frankfrut
2. Untuk mengetahui fase-fase apa yang dilalui pada masa perkembangan Madzab
Frankfrut
3. Untuk mempelajari teori-teori kritis yang dikeluarkan Frankfrut

1
BAB II
Pembahasan

1.Sejarah Perkembangan Teori Kritis Madzhab Frankfurt


Aliran Frankfurt atau dikenal dengan Madzhab Frankfurt merupakan sekelompok
pemikir sosial yang muncul dari lingkungan Institute Of Sosial Reserch Universitas
Frankfurt, yang dipelopori oleh Felix Weil pada tahun 1923. Latar belakang didirikannya
lembaga pendidikan itu adalah karena terjadinya kemenangan Revolusi Bolhesvick,
kegagalan-kegagalan Revolusi di Eropa Tengah khususnya di Jerman. Peristiwa itu
membangkitkan semangat Intelektual Kiri Jerman untuk melakukan kajian kembali secara
serius teori- teori marxis khususnya yang berkaitan dengan akal budi dan praktik dalam
kondisi-kondisi sosial yang baru. Misalnya, melakukan kajian mengenai cara bagaimana agar
teori marxis dapat terus relevan dan cocok untuk setiap perkembangan sosial.
Walaupun pada awalnya menjadikan pemikiran Marx sebagai titik tolak pemikiran
sosialnya. Akan tetapi, seperti yang penulis tulis diatas bahwa madzhab Frankfurt tetap
mengambil semangat dan alur pemikiran filosofis idealisme Jerman, yang dimulai dari
pemikiran kritisisme ideal Immanuel Kant sampai pada puncak pemikiran kritisisme historis
dialektisnya Hegel. Dengan sangat cerdas, sebagian besar pemikir madzhab Frankfurt
berdialog dengan Marx, Hegel dan Kant. Oleh karena itu mereka mengadopsi dari madzhab-
madzhab pemikiran lain untuk mengisi apa yang dianggap kurang dari Marx. Max Weber,
Sigmund Freud memberikan pengaruh yang besar terhadap aliran ini. Penekanan mereka
terhadap komponen "Teori Kritis" banyak meminjam dari upaya mereka untuk mengatasi
batas-batas dari positivisme materialisme yang kasar, dan fenomenologi dengan kembali
kepada filsafat kritis Kant dan penerus-penerusnya dalam idealisme Jerman, khususnya
filsafat Hegel, dengan penekanannya pada negasi dan kontradiksi sebagai bagian yang
inheren dari realitas.
Sebuah pengaruh penting juga datang dari penerbitan Manuskrip Ekonomi-Filsafat
dan Ideologi Jerman karya Marx tahun 1930-an yang memperlihatkan kesinambungan
dengan Hegelianisme yang mendasari pemikiran-pemikiran Marx: Marcuse adalah salah satu
orang yang pertama mengartikulasikan secara signifikan teoretis dari teks-teks ini.
Perkembangan Teori Kritis semakin nyata, ketika aliran Frankfurt dipimpin oleh Max
Horkheimer dan mempunyai anggota Friederick Pollock (ahli Ekonomi), Adorno (musikus,
sastrawan dan psikolog), H. Marcuse (murid Heidegger yang fenomenolog), Erich Fromm
(psikoanalis), Karl August Wittfogel (sinolog), Walter Benjamin (kritikus sastra) dan lainnya.
Pada saat itu ,Horkheimer pelan-pelan memasukkan pemikiran psikoanalisa Sigmund Freud
ke dalam pemikiran sosial Teori Kritis (meskipun dengan hal ini, pemikiran kritis menuai
kritik tajam sebagai pengkhianatan terhadap marxis orthodox

2. Fase- fase Perkembangan Madzhab Frankfurt


Untuk memahami gagasan teori kritis Aliran Frankfurt kita perlu memahami
perkembangan aliran itu. Ada beberapa fase penting perkembangan aliran tersebut. Pertama,

2
fase pembentukan aliran, yaitu sekitar tahun 1923-1933 ketika penelitian-penelitian pertama
dilakukan di lembaga penelitian Frankfurt. Direktur pertama lembaga itu adalah Carl
Grunberg, seorang ahli ekonomi, sejarahwan sosial. Grunberg berhasil mengarahkan kajian-
kajian teoritis Aliran Frankfurt lebih berorintasi empiris .dan menekankan pentingnya
pendekatan ekonomi maupun dlam mengkaji fenomenafenomena sosial.
Fase kedua, fase pengungsian anggota Aliran Frankfurt ke Amerika Utara pada tahun
1933-1950. Dimasa pengungsian ini, gagasan-gagasan teori kritis Neo Hegelian mulai
dijadikan dasar pemikiran kegiatan berbagai lembaga Frankfurt. Horkhemeir menjadi direktur
pada fase ini. Dialah yang melakukan reorientasi teoritis dan pendekatan yang kemudian
menjadikan kajian-kajian teoritis para pendahulunya. Pada fase kepemimpinan Mark
Horkheimer, Aliran Frankfurt mengubah orientasi aliran dari yang bersifat ekonomis historis
versinya Grunberg menjadi orientasi filosofis. Hal tersebut mengagasi atau menjadi dasar
teori kritis aliran Frankfurt yang mulai terbentuk secara jelas ketika tokohnya kembali ke
Jerman pada tahun 1950-an.
Fase ketiga, perkembangan aliran Frankfurt mulai pada awal 1950 sampai 1973. pada
fase ini, pengaruh aliran ini mulai memudar dengan meninggalnya Adorno tahun 1969 dan
Horkheimer tahun 1973. Dengan kematian dua tokoh terkemuka praktis aliran Frankfurt
terhenti. Aliran itu tidak lagi berperan dalam dunia pemikiran sosial. Pamornya sebagai avant
garde intelektual nyaris berahkir. Aliran ini mulai menapaki masa-masa jayanya kembali
dengan munculnya Jurgen Habermas, seorang teoritisi terkemuka yang tetap melestarikan
dan mengembangkan teori dan metodologi para pendahulunya.

3. Asumsi Dasar Teori Kritis


Teori kritis sendiri merupakan teori yang tidak berkaitan dengan prinsip-prinsip
umum, tidak membentuk sistem ide. Teori ini berusaha memberikan kesadaran untuk
membebaskan manusia dari irasionalisme. Dengan demikian fungsi teori ini adalah
emansipatoris. Ciri teori ini adalah :
a) Kritis terhadap masyarakat. Teori Kritis mempertanyakan sebab-sebab yang
mengakibatkan penyelewengan-penyelewengan dalam masyarakat. Struktur
masyarakat yang rapuh ini harus diubah.
b) Teori kritis berpikir secara historis, artinya berpijak pada proses masyarakat
yang historis. Dengan kata lain teori kritis berakar pada suatu situasi
pemikiran dan situasi sosial tertentu, misalnya material-ekonomis.
c) Teori kritis tidak menutup diri dari kemungkinan jatuhnya teori dalam suatu
bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakat. Inilah yang
terjadi pada pemikiran filsafat modern. Menurut Madzhab Frankfurt,
pemikiran tersebut telah berubah menjadi ideologi kam kapitalis. Teori harus
memilikikekuatan, nilai dan kebebasan untuk mengkritik dirinya sendiri dan
menghindari kemungkinan untuk menjadi ideologi.
d) Teori kritis tidak memisahkan teori dari praktek, pengetahuan dari
tindakan, serta rasio teoritis dari rasio praktis. Perlu digarisbawahi bahwa rasio
praktis tidak boleh dicampuradukkan dengan rasio instrumental yang hanya
memperhitungkan alat atau sarana semata. Madzhab Frankfurt menunjukkan
bahwa teori atau ilmu yang bebas nilai adalah palsu. Teori kritis harus selalu
melayani transformasi praktis masyarakat.

3
Pada dasarnya Teori Kritis Aliran Frankfurt ingin memperjelas struktur yang dimiliki
oleh masyarakat pasca industri serta melihat akibat-akibat struktur tersebut dalam kehidupan
manusia dan kebudayaan secara rasional. Teori Kritis ingin menjelaskan hubungan manusia
dengan bertolak dari pemahaman rasio instrumental. Teori Kritis ingin membangun teori
yang mengkritik struktur dan konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari suatu
pemahaman yang keliru tentang rasionalitas.
Frankfurt School merupakan istilah populer untuk menyebut kelompok cendekiawan
yang terhimpun dalam Frankfurt Institute of Sosial Reaseach yang berpusat di Universitas
Frankfurt Jerman. Lembaga ini didirikan oleh Felix J. Weil pada tanggal 3 Februari 1923 dan
mendapat dukungan dari sekelompok intelektual Marxian yang berlatarbelakang berbagai
disiplin ilmu pengetahun. Di antara mereka yang terkenal adalah Max Hokheimer, Theodore
Adorno, Herbert Marcuse dan yang paling kontemporer adalah Habermas. Meskipun mereka
sangat dipengaruhi oleh Marx namun mereka berpendapat bahwa teori Marx sudah tidak
mampu mengungkapkan sifat masyarakat secara akurat, sehingga mereka memandang perlu
dikembangkan lebih lanjut.
Cendekiawan yang tergabung dalam aliran ini memiliki ciri khas yaitu kritis terhadap
berbagai aspek kehidupan sosial untuk mengungkapkan sifat masyarakat modern secara lebih
akurat. Tak heran jika kemudian aliran mereka disebut sebagai teori kritis. Mereka
mengembangkan pemikirannya dengan bertolak dari keinginan untuk memperoleh teori
sosial dan epistemologi alternatif terhadap paradigma positivisme yang dianggap sudah tidak
relevan lagi.
Madzhab Frankfurt menolak pandangan Marxisme yang terlalu menekankan pada
determinisme ekonomi. Karena pandangan determinisme ekonomi berangkat dari asumsi
pemikiran positivistik yang menganggap bahwa metode ilmu alam dan prinsip ilmu alam
dapat diterapkan dengan tepat pada bidang ilmu pengetahuan sosial budaya. Mereka
memandang ilmu pengetahuan sosial budaya tidak bisa disamakan dengan ilmu alam, karena
alam secara mendasar sangat berbeda dengan manusia dan kegiatannya. Dalam pandangan
Habermas paradigma positivisme itu mengabaikan peran manusia sebagai aktor yang
memiliki karakteristik khas dan unik tidak seperti robot. Teori yang berusaha dibangun oleh
Madzhab Frankfurt ingin melepaskan kehidupan dari model cara berpikir positivisme
(rasionalitas instrumental) dimana terjadi penjajahan dunia kehidupan (labenswelt) oleh
sistem.
Berangkat dari paradigma di atas maka Madzhab Frankfurt lebih menekankan
kajiannya pada persoalan kultural. Mereka berkeyakinan bahwa ramalan Marx tentang akan
hancurnya sistem kapitalisme tidak akan terbukti. Karena kapitalisme telah
mengkonsolidasikan dan mengembangkan mekanisme efektif seperti pemenuhan hak-hak
pekerja secara lebih proporsional, sehingga revolusi sosial yang akan menghancurkan
kapitalisme tidak akan terjadi. Bentuk penindasannya pun tidak dengan cara fisik melainkan
sangat halus sehingga kaum pekerja menganggapnya sebagai sesuatu yang normal. Atas dasar
pertimbangan itu maka para eksponen madzhab Frankfurt mengalihkan perhatiannya dari
analisis ekonomi kapitalistik ke kritik atas penggunaan rasio intrumental pada masyarakat
modern.
Menurut Madzhab Frankfurt, rasio instrumental telah menghasilkan budaya industri
(culture industry) yang telah menghalangi perkembangan individu secara otonom. Penindasan
yang dilakukan oleh budaya industri lebih dominan dari sekedar dominasi ekonomi. Adorno

4
dan Hokheimer mengatakan dalam Dialectical Imagination, bahwa budaya industri telah
membuat manusia tereifikasi. Manusia menjadi seperti robot yang dideterminasi oleh iklan
yang ditampilkan oleh media massa. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih
lagi karena semuanya telah ditentukan, distandarkan oleh budaya industri. Kostumer tidak
lagi menjadi raja, tidak lagi menjadi subjek, tapi menjadi budak dan objek.
Sementara itu dalam analisis Herbert Marcuse, rasionalitas instrumental dan
kungkungan industri budaya yang demikian massif telah menjadikan manusia menjadi
manusia satu dimensi (one dimensional man). Hampir semua eksponen Mazhab Frankfurt
pesimis terhadap budaya massa. Nada pesimis Marcuse lebih tampak dalam analisanya
terhadap budaya massa yang ditampilkan oleh media massa:
The means of... communication..., the irresistible output of the entertainment and
information industry carry with them prescribed attitudes and habits, certain
intellectual and emotional reactions which bind the consumers... to the producers
and, through the latter to the whole [sosial system]. The products indoctrinate and
manipulate; they promote a false consciousness which is immune against its
falsehood... Thus emerges a pattern of one-dimensional thought and behaviour.
(Marcuse, cited in Bennett 1982: 43).
Dalam bukunya yang paling berpengaruh One-Dimensional Man, Marcuse
berkeyakinan bahwa dengan adanya kebudayaan massa, aspek progresif dari seni klasik telah
dihapus hanya sekedar menjadi industri. Seni hanya menjadi nilai operasional dan
keinginanya akan kebahagiaan diganti dengan kebutuhan yang salah atau palsu (false need)
dalam masyarakat konsumtif ini. Itulah sebabnya Marcuse, sebagaimana halnya pemikir
madzhab Frankfurt (Frankfurt School) lainya seperti Theodore Adorno memandang rendah
kebudayaan populer (popular culture) karena sifatnya yang konservatif dan afirmatif.
Kebudayaan populer, menurutnya selalu mendamaikan kita dengan kondisi represif dalam
masyarakat kapitalis ini.
Mengenai budaya populer Adorno memberikan karakteristiknya. Menurutnya
karakteristik fundamental dari budaya populer, khususnya dalam musik populer, termasuk di
dalamnya musik 5 rock adalah standarisasi (standarization). Karakteriktik yang
membedakannya dengan bentuk high culture yang dianggap adiluhung
Mengapa para eksponen Mazhab Frankfurt tampak pesimis dengan budaya massa?
Karena budaya massa yang komersial dan universal merupakan sarana utama untuk
memonopoli modal. Budaya massa ini mencakup di dalamnya segala hal yang diproduksi dan
disebarluaskan secara massal.
Tokoh lain dari Madzhab Frankfurt yaitu Jurgen Habermas. Habermas memberikan
jalan keluar untuk mengatasi patologi modernitas itu, yaitu dengan beralih dari rasionalitas
instrumental menuju rasionalitas komunikatif yang mengandaikan adanya situasi
pembicaraan yang ideal. Habermas beralih ke paradigma komunikasi dengan
mengintegrasikan linguistic-analysis dalam Teori Kritis. Komunikasi adalah titik tolak
fundamental Habermas untuk mengatasi kemandekan Teori Kritis para pendahulunya.
Kegagalan para pendahulunya adalah karena teori kritis yang dilandasi rasio kritis akhirnya
berubah menjadi mitos atau ideologi baru. Emansipasi yang diperjuangkan mereka hanya
menjadi mitos yang tak kunjung selesai.
Hebermas berusaha mengatasi kebuntuan itu dengan beralih ke paradigma
komunikasi. Sebenarnya menurut Habermas, dalam pemikiran Hegel sendiri yang menjadi
induk dari teori sosial kritis, praksis bukan hanya dimaknai sebagai kerja tetapi komunikasi.

5
Karena praksis dilandasi kesadaran rasional, rasio tidak hanya tampak dalam kegiatan
menaklukkan alam dengan kerja melainkan juga dalam interaksi intersubjektif dengan bahasa
sehari-hari.
Selanjutnya bagaimana mencapai konsensus dalam komunikasi? Menurut Habermas
dalam komunikasi setiap komunikator ingin membuat lawan bicaranya memahami
maksudnya dengan berusaha mencapai apa yang disebutnya klaim-klaim kesahihan (validity
claims). Karena itu dalam The Theory of Communicative Action, Habermas menyebut empat
macam klaim. Pertama, klaim kebenaran (claim of truth) yaitu ketika kita sepakat kepada
dunia alamiah dan objektif. Kedua, klaim ketepatan (claim of rigtness), kala kita sepakat pada
pelaksanaan norma-norma dalam kehidupan sosial. Ketiga, klaim kejujuran (claim of
sincerity) yaitu kalau kita sepakat tentang kesesuaian antara bathiniah dengan ekspresi
seseorang. Keempat, klaim komprehensibilitas (claim of comprehensibility) jika kita sepakat
dan mampu menjelaskan ketiga klaim sebelumnya. Komunikasi yang efektif melibatkan
keempat klaim tersebut karena merupakan standar kompetensi komunikatif. Mengikuti alur
pikir diatas maka untuk mencapai konsensus segala persoalan harus didialogkan dalam ruang
yang bebas dari dominasi. Dialog dalam hal ini mengandaikan adanya kedudukan yang
setara. Karena itu Habermas menekankan pentingnya etika dalam komunikasi seperti yang
disebut di atas. Etika tersebut yaitu kondisi komunikasi yang menjamin sifat umum norma-
norma yang dapat diterima dan menjamin otonomi individu melalui kemampuan
emansipatoris sehingga menghasilkan pembentukan kehendak bersama lewat perbincangan.
Terkait dengan dialog tersebut, Habermas memandang, salah satu mediumnya yaitu
media massa. Media massa sebagai tempat untuk mengungkapkan pendapat dalam public
sphere. Karenanya Habermas mengandaikan media massa mestinya menjadi ruang yang
bebas dari dominasi sehingga segala macam pemikiran dapat didialogkan tanpa ada paksaan.
Namun, sepertinya idealisasi Habermas terhadap media massa sangat utopis dalam
masyarakat kapitalisme lanjut sekarang. Apalagi media massa umumnya cenderung berada
dalam genggaman para pemilik modal yang lebih menekankan pada keuntungan dari budaya
yang ditampilkannya.

6
BAB III
Penutup

1. Kesimpulan
Sebagai sebuah aliran pemikiran kontemporer, madzhab Frankfurt telah memberikan
sumbangsih yang tak kalah pentingnya dengan pemikiran–pemikiran kontemporer lainnya.
Dimulai dari konteks historis berkembangnya aliran tesebut, yang berkembang di eropa barat
akibat situasi perang dunia ke II memaksa orang-orang yang tergabung di dalam madzhab
tersebut untuk merevisi ulang alur pemikiran marx untuk menjelaskan situasi yang mereka
alami.
Perjalanan tersebut mengakibatkan mereka untuk mensintesiskan pemikiran Marx
dengan teori psikoanalisinya Sigmund Freud. Akan tetapi walaupun demikian mereka tetap
berpedoman kepada alur pemikiran filosofis idealisme Jerman, yang dimulai dari pemikiran
kritisi ideal Immanuel Kant sampai pada puncak pemikiran kritis historis dialektisnya Hegel.
Imbas dari kolaborasi tersebut melahirkan teori kritis yang mengedepankan pencerahan yang
menyadarkan orang terhadap proses penindasan dan ekploitasi manusia dalam tatanan sosial

7
DAFTAR PUSTAKA
Adams,Ian, Idiologi Politik Mutakhir, Qalam, Yogjakarta: 2004
Sargent,Tower.Lyman, Idiologi-Idiologi Politik Kontemporer, Erlangga, Jakarta: 1987.
Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat, PT Gramedia Pustaka Utama, Yogjakarta: 2001.
Hardiman, Budi, Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai Noetzsche, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2004
Hardiman, Budi, Menuju Masyarakat Komunikatif, Kanisius, Yogyakarta, 1993

https://www.marxists.org/admin/volunteers/biographies/ablunden.htm

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kritis

Anda mungkin juga menyukai