Dosen Pengampu:
Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M,Si., Ak
Oleh:
Kelompok 8
1. Putu Deby Cahyani Pramesti ( 1907531143)
2. Ni Made Rita Dewi ( 1907531164)
3. Nyoman Cyntia Riesta Utami ( 1907531167)
Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu hal yang sangat berperan penting dalam
auditing. Oleh sebab itu perlu diketahui definisi tentang SPI. Dalam standar profesional akuntan
publik(SPAP), pada SA 319. Par 06 dikemukakan bahwa : SPI adalah suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan
pelaporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Dengan demikian struktur pengendalian intern merupakan rangkaian
proses yang dijalankan entitas, yang mana proses tersebut mencakup berbagai kebijakan dan
prosedur yang sistematis. Ada lima unsur struktur pengendalian intern yaitu sebagai berikut.
1. Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat
memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil
perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta,
arahan yang diberikan oleh dewan direksi. Kunci lingkungan pengendalian adalah:
Integritas dan Etika
Komitmen terhadap Kompetensi
Struktur Organisasi
Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik
2. Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai
penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya
mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum
melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan
dikaitkan sesuai dengan level-levelnya. Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah
sebagai berikut:
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua
level dan semua fungsi yang ada di perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi:
Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
Evaluasi secara independen atas kinerja
Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan
4. Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan
mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu
melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi
merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian
eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar
manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus
diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
5. Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan.
Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam
perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum
manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern
hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada
manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi:
Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.
Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit
dan review.
Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk
menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja
sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem
Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif
apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi
bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).
Prosedur Analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan perkiraan yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis ini sering berupa perhitungan rasio oleh auditor
untuk dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
Tujuan penggunaan prosedur analitis :
1. Memperoleh pemahaman atas bidang usaha klien.
2. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.
3. Indikasi timbulnya kemungkinan kekeliruan dalam L/K.
4. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
http://fekool.blogspot.com/2015/04/auditing-struktur-pengendalian-intern.html/
http://fekool.blogspot.com/2015/04/auditing-struktur-pengendalian-intern.html?m=1
https://id.scribd.com/document/110184129/struktur-pengendalian-intern.