Anda di halaman 1dari 8

STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN

Dosen Pengampu:
Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M,Si., Ak

Oleh:
Kelompok 8
1. Putu Deby Cahyani Pramesti ( 1907531143)
2. Ni Made Rita Dewi ( 1907531164)
3. Nyoman Cyntia Riesta Utami ( 1907531167)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
2021
10.1 Unsur-unsur Struktur Pengendalian Intern

Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu hal yang sangat berperan penting dalam
auditing. Oleh sebab itu perlu diketahui definisi tentang SPI. Dalam standar profesional akuntan
publik(SPAP), pada SA 319. Par 06 dikemukakan bahwa : SPI adalah suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan
pelaporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Dengan demikian struktur pengendalian intern merupakan rangkaian
proses yang dijalankan entitas, yang mana proses tersebut mencakup berbagai kebijakan dan
prosedur yang sistematis. Ada lima unsur struktur pengendalian intern yaitu sebagai berikut.

1. Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat
memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil
perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta,
arahan yang diberikan oleh dewan direksi. Kunci lingkungan pengendalian adalah:
 Integritas dan Etika
 Komitmen terhadap Kompetensi
 Struktur Organisasi
 Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
 Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik
2. Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai
penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya
mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum
melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan
dikaitkan sesuai dengan level-levelnya. Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah
sebagai berikut:
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
 Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
 Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua
level dan semua fungsi yang ada di perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi:
 Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
 Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
 Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
 Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
 Evaluasi secara independen atas kinerja
 Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
 Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan
4. Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan
mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu
melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi
merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian
eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar
manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus
diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.
5. Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan.
Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam
perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum
manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern
hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada
manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi:
 Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.
 Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit
dan review.
 Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk
menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.

Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja
sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem
Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif
apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi
bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).

10.2. Hubungan SPI Dengan Prosedur Audit Lainnya


. Pada prosedur audit ini, auditor harus memusatkan perhatian pada rancangan dan operasi
dari aspek-aspek SPI sampai seluas yang diperlukan untuk dapat merencanakan audit dengan
efektif. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor atas SPI, yaitu
- Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha tersebut.
- Tanya jawab dengan pegawai perusahaan
- Pemeriksaan pedoman kebijakan dan prosedur.
- Inspeksi atas dokumen dan catatan.
- Pengamatan aktivitas dan operasi satuan usaha tersebut.
-
Pengujian atas Pengendalian
Penggunaan utama atas pemahaman SPI adalah untuk menetapkan risiko pengendalian
relatif terhadap berbagai tujuan pengendalian intern yang ada. Auditor dapat menetapkan risiko
pengendalian pada tingkat yang mencerminkan evaluasi atas SPI klien , tetapi harus dibatasi
sampai tingkat yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh.
Pengujian atas pengendalian diarahkan pada efektivitas pengendalian yang mencakup jenis
bahan bukti sebagai berikut :
a. Tanya jawab dengan pegawai klien
b. Inspeksi dokumen dan catatan
c. Pengamatan penerapan kebijakan dan prosedur spesifik
d. Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap penerapan kebijakan dan prosedur spesifik
Perbedaan dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI adalah bahwa dengan
pengujian atas pengendalian, tujuan menjadi lebih spesifik dan pengujian menjadi lebih
ekstensif.
Jika auditor memutuskan untuk menetapkan risiko pengendalian dibawah tingkat maksimum
untuk satu tujuan pengendalian intern tertentu, maka prosedur satu dapat digabung dengan
prosedur dua.

Pengujian Substantif atas Transaksi


Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau
ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo L/K Tujuan
dari pengujian ini adalah untuk menentukan apakah transaksi pembukuan klien telah diotorisasi
dengan pantas, dicatat dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan dipindahbukukan ke
buku besar dan buku tambahan dengan benar.

Prosedur Analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan perkiraan yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis ini sering berupa perhitungan rasio oleh auditor
untuk dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
Tujuan penggunaan prosedur analitis :
1. Memperoleh pemahaman atas bidang usaha klien.
2. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.
3. Indikasi timbulnya kemungkinan kekeliruan dalam L/K.
4. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.

Pengujian Terinci atas Saldo


Pengujian ini menitikberatkan pada saldo akhir buku besar untuk Neraca maupun rugi
laba dengan penekanan utama pada Neraca. Merupakan pengujian yang penting karena bahan
bukti diperoleh dari sumber yang independen dari klien sehingga berkualitas tinggi.
Pengujian ini bertujuan memberikan kebenaran moneter atas perkiraan yang berkaitan,
sehingga merupakan pengujian substantif juga.
10.3. Cara Melakukan Pengujian Pengendalian Intern

Untuk melakukan pengujian pengendalian intern dilakukan prosedur-prosedur pengujian


pengendalian berikut :
1. Meminta Keterangan dari Personel Entitas yang Sesuai
Meskipun pengajuan pertanyaan bukanlah sumber bukti yang memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi tentang efektivitas pengendalian internal, namun prosedur ini masih
bisa digunakan. Sebagai contoh, untuk memastikan bahwa personel yang tidak berwenang bisa
melakukan akses ke file, auditor bisa mengajukan pertanyaan kepada petugas yang berkewajiban
mengawasi computer library dan kepada petugas yang berkewajiban menjaga keamanan akses
ke komputer melalui penggunaan password.
2. Menginspeksi Dokumen dan Laporan
Banyak pengendalian meninggalkan jejak bukti dokumen yang jelas yang dapat digunakan
untuk menguji pengendalian. Sebagai contoh, apabila pesanan pembeli telah diterima, dokumen
pesanan tersebut digunakan sebagai dasar untuk membuat perintah penjualan apabila telah
mendapat persetujuan kredit. Selanjutnya pesanan dari pembeli akan dilampirkan pada perintah
penjualan untuk diproses lebih lanjut. Auditor akan dapat menguji pengendalian dengan
memeriksa dokumen-dokumen untuk mendapatkan keyakinan bahwa dokumen-dokumen
tersebut lengkap dan cocok satu sama lain, serta tanda tangan atau paraf yang diperlukan sudah
tercantum.
3. Mengamati Penerapan Pengendalian Tertentu
Sejumlah pengendalian tertentu tidak meninggalkan jejak bukti, yang berarti tidak
mungkin dilakukan pemeriksaan bukti bahwa pengendalian telah dilaksanakan. Sebagai contoh,
pemisahan tugas yang harus terwujud dengan adanya orang tertentu yang melaksanakan tugas
tertentu, biasanya tidak disertai dokumen terpisah. Untuk pengendalian yang tidak meninggalkan
bukti dokumen, auditor biasanya melakukan observasi penerapan pengendalian pada berbagai
titik selama periode audit.
4. Melakukan Pelaksanaan Ulang Prosedur Klien
Ada aktivitas pengendalian yang disertai dengan dokumen dan catatan, tapi isinya tidak
memadai untuk tujuan auditor dalam menetapkan apakah pengendalian telah berjalan secara
efektif. Sebagai contoh, misalkan bahwa harga dalam faktur penjualan diperoleh dari daftar
harga yang telah ditetapkan entitas, tetapi tidak ada indikasi bahwa pengendalian
didokumentasikan dalam faktur penjualan. Dalam situasi demikian, biasanya auditor melakukan
prosedur pelaksanaan ulang aktivitas pengendalian untuk melihat apakah telah dicapai hasil yang
sesuai. Sebagai contoh, auditor bisa melakukan ulang prosedur dengan menelusuri harga jual ke
daftar harga resmi yang ditetapkan entitas yang berlaku pada saat transaksi terjadi. Apabila tidak
dijumpai kesalahan, auditor bisa menyimpulkan bahwa prosedur telah berjalan sebagaimana
dikehendaki.
Pengujian pengendalian dilakukan dalam waktu tertentu, atau sepanjang periode yang
diaudit, tergantung pada situasi yang dihadapi seperti diuraikan di bawah ini :
1. Dalam kondisi penggunaan bukti audit yang diperoleh selama periode interim, auditor
harus memperoleh bukti tentang perubahan signifikan atas pengendalian tersebut setelah
tanggal periode interim tersebut dan menentukan bukti audit tambahan yang harus
diperoleh setelah periode interim sampai dengan tanggal laporan posisi keuangan. Dalam
hal ini, perlu dilakukan penambahan pengujian pengendalian atas sisa periode atau menguji
pemantauan oleh entitas terhadap pengendalian.
2. Dalam kondisi penggunaan bukti audit yang diperoleh dalam audit sebelumnya, auditor
harus menguji pengendalian dalam peiode audit kini jika terdapat perubahan yang
berdampak pada hubungan yang berkelanjutan atas bukti audit dari audit periode lalu.
Sedangkan jika tidak terjadi perubahan maka harus dilakukan pengujian pengendalian
sekali setiap tiga kali audit.
3. Dalam kondisi auditor merencanakan untuk mengandalkan pengendalian terhadap suatu
risiko yang auditor telah tentukan sebagai risiko signifikan, auditor harus menguji
pengendalian tersebut dalam periode sekarang.
Kesalahan penyajian material yang diidentifikasi oleh prosedur audit merupakan indikator
yang kuat akan adanya defisiensi signifikan dalam pengendalian internal. Jika telah terdeteksi
penyimpangan atas pengendalian yang auditor ingin andalkan, auditor harus meminta keterangan
secara khusus untuk memahami hal tersebut dan dampak potensialnya serta harus menentukan
apakah pengujian pengendalian yang telah dilakukan memberikan suatu dasar yang tepat bagi
auditor untuk mengandalkan pada pengendalian tersebut; apakah tambahan pengujian
pengendalian diperlukan; atau apakah risiko potensial kesalahan penyajian perlu direspon dengan
menggunakan posedur substantif.
DAFTAR PUSTAKA

http://fekool.blogspot.com/2015/04/auditing-struktur-pengendalian-intern.html/
http://fekool.blogspot.com/2015/04/auditing-struktur-pengendalian-intern.html?m=1
https://id.scribd.com/document/110184129/struktur-pengendalian-intern.

Anda mungkin juga menyukai