Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROLIT DAN GAS DARAH

Dosen Pengampu: Sri Ujiani, M.Biomed

Disusun Oleh:
Firli Aniroh
1813453062
Tingkat 3 Reguler 2
Kelompok 6 (enam)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI DIII
Tp 2020
LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKROLIT DAN GAS DARAH

NAMA : Firli Aniroh


NIM : 1813453062
KELAS/KELOMPOK : T3R2/ 6(enam)
HARI/TANGGAL : Kamis/26 November 2020
MATERI : Pemeriksaan Kadar Natrium (Na+) dalam Dalam
Darah
TUJUAN : Mengetahui kadar Natrium (Na+) dalam darah
METODE : Fotometrik kalori test
PRINSIP : Na+ dipresipitat dengan magnesium uranil asetat.
Na+ dalam serum akan berikatan dengan Mg uranil
asetat dan mengendap. Sisa ion uranil akan bereaksi
dengan asam thioglikolat. Membentuk kompleks
cokelat kekuningan. Perubahan antara blanko
pereaksi dan sampel sebanding dengan kadar Na+.

DASAR TEORI:

Nartrium adalah kation terbesar dalam cairan ekstraseluler. Natrium adalah


solut utama yang secara aktif bertanggung jawab mempertaruhkan volume
intravaskuler dan interstisial. Volume cairan ekstravaskuler diatur
keseimbangannya melalui mekanisme homeostasis.
Pengukuran natrium digunakan dalam diagnosis dan pengobatan
gangguan cairan dan keseimbangan elektrolit. Misalnya, karena hilangnya air
atau garam, dan serum elektrolitlainnya yang menyimpang dari sumbernya
dengan sindrom poliurik-polidipsik dan gangguan haus, penyakit ginjal,
hipertensi, gangguan keseimbangan asam basa, beberapa penyakit endokrin,
edema, asupan natrium yang berlebihan.

.
Jumlah natrium total dalam tubuh kira-kira 55 mmol/L atau 5500/L per kilogram
berat badan. Sebagian besar beredar dalam cairan ekstraseluler. Natrium keluar
dari tubuh melalui tubulus traktus gastrointestinal, kulit, dan keringat.Dalam
keadaan normal jumlah natrium yang keluar kira-kira 2 μεq /¿hari, walaupun
jumlah cairan yang diekskresikan lumen traktus gastrointestinal dalam jumlah
besar sehingga sisa air dan elektrolit yang keluar bersama feses lebih sedikit. Jika
terjadi gangguan reabsorbsi maka akan kehilangan cairan dalam jumlah yang
sangat besar. Komposisi natrium dalam plasma yaitu 142 μεq/liter, dalam intrasel
15-20 μεq /¿liter, dan dalam ekstrasel yaitu 135-155 μεq /liter. Dari seluruh
natrium di dalam tubuh, 11% berada dalam kelompok natrium plasma. 29% pada
cairan limfa interstisial dan 2,5% pada cairan intraseluler. Sekitar 43% dari
keseluruhan tubuh berada dalam tulang jaringan ikat.
1. Hiponatremia
Terjadi jika jumlah natrium melebihi pemasukan, keadaan seperti ini
ditemukan pada saat terjadi pengeluaran gastrointestinal (diare, muntah),
jumlah keringat yang berlebih, penyakit ginjal, diabetes melitus, luka bakar
dan SIAOH (Sindrom of inappoprida anti diuraty hormon secreation) yaitu
suatu keadaan yang ditandai dengan pengeluaran abnormal.
2. Hipernatremia
Terjadi jika pemasukan melebihi penyebarannya yang disebabkan oleh
abnormalitas, mekanisme homeostasis. Oleh karena itu natrium beredar
dalam cairan ekstraseluler maka peningkatan natrium terjadi pada keadaan
gagal jantung kongetif, hati, ginjal, dan kehamilan.

Nilai normal : 135-155 mmol/L

ALAT DAN BAHAN :


ALAT : BAHAN :
1. Tabung reaksi kecil 1. Serum
2. Rak tabung 2. Reagen presipitat
3. Mikropipet + tip 3. Reagen kerja
4. Sentrifuge 4. Standar
5. Fotometer
6. Tissue

CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat supernatan sampel dan standar dengan skema pemipetan sebagai
berikut:

Makro Semi-mikro
Standar Sample Standar Sampel
Standar 50μl - 20μl -
Serum - 50μl - 20μl
Reagen presipitat 3000 μl 3000 μl 1000μl 1000μl

Ditutup tabung dan dihomogenkan. Diamkan selama 5 menit, kocok kuat


selama 30 detik. Diamkan selama 30 menit. Disentrifuge dengan
kecepatan tinggi 5-10 menit.
3. Dipisahkan supernatan dengan endapan.
4. Dibuat seri pemeriksaan dengan skema pemipetan sebagai berikut:

Makro Semi-mikro
Standar Sample Standar Sampel
Standar 50μl - 20μl -
Serum - 50μl - 20μl
Reagen kerja 3000 μl 3000 μl 1000μl 1000μl
Inkubasi selama 5-30 menit (tidak boleh lebih dari 30 menit).
5. Dibaca pada fotometer λ 360-410 nm.

HASIL PENGAMATAN

Probandus
Nama : Serly monica
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Sampel 1
|Sampel|
Kadar Na+ = x Konsentrasi standar
|.|Standar

0,001
Kadar Na+ = x 150
0,018

Kadar Na+ = 67 , 0 mmol/ L

Sampel 2

|Sampel|
Kadar Na+ = x Konsentrasi standar
|.|Standar

0,010
Kadar Na+ = x 150
0,018

Kadar Na+ = 83,3 mmol/ L

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kadar natrium metode fotometri didapatkan hasil sebesar 67,0 mmol/L dan 83,3
mmol/L , sehingga dinyatakan kadar natrium kurang dari normal.

DAFTAR PUSTAKA
Brosur Pemeriksaan Natrium

Bandar Lampung, 23 Desember 2020

PEMBIMBING PRAKTIKAN

Sri Ujiani , M.Biomed Firli Aniroh


LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKROLIT DAN GAS DARAH

NAMA : FIRLI ANIROH


NIM : 1813453062
KELAS/KELOMPOK : T3R2/ 6 (ENAM)
HARI/TANGGAL : Kamis/26 November 2020
MATERI : Pemeriksaan Kadar Kalium (K+) dalam Dalam Darah
TUJUAN : Mengetahui Kadar Kalium (K+) dalam darah
METODE : Tes Turbidimetri
PRINSIP : Ion-ion dalam lingkungan basa bebas protein bereaksi
dengan sodium tetraphenylboron menghasilkan suspensi
potasium tetraphynilboron yang berupa turbit (kekeruhan).
Kekeruhan yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi
potasium dalam sampel yang dibaca pada fotometer λ578
nm.

DASAR TEORI :
Kalium adalah elektrolit yang paling banyak ditemukan di cairan intrasel.
Kadar kalium dalam serum hanya sedikit dan dapat menimbulkan keadaan gagal
jantung jika kadar kalium abnormal. 80%-90% kalium tubuh diekskresikan
melalui ginjal. Jika terdapat kerusakan jaringan, kalium akan keluar dari sel dan
masuk dalam cairan ekstraseluler (interstisial dan intravaskuler).
Tubuh tidak mengonversi kalium, dan ginjal mengekskresikan kalium
rata-rata sebanyak 40 μεq /L perhari bahkan dengan asupan diet rendah kalium.
Kebutuhan kalsium per hari adalah 3 sampai 4 gram. Tubuh menambah kalium
melalui makanan dan obat-obatan titik Selain itu, cairan ekstraseluler menambah
kalium kapan saja terdapat kerusakan sel-sel atas gerakan kalium keluar sel.

Namun, peningkatan kadar Kalium serum biasanya tidak terjadi kecuali


terdapat penurunan yang bersamaan dengan fungsi ginjal. Ekskresi kalium di
ginjal meningkat seiring konsentrasi kalium plasma. Tingkat kalium yang
abnormal dapat menyebabkan hiperkalemia dan hipokalemia. Hiperkalemia
adalah kelebihan kalium dalam darah 7,0 μεq per liter atau lebih tinggi. Dalam
kondisi ekstrim, hal ini dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian.
Tingginya kadar Kalium juga mengganggu Irama jantung. Hiperkalemia
disebabkan oleh disfungsi ginjal, masalah yang berhubungan dengan kelenjar
adrenal. Jika tingkat kalium rendah disebut dengan hipokalemia. Beberapa alasan
penyebab masalah ini meliputi muntah, diare, peningkatan tingkat kuartikosteroid
asidosis tubulus ginjal, tingkat magnesium yang rendah dalam tubuh tersebut.

Tes darah adalah cara termudah untuk mengetahui apakah kita berada dalam
tingkat yang aman ataukah tidak. Jika tes darah menunjukkan bahwa tingkat
kalium berada dalam kisaran normal maka hal ini tidak masalah. Namun, terdapat
beberapa kondisi di bawah ini yang kemungkinan tidak memberikan tingkat yang
tepat dalam darah, diantaranya:
1. Mengonsumsi suplemen kalium.
2. Penggunaan obat pencahar secara berlebihan
3. Antibiotik, kortikosteroid, obat nonsteroid anti inflamasi, dan obat-obatan lain
untuk pengobatan hipertensi dan penyakit jantung.

Nilai normal : Serum = 3,6 – 5,5 mmol/L


Plasma= 4,0 – 4,8 mmol/L

ALAT DAN BAHAN :


ALAT : BAHAN :
1. Tabung reaksi kecil 1. Serum
2. Rak tabung 2. Reagen presipitat
3. Mikropipet + tip 3. Reagen kerja
4. Sentrifuge 4. Standar
5. Fotometer
6. Tissue
CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat supernatan sampel dan standar dengan skema pemipetan sebagai
berikut:

Makro Semi-mikro

Serum 100μl 50 μl

Reagen presipitat 1000 μl 500 μl

Dihomogenkan, disentrifuge selama 5-10 menit dengan kecepatan tinggi.


3. Dipisahkan supernatan dengan endapan.
4. Dibuat seri pemeriksaan dengan skema pemipetan sebagai berikut:

Makro Semi-mikro
Standar Sample Standar Sampel
Reagen Kerja 2000 μl 2000 μl 1000 μl 1000 μl
Standar 200 μl - 100 μl -
Supernatan - 200 μl - 100μl

Inkubasi selama 5-30 menit (tidak boleh lebih dari 30 menit).


5. Dibaca pada fotometer λ 578 nm.

HASIL PENGAMATAN
Probandus
Nama : Serly Monica
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Sampel 1

|Sampel|
Kadar K+ = x Konsentrasi standar
|.|Standar

2,125
Kadar K+ = x 5,00
0,545

Kadar K+ = 19 , 15 mmol /L

Sampel 2

|Sampel|
Kadar K+ = x Konsentrasi standar
|.|Standar

2,015
Kadar K+ = x 5,00
0,545

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


kadar kalium dalam sampel yaitu, 19,15 mmol/ L dan 18,5 mmol/ L. Sehingga
dinyatakan bahwa kadar kalium dalam sampel serum lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Brosur Pemeriksaan Kalium

Bandar Lampung, 23 Desember 2020

PEMBIMBING PRAKTIKAN

Sri Ujiani, M.Biomed Firli Aniroh


LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKROLIT DAN GAS DARAH

NAMA : FIRLI ANIROH


NIM : 1813453062
KELAS/KELOMPOK : T3R2/ 6 (enam)
HARI/TANGGAL : Kamis/26 November 2020
MATERI : Pemeriksaan Kadar Klorida (Cl-) dalam Dalam Darah
TUJUAN : Mengetahui Kadar Klorida (Cl-) dalam darah
METODE : Tes Fotometri dengan metode semi-mikro
PRINSIP : Ion klorida bereaksi dengan merkuri (II) 2,4,6 Tri (2-
pyridi) -5 Triazine (TPT Z) membentuk kompleks
merkuri (II) klorida. TPT Z bebas bereaksi dengan ion
Fe(II) membentuk kompleks berwarna biru. Hasil Abs
pada λ 590 nm sebanding dengan kadar klorida pada
sampel.

DASAR TEORI:
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, pada orang
dewasa normal kira-kira μεq /kgberat badan. Klorida berada dalam CES sekitar
88% dan 12 % dalam cairan intrasel. Perbedaan kadar klorida antara cairan
interstisial dan CES disebabkan oleh perbedaan potensial oleh permukaan luar dan
dalam dari membran sel karena permukaan dalam bermuatan lebih negatif
dibanding permukaan luar, maka jumlah klorida di luar sel tinggi.

Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida


yang masuk dan keluar. Kandungan klorida dalam makanan sejajar dengan
natrium. Pada keadaan normal, orang dewasa rata-rata mengonsumsi 500-200
μεq /haridan eksresi klorida bersama feses sekitar 1-8 μεq/ hari. Gangguan
keseimbangan klorida diantaranya:

1. Kelebihan klorida
Terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan homeostasis dari
klorida. Umumnya penyebab potensi klorida sama dengan retensi natrium
klorida dalam jumlah tinggi di dalam tubuh dalam keadaan dehidran asidosis
metabolik dengan diare yang lama insofiesi ginjal dan fungsi adrenalin yang
meningkat atau menurun.
2. Kekurangan klorida
Terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab kekuranganya
juga sama dengan kekurangan natrium. Klorida rendah ketika tubuh dalam
keadaan olahraga berat, nefritis, kehilangan banyak darah, asidosis metabolik
dengan peningkatan fungsi asam.

Fungsi klorida diantaranya:

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Pengatur keasaman lambung
3. Berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa rubuh.

Pada alkalosis metabolk dengan hipoklaremia defisit tidak disertai dengan defisit
natrium. Alkalosis metabolk dengan hipokloremia diakibatkan karena
pembuangan klorida yang berlebih bersama pengeluaran abnormal.

Nilai normal : 95 – 108 mmol/L


335 – 383 mg//dL

ALAT DAN BAHAN :


ALAT : BAHAN :
1. Tabung reaksi kecil 1. Serum
2. Rak tabung 2. Reagen presipitat
3. Mikropipet + tip 3. Reagen kerja
4. Sentrifuge 4. Standar
5. Fotometer
6. Tissue
CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dilakukan pengenceran sampel dan standar dengan aquadest. Dengan
perbandingan 1:50. 20μl sampel/standar + 10 00 μl aquadest.
3. Dilakukan pemipetan dengan skema sebagai berikut:

Standar Sampel

Standar 20μl −¿

Sampel - 20 μl

Reagen 1000 μl 1000 μl

Standar dan sampel yang digunakan adalah standar dan sampel yang telah
diencerkan terlebih dahulu.
4. Dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 5 menit
5. Dibaca pada fotometer dengan λ 590 nm.

HASIL PENGAMATAN
Probandus
Sampel 1
Nama : Serly Monica
Umur : 19 Tahun |Sampel|
Kadar Cl- = x Konsentrasi standar
|.|Standar
Jenis kelamin : Perempuan
1,769
Kadar Cl- = x 100,0
1,772

Kadar Cl- = 99,9 mg/ dl

Sampel 2

|Sampel|
Kadar Cl- = x Konsentrasi standar
|.|Standar

1,750
Kadar Cl- = x 100,0
1,772

Kadar Cl- = 98,7 mg/dl


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kadar klorida pada kedua sampel dinyatakan rendah yaitu 102,68 mg/dl dan
102,98 mg/dl. Hasil pemeriksaan kali ini dianggap invalid dikarenakan reagen kit
yang digunakan sudah kadaluarsa.

DAFTAR PUSTAKA
Brosur Pemeriksaan Klorida

Bandar Lampung, 23 Desember 2020

PEMBIMBING PRAKTIKAN

Sri Ujiani, M.Biomed Firli Aniroh


LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKROLIT DAN GAS DARAH

NAMA : Firli Aniroh


NIM : 1813453062
KELAS/KELOMPOK : T3R2/ 6 (enam)
HARI/TANGGAL : Kamis/03Desember 2020
MATERI : Pemeriksaan ASAT (GOT)
TUJUAN : Mengetahui aktivitas enzim ASAT (GOT)
METODE : UV-tes secara optimal sesuai dengan IFCC
( Internasional Federation of Clinical Chemistry and
Laboratorium Medicine) [dimodifikasi].
PRINSIP : Penambahan pyridoxal-5-fosfat (P-5-P)
menstabilkan aktivitas transaminase dan
menghindari nilai rendah yang palsu sampel yang
mengandung endogen P-5-P yang tidak cukup,
missal nyapada pasien infrak miokard ,penyakit hati
dan pasien perawatan intensif.
REAKSI :
L-Aspartat + 2- Oxoglutarat ASAT L-Glutamat+Oksaloasetat
Oksaloasetat + NADH + H⁺ MDH L.Malat + NAD⁺

DASAR TEORI :

Hati adalah organ penting yang sangat penting dan kompleks. Hati penting
untuk mempertahankan tubuh dan berperan pada hampir setiap metabolisme
tubuh. Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut
bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan
regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Hepatotoksin merupakan senyawa yang dapat menyebabkan gangguan
ataupenyakitpada jaringan hati. Penyakit hati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
penyakit hati akut dan penyakit hati kronis. Penyakit hati akut biasanya bersifat
ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting). Namun, pada beberapa
kasus kerusakan sel hati dapat sangat parah dan mengenai seluruh bagian hati
sehingga mengakibatkan gagal hati atau berkembang menjadi penyakit hati
kronis. Sedangkan pada penyakit hati kronis, terjadi perubahan struktur hati yang
permanen karena kerusakan sel hati secara berkelanjutan (Bayupurnama, 2007).
Berikut adalah macam-macam penyakit akibat gangguan fungsi hati :
1. Hepatitis Radang Hati
Hepatitis adalah peradangan pada hati, dapat disebabkan karena minum
alkohol berlebih dan meyalahgunakan obat-obatan yang terlalu banyak dosis.
Bisa juga terinfeksi virus hepatitis yang dapat menyebabkan komplikasi pada
organ hati. Hepatitis terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
a) Hepatitis A
Timbul kerusakan berat pada jaringan organ mendadak yang disebabkan
karena virus hepatitis A yang ada di air yang kotor, kerang atau juga ternak.
b) Hepatitis B
Timbulnya kerusakan pada jaringan organ hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang umunya terdapat pada orang dewasa. Jika sistem kekebalan
tubuh kita menurun, virus ini dapat aktif dalam tubuh. Bisa menular lewat
kontak darah, keringat dan airliur.
c) Hepatitis C
Kerusakan organ hati karena terinfeksi virus hepatitis C yang biasanya
ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang yang lain lewat darah,
jarum suntik, atau ibu hamil pada janinnya.Gejalanya : Lemah, letih, lesu dan
nyeri otot. Demam ringan, mual, kurang nafsu makan dan tubu menguning
(mata, kulit menguning). Air kencing berwarna gelap, kotoran pucat, kadang-
ladang gejal sangat ringan seperti flu.
2. Penyakit kuning (jaundice)
Penderita baik dewasa maupun anak-anak dengan kulit mata yang kuning.
Sakit kuning merupakan gejala awal pada gangguan fungsi liver (hati),
penyumbatan saluran empedu atau disebabkan obat-obatan yang mengganggu
fungsi hati. Atau pada saat adanya gangguan metabolisme bilirubin (substansi
yang diproduksi daripecahan sel darah merah).
3. Sirosis hati (Pengerasan Organ Hati)
Penyakit hati koroner yang dianggap dalam dunia kedokteran penyakit
irreversible, ditandai dengan kerusakan pada jaringan hati. Namun masih dapat
disuahakan perbaikan untuk menunda proses kerusakan lebih lanjut.

Salah satu jenis pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengetahui


adanya kerusakan pada hati adalah pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein
yang dihasilkan oleh sel hidup dan umumnya terdapat di dalam sel. Dalam
keadaan normal terdapat keseimbangan antara pembentukan enzim dengan
penghancurannya. Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas
membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruang ekstra sel dan kedalam aliran
darah sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu diagnostik
penyakit tertentu. Pemeriksaan enzim yang biasa dilakukan untuk diagnosa
hepatitis antara lain :
a) Enzim yang berubungan dengan kerusakan sel hati yaitu SGOT, SGPT,
GLDH dan LDH.
b) Enzim yang berhubungan dengan penanda adanya sumbatan pada kantong
empedu (kolestasis) seperti gamma GT dan fosfatase alkali.
c) Enzim yang berubungan dengan kapasitas pembentukan (sintesis) hati
misalnya kolimestrase (Winarno, 1974).
SGOT atau juga dinamakan AST (aspartat aminotransferase) merupakan
enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot
jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi
daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya.SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri
atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase,  sebuah
enzim yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan
kedalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan
dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga
disebut aspartate aminotransferase (AST). Dalam uji SGOT dan SGPT, hati
dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari
kadar normalnya.SGOT adalah enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh
sel-sel hati. Bila sel-sel hati rusak, misalnya pada hepatitis atau sirosis, kadar
enzim ini meningkat. Karena itu, SGOT ini bisa memberi gambaran adanya
gangguan hati. Transaminase merupakan enzim yang bekerja sebagai katalisator
dalam proses pemindahan gugus alpha amino aspartat untuk menjadi asam
glutamat dan oksaloasetat.

Nilai normal : Perempuan < 35 U/l

Laki- laki < 31 U/l

ALAT DAN BAHAN :


ALAT : BAHAN :
1. Tabung reaksi kecil 1. Serum
2. Rak tabung 2. Reagen presipitat
3. Mikropipet + tip 3. Reagen kerja
4. Sentrifuge
5. Fotometer
6. Tissue

Persiapan Reagen :
Substrat Start
Reagen siap dipakai
Untuk penetapan dengan piridoxal-5-fosfat campurkan 1 bagian P-5-P dengan 100
bagian
reagen 1.

Contoh: 100uL P-5-P + 10 ml R1


Stabilitas setelah pencampuran: 6 hari pada suhu 2-8⁰C
24 jam pada suhu 15-25⁰C

Sample Start
(tanpa pyridoxal-5-fosfat)
Campurkan 4 bagian R1 + 1 Bagian R2
(contoh : 20 mL R1 + 5 mL R2) = monoreagen
Stabilitas: 4 minggu pada suhu 2-8⁰C
5 hari pada suhu 15-25⁰C
Monoreagen harus dilindungi dari cahaya!

CARA KERJA

1. Substrat start

Sampel atau kalibrasi 100μl


Reagen 1 1000μl
Campurkan lalu inkubasi selama 5 menit, kemudian tambahkan:
Reagen 2 1000μl
Campurkan, membaca absorbansi setelah 1 menit, dan memulai stopwatch.
Membaca absorbansi lagi 1,2, dan 3 menit setelahnya
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Pipet Reagen 1 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
c. Pipet Reagen 2 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
d. Ditambahkan sampel 1 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
e. Homogenkan. Langsung dibaca absorbansi menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 340 nm. Tunggu 1 menit.
f. Siapkan alat dan bahan.
g. Pipet Reagen 1 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
h. Pipet Reagen 2 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
i. Ditambahkan sampel 2 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
j. Homogenkan. Langsung dibaca absorbansi menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 340 nm. Tunggu 1 menit.
k. Beri jeda waktu 1 menit setiap pembacaan sampel.

2. Sample start

Sampel atau kalibrasi 100μl


Monoreagen 1000μl
Campurkan, membaca absorbansi setelah 1 menit, dan memulai stopwatch.
Membaca absorbansi lagi 1,2, dan 3 menit setelahnya
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Pipet monoreagen sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
c. Ditambahkan sampel 1 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
d. Homogenkan. Langsung dibaca absorbansi menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 340 nm. Tunggu 1 menit.
e. Pipet monoreagen sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
f. Ditambahkan sampel 2 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
g. Homogenkan. Kemudian baca absorbansi.
h. Beri jeda waktu 1 menit setiap pembacaan sampel.

HASIL PENGAMATAN
Probandus
Nama : Serly Monica
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan SGOT dalam darah di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil pada sempel yaitu 0,64 U/l. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas enzim SGOT/AST normal.

DAFTAR PUSTAKA
Brosur Pemeriksaan ASAT (GOT)

Bandar Lampung, 23 Desember 2020

PEMBIMBING PRAKTIKAN

Sri Ujiani, M.Biomed Firli Aniroh

LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKROLIT DAN GAS DARAH

NAMA : Firli Aniroh


NIM : 1813453062
KELAS/KELOMPOK : T3R2/ 6 (enam)
HARI/TANGGAL : Kamis/03 Desember 2020
MATERI : Pemeriksaan ALAT (GPT)
TUJUAN : Mengetahui aktivitas enzim ALAT (GPT)

METODE :
Dioptimalkan sesuai uji UV ke IFCC ( nternasional Federation Of Clinical Kimia
dan Laboratorium Kedokteran)

PRINSIP :
Penambahan pyridoxal-5-fosfat (P-5-P) menstabilkan aktivitas transaminases dan
menghindari nilai palsu yang rendah dalam sampel yang mengandung cukup
endogen p-5-p. Misalnya dari pasien dengan infark miokard, penyakit hati dan
pasien perawatan intensif.

REAKSI :
L-Alanine + 2-Oxoglutarate <ALAT, L-Glutemate + Pyruvate
Pyruvate + NADH, + + LDH> D-Lactate + NAD+

DASAR TEORI :
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan
memeriksa aktivitasenzim Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin
Aminotransferase (ALT) dalam serum.SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin
aminotransferase) merupakan enzim yang banyakditemukan pada sel hati serta
efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim inidalam jumlah yang
kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilaites
SGPT/ALT lebih tinggi dari pada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut,
sedangkanpada proses kronis didapat sebaliknya. Pemeriksaan SGPT adalah
indikator yang lebih sensitiveterhadap kerusakan hati dibanding SGOT. Hal ini
dikarenakan enzim GPT sumber utamanya dihati, sedangkan enzim GOT banyak
terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjaldan otak (Cahyono
2009).

Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila terjadi
kerusakan hati akanterjadi peningkatan permeabilitas membran sel sehingga
komponen-komponen sitoplasma akankeluar dari sel dan apabila membran
intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzimyang terdapat di
dalamnya akan mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan
haltersebut, maka peningkatan aktivitas enzim GPT atau ALT dalam serum dapat
diukur dandijadikan salah satu parameter kerusakan fungsi hati. Enzim Glutamat
Piruvat Transaminase(GPT) atau Alanin Aminotransferase (ALT) hanya terdapat
dalam sitoplasma sel hati sehinggaenzim ini lebih sensitif untuk pemeriksaan
kerusakan fungsi hati. SGPT/ALT serum umumnyadiperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri. Pemeriksaan SGPT umumnya dialakukan ketikadokter
mencurigai pasien mengalami gejala gangguan hati, contohnya seperti hepatitis.
Alasannyasederhana, sebab SGPT memang sangat terkait dengan organ hati.
Jaundice (sakit kuning). Warnaurine gelap. Mual dan muntah. Nyeri di bagian
perut, tepatnya pada letak organ hati. Namun,pemeriksaan SGT tak hanya
dilakukan bila tubuh mengalami gejala-gejala di atas saja.
Pemeriksaan SGPT juga biasanya akan dilakukan untuk: Mengevaluasi
perkembangan yangdiidap, misalnya sirosis, hepatitis, atau gangguan hati lainnya.
Melihat apakah pengidap butuhpengobatan atau tidak. Ada beberapa kasus
penyakit yang efek pengobatannya memicu terjadinyakerusakan hati, seperti
misalnya Tuberculosis (TB). Mengevaluasi seberapa baik sebuahperawatan
kesehatan yang telah diberikan.

Nilai normal : Perempuan < 31 U/l

Laki- laki < 41 U/l


ALAT DAN BAHAN :
ALAT : BAHAN :
1. Tabung reaksi kecil 1. Serum
2. Rak tabung 2. Reagen presipitat
3. Mikropipet + tip 3. Reagen kerja
4. Sentrifuge
5. Fotometer
6. Tissue

CARA KERJA
1. Substrat start
Sampel atau kalibrasi 100μl
Reagen 1 1000μl
Campurkan lalu inkubasi selama 5 menit, kemudian tambahkan:
Reagen 2 1000μl
Campurkan, membaca absorbansi setelah 1 menit, dan memulai stopwatch.
Membaca absorbansi lagi 1,2, dan 3 menit setelahnya

a. Siapkan alat dan bahan.


b. Pipet Reagen 1 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
c. Pipet Reagen 2 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
d. Ditambahkan sampel 1 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
e. Homogenkan. Langsung dibaca absorbansi menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 340 nm. Tunggu 1 menit.
f. Siapkan alat dan bahan.
g. Pipet Reagen 1 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
h. Pipet Reagen 2 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
i. Ditambahkan sampel 2 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
j. Homogenkan. Langsung dibaca absorbansi menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 340 nm. Tunggu 1 menit.
Beri jeda waktu 1 menit setiap pembacaan sampel.
3. Sample start

Sampel atau kalibrasi 100μl


Monoreagen 1000μl
Campurkan, membaca absorbansi setelah 1 menit, dan memulai stopwatch.
Membaca absorbansi lagi 1,2, dan 3 menit setelahnya
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Pipet monoreagen sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
c. Ditambahkan sampel 1 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
d. Homogenkan. Langsung dibaca absorbansi menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 340 nm. Tunggu 1 menit.
e. Pipet monoreagen sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
f. Ditambahkan sampel 2 kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 100
µl.
g. Homogenkan. Kemudian baca absorbansi.
h. Beri jeda waktu 1 menit setiap pembacaan sampel.

HASIL PENGAMATAN
Probandus
Nama : Serly Monica
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan SGPT dalam darah di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil pada sempel yaitu 11,6 U/l. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas enzim SGPT/ALT normal.

DAFTAR PUSTAKA
Brosur Pemeriksaan ALAT (GPT)

Bandar Lampung, 23 Desember 2020

PEMBIMBING PRAKTIKAN

Sri Ujiani, M.Biomed Firli Aniroh


LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKROLIT DAN GAS DARAH

NAMA : Firli Aniroh


NIM : 1813453062
KELAS/KELOMPOK : T3R2/ 6 (enam)
HARI/TANGGAL : Kamis/03 Desember 2020
MATERI : Pemeriksaan Cholinesterase
TUJUAN : Mengetahui aktivitas enzim Cholinesterase

METODE :
Tes potometim tes merupakan metode yang dioptimalkan menurut rekomendasi
dari German Society of clinical chemistry (DGKC.)

PRINSIP :
Hidrolisis cholinesterase butyrylthiocholine dibawah pelepasan butyric dan
thiocholine mengurangi potassium hexacyanoferrate yang berwarna kuning
menjadi Potassium hexacyanoferrate yang tidak berwarna penurunan absorban
diukur dalam 450 nm.

REAKSI :
Butyrylthiocholine + H2O → Cholinesterase Thiocholine + butirat
2 Thiocholine + 2 (Fe(CN)6)-3 + H2O → choline + 2 (FE(CN)6)-4 + H2O

DASAR TEORI :
Cholinesterase atau disebut enzim asetylcholinesterase adalah suatu enzim
yang terdapat didalam membran sel terminal syaraf kolinergik juga pada membran
lainnya, seperti dalam plasma darah, sel plasenta yang berfungsi sebagai katalis
untuk menghidrolisis acetylcholine menjadi choline dan acetat.
Asetylcholinesterase (ChE) adalah enzim yang berfungsi menghidrolisis
acetylcholine.Active site dari cholinesterase terdiri dari 2 sub, yaitu esteratic site
dan aniotik site. Cholinesterase atau disebut enzim asetylcholinesterase adalah
suatu enzim yang terdapat didalam membran sel terminal syaraf kolinergik juga
pada membran lainnya, seperti dalam plasma darah, sel plasenta yang berfungsi
sebagai katalis untuk menghidrolisis acetylcholine menjadi choline dan acetat.
Acetylcholine adalah suatu agen yang terdapat dalam fraksi ujung syaraf dari
sistem syaraf yang akan menghambat penyebaran impuls dari neuron ke post
ganglionik Acetylcholine adalah suatu agen yang terdapat dalam fraksi ujung
syaraf dari sistem syaraf yang akan menghambat penyebaran impuls dari neuron
ke post ganglionik.
Cholinesterase disintesis didalam hati atau liver, terdapat dalam sinaps,
plasma darah dan sel darah merah. Sekurang- kurangnya ada 3 jenis
cholinesterase utama, yaitu enzim cholinesterase yang terdapat dalam sinaps,
cholinesterase dalam plasma, dan cholinesterase dalam sel darah merah.
Cholinesterse sel darah merah merupakan enzim yang ditemukan dalam sistem
syaraf, sedangkan cholinesterase plasma diproduksi didalam hati. Cholinesterase
dalam darah umumnya digunakan sebagai parameter keracunan pestisida, karena
cara ini lebih mudah dibandingkan pengukuran cholinesterase dalam sinaps.

Nilai normal :
Perempuan 3,930 – 10,800 U/l

Laki-laki 4,620 – 11,500 U/l

ALAT DAN BAHAN :


ALAT : BAHAN :

1. Tabung reaksi kecil 1. Serum


2. Rak tabung 2. Reagen presipitat
3. Mikropipet + tip 3. Reagen kerja
2. Sentrifuge
3. Fotometer
4. Tissue
CARA KERJA

Reagent Blank Sampel


Sampel/kalibrator - 20uL
Dist. Water 20 uL -
Reagen I 1000 uL 1000 uL
Campurkan, inkubasi selama 3 menit, lalu tambahkan :
Reagen 2 500 uL 500 uL
Campurkan, baca absorbansi setelah 2 menit, dan
jalankan stopwatch.
Baca kembali absorbansi pada 1,2 dan 3 menit
setelahnya

1. Siapkan alat dan bahan


(Reagen Blank)
2. Pipet reagen 1 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
3. Ditambahkan aquadest kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 20 µl.
4. Homogenkan. Lalu inkubasi selama 3 menit
5. Ditambahkan reagen 2 sebanyak 500 µl kedalam tabung. Homogenkan dan
inkubasi selama 2 menit
6. Baca Absorbansi menggunakan spektrofotometri dengan panjang
gelombang 405 nm
7. Lalu dilanjutkan untuk sampel
8. Pipet reagen 1 sebanyak 1000 µl dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
9. Ditambahkan sampel kedalam tabung reaksi tersebut sebanyak 20 µl.
10. Homogenkan. Lalu inkubasi selama 3 menit
11. Ditambahkan reagen 2 sebanyak 500µl kedalam tabung. Homogenkan dan
inkubasi selama 2 menit
12. Baca Absorbansi menggunakan spektrofotometri dengan panjang
gelombang 405 nm.
13. Beri jeda waktu 1 menit setiap pembacaan sampel.
HASIL PENGAMATAN

Probandus
Nama : Serly Monica
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan Cholinesterase dalam darah di atas
dapat disimpulkan bahwa, hasil pada sampel yaitu 0,00 U/l. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada kesalahan dalam memeriksa sampel.

DAFTAR PUSTAKA
Brosur Pemeriksaan Cholinesterase

Bandar Lampung, 23 Desember 2020

PEMBIMBING PRAKTIKAN

Sri Ujiani, M.Biomed Firli Aniroh

Anda mungkin juga menyukai