Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

HAM DALAM PERSFEKTIF PANCASILA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK I:

ANGGI SUDARSAH 20.94.0148

MARIA ROSA MUSTIKA LEFTEUW 20.94.0150

DONY DHARMA PUTRA 20.94.0154


PENGERTIAN HAM DALAM PERPEKTIF PANCSILA

Hak asasi manusia (disingkat HAM, bahasa Inggris: human rights, bahasa Prancis: droits de
l'homme) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki
hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku
kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya
tidak dapat dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan
saling bergantung. Hak asasi manusia biasanya dialamatkan kepada negara, atau dalam kata lain,
negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak
asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan
oleh swasta. Dalam terminologi modern, hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil
dan politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, dan kebebasan berpendapat), serta hak ekonomi, sosial, dan budaya yang berkaitan
dengan akses ke barang publik (seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas
kesehatan, atau hak atas perumahan).

Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut
"dianugerahkan secara alamiah" oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Sementara itu, mereka
yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia merupakan
pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM
sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat
kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi
manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Dari sudut
pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan
syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang
sah, dan diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya
dapat dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan pecahnya
perang pun belum mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional
berlaku sebagai lex specialis. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan
dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.
HUBUNGAN PANCASILA DAN HAM DI INDONESIA

Hubungan pancasila dan ham di indonesia 1) Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak
kemerdekaan untuk memeluk agama , melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2) Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk
mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang. 3) Sila Persatuan Indonesia
mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan semangat rela berkorban
dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal
ini sesuai dengan prinsip HAM Pasal 1 bahwa Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak-hak yang sama. 4) Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara,
dan bermasyarakat yang demokratis. 5) Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
mengakui hak milik perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi
kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. B. Hak asasi manusia dalam nilai instrumental
sila-sila pancasila Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila.

SUMBER

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/lslr/

 HAM dalam nilai dasar Pancasila


Nilai ideal adalah asas-asas yang diterima bersifat mutlak (sesuatu yang benar dan tidak
perlu dipertanyakan lagi). Nilai-nilai Pancasila yang tidak berubah terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 meliputi setiap sila Pancasila yaitu ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan.
 HAM dalam nilai instrumental Pancasila
Nilai instrumental adalah pelaksanaan dari nilai dasar, biasanya dalam wujud norma
hukum yang dikristalisasikan dalam lembaga-lembaga. Sifatnya dinamis dan kontekstual,
sesuai kebutuhan tempat dan waktu. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum dari
nilai dasar dan merupakan tindak lanjut dari nilai dasar. Nilai instrumental dijabarkan
secara kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan perundangan yaitu
UU, Perpu, PP, Perpres dan Perda.
 HAM dalam nilai praksis Pancasila
Nilai praksis adalah nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kenyataan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sifat dari nilai praktis yaitu: Nilai praktis
abstrak, artinya nilai praktis bersifat konseptual (teoritis). Contoh menghomati, kerja
sama, kerukunan. Nilai praksis konkrit, artinya nilai praktis yang secara nyata dan dapat
dirasakan. Contoh sikap dan perbuatan sehari-hari.

SUMBER
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/02/070000869/ham-dalam-perspektif-
pancasila?page=all
PELANGGARAN HAM DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar diberbagai pulau, diera globalisasi ini
westernisasi dianggap salah satu hal yang dapat memudarkan budaya bangsa karena banyak
nilai-nilai barat yang masuk ke dalam nilai-nilai lokal. Dapat dipahami bahwa nilai budaya
sangat bermanfaat bagi pengembangan kepribadian masyarakat yang dijadikan patokan dalam
bertingkah laku sehingga dapat hidup harmonis. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan
manusia adalah pendukung nilai sehingga manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai
yang diyakininya. Dalam filsafat ada yang disebut dengan nilai etika atau moral adalah nilai baik
dan buruk(Siregar & Nadiroh, 2016). Begitupun dengan Hak Asasi Manusia (HAM), didalam
HAM terdapat perilaku baik dan buruknya seseorang dalam segala tindakannya. Hak Asasi
Manusia memiliki nilai universal yang berarti tidak mengenal batas ruang dan waktu. Artinya
hak asasi merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia tanpa membeda-bedakan
suku, agama, ras maupun golongan. Akan tetapi kenyataanya sangatlah berbanding terbalik
dengan yang dipaparkan selama ini mengenai Hak Asasi Manusia yang memiliki nilai universal
(Asnawi, 2012). Dalam penafsiran right to live (hak untuk hidup) terdapat beberapa perbedaan
setiap sudut pandang dari negara yang satu dengan negara lainnya, sebagai contoh negara Islam
dengan negara-negara bagian Barat. Ideologi, kebudayaan dan nilai-nilai khas yang dimiliki
setiap negara. Di Indonesia dalam menegakan HAM dilakukan dengan berlandaskan kepada
ideologi negara Indonesia

yaitu Pancasila. Pancasila merupakan ideologi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.


Pancasila dapat dikatagorikan menjadi tiga nilai, yaitu nilai ideal, nilai instrumental, dan nilai
praksis. Nilai Ideal disebut sebagai nilai yang berkaitan dengan arti dari ke-lima sila yang
terdapat di Pancasila. Nilai Instrumental merupakan pejabaran dari nilai-nilai yang terdapat
didalam Pancasila. Sedangkan Nilai Praktis merupakan sebuah realisasi nilai-nilai instrumental
yang dapat diambil dari pengalaman individu dalam menjalani kehidupannya. HAM dalam
Pancasila sesunguhnya telah dirumuskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 yang kemudian diperinci di dalam batang tubuhnya
yang merupakan hukum dasar, hukum yang konstitusional dan fundamental bagi negara
Republik Indonesia. Didalam rumusan yang terdapat di Pembukaan UUD alinea pertama
membuktikan adanya pengakuan Hak Asasi Manusia secara umum.

SUMBER

https://www.researchgate.net/publication/330278993_Pelanggaran_Hak_Asasi_Manusia_dalam_
Perspektif_Pancasila

Anda mungkin juga menyukai